• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
314
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA JENIS-JENIS PEKERJAAN

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Sitoresmi Atika Pratiwi 101134180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA JENIS-JENIS PEKERJAAN

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Sitoresmi Atika Pratiwi 101134180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA JENIS-JENIS PEKERJAAN

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Sitoresmi Atika Pratiwi

101134180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

 Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kekuatan kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.

 Dosen pembimbing I, Drs. Puji Purnomo, M.Si dan dosen pembimbing II, Galih

Kusumo, S.Pd, M.Pd yang dengan sabar membimbing peneliti menyelesaikan skripsi.

 Ibuku tercinta, Rudiyati, S.Pd., yang selalu memberikan doa, dukungan,

perhatian, kasih sayang dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

 Adik-adikku, Aprilaras Dewi Pertiwi dan Razti Azma’ Azahra serta Pakde

Tarjono, Bude Sumiyati dan seluruh keluarga besar Sri Baniyah Asrori yang telah memberikan dukungan yang luar biasa kepada peneliti

 Sahabat-sahabatku: Mas Andi ‘Tuyul’ Gunawan, Agnes Hertamy Ratnafuri, dan

Robertus Widianto yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.  Almamater Universitas Sanata Dharma tempat peneliti menimba ilmu di

(7)

v

MOTTO

Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir.

(QS. Yusuf: 87)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al-Insyirah:6)

Ya Allah mudahkanlah jangan persukar. Ya Allah tiada yang mudah selain yang Kau mudahkan dan Engkau jadikan kesusahan itu mudah jika Engkau menghendakinnya

menjadi mudah.

So, when you lose your way, To Allah you should turn

Cos As He promised He will always be there

(lirik lagu Maher Zain ~ Always be There)

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Pratiwi, Sitoresmi Atika (2014). Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengimplementasian kurikulum 2013. Kurikulum ini merubah seluruh buku pelajaran yang tersedia sebelumnya. Data hasil wawancara menunjukkan bahwa guru masih merasa kesulitan dan menilai bahwa materi yang terdapat dalam buku masih terlalu dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan prosedur pengembangan dan (2) hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Produk yang dikembangkan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kelas IV SD dalam pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.

Jenis penelitian yang digunaakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) yang menghasilkan produk berupa bahan ajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan keusioner. Prosedur pengembangan bahan ajar ini memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang telah direvisi dan penelitian pengembangan Borg and Gall ini melalui tujuh langkah, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, sampai menghasilkan produk final berupa bahan ajar mengacu kurikulum 2013.

Hasil validasi bahan ajar yang dikembangkan menurut pakar kurikulum 2013 memperoleh skor 4,54 dengan kategori “sangat baik”, validasi oleh dua orang guru kelas IV SD pelaksana kurikulum 2013 memperoleh skor 4,10 dan 4,54 dengan kategori “baik” dan “sangat baik”, dan validasi lapangan oleh sepuluh siswa kelas IV SDN Muntung Temanggung memperoleh skor 4,45 dengan kategori “sangat baik”. Dari keseluruhan hasil validasi tersebut diperoleh rerata skor 4,41 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Dengan demikian, kualitas bahan ajar yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) ketrampilan bahan ajar, (5) topik, dan (6) metodologi.

(11)

ix

ABSTRACT

Pratiwi, Sitoresmi Atika (2014). The Development of Learning Materials Referring To 2013 Curriculum of “Jenis-jenis Pekerjaan” Sub Theme of the Fourth Graders of Elementary School. Thesis. Yogyakarta. Elementary School Teachers Training, Sanata Dharma University.

This research background was the implementation of the curriculum 2013. The data result of the interview showed teachers felt difficult and considered the learning materials in the provided book was just shallow. This research aims to (1) explain the development procedure and (2) the quality validation of the learning product referring to 2013 curriculum of working type sub theme of the fourth graders of elementary school. The developed product aims to fill the needs of the fourth graders of elementary school in learning referring to the 2013 curriculum.

This is the Research And Development (R&D) which produces the learning materials. The research instruments were the interview and questionnaire.The development procedure of learning materials modified the revised Kemp model and the development research of Borg and Gall through the 7 steps, they were (1) problem formulation, (2) data collection, (3) product design, (4) validation, (5) design revision, (6) design test, (7) design revision, which produced the final product of learning materials referring to the 2013 curriculum.

The validation result of learning materials developed by the experts of the 2013 curriculum scored 4.54 which is categorized “very good”, the validation of the two of fourth graders‟ teachers of the 2013 curriculum implementer scored 4.10 and 4.54 categorized “good” and “very good”, and the field validation of the 10 students of the fourth graders of the Muntung State Elementary School Temanggung scored 4.45 categorized “very good”. Referring to the all validation results, it has been acquired the mean score which is 4.41 categorized “very good”. Thus, the quality of learning materials is proper to be implemented in the 2013 curriculum learning from the aspects of (1) goal and approach, (2) design and organizing, (3) content, (4) learning material skill, (5) topic , and (6) methodology.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT, atas segala anugerah dan rahmatNya yang begitu

berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang

ditentukan. Tidak lupa peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih

ini peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing dan memberikan saran serta motivasi kepada peneliti dari awal

penelitian sampai akhir penelitian.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, dan mengarahkan peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan pihak sekretariat Prodi PGSD Sanata Dharma, terima kasih atas

bantuan dan saran yang telah diberikan.

6. Bapak Rahmad Musholleh, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Muntung

Temanggung yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Jambusari 02 Cilacap

dan validator yang telah memberikan masukan dan mengarahkan dalam proses

(13)

xi

8. Bapak Sujarno, S.Pd., selaku selaku guru kelas IV SD Negeri Tlacap Yogyakarta

dan validator yang telah membimbing, dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Rusmawan, M.Pd., yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

bersedia menjadi validator dalam penelitian dan pengembangan ini.

10.Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri Muntung Temanggung tahun ajaran 2013/2014

yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

11.Ibukku tersayang, Rudiyati, S. Pd., adik-adikku Aprilaras Dewi Pertiwi dan Razti Azma‟ Azahra, Pakde Tarjono dan Bude Sumiyati serta keluarga besarku Sri Baniyah Asrori yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih sayang.

12.Sahabat-sahabatku : Mas Andi „Tuyul‟, Agnes, Widi, a‟ Galih, bang Ketchup, terima

kasih atas bantuan, perhatian dan motivasi yang kalian berikan.

13.Teman-teman Payung 1 Tema: Meilani dan Beni. Semua teman PGSD angkatan

2010 khususnya kelas B yang mewarnai perjalanan perkuliahan Terima kasih.

Kalian luar biasa.

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak

pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik

yang membangun sangat penulis harapkan.

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

(15)

xiii

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 10

2.1.1.1Rasional dan Elemen Pengembangan Kurikulum 2013 .. 10

2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif ... 17

2.1.1.3Pendekatan Saintifik ... 21

2.1.1.4Penilaian Otentik dalam kurikulum 2013 ... 25

2.1.1.5Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... 30

2.1.2 Bahan Ajar ... 35

2.1.3 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 40

2.2 Penelitian yang Relevan ... 46

2.3 Kerangka Berpikir ... 49

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 53

3.2Jadwal Penelitian ... 53

3.3Prosedur Pengembangan ... 55

3.4Uji Coba Produk ... 59

3.4.1 Desain Uji Coba ... 59

3.4.2 Subjek Uji Validasi Lapangan ... 59

(16)

xiv

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan ... 64

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 66

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 69

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 & Revisi Produk ... 70

4.3.2 Data Validasi Guru Kelas IV SD & Revisi Produk ... 72

4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan & Revisi Produk ... 74

4.4 Kajian Produk Akhir ... 78

4.5 Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 85

5.3 Saran ... 85

DAFTAR REFERENSI ... 87

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara Bahan Pembelajaran dengan Buku Teks

menurut Ginting ... 37

Tabel 2.2 Tabel Perbedaan antara Bahan Ajar dengan Buku Teks ... 39

Tabel 3.1 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 61

Tabel 3.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 63

Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan ... 64

Tabel 4.2 Konversi Nilai Skala Lima ... 69

Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 70

Tabel 4.4 Komentar Pakar Kurikulum 2013 & Revisi ... 71

Tabel 4.5 Komentar Guru Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum 2013 & Revisi 73 Tabel 4.6 Instrumen Validasi Lapangan ... 76

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan analisis kebutuhan ... 91

Lampiran 2. Hasil Analisis Kebutuhan dengan Guru Kelas IV SD yang Pertama ... 92

Lampiran 3. Hasil Analisis Kebutuhan dengan Guru Kelas IV SD yang Kedua ... 94

Lampiran 4. Jaring-jaring Tema ... 96

Lampiran 5. Jaring-jaring Subtema 1 ... 97

Lampiran 6. Jaring-jaring Harian Subtema 1 ... 98

Lampiran 7. Silabus ... 104

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 sampai 6... 147

Lampiran 9. Instrumen Validasi Ahli... 215

Lampiran 10. Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 219

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 223

Lampiran 12. Hasil Validasi Guru Pertama Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum 2013. ... 226

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Pertama Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum 2013. ... 230

Lampiran 14. Hasil Validasi Guru Kedua Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum 2013. ... 233

(20)

xviii

Lampiran 16. Rekalitulasi Hasil Validasi Ketiga Ahli... 240

Lampiran 17. Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Bahan Ajar 241 Lampiran 18. Hasil Validasi Lapangan & Rekapitulasi Masing-Masing Siswa ... 244

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Validasi Lapangan 10 Siswa ... 284

Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli dan Lapangan ... 285

Lampiran 21. Bahan Ajar ... 286

Lampiran 22. Surat Ijin Analisis Kebutuhan di SD Jambusari 02 Cilacap... 287

Lampiran 23. Surat Ijin Analisis Kebutuhan di SD Jampiroso 1 Temanggung ... 288

Lampiran 24. Surat Ijin Penelitian ... 289

Lampiran 25. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 290

Lampiran 26. Foto-foto Validasi Lapangan ... 291

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal paling penting bagi terciptanya keberlangsungan suatu bangsa. Pendidikan juga menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Apabila mutu pendidikan yang dimiliki oleh suatu negara baik, maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas akan mampu mengantarkan sebuah negara menuju kepada kemajuan. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) menjadi pendidikan dasar yang menentukan kualitas SDM. Menurut Prastowo (2013:13) pendidikan dasar merupakan fondasi dasar dari semua jenjang sekolah selanjutnya. Mohammad Ali menambahkan bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan SD/MI adalah untuk menyiapkan manusia yang bermoral, melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara, serta mampu memperoleh pekerjaan ketika menjadi orang dewasa (Prastowo, 2013:13). Tujuan pokok pendidikan dasar secara operasional adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan mental, proses perkembangan sebagai individu yang mandiri, proses perkembangan sebagai makhluk sosial, belajar menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan, dan meningkatkan kreatifitas.

(22)

yang disajikan. Sering kita jumpai acara televisi yang menyajikan berbagai masalah sosial seperti: perkelahian warga, pencurian, pelecehan seksual, geng motor, perampokan, premanisme, dan sebagainya. Belum lagi ditambah dengan kemrosotan moral pada peserta didik yang terjadi seperti sekarang ini. Banyak dijumpai masalah kecurangan dalam ujian seperti menyontek, serta perkelahian pelajar dan mahasiswa yang sangat membudaya pada diri peserta didik. Hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri untuk kita dan khususnya untuk para orang tua agar anak-anak terhindar dari masalah sosial seperti di atas

Seiring pesatnya laju globalisasi, pemerintah juga berupaya menyempurnakan sistem pendidikan. Dalam sebuah pendidikan, kita mengenal adanya kurikulum. Kurikulum menurut Oemar Hamalik (2003:16) adalah jangka waktu pendidikan yang ditempuh siswa untuk mendapatkan ijazah. Sedangkan Soetopo (1986:16) berpendapat bahwa kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Menurutnya, kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun sangat diperlukan anak sebagai pengalaman belajar yang kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Iskandar dan Usman (1988) berpendapat bahwa kurikulum mempunyai peranan yang akan mendorong siswa menjadi kreatif dan berpikir kritis.

(23)

komponen kurikulum saja dan dapat dilakukan perubahan kurikulum secara total. Perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu, masyarakat dan zaman. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (Mulyasa, 2013:6). Melalui kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter, diharapkan para peserta didik dapat membekali diri mereka dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan teknologi.

Kurikulum 2013 telah diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014 yang implementasinya diatur dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013. Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan pembelajaran tematik integratif dan prosesnya dilakukan dengan pendekatan saintifik. Pendidikan karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan karakter nantinya akan mengarahkan peserta didik pada budi pekerti dan akhlak mulia secara utuh, terpadu, dan seimbang.

(24)

"Jadi intinya dalam kurikulum 2013, melakukan upaya penyederhanaan mata

pelajaran dan bersifat tematik, integratik, mendorong para siswa atau peserta didik

untuk lebih melakukan observasi, bertanya, bernalar, serta mempresentasikan apa

yang mereka ketahui.". Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadi harapan agar para siswa lebih berkompeten, baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan atau yang lebih dikenal dengan pendidikan karakter.

Mulyasa (2013:163-164) menambahkan bahwa implementasi kurikulum berbasis karakter dan kompetensi tersebut diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan alamiah (kontekstual) sesuai kompetensi peserta didik, bukan hanya transfer pengetahuan. Sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013 bahwa kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada peserta didik. Peserta didik harus aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pembelajaran. pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Berbagai kemampuan juga dikembangkan secara optimal berdasarkan kompetensi dasar tertentu.

(25)

yang tersedia saat ini dirasa masih memerlukan tambahan suplemen lain seperti buku paket dari berbagai macam penerbit yang relevan dengan materi. Pendekatan tematik integratif belum nampak pada bahan ajar mengacu kurikulum 2013 yang tersedia. Guru juga masih kesulitan dalam hal penilaian pada kurikulum 2013. Wawancara juga dilakukan di SDN Jampiroso 1 Temanggung pada tanggal 23 September 2013. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru merasa kesulitan mengenai sistem penilaian yang terlalu banyak. Penilaian yang terlalu banyak menjadikan guru harus meluangkan waktu lebih banyak untuk dapat menilai proses dan hasil belajar peserta didik. Guru juga masih memerlukan suplemen-suplemen lain yang dapat mendukung proses belajar siswa. Jika guru tidak mengembangkan sendiri bahan ajar yang diberikan pemerintah saat ini, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi proses belajar para siswa.

(26)

ajar yang baik akan menjadikan serangkaian pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan siswa. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam menyesuaikan bahan ajar yang dibutuhkan oleh siswa.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan solusi yaitu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 dan diharapkan mampu membantu guru dalam menunjang terlaksananya Kurikulum 2013 dengan baik. Pengembangan bahan ajar ini terbatas pada Subtema Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa calon guru semakin terampil dalam mengolah dan mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi guru

Guru sekolah dasar dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi sekolah

Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.4 Bagi prodi PGSD

Dosen dan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.5 Batasan Istilah

(28)

1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

1.5.3 Penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan pada berbagai macam kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan berbagai pengetahuan secara nyata dan bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran.

1.5.4 Pendidikan karakter adalah pendidikan yang didalamnya terdapat suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk watak, tabiat atau akhlak siswa,

1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan daftar pustaka.

1.5.6 Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014 dengan ciri pembelajaran menggunakan pendekatan tematik integratif, prosesnya dilakukan dengan pendekatan saintifik dan pendidikan karakter yang dikembangkan serta penilaian otentik.

(29)

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Pengembangan Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Oemar Hamalik (2003: 16 &18) menambahkan bahwa kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang ditempuh siswa untuk semua kegiatan yang memberikan peserta didik sebuah pengalaman belajar/pendidikan guna mendapatkan ijazah. Sependapat dengan Oemar, Ladjid (2005:25) menambahkan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan peserta didik untuk mendapatkan ijazah. Dari beberapa definisi di atas, bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah semua mata pelajaran dan kegiatan peserta didik yang terencana yang dapat memberikan pengalaman belajar sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(31)

insan bangsa yang produktif, kreatif, dan inovatif serta watak dan peradaban bangsa yang beradab.

1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Rasional pengembangan kurikulum 2013 dijabarkan Kemendikbud (2013) melalui beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi dikembangkannya kurikulum 2013 antara lain: tantangan internal, tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, dan penguatan materi. Pertama, tantangan internal. Perlunya perubahan kurikulum karena ditemukan beberapa kelemaham pada empat elemen Standar Nasional Pendidikan pada kurikulum KTSP 2006 (Kemendikbud, 2013). Empat elemen Standar Nasional Pendidikan tersebut diantaranya standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Kemendikbud (2013) dalam Mulyasa (2013:60) menyatakan bahwa banyak mata pelajaran yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh dengan didominasi oleh aspek pengetahuan saja. Selain itu, kurikulum KTSP 2006 belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial, standar proses belum menggambarkan pembelajaran yang rinci, standar penilaian berbasis kompetensi belum digunakan.

(32)

mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 dengan anka mencapai 70%. Oleh karena itu, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan manusia produktif yang melimpah tersebut untuk ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi, keterampilan dan nilai melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Kedua, tantangan eksternal. Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi akan menggeser pola hidup masyarakat. Dari pola hidup masyarakat yang agraris dan peniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan eksternal juga terkait dalam bidang pendidikan. Diadaptasi dari Mulyasa (2013:60) hasil studi internasional Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi; padahal peserta didik Korea dapat mencapai 71 persen. Hasil suvei lain didapat dari Program for Internasional Student Assessment (PISA) dari studi tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara peserta PISA. Ternyata masih banyak peserta didik Indonesia yang hanya menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara banyak peserta didik dari negara lain yang menguasai pelajaran sampai level empat, lima bahkan enam.

(33)

pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya), (3) pembelajaran yang terisolasi menjadi pembelajaran jejaring yang berarti bahwa peserta didik dapat belajar dari siapa saja dan darimana saja, (4) pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif dan kritis, (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok, (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia, (7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

Keempat,penguatan tata kelola kurikulum. Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk SD/MI diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.oleh karena itu, dalam kurikulum 2013 dilakukan tata kelola sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan; 3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

(34)

2. Elemen Pengembangan Kurikulum 2013

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi (Kemendikbud:2013). Menurut Permendikbud nomor 54 tahun 2013 yang dimaksud dengan Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang seharusnya dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran.

Kemendikbud (2013) menerangkan bahwa Standar Kompetensi Kelulusan mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui kegiatan “ mengamati,

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

(35)

pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut ke dalam kompetenasi dasar mata pelajaran. (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 mengganti Standar Kompetensi yang digunakan pada kurikulum sebelumnya dengan Kompetensi Inti. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Kompetensi Inti (KI) dirumuskan sebagai berikut (Kemendikbud:2013) :

a. Kompetensi Inti-1 (KI – 1) untuk kompetensi inti sikap spiritual b. Kompetensi Inti-2 (KI – 2) untuk kompetensi inti sikap sosial c. Kompetensi Inti-3 (KI – 3) untuk kompetensi inti pengetahuan d. Kompetensi Inti-4 (KI – 4) untuk kompetensi inti keterampilan

(36)

KI-3 dan KI-4 dapat dikembangkan melalui pembelajaran langsung, sedangkan KI-1 dan KI-2 dapat dikembangkan dengan pembelajaran tidak langsung. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung adalah proses pendidikan yang tersusun dan tertuang dalam silabus dan RPP dimana peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar. Pembelajaran langsung dialami peserta didik ketika melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau biasa disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan nilai dan sikap.

(37)

Pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelaaran (RPP), serta penilaian. Penilaian dalam pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah penilaian otentik. Penilaian otentik (Authentic Assesment) digunakan dalam hal menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.

Tujuan diterapkannya kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (Kunandar, 2014:16). Kemampuan hidup yang baik akan menjadikan manusia Indonesia mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan demikian, bangsa Indonesia siap dan mampu mengikuti perkembangan sesuai arus global yang sedang berkembang.

2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif 1. Pengertian Tematik Integratif

Kata “tematik” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “berkenaan dengan tema”; dan “tema” sendiri memiliki arti “pokok pikiran;dasar

(38)

yang utuh dan membuat pembelajaran lebih terpadu, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa SD/MI.

La Iru dan Arihi dalam Prastowo (2013:119) menjelaskan bahwa model pembelajaran tematik ini memiliki beberapa arti penting dalam membangun kompetensi siswa, yaitu: (1) Pembelajaran tematik menekankan pada keterlbatan siswa dalam proses pemvelajaran secara aktif, sehingga siswa memperoleh pengalamannya langsung dan melatih untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. (2) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Cara pengemasan pembelajaran dengan aktivitas pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar siswa. Selain itu, proses pembelajaran juga akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien serta menarik bagi siswa (Prastowo, 2013:118).

Kata integratif dapat diartikan dengan kata “terpadu” (Kemendikbud:2013). Kata “terpadu” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “sudah padu

(39)

kurikulum interdisipliner yaitu memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam objek yang aktif.

Beberapa definisi mengenai kata “tematik” dan “terpadu” telah dibahas di atas

sesungguhnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada proses penyatuan. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu (Integratif Thematic) adalah pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan tema sebagai pemersatunya. Menurut Mulyasa (2013:170) pembelajaran berbasis tematik integratif menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah dasar diintegrasikan melalui tema-tema yang telah di tetapkan. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Integratif

Kemendikbud (2013) dalam Modul Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, mengungkapkan fungsi pembelajaran tematik terpadu (thematic integratif) adalah untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema. Fungsi lainnya yaitu dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang relevan dengan kehidupan siswa. Materi yang dipelajari adalah materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi siswa.

(40)

mengembangkan kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) mengembangkan kemampuan berbahasa dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran dalam tema yang sama; (5) siswa lebih bersemangat belajar karena peserta didik dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bertanya, bercerita, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. Dari kelima tujuan diatas, masih terdapat tiga tujuan, antara lain: (6) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks yag jelas; (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih; (8) budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan (Kemendikbud: 2013).

3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tematik akan memberikan rasa nyaman dan menyenangkan. Peserta didik memiliki rasa mau menanggung resiko bersama. Kemendikbud (2013) menerangkan bahwa pembelajaran tematik integratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) berpusat pada anak; b) memberikan pengalaman langsung bagi anak; c) pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas; d) pembelajaran satu dengan yang lainnya akan saling terkait; e) bersifat luwes (keterpaduan mata pelajaran); f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak.

(41)

bermain, mengembangkan komunikasi peserta didik, mengembangkan kemampuan meta kognitif peserta didik, lebih menekankan proses daripada hasil. Menurutnya, pembelajaran tematik sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran jika dilihat dari perkembangan peserta didik dan karakter cara belajar mereka. Pembelajaran dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian para peserta didik.

2.1.1.3Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa penggunaan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Peserta didik harus paham bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Pebelajaran juga diharapkan mampu mengarahkan peserta didik merumuskan masalah dengan banyak bertanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pendekatan saintifik juga menuntut pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk melatih berpikir analitis bukan mekanistis. Artinya, peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan, bukan rutin hanya dengan mendengarkan dan menghapal semata.

(42)

informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (2013). Peserta didik diminta aktif dalam melakukan serta mengembangkan keterampilan-keterampilan ilmiah tersebut selama proses pembelajaran.

1. Mengamati

Peserta didik memiliki kesempatan secara luas dan bervariasi dalam melakukan pengamatan. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Peserta didik akan merasa senang dan tertantang ketika disajikan media objek secara nyata. Aktivitas ini memiliki manfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2. Menanya

Kegiatan menanya merupakan kegiatan lanjutan dan secara bersamaan akan dilakukan peserta didik ketika mereka mengamati sebuah objek. Peserta didik akan diberi kesempatan luas untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, dibaca, atau disimak. Siswa aan dibimbing oleh guru untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan hasil pengamatan objek yang konkret kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, dan prosedur.

(43)

rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik. (b) Mendorong peserta didik untuk aktif belajar dan mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. (c) Mendiagnosis kesulitan peserta didik serta merancang untuk mencari solusinya. (d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamnannya. (e) Membangkitkan keterampilan berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban yang logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. (f) Peserta didik menjadi berpartisipasi dalam berdiskusi, beragumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. (g) Membangun sikap terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, mempekaya kosakata, serta mengembangkan toleransi social dalam hidup berkelompok. (h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. (i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Pertanyaan yang diajukan bisa bersifat faktual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik. Peserta didik dilatih untuk menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru, sampai ia bisa mengajukan pertanyaan sendiri. 3. Mengumpulkan informasi/eksperimen

(44)

Kegiatan ini melibatkan guru sebagai fasilitator. Guru perlu menempatkan diri dalam hal membimbing peserta didik untuk mengumpulkan informasi. Guru juga perlu untuk mengarahkan peserta didik dalam bekerja mengumpulkan informasi supaya peserta didik dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik serta dapat mengumpulkan informasi yang dicari dan dibutuhkan.

4. Mengasosiasikan

Informasi yang telah terkumpul dapat menjadi dasar bagi kegiatan beriktnya yaitu memproses informasi/mengolah informasi/mengasosiasikannya. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan infomasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Kegiatan belajar peserta didik dikondisikan secara kolaboratif. Kewenangan guru adalah sebagai direktif atau manajer belajar, sedangkan peserta didiklah yang harus aktif. Dalam situasi kolaboratif, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Cara semacam ini akan menimbulkan rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik dalam menghadapi perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.

5. Mengkomunikaskan

(45)

hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang dibuat bersama.

Hasil tersebut disampaiakan di kelas dan guru memberikan penilaian serta klarifikasi supaya peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Peserta didik perlu dibiasakan dalam hal mengemukakan atau mengkomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya kepada orang lain baik itu teman, guru, atau bahkan kepada orang tua.

2.1.1.4Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013 1. Hakikat Penilaian Otentik

Penilaian menurut Burhan (2011:22) adalah serangkaian proses yang sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh pencapaian peserta didik terhadap tujuan pendidikan. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja peserta didik yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Penilaian merupakan aspek penting dalam pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi diri secara maksimal (Mulyasa, 2013:136-137). Inti dari kegiatan penilaian menurut Supratiknya (2012:2) adalah untuk menentukan nilai dari peserta didik dengan cara membandingkannya dengan kriteria tertentu.

(46)

penilaian otentik. Penilaian tersebut mengacu pada Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Proses Penilaian Pendidikaan. Permendikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

Kemendikbud melalui panduan teknis penilaian Kurikulum 2013 mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan seberapa jauh kompetensi yang dicapai peserta didik. Penilaian otentik menuntut pembelajar dalam hal mendemonstrasikan pengetahuan melalui berbagai keterampilan dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Peserta didik diminta melakukan sesuatu dalam hal penerapan pengetahuan yang telah dikuasai secara teoritis. Hal yang sangat penting dalam penilaian otentik adalah penilaian proses dan sekaligus penilaian hasil/produk. Dalam hal ini tampilan peserta didik dalam suatu pembelajaran akan terlihat dan dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak hanya berdasarkan hasil akhir saja.

2. Prinsip dan Ciri-ciri Penilaian Otentik

(47)

pembelajaran. penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah. (b) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. (c) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

Penilaian otentik memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan Kunandar (2014:38) antara lain: (1) mengukur semua aspek pembelajaran mulai dari kinerja dan hasil/produk, (2) dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, (3) menggunakan berbagai cara atau teknik penilaian dan sumber, (4) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, informasi-informasi lain bisa dijadikan bahan dalam melakukan penilaian, (5) tugas dan kegiatan harus mencerminkan kehidupan nyata peserta didik, (6) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).

3. Jenis-jenis Penilaian Otentik

(48)

secara meyeluruh perlu diguankan teknik penilaian lainnya yaitu teknik penilaian bukan tes (non test).

Tes tertulis, yaitu suatu tes yang menuntut jawaban tertulis dari siswa. Menurut Kunandar (2014:40) teknik penilaian ini biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal kognitif atau pengetahuan. Soal-soal tertulis disusun dalam bentuk tes objektif dan tes uraian (essay). Tes objektif terdiri atas tes benar-salah (true-false), tes pilihan berganda (multiple choise), tes menjodohkan (matching test), dan tes isian singkat (short answer). Tes uraian terdiri atas tes uraian terdiri atas tes uraian terbatas/tertutup/terstruktur dan tes uraian yang bebas/terbuka (Rusman, 2013:278).

Uraian di atas merupakan jenis penilaian dengan teknik penilaian berupa tes. Teknik tersebut sudah biasa diguankan dalam pembelajaran konvensional dan tidak dapat menggambarkan kemajuan peserta didik secara keseluruhan. Jenis penilaian dengan teknik non-tes sangat tepat digunakan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik. Menurut Kemendikbud (2013) berbagai penilaian dengan teknik non-tes meliputi: observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, jurnal/catatan guru, kinerja atau performance, projek, portofolio.

(49)

Penilaian diri, merupakan suatu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Penilaian ini membantu guru untuk dapat mengetahui kompetensi-kompetensi apa saja yang peserta didik kuasai atau belum mereka kuasai. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

Penilaian antarteman, teknik penilaian ini digunakan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Penilaian antarteman diguanakan untuk mencocokan persepsi diri siswa dengan persepsi temannya serta kenyataan yang ada. Guru dapat melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut dengan teknik penilaian ini. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman.

Jurnal/catatan guru, merupakan suatu catatan harian yang menggambarkan kegiatan siswa setiap hari (Rusman:2013:279). Penilaian ini diguanakn untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Kemendikbud (2013) menambahkan bahwa jurnal merupakan catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi. Penilaian ini dapat digunakan guru untuk memberi pertimbangan, motivasi, dan penguatan kepada peserta didik.

(50)

berlari berpasangan, memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya.

Projek, teknik penilaian ini merupakan kegiatan menilai terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan mengkomunikasikan informasi. Penilaian ini dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir tinggi (Kemendikbud: 2013).

Portofolio, merupakan penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama satu semester atau satu tahun. Informasi yang didapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Karya-karya peserta didik dapat berupa karangan, puisi, surat, komposisi, music, dan sebagainya.

2.1.1.5Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal 1. Hakikat Pendidikan Karakter

(51)

undang-undang. Amanat tersebut melahirkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal (3) UU No. 20 tahun 2003 tersebut menegaskan bahwa “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Fungsi pendidikan nasional tersebut akan terlaksana apabila pendidikan karakter diterapkan pada setiap pembelajaran.

Thomas Lickona mendefinisikan karakter merupakan suatu sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (2012 :32). Helen G. Douglas dalam Samani mengungkapkan bahwa “Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought, action by action”(2013:41). Karakter dapat terbentuk sedikit demi sedikit dari hari ke hari melalui tindakan.

(52)

Pengertian karakter sebagai proses yang dikehendaki lebih dipahami dengan adanya kebebasan (Doni Koesoema, 2012:56). Karakter merupakan sebuah kebebasan manusia untuk menentukan mau jadi seperti apa dirinya. Manusia lebih dapat bertindak, bukan sebuah hasil determinasi dari kumpulan pengalaman masa lalu yang terbentuk biasa saja tanpa bisa berubah lagi.

Pendidikan karakter menurut Mulyasa (2011:1) “merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik”. Hal tersebut dipertegas dengan pengertian menurut Doni Koesoema (2012:57) mengenai pendidikan karakter yaitu:

Usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai-nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia.

Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut (Doni Koesoema, 2012:58):

(53)

kelas, maupun dinamika pembelajaran dalam kelas secara keseluruhan. Menurut Marianna Richardson dalam Maksudin (2013:68) pendidikan karakter dapat disampaikan melalui beberapa cara, yaitu melalui sastra, sejarah, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan matematika.

Melalui sastra, bagi pecinta buku, kesemuanya mengandung integrasi antara apa yang disajikan dalam karya sastra dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Kutipan bacaan bisa digunakan dalam diskusi tentang dilemma moral atau karakter tokoh cerita untuk membantu memahami motivasi, dan sebagainya. Melalui sejarah, berpedoman dari pertanyaan bagaimana akibanya jika…… misalnya bagaimana akibatnya jika penjajah belanda di Indonesia tidak bertekuk lutut? Alur peristiwa dalam sejarah cukup penting untuk digunakan sebagai bahan diskusi peserta didik. Peristiwa itu membuat atau menggugah perasaan peserta didik, apa yang baik yang sedang terjadi di dunia, dan sebagainya.

Melalui pengajaran ilmu pengetahuan alam, sebagai contoh teori evolusi dengan munculnya cloning dapat dijadikan bahan diskusi secara terbuka dengan peserta didik. Pertanyaan yang dimunculkan berkaitan dengan hal tersebut misalnya,apakah secara moralmembuat tiruan (cloning) individu dapat dibenarkan dan sebagainya. Melalui matematika, siswa dapat diminta untuk menulis (a) permasalahan yang memerlukan keputusan moral, (b) bagaimana proses mengambil keputusan, dan (c) bagaimana tindakan moral yang diaplikasikan, tidak hanya aplikasi matematika semata.

(54)

respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), (4) courage (keberanian), (5) honesty (kejujuran), (6) citizenship (kewarganegaraan), (7) self-disipline (disiplin diri), (8) caring (peduli), (9) perseverance (ketekunan). Sekolah yang ingin memprioritaskan untuk pembentukan nilai-nilai tertentu dalam diri peserta didik juga harus melihat relevansi pembentukan dan penanaman nilai itu dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang lebih luas (Doni Koesoema, 2012:101). Pada dasarnya pendidikan karakter juga ingin membantu siswa mempersiapkan diri untuk bersikap dan bertindak dalam masyarakat yang sesuai dengan tatanan moral dan cara berperilaku yang ada tanpa kehilangan visi global.

2. Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal

Pendidikan karakter yang relevan harus menghargai dan mengembangkan keutamaan lokal. Nilai-nilai yang terdapat di dalam sebuah masyarakat dapat menjadi panduan bagi sekolah dalam mendesain kurikulum pendidikan karakter. Sekolah mesti memahami kultur dan budaya daerah setempat sehingga dapat menanamkan berbagai macam nilai kearifan lokal. Budaya lokal yang tertanam dalam setiap individu nantinya akan dianggap sebagai warisan kebudayaan masyarakat.

(55)

Koesoema (2012:101), pendidikan karakter seharusnya bersifat glokal, artinya global dan lokal.

Sifat glokal dalam keterampilan untuk menemukan nilai-nilai kebijaksanaan dan kearifan tersebut sangat diperlukan (Koesoema, 2012:101). Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter berakar kokoh pada tradisi budaya sendiri dan sekaligus tetap terbuka dan dinamis menerima masukan dari dunia luar, pada dimensi universal nilai-nilai yang sedang dikembangkan. Pengembangan pendidikan karakter yang demikian tersebut nantinya akan menjadi strategi praktis bagi pengembangan pendidikan karakter di sekolah.

2.1.2 Bahan Ajar

Bahan ajar menurut Suryantoro (2011) dapat didefinisikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Juono (2013) menyebutkan bahan ajar sebagai bahan pembelajaran atau materi pembelajaran (instructional materials) yang secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, serta nilai dan sikap.

(56)

yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas, bahan ajar dapat diartikan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Menurut Juono (2013) bahan pembelajaran yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurutnya salah satu faktor penentu bagi proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuannya terdapat pada kualitas bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan ajar merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

(57)

1. Perbedaan Bahan Pembelajaran dengan Buku Teks

Perbedaan antara bahan pembelajaran dan buku teks dapat dilihat dari penggunaan maupun tujuan penyusunannya. Bahan pembelajaran merupakan materi atau sumber informasi yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk dipergunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran, sementara buku teks adalah sumber informasi yang disusun dengan urutan atau struktur berdasar bidang ilmu tertentu.

Gintings (2008) mengemukakan perbedaan antara bahan pembelajaran dengan buku teks secara umum sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini (Juono, 2013).

Perbedaan Bahan Pembelajaran dengan Buku Teks

Aspek Bahan Pembelajaran Buku Teks

Tujuan Pembelajaran yang terkandung

Spesifik sesuai dengan standar kompetensi lulusan

Bersifat umum sesuai dengan asumsi penulis

Isi Rangkuman atau cuplikan dari

bukiu teks atau prosedur kegiatan yang terkait langsung dengan tujuan pembelajaran dan standar isi atau merujuk kepada TNA (Training Need Analysis)

Dapat merujuk sepenuhnya kepada kurikulum dan dapat juga merujuk kepada

sistematika ilmiah suatu topik bahasan

Tingkat kedalaman materi

Disesuaikan dengan kondisi kelas dan atau berdasarkan tes awal

Disesuaikan dengan tuntutan perkembangan ilmiah

Bentuk Cuplikan, ringkasan, materi, prosedur

Himpunan materi lengkap

(58)

modul, lembar praktek atau job sheet, tape recorder, CD pembelajaran

Diktat.

Pembuat Guru/Dosen yang akan menyampaikan materi pembelajaran atau team yang yang ditunjuk oleh lembaga pengelola pendidikan

Penulis profesional yang bekerja sama dengan penerbit

Lingkup penggunaan Internal lembaga pendidikan tertentu

Masyarakat luas

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Bahan Pembelajaran dengan Buku Teks menurut Gintings (Juono, 2013)

(59)

Buku teks sangat jarang dipergunakan secara mandiri dalam proses belajar dan pembelajaran karena memang tidak dirancang untuk dipergunakan secara mandiri, namun demikian buku teks dapat dipergunakan sebagai sumber untuk menyusun bahan ajar. Dengan demikian, penggunaan buku teks dalam proses belajar dan pembelajaran memerlukan dosen atau guru yang berfungsi sebagai penterjemah yang menyampaikan isi atau sebagian isi buku tersebut kepada peserta didik.

Berikut ini dikemukakan tabel perbedaan antara bahan pembelajaran dengan buku teks secara terperinci menurut Pannin dan Purwanto (2001).

Perbedaan antara Bahan Ajar dengan Buku Teks

Bahan Ajar Buku Teks

Menimbulkan minat baca 1 Mengamsumsikan minat dari pembaca

Ditulis dan dirancang untuk peserta didik

Ditulis untuk pembaca

Dikemas untuk proses instruksional Dirancang untuk dipasarkan secra luas

Menjelaskan tujuan instruksional Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional

Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

Disusun secara linier

Struktur berdasarkan kebutuhan pesrta didik dan kompetensi akhir yang akan dicapai

Struktur berdasarkan logika bidang ilmu

Mengakomodasi kesulitan peserta didik Tidak mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik

(60)

Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif

Kepadatan berdasarkan kebutuhan peserta didik

Sangat padat

Mempunyai mekanisme untuk

mengumpulkan umpan balik dari peserta didik

Tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca

Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berlatih

Belum tentu memberikan latihan

Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar

Tidak selalu ada penjelasan cara mempelajari

Tabel 2.2 Tabel Perbedaan antara Bahan Ajar dengan Buku Teks

2.1.3 Model Pengembangan Bahan Ajar

Prastowo (2012: 17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

(61)

Untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas maka perlu dilakukan penilaian atau evaluasi. Cunningsworth (1995: 3) mengemukakan beberapa unsur untuk mengevaluasi suatu bahan ajar. Unsur tersebut meliputi tujuan dan pendekatan (aims and objectives), desain dan pengorganisasian (design and organization), isi (language content), keterampilan berbahasa (skill), topik (topic), metodologi (methodology). (1995: 3). Dari unsur-unsur tersebut akan dikembangkan indikator-indikator penilaian sebagai instrumen validasi untuk menilai kualitas produk bahan ajar yang dikembangkan.

Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. Bahan ajar digunakan dalam pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. dalam mengembangkan bahan ajar diperlukan model pengembangan yang sesuai. Salah satu model yang mengakomodasi pengembangan perangkat pembelajaran adalah model yang dikembangkan oleh Kemp.

(62)

Gambar 2.1 Model pengembangan bahan ajar model Kemp yang Direvisi (Tiyanto, 2009: 179)

(63)

dapat berjalan dengan baik karena adanya layanan pendukung (support service). Layanan pendukung berupa buku, sumber dari internet, guru, siswa, dll.

Berikut ini penjelasan setiap unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp, meliputi:

a. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)

Tujuan identifikasi masalah pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara fakta di lapangan dengan tujuan menurut kurikulum yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru. Selanjutnya akan disusun cara pembelajaran agar tujuan dapat dicapai sepeti yang diharapkan kurikulum.

b. Analisis Siswa (Learner Characteristic)

Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok. Tingkah laku awal siswa yaitu keterampilan-keterampilan khusus yang harus dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Analisis karakteristik siswa bertujuan mengetahui kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial dengan memperhatikan ciri, kemampuan dan pengalaman siswa baik secara individu maupun kelompok.

c. Analisisi Tugas (Task Analysis)

(64)

analisis tujuan tidak lain dari analisis isi pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam analisis tugas meliputi, (1) analisis Struktur isi, (2) analisis konsep, (3) analisis prosedural, dan (4) analisis pemrosesan (2009 : 181).

1) Analisis struktur isi. Analisis struktur isi ini dilakukan dengan mencermati kurikulum mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.

2) Analisis konsep. Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai urutan penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan.

3) Analisis procedural. Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural. 4) Analisis pemrosesan informasi. Analisis pemrosesan informasi dilakuakan

untuk mengelompokkan tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan mempertimbangkan waktu.

d. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Gambar

Gambar  3.2  Model Pengembangan Bahan Ajar Kemp dan Borg and Gall ...
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Bahan Pembelajaran dengan Buku Teks
Tabel 2.2 Tabel Perbedaan antara Bahan Ajar dengan Buku Teks
Gambar 2.1  Model pengembangan bahan ajar model Kemp yang Direvisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara eksperimental korelasi antara berbagai variasi kadar abu terbang pada dua varian rasio-air- powder dengan kinerja

BAB 2 MODEL DAN KERANGKA KERJA PERILAKU KONSUMEN Dalam bab ini dibahas mengenai model dan kerangka kerja perilaku konsumen yang dikaitkan dengan ruang lingkup

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga

Pengguna semakin mudah untuk mengingat, pertama dengan adanya kartu murojaah yang berisi potongan awal kata dalam satu ayat sehingga pengguna dapat terbantu saat

Dengan tidak beroperasinya PLTM Aek Silau 2 dan PLTmH Tonduhan, aliran daya bergerak satu arah dari GI Pematang siantar menuju pusat-pusat beban pada penyulang PM.6 yaitu

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman inang yaitu tomat dan cabai dapat bersimbiosis dengan CMA yang ditandai dengan adanya kolonisasi pada masing-masing akar, berupa