PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA MEMANFAATKAN POTENSI LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransisca Adelia Chrisnanda NIM: 101134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA MEMANFAATKAN POTENSI LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransisca Adelia Chrisnanda NIM: 101134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yang Maha Esa. 2. Kedua orang tua saya. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. 4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.
5. Teman satu tema dan satu seperjuangan.
v
MOTTO
Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya kamu akan menangis
dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan
berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”
(Yoh 16:20)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
~ Aristoteles ~
Hanya kebodohan meremehkan pendidikan.
~ P. Syrus ~
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.
~ Lessing ~
Hidup adalah gabungan antara bahagia dan derita. Ia adalah
menguji keteguhan iman seseorang. Malangnya bagi mereka yg
hanya mengikut kehendak hati tidak sanggup menerima
penderitaan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juli 2014 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransisca Adelia Chisnanda
Nomor Mahasiswa : 101134083
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Memanfaatkan Potensi Lingkungan Tempat Tinggal untuk Siswa Kelas IV SD.
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 10 Juli 2014 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA MEMANFAATKAN POTENSI LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR
Studikasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2010,Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Fransisca Adelia Chrisnanda
Universitas Sanata Dharma 2014
Bahan ajar yang mengacu pada Kurikulum 2013 untuk siswa SD kelas IV belum banyak dikembangkan dalam pendidikan usia Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dilakukan jenis penelitian pengembangan (R&D) tentang bahan ajar tersebut. Tujuan penelitian ini adalah membuat bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal untuk siswa kelas IV SD. Instrument yang digunakan dalam penelitian berupa pedoman wawancara dan kuesioner.
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi dari Kemp, Borg and Gall. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik, dan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Bahan ajar diuji cobakan pada 10 orang siswa kelas IV SD N Depok 2 semester genap tahun ajaran 2013/2014 untuk mengetahui kualitasnya. Prosedur pengembangan bahan ajar ini melalui 7 tahap, yakni (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan produk final berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal untuk siswa kelas IV SD menghasilkan bahan ajar yang sangat baik. Bahan ajar dikembangakan ditinjau dari aspek tujuan dan pendekatan, desain dan pengorganisasian, isi, topik, dan metodologi menurut pakar Kurikulum SD 2013, guru SD kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum SD 2013, dan sepuluh orang siswa kelas IV SD N Depok 2 bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,23 dari rentang skor 1 sampai 5 dan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”. Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan ini layak untuk digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 kelas IV semester genap.
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING MATERIALS BASED ON THE
CURRICULUM OF 2013 SUBTHEME HARNESSING THE
POTENTIAL OF NEIGHBORHOOD FOR 4
thGRADE
STUDENTS
A Case Study on the Students of Elementary Teacher Education Study Program 2010 Academic Year, The Departement of Education Science,
Sanata Dharma University.
Fransisca Adelia Chrisnanda Sanata Dharma University
2014
Learning materials refers to the Curriculum of 2013 for 4thgrade education
has not yet been developed in the elementary school. Therefore, it was established a developmental research of these learning materials. The objective of this research was develop learning (R&D) materials based on 2013 curriculum subtheme harnessing the potential of neighborhood for 4th grade students. The
instruments that are used in this research are interview and quesioner.
The research used development procedure of modified Kemp, Borg and Gall were used in this research. Learning materials has been developed using a thematic integrative approach, scientific approach, authentic assessment, and character education based on local culture. Learning materials were tested on 10 students of 4th grade SD N Depok 2 second semester of the 2013/2014 academic
year to determine its quality. The development procedure of the teaching materials used in this research was through 7 stages, namely (1) potency and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) expert validation, (5) the revision of the design, (6) the trial of the design, (7) the revision of the design, until producing the final curriculum 2013 for the 4thgrade students of elementary school.
The results showed that the learning materials based on the Curriculum of 2013 subtheme harnessing the potential of neighborhood for 4th grade students
yielding a good learning materials concept. This learning materials were developed in the terms of aspects of the purposes and approaches, design and organization, content, topics, and methodologies according to curriculum experts of the elementary school in 2013, 4th grade elementary school teacher who has
been carrying out the elementary school curriculum in 2013, and 10 students of grade 4 which had mean score of 4.23 from score range 1-5. It was included in the category of "Very Good". Thus, it can be concluded that this learning materials was reasonable for use in curriculum 2013 learning for second semester of 4th
grade.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengambangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Memanfaatkan Potensi Lingkungan Tempat Tinggal untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi karena adanya bimbingan, bantuan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi PGSD. 3. Emanuela Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
6. Para dosen dan staff ahli yang telah melayani peneliti dengan baik.
7. Kepala sekolah dan guru kelas IV SD N Ungaran 1, selaku orang yang di wawancara dan berkontribusi dalam analisis kebutuhan.
xi
9. Dra. Maslichah Asyari, M.Pd., selaku validator pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan konstribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.
10. Sri Sunarti, S.Pd., selaku guru SD kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan telah memberikan konstribusi juga bantuan dalam penelitian ini.
11. Istutik Zuwanti, S.Pd., selaku guru SD Kelas IV SD N yang telah memberikan konstribusi dan bantuan dalam penelitian ini.
12. Sepuluh orang siswa kelas IV SD N Depok 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung.
13. Kedua orang tuaku, Romanus Krismantoro dan Maria Goreti Nurjayati yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.
14. Teman-temanku satu perjuangan skripsi payung Kurikulum 2013 yang berjumlah 26 orang, serta teman-temanku PGSD 2010 kelas D, suka duka bersama kalian adalah bagian dari pendewasaanku.
15. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan, dukungan dan doanya selama ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima kasih
Yogyakarta, 10 Juli 2014 Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi
PERNYATAAN KEASLIAN... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Batasan Istilah ... 5
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Kurikulum 2013... 7
2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013 ... 7
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif... 18
xiii
2.1.1.4 Penilaian Otentik... 27
2.1.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal... 32
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar... 36
2.2 Penelitian yang Relevan ... 43
2.3 Kerangka Berpikir ... 45
2.4 Pertayaan Penelitian ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Prosedur Pengembangan ... 47
3.2.1 Potensi dan Masalah ... 49
3.2.2 Pengumpulan Data ... 49
3.2.3 Desain Produk ... 49
3.2.4 Validasi Ahli ... 50
3.2.5 Revisi Desain ... 50
3.2.6 Uji Coba Desain ... 51
3.2.7 Revisi Desain ... 51
3.3 Waktu Penelitian... 52
3.4 Uji Coba Produk ... 52
3.4.1 Desain Uji Coba... 52
3.4.2 Subyek Uji Coba ... 53
3.4.3 Instrumen Penelitian... 53
3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Analisis Kebutuhan ... 58
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Guru... 59
4.1.2 Data Analisis Dokumen... 60
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 60
4.2.1 Silabus... 61
xiv
4.2.3 Bahan Ajar ... 62
4.3 Data Uji coba dan Revisi Produk ... 64
4.3.1. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 64
4.3.2 Data Hasil Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 66
4.3.3 Data Hasil Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk 68 4.3.4 Revisi Produk Berdasarkan Hasil Validasi Lapangan... 71
4.4 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... 72
4.4.1 Bahan Ajar... 72
4.4.2 Pembahasan... 74
BAB V PENUTUP ... 79
5.1 Kesimpulan ... 79
5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 80
5.3 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... 85
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Perbandingan Penilaian Autentik dan Penilaian Tradisional 29 Gambar 2. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp yang
Direvisi... 37 Gambar 3. Bagan Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar Kemp
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian... 51
Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima ... 54
Tabel 3. Kriteria Skor Skala Lima ... 56
Tabel 4. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 58
Tabel 5. Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi... 65
Tabel 6. Komentar Guru SD Kelas IV SD N 2 Cawas dan Revisi ... 66
Tabel 7. Komentar Guru SD Kelas IV SD N Godean 1 dan Revisi... 67
Tabel 8. Saran Perbaikan Validasi Lapangan ... 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Survei Analisis Kebutuhan... 85
Lampiran 2. Web Bulanan ... 87
Lampiran 3. Web Mingguan... 88
Lampiran 4. Web Harian ... 89
Lampiran 5. Silabus ... 95
Lampiran 6. RPP Pembelajaran 1 sampai 6 ... 120
Lampiran 7. Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 196
Lampiran 7.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 200
Lampiran 8. Hasil Validasi Guru SD Kelas IV... 204
Lampiran 8.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru SD Kelas IV... 212
Lampiran 9. Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD... 220
Lampiran 9.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD... 230
Lampiran 10. Foto Validasi Uji Coba Lapangan... 233
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian... 236
Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 237
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kurikulum menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
pembelajaran karena dalam hal ini siswa berperan aktif dan guru hanya sebagai fasilitator.
Wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap kepala sekolah dan guru kelas IV SD N Ungaran 1 pada hari Sabtu tanggal 7 September 2012 dan akan dipaparkan sebagai berikut, Kurikulum SD 2013 sekarang sedang diuji cobakan di beberapa SD pada kelas I dan IV. Jumlah mata pelajarannya berkurang tetapi jumlah jam pelajarannya bertambah. Pemahaman terhadap Kurikulum SD 2013 dalam hal pendekatan sains, pendidikan karakter, dan penilaian otentik sudah baik. Pendekatan saintifik yang diterapkan dalam kurikulum ini saling bertautan. Penilaian otentik untuk kurikulum ini dirasa masih sulit dilakukan dikarenakan guru masih harus benar-benar mendalami dan mengenal sungguh-sungguh siswanya. Dalam penilaiannya harus benar-benar paham dengan jenis penilaian formatif, sumatif, produk dan lisan. Pendidikan karakter yang berhubungan dengan sikap, etika, budi pekerti, dan sopan santun ini diintergasikan dengan mata pelajaran lain baik ekstrakurikuler maupun intrakurikuler. Kurikulum SD 2013 dengan budaya lokal sudah ada kesesuaian dan sudah ada upaya pengembangan. Namun, dalam pengembangannya guru belum bisa sepenuhnya karena minimnya panduan dan informasi yang diberikan oleh pemerintah.
perangkat-perangkat bahan ajar yang ada sekarang tidak sesuai dengan ketentuan yang baru. Bahan ajar yang ada saat ini perlu disempurnakan karena belum ada keterkaitan antara kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator. Materi yang ada belum sesuai dengan pembelajaran dan kondisi sekolah. Terutama dalam tema daerah tempat tinggal, guru harus kreatif menyesuaikan materi dalam buku dengan daerah di sekitar siswa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemahaman siswa. Guru berharap minimal setahun sekali Kurikulum 2013 ini dievaluasi dalam hal luas sempitnya materi, kesesuaian materi terhadap kelas dan format penilaian agar kedepannya.
Melihat dari masalah-masalah yang ada maka peneliti mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal dimana dalam bahan ajar tersebut menekankan pada pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal. Dalam bahan ajar ini pada penyusunannya perangkat pembelajarannya disesuaikan dengan standar yang terbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema memanfaatkan potensi lingkungan tempat tinggal mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dan modal sebagai bekal ketika menjadi guru kelak.
1.4.2 Bagi guru, bahan ajar ini dapat memberikan pengalaman dan pengenalan kepada guru terhadap Kurikulum SD 2013.
1.4.3 Bagi sekolah, pengembangan ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang bentuk dari pembelajaran Kurikulum SD 2013.
1.4.5 Bagi prodi PGSD, produk ini dapat menambah referensi perpustakaan Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan bahan ajar Kurikulum SD 2013.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang memadukan beberapa mata pelajaran yang terkait satu sama lain dan keterpaduan itu disatukan atau dikemas dalam sebuah tema yang mewakili materi dari mata pelajaran tersebut.
1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menekankan pada proses mengalami langsung dalam menyelidiki suatu permasalahan ilmiah yang muncul karena diawali dengan sebuah pengamatan.
1.5.3 Penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan pada proses dalam pembelajaran dari pemberian materi pada siswa sampai hasil belajar siswa setelah dilakukannya pengujian.
1.5.4 Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mengembangkan jiwa anak menuju ke arah tindakan yang terpuji atau lebih baik.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun sesuai dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1 Kurikulum 2013
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
1. Kurikulum 2013
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Menurut Hidayat (2014:113) orientasi Kurikulum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap
(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).
Berdasarkan Kemendikbud (2013: 81) tujuan dari Kurikulum 2013
adalah mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Kelebihan Kurikulum 2013 sebagai berikut:
a. Menggunakan pendekatan bersifat ilmiah karena ingin
didik dan proses pembelajarannya bukan transfer pengetahuan
(Mulyasa, 2013:164).
b. Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi dapat
mengembangkan penguasaaan ilmu pengetahun, keahlian dalam
pekerjaan, pemecahan masalah, dan pengembangan aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasakan kompetensi
inti tertentu (Mulyasa, 2013:164).
c. Meningkatkan dan menyeimbangkan antara kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan (Hidayat, 2013:113).
Kelemahan Kurikulum 2013 adalah guru jarang menjelaskan
karena banyak yang beranggapan kurikulum ini tidak perlu penjelasan
materi. Padahal ada beberapa mata pelajaran yang tidak cukup hanya
membaca saja.
2. Rasional Kurikulum 2013
Menurut Hidayat (2013:113) pengembangan kurikulum merupakan
bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pada Kurikulum 2013 masing-masing kelas akan disediakan
banyak tema. Rata-rata setiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema
tahun. Guru diberi kebebasan untuk menentukan teknis pengajaran
maupun durasi waktu satu tema. Kurikulum ini lebih menekankan pada
aspek kognitif, sikap dan keterampilan melalui penilaian test dan
portofolio yang saling melengkapi.
Menurut Kemendikbud (2013:72-81), pengembangan kurikulum
perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik
tantangan internal maupun tantangan eksternal. Kurikulum 2013
dikembangkan berdsarkan faktor-faktor di bawah ini:
a. Tantangan internal (Kemndikbud, 2013: 72-73)
Tantangan internal itu terkait dengan kondisi pendidikan yang
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik, dan tenaga
kependidikan, standar saran dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
usia produktif sekarang ini, termasuk dalam tantangan internal. Hal
ini dikarenakan jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64
tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia
0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Sehingga hal ini
menjadi tantangan besar yang harus dihadapai dengan cara
diubah menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan
agar tidak menjadi beban negara.
b. Tantangan eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara
lain berkaitan dengan (Kemendikbud, 2013:74).
1) tantangan masa depan seperti, globalisai, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, ekonomi berbasis
pengetahuan, konvergensi ilmu dan teknologi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan
transformasi pada sektor pendidikan, dan materi TIMSS dan
PISA.
2) kompetensi yang diperlukan di masa depan seperti,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan
kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, memiliki minat kuat, memiliki kesiapan untuk bekerja,
dll.
3) persepsi masyarakat seperti, terlalu menitikberatkan pada
aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang
bermuatan karakter.
4) perkembangan pengetahuan dan pedagogi seperti, neurologi,
psikologi, observation based [discovery] learning dan
5) serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka seperti,
korupsi, narkoba, plagiarisme, perkelahian pelajar, dll.
c. Penyempurnaan pola pikir
Menurut Kemendikbud (2013:74) pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masa depan hanya akan terwujud dengan
terjadinya perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir ini dilakukan
pada proses pembelajaran.
Menurut Kunandar (2014:30) kurikulum 2013 merupakan
pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang dijabarkan
sebagai berikut, 1) SKL diturunkan dari kebutuhan; 2) SI
diturunkan dari SKL melalui KI yang bebas mata pelajaran; 3)
semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 4) mata pelajaran diturunkan
dari kompetensi yang ingin dicapai; dan 5) setiap mata pelajaran
pada tiap kelas diikat oleh komptensi inti.
Menurut Kunandar (2014:23-24) kurikulum 2013 dikembangkan
dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut, 1) proses
pembelajaran dibuat berpusat pada siswa dan siswa harus memiliki
pilihan terhadap materi yang ingin dipelajari agar kompetensinya
sama; 2) pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran
interaktif; 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran
secara jejaring; 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
menjadi belajarkelompok; 6) pola pembelajaran tunggal menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran
berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan; 8) pola
pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran
ilmu pengetahuan jamak; dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis.
d. Penguatan tata kelola kurikulum
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan
menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan
peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah
kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang
terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum.
Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun
silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan
kesempatan mengembangkan proses pembelajaran.
Dari hasil monitoring dan evaluasi didapatkan selama ini guru
sulit untuk menyesuaikan alokasi waktu sesuai SI, guru mengalami
kesulitan dalam memahami kompetensi-kompetensi yang dalam
perumusannya sulit, dan dikhawatirkan jika guru saja merasa
kesulitan bagaimana dengan pemahaman siswa terhadap
kompetensi tersebut lalu kompetensi tersebut pasti tidak akan
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi yang sesuai dengan
ketetapan dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi
pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah penguatan tata
kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku
pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan
buku pegangan guru, karena guru merupakan faktor terpenting
dalam pelaksanaan kurikulum.
e. Pendalaman dan peluasan materi
Menurut Kunandar (2014:24) penguatan materi dilakukan
dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik.
Menurut Kunandar (2014:24-25) Kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut: 1) mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik; 2) sekolah bagian dari masyarakat dan
memberikan pengalaman belajar pada siswa; 3) membandingkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan dan menerapkannya di
sekolah dan masyarakat dalam berbagai situasi; 4) waktu yang
leluasa untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; 5) kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar pembelajaran; 6) kompetensi inti kelas
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetnsi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; dan 7)
kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat, memperkaya antarmata pelajaran
dan jenjang pendidikan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dari berbagai studi tentang
pendidikan Indonesia yang tertinggal dibanding dengan Negara lain
didapatkan bahwa:
1) kemampuan peserta didik di Indonesia hanya sampai level 3,
hal ini disebabkan yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan
tuntutan zaman
2) pada mata pelajaran matematika dan IPA di tingkat SD dan
SMP, Indonesia hanya sampai level menengah dikarenakan
yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan
atau distandarkan di tingkat Internasional.
Banyaknya materi-materi yang distandarkan Internasional belum
diajarkan di Indonesia. Maka, perlu dilakukannya langkah penguatan
materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi dalam
kurikulum. Caranya dengan menghilangkan materi yang tidak relevan
dengan peserta didik dan mempertahankan materi yang dibutuhkan
peserta didik dan yang dianggap penting dalam perbandingan
materi yang sesuai perbandingan Internasional dan penyusunan KD
disesuaikan materi yang dibutuhkan.
3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Dalam Hidayat (2013:126-130), elemen perubahan pada
Kurikulum SD 2013 meliputi aspek-aspek berikut :
a. Kompetensi lulusan: adanya peningkatan dan keseimbangan soft
skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
b. Kedudukan mata pelajaran (ISI): Kompetensi yang semula
diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
yang dikembangkan dari kompetensi.
c. Pendekatan (ISI): pada tingkat SD (Kompetensi dikembangkan
melalui: Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran); tingkat
SMP dan SMA (Kompetensi dikembangkan melalui mata
pelajaran); sedangkan tingkat SMK (Kompetensi dikembangkan
melalui vokasioanal).
d. Struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI): 1)
holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), 2) jumlah mata
pelajaran dari 10 menjadi 6; dan 3) jumlah jam bertambah 4
e. Proses pembelajaran
1) Standar Proses yang semula eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta;
2) belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di
lingkungan sekolah dan masyarakat;
3) guru bukan satu-satunya sumber belajar; dan
4) sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan
teladan;
5) tematik dan terpadu.
f. Penilaian hasil belajar
1) memperkuat penilaian berbasis kompetensi;
2) pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik
(mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
3) memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian
hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya
terhadap skor ideal (maksimal);
4) penilaian tidak hanya pada level kompetensi dasar, tetapi juga
kompetensi inti dan standar kompetensi lulusan;
5) pendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
6) Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal
7) Menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasil semata.
g. Ekstrakurikuler yang terdapat dalam Kurikulum 2013 yaitu
pramuka, (wajib), UKS, PMR, dan Bahasa Inggris.
Perubahan untuk semua mata pelajaran yaitu:
1) materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap,
pengatahuan, dan keterampilan;
2) pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan,
pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui
pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar (siswa mencari
tahu);
3) penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengatahuan,
dan keterampilan berdasarkan portofolio.
Perubahan dasar pada Kurikulum 2013, yaitu materi disusun
secara seimbang mencakup tiga kompetensi. Pendekatan
pembelajarannya berdasarkan pendekatan saintifik yang menekankan
pada lima tahapan yaitu pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data,
penalaran, dan penyajian hasil yang memanfaatkan berbagai sumber
belajar dengan siswa mencari sendiri sumber tersebut.
Dalam penilaian otentiknya, menekankan pada aspek
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Menurut Trianto (2010:41) pendekatan tematik dikembangkan dengan
memulai untuk menentukan tema tertentu dan tema yang akan ditetapkan itu
dinegosiasikan antara guru dan siswa. Tema yang telah disepakati tadi
dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan bidang-bidang studi yang
terkait.
Menurut Fogarty (1991:76) dalam Trianto (2010:43) pendekatan integratif
adalah tipe pembelajaran terpadu antar bidang studi yang menggabungkan bidang
studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan,
konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.
Pembelajaran tematik terpadu mampu mewadahi dan menyentuh secara
terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik (Kemendikbud, 2013: 187).
Pendekatan tematik integratif lebih menekankan pada pengintegrasian
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema.
Pengintegrasian dilakukan dalam integrasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dalam proses pembelajaran juga integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Dalam pendekatan ini materi ajar tidak disampaikan permata pelajaran tertentu,
melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasi seluruh mata pelajaran
pokok. Metode sudah mulai digunakan diberbagai sekolah. Dilihat dari
keberhasilnya maka pemerintah berusaha mengadopsinya dan menerapkannya
secara nasional melalui kurikulum yang baru ini.
Dalam pembelajaran tematik integratif sangat perlu dukungan berupa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan karakter positif (Subroto, 2013).
Dalam pendekatan ini siswa dituntut untuk aktif dan pembelajaran dan
mengobservasi setiap tema yang dijadikan bahasan.
Menurut peneliti, pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang
memadukan beberapa mata pelajaran yang terkait satu sama lain dan keterpaduan
itu disatukan atau dikemas dalam sebuah tema yang mewakili materi dari mata
pelajaran tersebut.
Berdasarkan Kemendikbud (2013: 198-199), ciri-ciri pembelajaran
tematik terpadu meliputi:
1. Berpusat pada anak.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu
pemahaman kegiatan).
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran.
5. Bersifat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Berdasarkan Kemendikbud (2013:191), tahapan pembelajaran tematik
terpadu meliputi:
1. Menentukan tema, dimungkinkan disepakati bersama peserta didik.
2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku dengan
3. Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup
pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakulikuler dalam rangka
mendemonstrasikan kegiatan dalam tema.
4. Aktivitas kelompok dan diskusi, memberi peluang berpartisipasi dan
mencapai berbagai perspektif tema. Hal ini membangun guru dan
peserta didik dalam mengeksplorasi subjek.
Menurut Trianto (2010:42-45) pendekatan tematik integratif memiliki
kelebihan sebagai berikut:
1. Penyeleksian tema yang sesuai dengan minat akan memotivasi
siswa.
2. Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat
kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
3. Dapat memotivasi siswa dalam belajar.
4. Satu tema dapat mencakup banyak dimensi.
5. Memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting.
Menurut Trianto (2010:45) pendekatan tematik integratif memiliki
kekurangan sebagai berikut:
1. Guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan yang
diprioritaskan.
2. Menuntut sumber belajar yang beraneka ragam dari masing-masing
2.1.1.2 Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan
pendekatan ilmiah.
Menurut Sudarwan (2013) dalam Kemendikbud (2013) pedekatan saintifik
meliputi (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) mengolah, (5)
menyaji-kan, (6) menyimpulmenyaji-kan, dan (7) mencipta untuk semua mata pelajaran.
Menurut McCollum (2009) dalam Kemendikbud (2013)
komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik meliputi:
1. Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa
keingintahuan (Foster a sense of wonder;
2. Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation);
3. Melakukan analisis (Push for analysis); dan
4. Berkomunikasi (Require communication).
Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan
keterampilan proses dan metode ilmiah (Kemendikbud, 2013).
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang
digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Kemendikbud,
2013).
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman-pengalaman pembelajaran (Rustaman, 2005 dalam
Kemendikbud, 2013).
Menurut Helmenstine (2013) dalam Kemendikbud (2013),
hipotesis, (3) merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, (4) menguji
hipotesis, (5) menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau (6)
membuat kesimpulan.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1. Mengamati
Menurut Semiawan,dkk (1985:19) mengamati adalah memilah
hal yang penting dari hal yang kurang penting atau tidak penting.
Dalam proses pengamatannya kita menggunakan semua indra.
Contohnya selama ini anak sering melihat, merasakan, mendengar,
bermacam-macam hal dengan panca indranya tetapi mereka tidak
melakukannya dengan seksama dan hal itu hanya berlalu begitu saja
tanpa memperolah makna.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas
dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
a. menentukan objek apa yang akan diobservasi;
b. membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi;
c. menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi,
baik primer maupun sekunder;
d. menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi;
e. menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar;
f. menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi ,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
2. Menanya
Menanya dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan
diharapkan dengan bertanya siswa menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik. Siswa diberi kebebasan untuk bertanya apapun tentang
segala hal yang ingin diketahuinya. Namun, pertanyaannya harus sesuai
dengan hasil pengamatan obyek konkrit sampai abstark dan
berdasarkan fakta, konsep, dan prosedur.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Contohnya adalah siswa mengajukan pertanyaan pada guru
mengenai hasil pengamatannya tentang kupu-kupu yang keluar dari
kepompong. “Bagaimana proses ulat menjadi kupu-kupu terjadi?”
3. Mengumpulkan Informasi
Dengan kegiatan mengumpulkan informasi ini diharapkan siswa
dapat menggali dan mengumpulkan informasi yang didapat tersebut
dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Contohnya dengan melakukan percobaan untuk mendapat jawaban
macam sumber, wawancara dengan narasumber, mengamati berbagai
hal, dll.
4. Mengolah Informasi atau Menalar
Menalar merupakan proses berpikir logis dan sitematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Dalam menalar siswa harus lebih aktif dari pada
guru.
Penalaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pada penalaran
ilmiah dan merujik pada teori belajar asosiasi. Asosiasi dalam
pembelajaran menekankan pada pengelompokkan ide dan pengumpulan
bermacam-macam peristiwa yang dijadikan sebagai
penggalan-penggalan memori. Pengalaman baru yang didapat akan direlasikan dan
diintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya dimiliki.
Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara
mental sebagai hasil dari kesamaan pikiran.
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan
/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan.
Contohnya siswa sudah mengamati, menanya, dan mengumpulkan
informasi tentang proses ulat menjadi kupu-kupu. Kemudian siswa
mengolah informasi yang didapat dengan menuliskannya dalam tabel
tentang data-data yang didapatkannya. Siswa mencari keterkaitan antara
data yang didapat dengan sumber-sumber yang ada, agar siswa tahu
informasi yang didapatkannya itu benar atau tidak. Apakah benar jika
proses perubahan ulat menjadi kupu-kupu tahapannya ada 4?
5. Menarik Kesimpulan
Kegiatan menarik kesimpulan dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data
atau informasi. Dari informasi yang saling terkait tersebut kemudian
ditarik kesimpulan secara kelompok atau individu.
Contohnya siswa setelah mengolah informasi yang dudapat tentang
proses terjadinya kupu-kupu kemudian dia menyimpulkan jika proses
itu ada benar ada 4 tahapan yaitu telur, ulat, kempompong, dan
kupu-kupu. Proses ini dinamakan metamorfosis sempurna
6. Mengkomunikasikan
Dalam pendekatan saintifik guru memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk mengkomunikasikan hal telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan atau menceritakan
mengasosiasikan dan menyimpulkan. Hasil disampaikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar kelompok atau individu.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembang-kan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembang-kan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Contohnya adalah siswa menyampaikan hasil pengamatan dan
kesimpulannya tentang metamorfosis kupu-kupu secara lisan.
Menurut penulis pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menekankan
pada proses mengalami langsung dalam menyelidiki suatu permasalahan ilmiah
yang muncul karena diawali dengan sebuah pengamatan.
2.1.1.3 Penilaian Otentik
1. Pengertian
“A form of assessment in which students are asked to perform
real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential
knowladge and skill” (Mueller, 2008 dalam Nurgiyantoro, 2011:23).
Hal tersebut berarti bahwa penilaian otentik merupakan suatu bentuk
tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian ini lebih menekankan proses
dan hasil atau produk dari kegiatan yang dilakukan siswa dibanding
hanya menilai produknya saja. Hal ini dikarena adanya keinginan untuk
menghargai usaha siswa.
Menurut Stiggins dalam Nurgiyantoro (2011:23) penilaian otentik
merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar
untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang
merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.
Penilaian yang dilakukan pada Kurikulum SD 2013 bersifat
holistik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, keterampilan untuk
semua jenjang pendidikan baik ketika proses pembelajaran berlangsung
(penilaian proses) atau setelah pembelajaran yang dilaksanakan selesai
(penilaian hasil belajar). Dalam pendidikan dasar lebih menekankan
pada pendidikan karakter dari pada pendidikan akademik dikarenakan
jika pendidikan karakter anak baik dan kokoh sedari kecil maka ke
depannya pendidikan akademiknya juga akan baik. Namun, hal ini tidak
akan sama jika pendidikan akademik anak diutamakan dikarenakan
memang anak akan menjadi pintar tetapi dia tidak memiliki akhlak
yang mulia dan hal ini akan mempengaruhi kehidupannya di
masyarakat dikemudian hari.
2. Tujuan
Menurut Nurgiyantoro (2011:23) tujuan penilaian otentik adalah
mencerminkan situasi di dunia nyata di mana
keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.
3. Perbandingan Penilaian Otentik dan Penilaian Tradisional
Perbandingan penilaian otentik dengan penilaian tradisional dapat
dilihat sebagai berikut:
Gambar 1. Perbandingan Penilaian Autentik dan Penilaian Tradisional
Dilihat dari gambar di atas terlihat penilaian autentik mengajar,
belajar, dan menilai dilakukan bersama-sama atau sekaligus dalam
suatu proses pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut saling sejajar.
Sedangkan dalam penilaian tradisional antara mengejar, belajar, dan
menilai terdapat tahapan penilaian.
Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata,
bukan dunia sekolah (Kemendikbud, 2013). Penilaian dan pembelajaran
dipandang memiliki keterkaitan. Lebih baik dalam hal ini menggunakan
macam-macam cara dan kriteria holistik. Penilaian otentik bukan hanya
mengukur apa yang diketahui peserta didik tetapi juga menekankan
(2013), contoh dari tugas autentik meliputi (1) pemecahan masalah
matematika, (2) melaksanakan percobaan, (3) bercerita, (4) menulis
laporan, (5) berpidato, (6) membaca puisi, dan (7) membuat peta
perjalanan.
4. Teknik Penilain di SD
Berdasarkan Kemendikbud (2013:9-20) penilaian di SD dalam
berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan
dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
a. Sikap
Aspek sikap dinilai dengan cara di bawah ini:
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambaungan dengan memanfaatkan panca indra dan
penilaiannya menggunakan format observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati;
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan meminta
peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangannya dan
instrumen yang digunakan berupateknik penialain diri;
3) Penialain antar teman merupakan teknik penilaian dengan
meminta peserta didik untuk saling menilai sikap dan instrumen
yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik;
4) Jurnal merupakan catatan pendidik yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan berkaitan sikap
b. Pengetahuan
Aspek pengetahuan dinilai dengan cara di bawah ini:
1) Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya tulisan berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian;
2) Tes lisan berupa tanya jawab antara pendidik dan peserta didik
bentuknya saling ucap sehingga menimbulkan keberanian.
Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf
yang diucapkan;
3) Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik dalam
bentuk pekerjaan rumah dan atau proyek baik secara individu
ataupun kelompok sesuai karakteristik tugasnya.
c. Keterampilan
Aspek sikap dinilai dengan cara di bawah ini:
1) Performance atau kinerja adalah penilaian yang meminta siswa
untuk melakukan tugas pada situasi sesungguhnya dengan
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan.
2) Produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik
dalam membuat produk teknologi dan seni. Pengembangan
produk meliputi 3 tahapan:
a) Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian
terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali,
b) Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan
siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat
serta dalam menentukan teknik yang tepat;
c) Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan
siswa membuat produk sesuai dengn kegunaannya.
3) Proyek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung
investigasi dan harus diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas
tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
4) Portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta
didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang
dilakukan selama kurun waktu tertentu. Digunakan untuk
memantau perkembangan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dalam bidang tertentu.
Menurut penulis penilaian otentik merupakan penilaian yang menekankan
pada proses dalam pembelajaran dari pemberian materi pada siswa sampai hasil
belajar siswa setelah dilakukannya pengujian.
2.1.1.4 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal
Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Michael Novak dalam Thomas (2012:81) mengartikan karakter sebagai
campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasikan oleh tradisi
religius, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang berakal sehat yang ada
Thomas (2012:82) sendiri mengartikan karakter sebagai hal yang baik,
“karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang
baik dan melakukan hal yang baik”.
Mulyasa (2011:1) memaparkan pendidikan karakter merupakan upaya
untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
Dharma, dkk (2011:5) dalam konteks kajian P3, mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
Sri Judiani dalam Zubaedi (2011:17) memaknai pendidikan karakter
sebagai “pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif”.
Koesoema (2007:104) memaparkan pendidikan karakter merupakan
dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri
manusia untuk mengadakan internalisasi nilai sehingga menghasilkan disposisi
aktif dan stabil dalam individu, dinamika ini membuat pertumbuhan individu
menjadi semakin utuh.
Menurut penulis, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk
“Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu
kelompok masyarakat tertentu” (Atiek, 2009:3).
Menurut J.W. Ajawaila dikatakan bahwa budaya lokal adalah ciri khas
budaya sebuah kelompok masyarakat lokal (J.W. Ajawaila dalam Atiek, 2009:3).
Namun, tidak mudah untuk merumuskan atau mendefinisikan konsep budaya
lokal.
Pendidikan karakter berbasis budaya lokal menekankan pada kebudayaan
yang diwariskan atau dipelajari, kemudian yang dipelajari tadi diteruskan serta
diubah menjadi sesuatu yang baru, itulah inti dari proses pendidikan.
Pendidikan memiliki misi, kebudayaan harus mampu melakukan proses;
pertama pewarisan kebudayaan, kedua membantu individu memilih peran sosial
dan mengajari untuk melakukan peran tersebut, ketiga memadukan beragam
identitas individu ke dalam lingkup kebudayaan yang lebih luas, keempat harus
menjadi sumber inovasi sosial.
Tahapan tersebut di atas, mencerminkan jalinan hubungan fungsional
antara pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua hal utama, yaitu
Pertama, bersifat reflektif, pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang
sedang berlangsung. Kedua, bersifat progresif, pendidikan berusaha melakukan
pembaharuan, inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai kamajuan.
Pendidikan karakter ini sebenarnya diharapkan bukan hanya agar siswa
dapat mempelajari dan melestarikan budaya lokalnya atau di sekitarnya tetapi juga
diharapkan siswa dapat mengenal budaya-budaya Indonesia yang sangat beragam
Namun, seiring berkembangnya zaman munculah gejala-gejala pemisah antara
pendidikan dan kebudayaan.
Menurut penulis, pendidikan karakter berbasis budaya lokal adalah
pendidikan yang menekankan pada penanaman sikap pada siswa untuk
mempelajari lebih dalam tentang budayanya dan dapat melestarikan budaya lokal
tersebut agar tidak hilang.
Tujuan Pendidikan Karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan (Purnomo,
2013:16).
Delapan butir nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter ,
yaitu (Purnomo: 2013) :
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (kereligiusan).
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (jujur,
bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya
diri, berjiwa wirausaha, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif).
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, yaitu (a) Sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain; (b) Patuh pada aturan-aturan
sosial; (c) Menghargai karya dan prestasi orang lain; (d) Santun; (e)
Demokratis; (f) Tolong menolong; dan (g) Kesantunan.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (kepedulian
5. Nilai kebangsaan (nasionalis dan menghargai keberagaman).
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian yang dibutuhkan dalam jalannya proses
pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di
kelas (Majid, 2009:174).
Prastowo (2012:17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.
Dalam penelitian ini bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang
dikembangkan dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema,
subtema, KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar,
refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
”Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum”
(Kemp, 1994 Trianto 2010:81).
Suatu model pengembangan pada dasarnya akan mengacu pada empat
komponen mendasar yaitu learners, methods, evaluation, and objectives
(Morrison, et al., 2011: 14).
Dalam model Kemp ingin berusaha mengintegrasikan empat komponen
pengembangan dalam model Kemp. Secara umum model pengembangan
perangkat pembelajaran Kemp ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp yang Direvisi
(Trianto,2010: 82)
Unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kemp dalam
Trianto (2010: 82-89), meliputi:
Identifikasi Masalah Pembelajaran
Analisis Siswa
Pelayanan Pendukung
Pemilihan Media atau Sumber Belajar
Strategi Pembelajaran
Analisis Tugas
Merumuskan Indikator
Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat
Pembelajaran
Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif
re
vis
i
re
vis
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran
Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi adanya kesenjangan
antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di
lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik
maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Trianto 2010:82). Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang akan
dikembangkan, kemudian disusun sesuai dengan upaya mencapai tujuan
seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
2. Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individu maupun kelompok.
a. Tingkah Laku Awal Siswa
Kardi dalam Trianto (2010:83), menjelaskan bahwa sebelum
melaksanakan proses pembelajaran perlu dilakukan identifikasi tingkah
laku awal siswa.
b. Karakteristik Siswa
Analisis siswa meliputi karakteristik antara lain: kemampuan
akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotorik, kemampuan bekerja
sama, keterampilan sosial, dan sebagainya (Ibrahim, 2003:5 dalam
3. Analisis Tugas
Dapat dikatakan, analisis tugas atau tujuan tidak lain dari analisis isi
pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan
tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran
dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
a. Analisis Struktur Isi
Dilakukan dengan mencermati kurikulum, mulai dari bahan kajian,
pokok bahasan, subpokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok
bahasan.
b. Analisis Konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai
urutan penyajiaanya dan merinci konsep-konsep yang relevan.
c. Analisis Prosedural
Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan
kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis
prosedural.
d. Analisis Pemrosesan Informasi
Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokan
tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
4. Merumuskan Indikator
Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis
tujuan pada tahap 1. Sedangkan menurut Kardi (2003a:2) dalam Trianto,
(2009:182) , perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran
dan identifikasi tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan
apa yang dapat dilakukan siswa setelah selesai melakukan pembelajaran.
Indikator yang dirumuskan tersebut berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan
cara mengevaluasi hasil belajar siswa; dan (c) panduan siswa dalam belajar
(Trianto, 2010:85).
5. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah
berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal
yang dijawab secara benar.
6. Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran disusun berdasarkan tujuan khusus
yang akan dicapai. Kegiatan pemilihan strategi pembelajaran meliputi:
pemilihan model, pendekatan dan metode; pemilihan format, yang
dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan bahan kajian dan disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran
b. Pemilihan Format
Pemilihan format secara umum yang digunakan dalam
pengembangan perangkat pembelajaran meliputi, Buku Ajar (materi
ajar), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Rencana Pelajaran (RP), dan
evaluasi.
7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan
sumber pembelajaran atau media yang dipilih. Jika sumber-sumber
pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat
memenuhi tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan cara
menarik dan menstimulasi perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan
siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan
keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pembentukan sikap dan
pengembangan rasa menghargai (apresiasi), serta memberi kesempatan
untuk menganalisis sendiri kinerja individual (Kemp, et al., 1994 dalam
Trianto, 2010:88).
8. Pelayanan Pendukung
Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yang
berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga
9. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses perancangan
pembelajaran serta berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar
atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam
mencapai berbagai sasaran (Trianto, 2010:89). Penilaian formatif
dilaksanakan selama pengembangan dan ujicoba.
10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Tes sumatif dapat dilakukan
dengan posttest dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi;
hasil ujian akhir unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu (Trianto,
2010:89).
11. Revisi Perangkat Pembelajaran
Kegiatan revisi dilakukan Melakukan kegiatan revisi perangkat
pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan
dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki rancangan yang dibuat.
Komponen-komponen dalam lingkaran tersebut saling berhubungan. Dalam
lingkaran model Kemp ini menunjukkan kemungkinan adanya revisi pada tiap
komponen jika diperlukan. Komponen yang didahulukan serta diprioritaskan
dipilih berdasarkan data apa yang sudah siap, tersedia, situasi, dan kondisi sekolah
Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah
pengembangan. Unsur untuk mengevaluasi bahan ajar meliputi, aims and
objectives, desaign and organization, language content, skills, topic, methodology,
teacher’s book, practical consideration (Cunningsworth, 1995:3). Hal tersebut
berarti unsur yang mengevaluasi bahan ajar meliputi, tujuan dan sasaran, desain
dan organisasi, isi bahasa, kemampuan, topik, metodologi, buku guru,
pertimbangan praktis. Semua itu merupakan unsur penting yang saling terkait.
2.2 Penelitian yang Relevan
Berikut ini ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
bahan ajar mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV SD:
Pertama, penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Bahan
Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Menulis
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal” yang dilakukan
oleh Domingos De Araujo (skripsi ini tidak diterbitkan). Dalam penelitian ini
menghasilkan sebuah bahan ajar yang berfokus pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Penelitian ini dilakukan
karena bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter pada
kenyataannya belum banyak dikembangkan dalam pendidikan usia Sekolah Dasar
sehingga peneliti melakukan pengujian di SD N Langensari Yogyakarta. Hasil
penelitiannya didapatkan bahwa bahan ajar menurut para ahli mendapat predikat
atau masuk dalam kategori baik. Sehingga bahan ajar yang dikembangkan ini