• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema aku dan cita-citaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema aku dan cita-citaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM

2013 SUBTEMA AKU DAN CITA-CITAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rama Ardani NIM: 101134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM

2013 SUBTEMA AKU DAN CITA-CITAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rama Ardani NIM: 101134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rama Ardani

Nomor Mahasiswa : 101134027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA AKU DAN CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Kedua orang tuaku, yang telah memberikan dukungan,

motivasi, dan doa khususnya.

Terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tuaku

yang sangat kucintai dan banggakan

(8)

vii

MOTTO

“Orang sukses memiliki komitmen untuk terus berjuang maju

dengan melawan godaan dan menghadapi tantangan.” Rama Ardani

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala

dan layanilah Tuhan.”

(9)

viii

ABSTRAK

Ardani, Rama. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Aku dan Cita-citaku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi.Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 yang terintegrasi dengan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar, (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Metode penelitian yang digunakan adalah R&D. Prosedur pengembangan bahan ajar ini memodifikasi langkah-langkah model Kemp yang telah direvisi dan penelitian pengembangan Borg and Gall melalui 8 langkah, yaitu (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk (prototype), (4) Validasi ahli, (5) Revisi desain, (6) Uji coba desain, (7) Validasi siswa, (8) Revisi desain produk ujicoba terbatas untuk mengembangkan dan menghasilkan produk final berupa bahan ajar.

Hasil validasi menunjukkan bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan menurut pakar Kurikulum SD 2013 memperoleh skor 3,78 dengan kategori “baik”, validasi oleh dua orang guru Kelas IV SD memperoleh skor 3,76 dan 3,73 dengan kategori “baik”, dan validasi lapangan oleh sepuluh siswa kelas IV SDN Puren Yogyakarta memperoleh skor 4,00 dengan kategori “baik”. Dari keseluruhan hasil validasi tersebut diperoleh rerata skor 3,82 dan termasuk dalam kategori “baik”. Dengan demikian, kualitas bahan ajar yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran Kelas IV.

(10)

ix

ABSTRACT

Ardani, Rama. 2014. Development of Instructional Materials Refer to Curriculum of 2013 Subtheme Me and My Aspiration For Student in Grade IV Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta.

This research began from the teacher’s needed about instructional materials which integrated with character education based local culture. This research aims to (1) describes the development procedures of instructional materials subtheme Me and My Aspiration for student in grade IV Elementary School, (2) describe instructional materials quality refer to curriculum of 2013 subtheme Me and My Aspiration for student in grade IV Elementary School.

The research method use R&D. This development procedure was modified Kemp models of teaching materials steps that have been revised and Gall's Borg development research through 8 steps, which were (1) Potential and problems, (2) Data collection, (3) Product design (prototype), (4) Validation of experts, (5) Revised design, (6) Trial design, (7) Validation of student, (8) Revision of the limited trial product design, to develop and produce a final product in the form of teaching materials.

Validation results showed that the quality of teaching materials developed by Elementary School Curriculum of 2013 experts gain score of 3.78 with the "good" category, validation by two fourth grade teachers scored 3.76 and 3.73 with the category of "good", and field validation by ten grade IV students of SDN Puren Yogyakarta scored 4.00 in the category of "good". The overall validation results obtained by the average score of 3.82 and included in the category of "good". Thus, the quality of teaching materials developed is viable for use in teaching of fourth grade.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan, atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang begitu berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang ditentukan. Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi

PGSD.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendorong peneliti dari awal penelitian sampai akhir penelitian.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membantu membimbing dan mendorong penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Suyadi, S.Pd., selaku kepala sekolah SD N Puren Yogyakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Anastasia Murtini, S.Pd., selaku guru kelas IV SD N Ungaran Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam proses penelitian.

(12)

xi

8. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku validator pakar Kurikulum SD 2013 dalam penelitian ini.

9. Siswa kelas IV SD N Puren Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014 yang telah berpartisipasi dalam proses penelitian ini.

11. Kedua orang tuaku, Bapak Nurdani Haryanto dan Ibu Ari Retnowati, serta adikku Janti Retno Ardani yang selalu mendukungku dalam segala hal, doa, motivasi, semangat, dan perhatian yang begitu besar selama proses penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman PAYUNG dan semua teman PGSD angkatan 2010 khususnya kelas D.

13. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penulisan skripsi ini dan tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

(14)

xiii

Halaman BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Kurikulum SD 2013 ... 8

2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013... 8

2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif... 18

2.1.1.3Pendekatan Saintifik... 22

2.1.1.4Penilaian Otentik... 33

2.1.1.5 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal... 44

2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 48

2.2 Penelitian yang Relevan ... 51

2.3 Kerangka Berpikir ... 55

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 59

3.2 Prosedur Pengembangan ... 59

3.3 Jadwal Penelitian... 63

3.4 Uji Coba Produk... 64

3.4.1 Desain Uji Coba ... 64

3.4.2 Subjek Uji Coba ... 65

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 65

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 66

(15)

xiv

Halaman BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kebutuhan... 70

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 72

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 75

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 75

4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 79

4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk... 81

4.3.4 Kajian Produk Akhir... 83

4.3.5 Pembahasan... 85

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…... 89

5.2 Keterbatasan Pengembangan…... 90

5.3 Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum... 11

Tabel 2. Perbandingan kurikulum Matematika Kelas IV SD yang ada di Indonesia dengan materi yang terdapat di TIMSS... 15

Tabel 3. Elemen perubahan Kurikulum SD 2013... 16

Tabel 4. Jadwal penelitian... 63

Tabel 5. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima menurut Sukardjo ... 67

Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 69

Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisinya ... 78

Tabel 8. Komentar Guru Kelas IV dan Revisinya... 80

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Hasil Wawancara guru Kelas IV ... 94

Lampiran 2. Jaring-jaring Indikator Bulanan... 97

Lampiran 3. Silabus ... 98

Lampiran 4. Jaring-jaring Mingguan... 122

Lampiran 5. Jaring-jaring Kompetensi Dasar dan Indikator Harian... 125

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131

Lampiran 7. Lembar Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 228

Lampiran 8. Lembar Hasil Validasi Guru Kelas IV 1... 232

Lampiran 9. Lembar Hasil Validasi Guru Kelas IV 2 ... 236

Lampiran 10. Lembar Hasil Validasi Lapangan ... 240

Lampiran 11. Rekapitulasi Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 260

Lampiran 12. Rekapitulasi Validasi Guru Kelas IV 1... 263

Lampiran 13. Rekapitulasi Validasi Guru Kelas IV 2... 266

Lampiran 14. Rekapitulasi Validasi Lapangan ... 269

Lampiran 15. Rekapitulasi Validasi Keseluruhan... 271

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian ... 272

Lampiran 17. Surat telah melakukan penelitian... 273

Lampiran 18. Foto pelaksanaan Validasi Lapangan ... 274

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 secara resmi diluncurkan pada tanggal 15 Juli 2013 dan sudah diterapkan di sekolah-sekolah tertentu pada tahun ajaran 2013/ 2014. Tujuan diterapkannya Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah penerapan/ implementasi Kurikulum 2013 lebih menekankan keseimbangan antara aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya/ KTSP yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Maka dari itu, proses belajar mengajar tidak hanya fokus pada aspek kognitif saja, tetapi juga menonjolkan aspek afektif/ karakter dan keterampilan. Perubahan kurikulum ini sejalan dengan tuntutan di dunia pendidikan yang mengharapkan adanya perubahan pada karakter peserta didik karena adanya penurunan kualitas sikap dan moral.

(20)

menyebabkan 4 siswa meninggal dan 2 siswa hilang. Salah satu penyebab dari kasus tawuran pelajar ini adalah kurangnya pendidikan karakter pada diri siswa. Apabila setiap siswa memiliki karakter yang baik, maka tawuran antar pelajar tidak akan terjadi.

Kurikulum 2013 telah dirancang sedemikian rupa supaya peserta didik mampu mencapai kompetensi utama, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor). Kompetensi tersebut diharapkan mampu menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Pada jenjang SD/ MI, proses belajar mengajar dilakukan dengan metode tematik-integratif. Guru diharapkan mampu mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam tema yang berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.

Salah satu hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah bahan ajar. Bahan ajar bertujuan untuk memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu manfaat bahan ajar adalah supaya proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan siswa mendapat kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Kelas IV SDN Gentan, guru belum menggunakan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk Kelas IV SD. Selain itu, guru juga belum pernah membuat bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk Kelas IV.

(21)
(22)

ajar kurikulum 2013 sendiri, jika mau mengembangkan harus ada bimbingan dari pengawas dan pihak-pihak ahli tentang kurikulum 2013 karena informasi dan sosialisai pemerintah kepada guru-guru masih sangat minim, (9) bahan ajar kurikulum SD 2013 sebagian sudah sesuai dengan budaya lokal sekolah namun ada beberapa yang belum sesuai dengan budaya lokal sekolah karena masih mengandung budaya yang lain, (10) Guru belum tahu tentang jenis-jenis karakter yang akan dikembangkan oleh pemerintah. Guru hanya mengetahui pendidikan karakter yang dasar-dasar saja seperti jujur, kerja sama, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan pemerintah sendiri tidak menekankan atau memberitahukan tentang jenis-jenis pendidikan karakter yang akan dikembangkan, (11) Saran guru untuk bahan ajar kurikulum SD 2013 yaitu supaya lebih baik lagi sehingga dengan bahan ajar yang disediakan, guru dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, lebih baik bahan ajar kurikulum 2013 disesuaikan dengan budaya lokal sekolah.

Dari hasil analisis kebutuhan dapat disimpulkan bahwa guru membutuhkan bahan ajar kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan budaya lokal sekolah sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta memudahkan guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar? 1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku

mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema Aku dan Cita-citaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 Subtema Aku dan Cita-citaku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar. 1.4.2 Bagi guru

(24)

1.4.3 Bagi siswa

Siswa dapat mengenal dan mempelajari materi tentang Subtema Aku dan Cita-citaku.

1.4.4 Bagi sekolah

Sekolah memperoleh referensi bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 Subtema Aku dan Cita-citaku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Produk ini dapat digunakan sebagai inspirasi untuk mengembangkan bahan ajar.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran menjadi satu dengan menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna.

1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan pemahaman terhadap peserta didik untuk lebih mengenal dan memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah.

(25)

1.5.4 Pendidikan karakter adalah upaya untuk mendorong siswa agar tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip- prinsip moral dalam hidupnya.

1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan daftar pustaka.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (karakter, keterampilan, dan intelektual) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan sains.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kurikulum SD 2013

2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013

2.1.1.1.1 Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013

Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 berisi tentang penyelenggaraan pendidikan (Kemendikbud, 2013: 72). Pendidikan diharapkan dapat mewujudkan perkembangan/ peningkatan kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu unsur yang dapat menentukan perkembangan/ peningkatan kualitas pribadi peserta didik adalah kurikulum. Menurut Kemendikbud (2013,72), kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis kompetensi dapat bermanfaat bagi peserta didik agar peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

(27)

(Kemendikbud, 2013: 72). Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan lanjutan dari Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

2.1.1.1.2 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013 perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi. Menurut Kemendikbud (2013: 72-81), tantangan yang dihadapi antara lain:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal berhubungan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Delapan Standar Nasional Pendidikan meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.

(28)

dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang sangat melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban pembangunan.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia yaitu berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan akan dapat terwujud apabila ada perubahan pola pikir manusia. Perubahan pola pikir tersebut meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. 2. Dari satu arah menuju interaktif.

3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. 4. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

5. Dari maya/ abstrak menuju konteks dunia nyata.

6. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. 7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. 8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. 9. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

(29)

11. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. 12. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.

13. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. 14. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.

15. Dari pemikiran faktual menuju kritis.

16. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

Maka dari itu perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Dibawah ini adalah tabel penyempurnaan pola pikir perumusan Kurikulum 2013.

Tabel 1. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum

No. KBK

2004

KTSP

2006

Kurikulum 2013

1 Standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi

Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan 2 Standar isi dirumuskan

berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, keterampilan dan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap

(30)

4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5 Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Penyusunan kurikulum pada kurikulum 2013 diawali dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Silabus disusun pada tingkat nasional, sehingga satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus. Guru diberikan kesempatan untuk mengembangkan proses pembelajaran tanpa dibebani tugas menyusun silabus yang membutuhkan waktu lama dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

(31)

akan sulit dicapai oleh siswa. Begitu pula rumusan kompetensi sulit dijabarkan ke dalam indikator, sehingga akan sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.

Kompetensi akan tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, dibutuhkan langkah penguatan tata kelola yaitu dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Guru merupakan salah satu faktor penting di dalam pelaksanaan kurikulum, sehingga sangat penting untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.

e. Pendalaman dan Perluasan Materi

(32)

diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkat internasional.

Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

- low mengukur kemampuan sampai level knowing

- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying - high mengukur kemampuan sampai level reasoning

(33)

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa Kelas IV SD dan Kelas VIII SMP. Hasil perbandingan kurikulum Matematika Kelas IV SD yang ada di Indonesia dengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang sebenarnya belum diajarkan di kelas IV SD. Dibawah ini adalah tabel perbandingan kurikulum Matematika Kelas IV SD yang ada di Indonesia dengan materi yang terdapat di TIMSS.

Tabel 2. Perbandingan kurikulum Matematika Kelas IV SD yang ada di Indonesia dengan materi yang terdapat di TIMSS

Domain Topics

Number 1. Concepts of whole numbers, including place value and ordering

2. Adding, subtracting, multiplying, and/ or dividing with whole numbers

3. Concepts of fractions

4. Adding and subtracting with fractions

5. Concepts of decimals, including place value and ordering

6. Adding and subtracting with decimals

7. Number sentences

8. Number patterns

Geometry Shapes and Measurement

1. Lines: measuring, estimating length of;parallel and perpendicular lines

2. Comparing and drawing angles

(34)

points in a plane

4. Elementary properties of common geometric shapes

5. Reflections and rotations

6. Relationships between two-dimensional and

three-dimensional shapes

7. Finding and estimating areas, perimeters, and volumes

Data Display 1. Reading data from tables, pictographs, bar graphs, or pie charts

2. Drawing conclusions from data displays

3. Displaying data using tables, pictographs, and bar graphs

Keterangan: Topik yang dicetak dengan huruf tebal belum diajarkan di kelas

IV

Sumber: Kemendikbud

Maka dari itu diperlukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara menghapus materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional. Selain itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.

(35)

2013: 97-98). Dibawah ini adalah tabel elemen perubahan Kurikulum SD 2013.

Tabel 3. Elemen perubahan Kurikulum SD 2013

Elemen Deskripsi

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Kedudukan mata pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi

Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui tematik terpadu dalam semua mata pelajaran

Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI)

- Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya) - Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6

- Jumlah jam bertambah 4 JP/ minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Proses pembelajaran

-Standar proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan

Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta

-Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat

-Guru bukan satu-satunya sumber belajar

-Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

-Tematik dan terpadu

(36)

belajar -Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

-Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) -Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga

kompetensi inti dan SKL

-Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

Ekstrakurikuler -Pramuka (wajib) -UKS

-PMR

-Bahasa Inggris

2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

2.1.1.2.1 Pengertian Pendekatan Tematik Integratif

(37)

menghubungkan antar-konsep dalam intra maupun antar-mata pelajaran. Pembelajaran tematik apabila dibandingkan dengan pendekatan konvensional lebih mengutamakan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

2.1.1.2.2 Fungsi dan Tujuan

Menurut Kemendikbud (2013: 198), pembelajaran tematik terpadu berfungsi memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang ada dalam tema serta dapat menambah semangat belajar peserta didik karena materi yang dipelajari merupakan materi yang kontekstual dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu seperti yang terdapat dalam Kemendikbud (2013, 198) antara lain:

a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

(38)

f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Majid (2014, 88), karakteristik pembelajaran tematik terpadu antara lain:

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih menekankan peserta didik sebagai subjek belajar dan guru sebagai fasilitator supaya siswa lebih mudah dalam mengikuti proses belajar mengajar.

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa mempelajari/ dihadapkan dengan hal-hal yang nyata supaya memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu

pemahaman dalam kegiatan)

(39)

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya) Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari beberapa mata pelajaran sehingga peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat luwes

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari beberapa mata pelajaran, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah.

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.

2.1.1.2.4 Kekuatan Pembelajaran Tematik

Menurut Majid (2014: 92), pembelajaran tematik memiliki beberapa kekuatan, antara lain:

a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan

tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

d. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.

e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

(40)

g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

2.1.1.2.5 Peran Tema dalam Proses Pembelajaran

Menurut Kemendikbud (2013: 199), peran tema dalam proses pembelajaran yaitu pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran. Adapun mata pelajaran yang dipadukan adalah mata pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/ tata krama), PPKn dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (terdiri atas: Bahasa Indonesia, IPS,IPA, Matematika,), Estetika (Seni Budaya-Keterampilan) dan Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.

(41)

2.1.1.3 Pendekatan Saintifik

2.1.1.3.1 Esensi Pendekatan Ilmiah

Menurut Majid (2014:195), dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum selanjutnya menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik setelah itu menarik simpulan secara keseluruhan. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Oleh karena itu, kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.

Supaya dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah memuat serangkaian kegiatan pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, memformulasi, dan menguji hipotesis (Kemendikbud, 2013: 211).

2.1.1.3.2 Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

(42)

retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Menurut Majid (2014:196), proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah dengan cir-ciri penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Maka dari itu, proses pembelajaran harus dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Menurut Majid (2014:197), proses pembelajaran disebut ilmiah apabila memenuhi kriteria seperti berikut ini.

 Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan dengan mengira-ira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi guru-peserta didik dalam

proses pembelajaran terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berpikir secara kritis,

analitis, tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berpikir hipotetik dalam

(43)

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

Proses pembelajaran harus menghindari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Majid, 2014:197).

Intuisi

Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.

Akal sehat

(44)

keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

Prasangka

Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

Penemuan coba-coba.

(45)

jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.

Berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

2.1.2 Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Kemendikbud (2013: 197), pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Menurut Majid (2014: 211), pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi:

1. Mengamati

(46)

maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut contoh Tema Indahnya kebersamaan. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya rumah yang sehat serta termasuk rumah adat mana sesuai dengan bentuknya. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia.

2. Menanya

Peserta didik yang masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat

(47)

Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab sekaligus membedakan karakteristik rumah adat daerah lain dan rumah yang bersih dan yang tidak bersih. (Eksplorasi)

Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat? Pada saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat).

3. Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

(48)

dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.

Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Contoh:

• Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan • Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara

melahirkan

• Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan • Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan

melahirkan

Contoh kegiatan menalar bisa dengan gambar-gambar di bawah ini.

No Gambar Kegiatan di

rumah

Kegiatan di sekolah

(49)

2

3

4. Mencoba

Hasil belajar yang nyata atau otentik bisa diperoleh peserta didik dengan cara mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, (Kelas IV SD/MI) misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

(50)

menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Ekasplorasi dan elaborasi)

Contohnya peserta didik bisa diajak berjalan ke luar kelas untuk melihat bentuk rumah adat didaerahnya sendiri secara nyata dan membandingkan dengan rumah adat yang ada di gambar yang sudah disiapkan guru dan membuat laporan tentang perbedaan yang ada antara rumah yang ada di sekitar sekolah dengan gambar rumah adat lain yang dibandingkan.

5. Mengolah

(51)

Hasil tugas dikerjakan bersama dalam satu kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru.

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.

8. Mengkomunikasikan

(52)

apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

2.1.2.3 Penilaian Otentik

2.1.2.3.1 Pengertian Asesmen Autentik

Menurut Pusat Kurikulum dalam Majid (2014:236) asesmen autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Johnson dalam Majid (2014: 236) mengatakan bahwa penilaian otentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya mengenai materi pembelajaran dan perbaikan diri melalui tugas-tugas yang diberikan guru.

(53)

didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi denganantarsesama melaluidebat, dan sebagainya (Kemendikbud, 2013: 246).

2.1.2.3.2 Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Menurut Kemendikbud (2013: 246), asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 karena asesmen ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Oleh karena itu, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran.

(54)

Asesmen autentik dapat dibuat guru secara individual, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik (Kemendikbud, 2013: 247). Keterlibatan peserta didik dalam asesmen autentik sangat penting sehingga peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah (Kemendikbud, 2013: 247).

Menurut Kemendikbud (2013: 247), asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.

(55)

mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan (Kemendikbud, 2013: 247).

2.1.2.3.3 Jenis-jenis Asesmen Autentik

Guru harus memahami tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan asesmen autentik yang baik. Maka dari itu, guru perlu bertanya pada diri sendiri khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.

Menurut Kemendikbud (2013: 249-253), jenis asesmen autentik antara lain:

a. Penilaian Kinerja

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/ tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Informasi tersebut dapat digunakan guru untuk memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif/ laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

(56)

2. Catatan anekdot/ narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.

3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3= cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Menurut Kemendikbud (2013: 250), penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator

(57)

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dari berbagai macam konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengamati peserta didik dalam berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara sehingga akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen antara lain penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian-diri(self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

 Penilaian ranah sikap. Misalnya peserta didik diminta mengungkapkan

curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

 Penilaian ranah keterampilan. Misalnya peserta didik diminta untuk

menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

 Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk

(58)

belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

 Teknik penilaian-diri memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,

menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

b. Penilaian Proyek

Menurut Kemendikbud (2013: 251), penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Oleh karena itu, pada setiap penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru. Tiga hal tersebut antara lain:

1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 3. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan

(59)

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

c. Penilaian Portofolio

(60)

memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.

Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio seperti yang terdapat dalam Kemendikbud (2013: 252) dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. 1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

(61)

3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.

7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

d. Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

(62)

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh

guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

2.1.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal

2.1.1.5.1 Pengertian Pendidikan Karakter

(63)

tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Suyadi, 2013: 5).

Thomas Lickona dalam Wibowo mengartikan karakter adalah sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (2012:32). Sementara Hamid Hasan, dkk mengungkapkan bahwa karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (2010:3).

Menurut Zubaedi (2012: 14) pendidikan karakter merupakan usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal. Maka dari itu untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik, harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran (the procces of instruction), kualitas hubungan (the quality of relationships), penanganan mata pelajaran (the handling of discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah. Dharma, dkk (2011:5) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku

anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.

(64)

kehidupannya, dan mempunyai keberanian melakukan yang benar. Pembentukan lingkungan berperan penting dalam usaha pengembangan karakter, karena karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik secara formal maupun informal (Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, 2011: 44). Pembentukan karakter terlihat dari perilaku anak dan tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan.

Karakter budaya lokal adalah nilai-nilai yang ada pada budaya lokal setempat/ lingkungan sekitar siswa. Misalnya budaya Jogja yang dapat dipelajari adalah nilai sopan santun, ramah, dan menghargai pendapat orang lain. Jadi pendidikan karakter berbasis budaya lokal adalah penanaman nilai-nilai kepribadian dalam diri anak untuk memiliki sifat, watak, dan tabiat yang sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal setempat/ lingkungan sekitar siswa.

2.1.1.5.2 Tujuan Pendidikan Karakter

(65)

berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Menurut Mulyasa (2011: 9) pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya. Hidayatulloh menambahkan bahwa pendidikan karakter sebaiknya dilakukan secara terintegrasi ke dalam seluruh kehidupan sekolah karena pendidikan karakter memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain dan merupakan landasan dari seluruh aspek termasuk seluruh mata pelajaran (2010:55). Narwati (2011:17) menyimpulkan melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan mengggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai baik yang dikembangkan sekolah dalam diri peserta didik sebagai usaha membentuk karakter peserta didik sehingga dapat tertanam pada perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.5.3 Butir-butir Pendidikan Karakter

(66)

dalam Kemendiknas (2011) sebagai prioritas penanaman yaitu (1) kereligiusan, (2) kejujuran, (3) kecerdasan, (4) tanggung jawab, (5) kebersihan dan kesehatan, (6) kedisiplinan, (7) tolong-menolong, (8) berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (9) kesantunan, (10) ketangguhan, (11) kedemokratisan, (12) kemandirian, (13) keberanian mengambil risiko, (14) berorientasi pada tindakan, (15) berjiwa kepemimpinan, (16) kerja keras, (17) percaya diri, (18) keingintahuan, (19) cinta ilmu, (20) kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, (21) kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22) menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) kepedulian terhadap lingkungan, (24) nasionalisme, (25) menghargai keberagaman. Diantara butir-butir nilai tersebut, delapan butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok pengembangan karakter. Delapan butir tersebut antara lain kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, tanggung jawab, kebersihan dan kesehatan, kedisiplinan, tolong-menolong, dan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Kedelapan butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.

2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar

(67)

saja. Semua komponen dalam pengembangan model kemp saling berhubungan satu dengan lainnya, sehingga apabila terjadi perubahan pada satu komponen dapat mengakibatkan pengaruh pada komponen lainnya.

Dalam lingkaran model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi pada tiap komponen, sehingga memungkinkan pengembang untuk merevisi bagian mana saja yang diperlukan untuk revisi.

Menurut Trianto (2009: 180-186) unsur-unsur dalam pengembangan model Kemp meliputi Pertama, identifikasi masalah pembelajaran. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan dalam kurikulum dan fakta dilapangan.

Kedua, analisis siswa. Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui

tingkah laku awal dan karakteristik siswa seperti ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok.

Ketiga, analisis tugas. Menurut Kemp dalam Trianto (2009: 181),

(68)

Menurut Kemp dalam Trianto (2009: 182), analisis konsep digunakan untuk mengidentifikasi fakta, konsep, prinsip, dan aturan yang dibutuhkan dalam pengajaran. Analisis prosedural dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural. Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokan tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran. Hasil analisis ini adalah cakupan konsep atau tugas yang akan diajarkan dalam satu rencana pelajaran.

Keempat, merumuskan indikator. Indikator merupakan tujuan

pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis tujuan pada tahap satu. Indikator dirumuskan berfungsi sebagai alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa, dan panduan siswa dalam belajar.

Kelima, penyusunan instrumen evaluasi. Penyusunan instrumen

evaluasi digunakan untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa terhadap materi. Keenam, strategi pembelajaran. Pemilihan strategi belajar mengajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pada tahap meliputi pemilihan model, pendekatan dan metode, pemilihan format yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketujuh, pemilihan media atau sumber pembelajaran. Pemilihan media

Gambar

Gambar 2. Langkah-langkah Pengembangan R&D..................................................
Tabel 3. Elemen perubahan Kurikulum SD 2013....................................................
Tabel 1. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum
Tabel 2. Perbandingan kurikulum Matematika Kelas IV SD yang ada di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara eksperimental korelasi antara berbagai variasi kadar abu terbang pada dua varian rasio-air- powder dengan kinerja

BAB 2 MODEL DAN KERANGKA KERJA PERILAKU KONSUMEN Dalam bab ini dibahas mengenai model dan kerangka kerja perilaku konsumen yang dikaitkan dengan ruang lingkup

nya, jika kita punya sebuah bilangan nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima),

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga

Pengguna semakin mudah untuk mengingat, pertama dengan adanya kartu murojaah yang berisi potongan awal kata dalam satu ayat sehingga pengguna dapat terbantu saat

Dengan tidak beroperasinya PLTM Aek Silau 2 dan PLTmH Tonduhan, aliran daya bergerak satu arah dari GI Pematang siantar menuju pusat-pusat beban pada penyulang PM.6 yaitu