PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU
KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Nurul Dwi Apriningsih
NIM : 101134022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU
KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Nurul Dwi Apriningsih
NIM : 101134022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Tuhan YME sumber segala rahmat yang selalu memberikan kelancaran dan
kemudahan disetiap langkah
.Bapak dan ibuk tercinta, Suroso dan Ismiyati yang senantiasa
memberikan dukungan, doa dan cinta serta semangat yang luar biasa.
Kakakku Umi Purniyati, adikku Tri Aji Wicaksono, dan kakek dan nenek
serta seluruh keluarga besar L.Pudi Suwanto yang selalu memberikan
dukungan dan doa.
Sahabat-sahabatku tercinta yang setia menemani, memberikan
bantuan, dukungan, motivasi, serta keceriaan di setiap hari.. Kalian
sungguh luar biasa.
v
MOTTO
Tuhan pasti memberikan kemudahan kepada mereka yang mau berusaha.
Motivasi dan kegigihanlah yang membuat impian besar itu tercapai
.-Merry Riana-
Orang yang mampu membuat semua hal yang sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit
menjadi mudah dimengerti, atau yang sukar menjadi mudah dilakukan, itulah pendidik yang
sejati
.-Ralph Waldo Emerson-
Wanita tidak cukup memiliki pendidikan tinggi, tetapi jadilah wanita yang kuat dan cerdas.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juni 2014
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Nurul Dwi Apriningsih
Nomor Induk Mahasiswa : 101134022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” beserta perangkat yang diperlukan. (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 20 Juni 2014
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Nurul Dwi Apriningsih Universitas Sanata Dharma
2014
Bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku belum banyak dikembangkan. Penelitian ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keindahan Alamku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi antara model pengembangan bahan ajar Jerold Kemp dan penelitian R&D oleh Borg and Gall yang menghasilkan 7 langkah, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, serta (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahan ajar. Bahan ajar
divalidasi menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan teori
Cunningsworth agar menghasilkan bahan ajar yang baik. Unsur-unsur yang digunakan untuk mengevaluasi bahan ajar meliputi 5 aspek, yaitu: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar Kurikulum 2013, 2 guru kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013, dan uji coba terbatas siswa kelas IV SDN Geparang Purworejo bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,33 dengan
kategori “sangat baik”. Dengan demikian pengembangan bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV sekolah dasar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL REFERS TO THE
CURRICULUM 2013 SUBTHEME ”KEINDAHAN ALAMKU”
FOR 4TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Nurul Dwi Apriningsih Universitas Sanata Dharma
2014
Teaching material refers Curriculum 2013 subtheme “Keindahan Alamku”
was not developed yet. This research was focused on the fulfillment of the teaching material needs refers to the Curriculum 2013 subtheme ”Keindahan
Alamku” for 4th
grade of elementary school. This reseach aims to (1) describe procedures of development of teaching materials refers to Curriculum 2013
subtheme “Keindahan Alamku” for 4th
Grade of Elementary School, and (2) describe the product qualify of teaching materials development.
This research was used research method and development. The procedure of research and development, which was used in this research was the modification
result between Jerold Kemp’s teaching material model and Borg and Gall’s R&D
research. The modification was result seven steps. Those were (1) potentials and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validity, (5) design revision, (6) design experiment and (7) design revision, which results final product design in the form of the teaching material refers to the Curriculum 2013
subtheme ”Keindahan Alamku” for 4th grade of elementary school.
The product of this research was teaching material. The teaching material were validity by using instruments which are arranged based on Cunningsworth theory so that it results good teaching material. The instruments which were used to evaluate the teaching material include five aspects. Those aspects were (1) purposes and approaches, (2) design and arrangement, (3) contents, (4) topics, and (5) methodology. Based on the validity result by the expert of Curriculum 2013, the expert of the two teachers the fourth grade of elementary school and the fourth grade students of SDN Geparang Purworejo the teaching material averagely have
scored 4,33 with “ very good” category. Therefore, the development of teaching
material refers to the Curriculum 2013 subtheme ”Keindahan Alamku” for 4th grade of elementary school was decent to use in the learning process.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keindahan Alamku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Karena itu, dengan
kesungguhan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan demi terlaksananya
penelitian ini hingga penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada:
1. Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan dukungan, dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah
membimbing, memberikan dukungan, dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Rusmawan, S. Pd., M. Pd., selaku validator pakar Kurikulum SD 2013 yang
telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk
meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.
6. Istutik Zuwanti, S. Pd dan Fitri Suryani, S. Pd.SD., selaku validator guru
kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan kualitas produk yang dikembangkan dalam
xi
7. Ismiyati, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Geparang Purworejo yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
8. Siswa kelas IV SD Negeri Geparang Purworejo tahun ajaran 2013/2014 yang
telah berperan serta dan mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Para dosen PGSD yang selalu memberikan bimbingan dan senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis belajar di PGSD.
10.Kedua orang tua yang saya cintai, Suroso dan Ismiyati yang selalu
memberikan dukungan penuh baik secara materiil maupun moril, juga doa
dan semangat yang luar biasa. Kakakku tercinta Umi Purniyati, adikku Tri
Aji Wicaksono beserta keluarga yang selalu memberikan semangat, kakek
dan nenek juga segenap keluarga besar L.Pudi Suwanto yang selalu
memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayang.
11.Teman-temanku satu perjuangan skripsi payung: Terri, Media, Fajar, Tika,
Elan, Lani, Leo, Nicole, Tama, Rama, Dian, Ade, Beni, Dodik, Rangga, Tri,
Elita, Bintang, Nina, Nur Tri, Anggun, Ima, Vitus, Een, Agnes, Yudit yang
selalu memberi dukungan dan keceriaan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatku tercinta Yudi, Furi, Koko, Otor, Gigih, Candra, dan Bayu
yang selalu menemani, memberikan dukungan, motivasi dan semangat yang
luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
memberikan bantuan dan dukungan, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak dan
bermanfaat untuk dunia pendidikan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan skripsi agar lebih sempurna. Terima kasih.
Penulis,
xii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian... 6
1.5 Batasan Istilah ... 7
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.1.1 Kurikulum 2013 ... 9
2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013 ... 9
2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif ... 16
2.1.1.3Pendekatan Saintifik ... 19
xiii
2.1.1.5 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal ... 30
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 36
2.2 Penelitian yang Relevan... 42
2.3 Kerangka Pikir ... 45
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
3.1 Jenis Penelitian ... 50
3.2 Prosedur Pengembangan ... 52
3.3 Waktu Penelitian ... 56
3.4 Uji Coba Produk ... 56
3.4.1 Desain Uji Coba ... 57
3.4.2 Setting Penelitian ... 57
3.4.3 Instrumen Penelitian ... 57
3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1 Analisis Kebutuhan ... 62
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 66
4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 74
4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 75
4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk... 75
4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 78
4.4Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... 84
BAB V ... 91
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 91
5.1Kesimpulan ... 91
5.2Keterbatasan Pengembangan ... 92
5.3Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Standar Isi pada Kurikulum 2013 ... 13
Tabel 2. Standar Proses pada Kurikulum 2013 ... 13
Tabel 3. Standar Penilaian pada Kurikulum 2013 ... 15
Tabel 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 33
Tabel 5. Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 59
Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 61
Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ... 75
Tabel 8. Komentar Guru SD kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi ... 77
Tabel 9. Komentar dan saran dari siswa kelas IV SD Negeri Geparang Purworejo dan Revisi ... 82
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Empat elemen perubahan pada Kurikulum 2013 ... 11
Gambar 2. Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 ... 17
Gambar 3. Tiga ranah proses pembelajaran ... 21
Gambar 4. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran ... 24
Gambar 5. Model Desain Pembelajaran Kemp yang sudah direvisi... 37
Gambar 6. Kerangka Pikir ... 48
Gambar 7. Tahap-tahap R & D menurut Borg & Gall ... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jaring-Jaring Tema, Subtema, Harian ... 99
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Survai Kebutuhan ... 107
Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 108
Lampiran 4. Silabus ... 110
Lampiran 5. RPP ... 132
Lampiran 6. Instrumen Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 256
Lampiran 7. Instrumen Validasi Guru Kelas IV... 260
Lampiran 8. Instrumen Persepsi Siswa ... 264
Lampiran 9. Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 266
Lampiran 10. Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 270
Lampiran 11. Hasil Validasi Siswa ... 278
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 298
Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 301
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa ... 307
Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar, Guru, dan Siswa ... 309
Lampiran 16. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 310
Lampiran 17. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 311
Lampiran 18. Foto-Foto Kegiatan ... 312
1
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi
produk yang dikembangkan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan
nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen
yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan
suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada
lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas (Rusman, 2008: 1). Menurut
Arifin (2011: 1) kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada
semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan
dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan
hidup suatu bangsa. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang
pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat
dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang
sesuai dalam memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini.
Perkembangan yang terkait dengan IPTEK, masyarakat, berbangsa, dan
bernegara, maupun isu-isu di dalam dan di luar negeri merupakan tantangan yang
pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan demi tercapainya tujuan pendidikan
(Rusman, 2008: 3). Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media
evaluasi bahan ajar, dan berbagai pengalaman belajar (Dakir, 2004: 1). Salah satu
aspek yang mempengaruhi keberhasilan dari kurikulum adalah pemberdayaan
bidang pengelolaan atau manajemen kurikulum di lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Kurikulum terbaru yang dirancang pemerintah saat ini adalah Kurikulum
2013. Menurut Permendikbud no.67 tahun 2013 tentang kurikulum SD, kurikulum
2013 merupakan ilmu yang multidisipliner. Kurikulum multidisipliner merupakan
kurikulum yang menerapkan ilmu pengetahuan tetap diistimewakan, tapi antara
ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya sengaja dibuat sebuah koneksi
(Drake, 2013: 11). Dalam pembelajaran multidisipliner, siswa mengunjungi pusat
pembelajaran yang berbeda untuk mempelajari sebuah tema. Para siswa
mempelajari satu tema yang sama dalam kelas yang berbeda untuk ilmu
pengetahuan yang berbeda. Menurut Permendikbud no. 67 tahun 2013 tujuan
kurikulum 2013 untuk mempersiapkan peserta didik sebagai pribadi yang
beriman, produktif, inovatif, efektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan
masyarakat berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013
mendorong peserta didik lebih mampu melakukan observasi, bertanya, bernalar
dan mengkomunikasikan serta mempresentasikan apa yang diperoleh ataupun
diketahui siswa setelah menerima materi pelajaran.
Kurikulum 2013 memiliki beberapa keunggulan diantaranya (1) standar
(2) memiliki pendekatan yang lebih utuh dengan berbasis pada kreativitas siswa.
Kurikulum 2013 memenuhi tiga komponen utama pendidikan yaitu pengetahuan,
ketrampilan dan sikap; (3) siswa lebih kreatif dan inovatif; (4) materi pelajaran
lebih ringkas, begitu pula penyediaan buku ajarnya menjadi efisien karena tidak
terlalu banyak; (5) materi pelajarannya terintegrasi, tidak terpisah-pisah dan (6)
jam pelajaran menjadi lebih sedikit, dengan demikian maka guru mempunyai
lebih banyak waktu untuk melakukan pengayaan kurikulum maupun
memperdalam materi pelajaran dikelas menjadi lebih baik. Menurut
Permendikbud no.67 tahun 2013 tentang kurikulum SD, kurikulum 2013
menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas, dan masyarakat;
dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Apabila semua itu dapat
berjalan dengan baik maka tujuan dari pendidikan dan pengajaran dapat tercapai
dengan maksimal.
Bahan ajar atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang
harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan dari kurikulum (Majid,
2007: 174). Bahan ajar dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan
maksud dari pembelajaran (Cunningsworth, 1995: 7). Bahan ajar memiliki peran
penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu (Triyanto,
2007: 85). Bahan ajar berperan penting dalam menciptakan pembelajaran yang
mampu mengintegrasikan berbagai karakter dalam pembelajaran. Bahan ajar pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang
yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Bahan ajar dan proses pembelajaran memiliki posisi penting
dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang
akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan
terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan
kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan
kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Tetapi lebih baik apabila bahan ajar
disusun oleh guru maka akan lebih sesuai dengan kondisi sekolah.
Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh
terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Beberapa
masih berfokus pada kemampuan kognitif, dan pengembangan dalam aspek lain
masih kurang. Dalam hal ini guru menyadari pula perlunya bahan ajar yang
mampu melibatkan siswa secara aktif lewat kegiatan-kegiatan, sehingga siswa
secara aktif terlibat langsung dalam mendapatkan pengetahuan dan
mengembangkan karakternya. Berdasarkan hasil survei kebutuhan yang dilakukan
peneliti pada hari kamis tanggal 12 September 2013 pukul 10.00 WIB, di SD
Negeri Godean Yogyakarta dengan guru kelas IV. Peneliti memperoleh data
bahwa (1) guru belum paham mengenai Kurikulum 2013; (2) pemahaman guru
terkait dengan pendekatan sains dalam pembelajaran masih terbatas; (3)
pemahaman guru terkait dengan penilaian otentik masih kurang; (4) pemahaman
guru terkait dengan pendidikan karakter masih terbatas; (5) guru masih kesulitan
dalam melaksanakan Kurikulum 2013; (6) ketersediaan bahan ajar pada
Kurikulum 2013 masih perlu disempurnakan, materinya masih kurang mendalam;
mengembangkan secara mandiri bahan ajar sesuai dengan Kurikulum 2013; (9)
bahan ajar Kurikulum 2013 kurang sesuai dengan budaya lokal sekolah, (10)
masih kurangnya pemahaman guru terkait dengan jenis-jenis karakter yang akan
dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional; dan (11)
saran dari guru terkait bahan ajar Kurikulum 2013 supaya materinya diperluas dan
bahasa daerah jangan dihilangkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengembangan bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013 sangat diperlukan. Oleh karena itu, peneliti akan
berusaha mengembangkan suatu bahan ajar supaya bahan ajar yang tersedia
benar-benar sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Dari produk pengembangan
bahan ajar yang dihasilkan diharapkan hasil produk mampu memberikan manfaat
serta dapat menunjang keberhasilan penerapan Kurikulum 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum
2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013
subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum
2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa calon guru semakin terampil dalam mengolah bahan ajar
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Bagi guru
Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
3. Bagi siswa
Siswa dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
4. Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum
2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
5. Bagi Prodi PGSD
Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk
mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
1.5 Batasan Istilah
1. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema.
2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang memberikan pemahaman
peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah.
3. Penilaian otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam Kurikulum
2013.
4. Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk mengajarkan kebiasaan
cara berpikir dan berperilaku yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu
dalam diri anak di sekolah baik bersifat sosial maupun personal.
5. Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema, KI, KD,
indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,
aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1. Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak
dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
3. Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan saintifik.
4. Bahan ajar berbasis budaya lokal.
5. Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang landasan teori
terdiri dari empat bagian, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka
pikir, dan pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum 2013
2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sukmadinata,
2007: 7). Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu. Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
(Permendikbud, 2014: 8).
Menurut Permendikbud (2014: 5-7) rasional pengembangan kurikulum
2013 dikembangkan berdasarkan faktor- faktor diantaranya :
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan yang mengacu
kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal juga terkait dengan
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
a. pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
b. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
d. pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaksi (interaksi guru peserta didik masyarakat
-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
e. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
a. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif.
b. penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan.
c. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.
Penyempurnaan pada Kurikulum 2013 dilihat dari kondisi guru, siswa dan
sarana-prasarana. Elemen perubahan pada Kurikulum 2013 meliputi 4 elemen
perubahan (Hidayat, 2013: 126-128).
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata
pelajaran (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 48). Adanya
peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi
aspek kompetensi sikap (afektif, attitude), keterampilan (psikomotor), dan
pengetahuan (kognitif). Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013
menyebutkan tiga kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu
sikap individu, sikap sosial, dan sikap alam (Forum Mangunwijaya VII,
2013: 193).
2. Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
(Mulyasa, 2006: 24). Kompetensi yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik Integratif dalam semua mata
pelajaran.
Tabel 1. Standar Isi pada Kurikulum 2013
Elemen Deskripsi
Struktur Kurikulum
(Mata pelajaran dan alokasi waktu)
(ISI)
- Holistik berbasis sains (alam,
sosial, dan budaya)
- Jumlah mata pelajaran dari 10
menjadi 6
- Jumlah jam bertambah 4
JP/minggu akibat perubahan
pendekatan pembelajaran
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah mata pelajaran
peserta didik lebih sedikit, tapi jumlah jam bertambah menjadi lebih
panjang.
3. Standar Proses
Harus memiliki kemampuan untuk mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, bahkan sampai mencipta. Belajar tidak hanya
terjadi di dalam kelas, tapi juga boleh di luar kelas seperti perpustakaan,
industri/instansi terkait, dan bahkan masyarakat sekitar. Guru bukan
satu-satunya sumber belajar, tapi juga dapat diperoleh dari buku, koran, TV,
radio, internet. Sikap (attitude) tidak diajarkan secara verbal, tetapi siswa
akan lebih banyak melihat dari apa yang dicontohkan oleh guru dengan
memberikan suri tauladan yang baik.
Tabel 2. Standar Proses pada Kurikulum 2013
Elemen Deskripsi
- Standar proses semula terfokus
Proses Pembelajaran
Konfirmasi dilengkapi dengan
Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menalar, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
- Belajar tidak hanya terjadi di
ruang kelas, tetapi juga di
lingkungan sekolah dan
masyarakat.
- Guru bukan satu-satunya sumber
belajar.
- Sikap tidak diajarkan secara
verbal, tetapi melalui contoh dan
teladan.
- Proses pembelajaran di SD :
Tematik dan Terpadu
4. Standar Penilaian
Biasanya nilai diambil dari sebuah tes/ujian maka diubah menjadi
penilaian yang otentik (mengukur semua kompetensi mulai dari sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil kerja. Setiap
siswa memiliki semua rekaman kegiatan berupa portofolio yang dibuat oleh
siswa sendiri sebagai instrumen utama penilaian. Pramuka menjadi
ekstrakurikuler yang wajib dilakukan.
Perubahan yang sangat mendasar pada Kurikulum 2013 pada semua
mata pelajaran adalah materi disusun seimbang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan pembelajaran
penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar
(siswa mencari tahu). Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio. Perubahan yang
mendasar pada bidang matematika adalah pembelajaran dimulai dari
pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya
abstraksi permasalahan.
Tabel 3. Standar Penilaian pada Kurikulum 2013
Elemen Deskripsi
Penilaian Hasil Belajar - Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja),
menuju penilaian otentik (mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil).
- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu
pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor
yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga
kompetensi inti dan SKL.
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat
siswa sebagai instrumen utama penilaian.
Ekstrakurikuler
- Pramuka (wajib)
- UKS
- PMR
- Bahasa Inggris
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif berawal dari pengembangan skema-skema
pengetahuan yang ada di dalam diri siswa (Majid, 2013: 118). Pembelajaran
tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan
alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan
pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan
Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah
Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut
pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk
memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah
mulai mampu berpikir abstrak.
Pembelajaran tematik integratif yaitu pembelajaran yang berangkat dari
bukan terkotak-kotak tapi di Mix menjadi sebuah pembelajaran yang terpadu.
Lebih pada pembelajaran tanpa sekat mata pelajaran. Identitas mata pelajaran
melebur menjadi TEMA.
Gambar 2. Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013
Pada jadwal pelajaran yang muncul adalah nama tema atau subtema bukan
nama mata pelajaran. Prinsip-prinsip dalam Tematik Integratif
(Kemendikbud, 2013: 23).
1. Berpusat pada peserta didik.
2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik.
3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
5. Bersifat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran Tematik Terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata
pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
TEMA BI
PKn
IPA
IPS MTK
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam
aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skema yang
dimiliki peserta didik.
9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya
menjadi otentik.
10. Aktif, artinya peserta didik perlu terlibat langsung dalam proses
pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses
penilaian.
11. Wujud lain dari implementasi Tematik Terpadu yang bertolak dari tema.
Pendekatan tematik memungkinkan peserta didik mampu melihat hubungan
antara gagasan dan konsep yang dipelajari karena mereka merencanakan dan
melakukan pencarian sendiri sesuai tema yang ditetapkan. Hubungan antara
konsep yang dipelajari di sekolah dan kehidupan mereka sehari-hari pun menjadi
lebih jelas. Proses komunikasi menjadi lebih otentik karena peserta didik terlibat
dalam kegiatan belajar berbasis tema dan didorong untuk berbagi ide.
Penghargaan dan kerjasama antar teman berkembang melalui interaksi. Mereka
juga lebih terlibat dan bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri.
Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum
yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum (Sugiyanto,
2010:128). Pembelajaran tematik integratif memiliki banyak keuntungan yang
dapat dicapai (Trianto, 2010: 83-84).
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
6. Siswa lebih bersemangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata
pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.
7. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif
adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
2.1.1.3 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang memberikan pemahaman
dalam memahami, dan mengenal berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah (Majid, 2014: 194). Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2014: 194),
pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pola fikir yang
mencoba, dan mengomunikasikan. Penerapan Pendekatan Saintifik dan Tematik
Integratif memberikan peluang penerapan PAKEM yang baik. Syaratnya
pembelajaran harus didasarkan kepada pemahaman KD yang baik dan
pengembangan indikator utama yang tepat agar efektif. Guru harus menampilkan
aura yang sejuk selama memfasilitasi belajar siswa.
Kriteria pendekatan Saintifik ada 7 macam (Kemendikbud, 2013 :13):
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira‐kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari
prasangka yang serta‐merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir dalam melihat
perbedaan, dan kesamaan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
Langkah-langkah Pembelajaran :
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Gambar 3. Tiga ranah proses pembelajaran
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
1. Ranah sikap, materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
2. Ranah keterampilan, materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan, materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Menurut Semiawan (1985: 17), dalam pendekatan keterampilan proses,
kemampuan atau keterampilan mendasar itu antara lain adalah kemampuan atau Sikap
(Tahu Mengapa)
Keterampilan (Tahu Bagaimana)
Produktif Inovatif
Kreatif Afektif
keterampilan: mengobservasi atau mengamati, menghitung, mengukur,
mengklasifikasikan, mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis,
merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel, menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan,
menerapkan(mengaplikasi), dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 7). Berikut ini ulasan
mengenai kelima langkah pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan
saintifik:
1. Mengamati
Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu bagi peserta didik,
seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik senang
dan tertantang. Oleh karena itu rasa ingin tahu pada masing-masing peserta
didik dapat terjawab. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) menentukan
objek yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan
objek yang akan diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu
diamati, (4) menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan
cara yang tepat dan jelas supaya pengamatan berjalan lancar, dan (6)
menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data pengamatan. Ada tiga
bentuk keterlibatan peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama,
pengamatan, dimana peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek
pengamatan. Kedua, pengamatan terkendali. Sama seperti pengamatan biasa
namun dalam pengamatan ini objek pengamatan ditempatkan pada ruangan
khusus yang telah dikendalikan, sehingga termuat nilai-nilai percobaan atau
eksperimen. Ketiga, pengamatan partisipatif, pada pengamatan model ini,
peserta didik terlibat secara langsung dengan objek yang diamati
(Kemendikbud, 2013: 8).
2. Menanya
Pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tidak lepas dari kegiatan
bertanya. Kemendikbud (2013: 9), menerangkan ada beberapa fungsi
bertanya. Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat
dan perhatian peserta didik terhadap suatu pembelajaran, mendorong dan
menginspirasi peserta didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang
dibuat dari dan untuk dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik, membangkitkan keterampilan peserta didik dalam bidang komunikasi,
mendorong partisipasi peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong
sikap keterbukaan untuk menerima dan memberi masukan atau gagasan pada
orang lain, dan melatih kesantunan dalam berbicara.
3. Menalar
Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara
informasi yang satu dengan yang lainnya. Setelah peserta didik dapat
menghubungkan informasi yang satu dengan informasi yang lain, diharapkan
peserta didik mampu membuat kesimpulan dari hal yang diamati atau
4. Mencoba
Informasi-informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah
untuk mendapatkan kesimpulan.
5. Mengkomunikasikan
Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,
bertanya, menalar dan mencoba mengolah informasi yang ada.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilalui peserta didik sebaiknya diceritakan atau dituliskan
sebagai bentuk komunikasi. Peserta didik perlu dibiasakan mengemukakan
pendapat atau mengkomunikasikan hasil belajarnya (Kemendikbud, 2013: 9).
Langkah-langkah Pembelajaran :
Gambar 4. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan pendekatan saintifik adalah pendekatan
yang memberikan pemahaman peserta didik dalam mengenal dan memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.
2.1.1.4Penilaian Otentik
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses atau hasil
dari suatu pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditetapkan (Suwandi, 2010: 7). Menurut Mardapi (2008: 5), kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Untuk menghasilkan bahan ajar yang
berkualitas maka perlu dilakukan penilaian atau evaluasi. Cunningsworth
mengemukakan beberapa unsur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi bahan
Observing (mengamati)
Questioning (menanya)
Associating (menalar)
Experimenting (mecoba)
ajar. Unsur–unsur tersebut adalah “aims and objectivess, desaind and organitation, language contents, skills, topic, methodologi, teacher’s book, practical consideration” (Cunningsworth,1995: 3). Unsur–unsur diatas kemudian
diambil 5 aspek yang kemudian dikembangkan menjadi indikator–indikator
instrumen penilaian validasi untuk menilai kualitas bahan ajar. Aspek tersebut
meliputi: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4)
topik, dan (5) metodologi.
Penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang meminta pembelajar
untuk menunjukkan kinerja sebagaimana dilakukan didunia nyata secara
bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki (Nurgiyantoro, 2011: 142). Penilaian otentik merupakan penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, mulai
dari memasukkan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran
(Kemendikbud, 2013: 5). Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah
kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun dengan hasil berbagai instrumen penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2014: 36). Istilah Assessment merupakan
sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah otentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual
penilaian otentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika menerapkan penilaian otentik untuk
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan
nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain‐lain. Penilaian
otentik cenderung fokus pada tugas‐tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih otentik. Penilaian otentik sangat relevan dengan
pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah
dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian otentik dapat dibuat oleh
guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam
penilaian otentik, seringkali keterlibatan siswa sangat penting. Peserta didik dapat
melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik pula. Belajar
otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kenyataannya di luar sekolah. Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik
penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di
tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas‐tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan
Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan
informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik
memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Penilaian otentik pun mendorong
peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis,
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian
mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Jenis-jenis Penilaian Otentik :
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penilaian yang dimaksudkan untuk menguji
kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan
sebagaimana dalam situasi nyata dalam konteks tertentu (Nurgiyantoro, 2011:
142). Penilaian otentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek‐aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur‐unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a. Daftar cek (checklist)
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records) c. Skala penilaian (rating scale)
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus
diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,
dan penyajian data. Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam
penilaian proyek.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
c. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan 7 langkah‐langkah
seperti berikut ini (Kemendikbud, 2013: 6).
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan penilaian otentik adalah penilaian
dalam suatu bentuk tugas yang meminta pembelajar untuk menunjukkan kinerja
seperti di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki; menekankan pengukuran kinerja pembelajar
lewat penampilan dan pendemonstrasian pengetahuan, keterampilan, dan strategi
2.1.1.5 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal
Kebudayaan lokal merupakan kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh
masyarakat adat. Namun yang terjadi sangat berbeda dengan apa yang kita pahami
tentang kebudayaan lokal, bahkan kebudayaan itu sudah terkikis dan tergantikan
oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita pahami. Agar eksistensi budaya
tetap kukuh, maka kepada generasi penerus dan pelurus perjuangan bangsa perlu
ditanamkan rasa cinta akan kebudayaan lokal khususnya di daerah. Salah satu cara
yang dapat ditempuh di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai
karakter budaya lokal dalam proses pembelajaran, ekstrakurikuler, atau kegiatan
kesiswaan di sekolah. Misalnya dengan mengaplikasikan secara optimal
Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal.
Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang semakin hari semakin
mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia. Menurut Rutland (dalam
Hidayatullah 2010: 12) karakter berasal dari akar kata latin yang berarti “dipahat”,
oleh karena itu karakter adalah kualitas dan kekuatan mental atau moral, akhlak
atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi
pendorong dan penegak, serta yang membedakan dengan individu lain. Istilah
karakter dianggap sama dengan kepribadian (Koesoema, 2007: 80). Kepribadian
dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau ciri dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya
keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir (Sjarkawi, 2006: 11).
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
Menurut Kesuma (2004: 5) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut Khan (dalam
Asmani, 2011: 30) pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bangsa.
Menurut Koesoema (2012: 124) pendidikan karakter berkaitan dengan
bagaimana menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah.
Dengan demikian fungsi sekolah adalah sebagai tempat persemaian dan lahan
yang memungkinkan bibit-bibit tersebut tumbuh subur serta memunculkan sebaik
mungkin keunggulannya masing-masing (Raka, 2002: 51). Nilai-nilai ini dapat
memiliki bobot moral ataupun tidak, seperti nilai yang sifatnya individual
personal (tanggung jawab personal, kemurahan hati, penghargaan diri, kejujuran,
pengendalian diri, bela rasa, disiplin diri, daya tahan, pemberian diri, percaya diri,
integritas, cinta, tepat waktu, berjiwa pengampun, dan rasa terima kasih). Menurut
Narwanti (2011: 14) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian, pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan akhirnya
pengalaman nilai secara nyata dan guru memiliki peran membantu peserta didik
Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran baru yang berdiri
sendiri, bukan pula dimasukkan sebagai kompetensi inti dan kompetensi dasar
baru, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan
diri dan budaya sekolah serta muatan lokal (Zubaedi, 2012: 137). Dengan
demikian dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah cara yang dilakukan
guru untuk mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang berkaitan
dengan nilai-nilai tertentu dalam diri anak di sekolah baik bersifat sosial maupun
personal. Dalam melakukan pendidikan karakter guru perlu buku khusus untuk
melakukan penanaman nilai-nilai karakter sehingga penanaman nilai karakter
dapat lebih mudah dan sesuai tujuan nilai karakter yang dikembangkan.
Pendidikan yang berorientasikan pendidikan karakter tidak bisa didasarkan pada
pandangan bahwa siswa merupakan gelas kosong, melainkan siswa merupakan
bibit unggul yang memiliki potensi yang berbeda dan harus dikembangkan.
Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini, oleh karena itu saat
sekolah dasar pendidikan karakter sangat tepat bila diterapkan. Menurut Asmani
(2011: 42-43) pendidikan karakter bertujuan untuk penanaman nilai dalam diri
siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu. Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik
yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Nilai-nilai dalam Pendidikan karakter:
Pusat kurikulum telah mengkaji secara empirik sejumlah nilai pembentuk karakter
yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional,
sebagai berikut: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,
(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14)
cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18)
tanggung jawab (Wibowo, 2012: 99).
Menurut Fathurrohman (2013: 19), adapun nilai-nilai yang dikembangkan
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diidentifikasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca