• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema keindahan alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema keindahan alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
333
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU

KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nurul Dwi Apriningsih

NIM : 101134022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU

KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nurul Dwi Apriningsih

NIM : 101134022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Tuhan YME sumber segala rahmat yang selalu memberikan kelancaran dan

kemudahan disetiap langkah

.

Bapak dan ibuk tercinta, Suroso dan Ismiyati yang senantiasa

memberikan dukungan, doa dan cinta serta semangat yang luar biasa.

Kakakku Umi Purniyati, adikku Tri Aji Wicaksono, dan kakek dan nenek

serta seluruh keluarga besar L.Pudi Suwanto yang selalu memberikan

dukungan dan doa.

Sahabat-sahabatku tercinta yang setia menemani, memberikan

bantuan, dukungan, motivasi, serta keceriaan di setiap hari.. Kalian

sungguh luar biasa.

(6)

v

MOTTO

Tuhan pasti memberikan kemudahan kepada mereka yang mau berusaha.

Motivasi dan kegigihanlah yang membuat impian besar itu tercapai

.

-Merry Riana-

Orang yang mampu membuat semua hal yang sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit

menjadi mudah dimengerti, atau yang sukar menjadi mudah dilakukan, itulah pendidik yang

sejati

.

-Ralph Waldo Emerson-

Wanita tidak cukup memiliki pendidikan tinggi, tetapi jadilah wanita yang kuat dan cerdas.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juni 2014

Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nurul Dwi Apriningsih

Nomor Induk Mahasiswa : 101134022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” beserta perangkat yang diperlukan. (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Juni 2014

Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEINDAHAN ALAMKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Nurul Dwi Apriningsih Universitas Sanata Dharma

2014

Bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku belum banyak dikembangkan. Penelitian ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keindahan Alamku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi antara model pengembangan bahan ajar Jerold Kemp dan penelitian R&D oleh Borg and Gall yang menghasilkan 7 langkah, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, serta (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahan ajar. Bahan ajar

divalidasi menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan teori

Cunningsworth agar menghasilkan bahan ajar yang baik. Unsur-unsur yang digunakan untuk mengevaluasi bahan ajar meliputi 5 aspek, yaitu: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar Kurikulum 2013, 2 guru kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013, dan uji coba terbatas siswa kelas IV SDN Geparang Purworejo bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,33 dengan

kategori “sangat baik”. Dengan demikian pengembangan bahan ajar mengacu

Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV sekolah dasar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL REFERS TO THE

CURRICULUM 2013 SUBTHEME ”KEINDAHAN ALAMKU”

FOR 4TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Nurul Dwi Apriningsih Universitas Sanata Dharma

2014

Teaching material refers Curriculum 2013 subtheme “Keindahan Alamku”

was not developed yet. This research was focused on the fulfillment of the teaching material needs refers to the Curriculum 2013 subtheme ”Keindahan

Alamku” for 4th

grade of elementary school. This reseach aims to (1) describe procedures of development of teaching materials refers to Curriculum 2013

subtheme “Keindahan Alamku” for 4th

Grade of Elementary School, and (2) describe the product qualify of teaching materials development.

This research was used research method and development. The procedure of research and development, which was used in this research was the modification

result between Jerold Kemp’s teaching material model and Borg and Gall’s R&D

research. The modification was result seven steps. Those were (1) potentials and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validity, (5) design revision, (6) design experiment and (7) design revision, which results final product design in the form of the teaching material refers to the Curriculum 2013

subtheme ”Keindahan Alamku” for 4th grade of elementary school.

The product of this research was teaching material. The teaching material were validity by using instruments which are arranged based on Cunningsworth theory so that it results good teaching material. The instruments which were used to evaluate the teaching material include five aspects. Those aspects were (1) purposes and approaches, (2) design and arrangement, (3) contents, (4) topics, and (5) methodology. Based on the validity result by the expert of Curriculum 2013, the expert of the two teachers the fourth grade of elementary school and the fourth grade students of SDN Geparang Purworejo the teaching material averagely have

scored 4,33 with “ very good” category. Therefore, the development of teaching

material refers to the Curriculum 2013 subtheme ”Keindahan Alamku” for 4th grade of elementary school was decent to use in the learning process.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keindahan Alamku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari

berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Karena itu, dengan

kesungguhan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan demi terlaksananya

penelitian ini hingga penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih ini penulis

sampaikan kepada:

1. Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing, memberikan dukungan, dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah

membimbing, memberikan dukungan, dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Rusmawan, S. Pd., M. Pd., selaku validator pakar Kurikulum SD 2013 yang

telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk

meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.

6. Istutik Zuwanti, S. Pd dan Fitri Suryani, S. Pd.SD., selaku validator guru

kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 yang telah memberikan

kritik dan saran untuk perbaikan kualitas produk yang dikembangkan dalam

(12)

xi

7. Ismiyati, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Geparang Purworejo yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

8. Siswa kelas IV SD Negeri Geparang Purworejo tahun ajaran 2013/2014 yang

telah berperan serta dan mendukung pelaksanaan penelitian.

9. Para dosen PGSD yang selalu memberikan bimbingan dan senantiasa

memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis belajar di PGSD.

10.Kedua orang tua yang saya cintai, Suroso dan Ismiyati yang selalu

memberikan dukungan penuh baik secara materiil maupun moril, juga doa

dan semangat yang luar biasa. Kakakku tercinta Umi Purniyati, adikku Tri

Aji Wicaksono beserta keluarga yang selalu memberikan semangat, kakek

dan nenek juga segenap keluarga besar L.Pudi Suwanto yang selalu

memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayang.

11.Teman-temanku satu perjuangan skripsi payung: Terri, Media, Fajar, Tika,

Elan, Lani, Leo, Nicole, Tama, Rama, Dian, Ade, Beni, Dodik, Rangga, Tri,

Elita, Bintang, Nina, Nur Tri, Anggun, Ima, Vitus, Een, Agnes, Yudit yang

selalu memberi dukungan dan keceriaan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku tercinta Yudi, Furi, Koko, Otor, Gigih, Candra, dan Bayu

yang selalu menemani, memberikan dukungan, motivasi dan semangat yang

luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

memberikan bantuan dan dukungan, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak dan

bermanfaat untuk dunia pendidikan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan skripsi agar lebih sempurna. Terima kasih.

Penulis,

(13)

xii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 9

2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013 ... 9

2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif ... 16

2.1.1.3Pendekatan Saintifik ... 19

(14)

xiii

2.1.1.5 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal ... 30

2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 36

2.2 Penelitian yang Relevan... 42

2.3 Kerangka Pikir ... 45

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

3.1 Jenis Penelitian ... 50

3.2 Prosedur Pengembangan ... 52

3.3 Waktu Penelitian ... 56

3.4 Uji Coba Produk ... 56

3.4.1 Desain Uji Coba ... 57

3.4.2 Setting Penelitian ... 57

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 57

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Analisis Kebutuhan ... 62

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 66

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 74

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 75

4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk... 75

4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 78

4.4Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... 84

BAB V ... 91

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 91

5.1Kesimpulan ... 91

5.2Keterbatasan Pengembangan ... 92

5.3Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(15)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Standar Isi pada Kurikulum 2013 ... 13

Tabel 2. Standar Proses pada Kurikulum 2013 ... 13

Tabel 3. Standar Penilaian pada Kurikulum 2013 ... 15

Tabel 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 33

Tabel 5. Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 59

Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 61

Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ... 75

Tabel 8. Komentar Guru SD kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi ... 77

Tabel 9. Komentar dan saran dari siswa kelas IV SD Negeri Geparang Purworejo dan Revisi ... 82

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Empat elemen perubahan pada Kurikulum 2013 ... 11

Gambar 2. Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 ... 17

Gambar 3. Tiga ranah proses pembelajaran ... 21

Gambar 4. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran ... 24

Gambar 5. Model Desain Pembelajaran Kemp yang sudah direvisi... 37

Gambar 6. Kerangka Pikir ... 48

Gambar 7. Tahap-tahap R & D menurut Borg & Gall ... 51

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jaring-Jaring Tema, Subtema, Harian ... 99

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Survai Kebutuhan ... 107

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 108

Lampiran 4. Silabus ... 110

Lampiran 5. RPP ... 132

Lampiran 6. Instrumen Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 256

Lampiran 7. Instrumen Validasi Guru Kelas IV... 260

Lampiran 8. Instrumen Persepsi Siswa ... 264

Lampiran 9. Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 266

Lampiran 10. Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 270

Lampiran 11. Hasil Validasi Siswa ... 278

Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 298

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 301

Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa ... 307

Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar, Guru, dan Siswa ... 309

Lampiran 16. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 310

Lampiran 17. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 311

Lampiran 18. Foto-Foto Kegiatan ... 312

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi

produk yang dikembangkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen

yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan

suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada

lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam

mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas (Rusman, 2008: 1). Menurut

Arifin (2011: 1) kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan

pendidikan, dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada

semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan

dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan

hidup suatu bangsa. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang

pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat

dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang

sesuai dalam memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini.

Perkembangan yang terkait dengan IPTEK, masyarakat, berbangsa, dan

bernegara, maupun isu-isu di dalam dan di luar negeri merupakan tantangan yang

(19)

pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan demi tercapainya tujuan pendidikan

(Rusman, 2008: 3). Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media

evaluasi bahan ajar, dan berbagai pengalaman belajar (Dakir, 2004: 1). Salah satu

aspek yang mempengaruhi keberhasilan dari kurikulum adalah pemberdayaan

bidang pengelolaan atau manajemen kurikulum di lembaga pendidikan yang

bersangkutan.

Kurikulum terbaru yang dirancang pemerintah saat ini adalah Kurikulum

2013. Menurut Permendikbud no.67 tahun 2013 tentang kurikulum SD, kurikulum

2013 merupakan ilmu yang multidisipliner. Kurikulum multidisipliner merupakan

kurikulum yang menerapkan ilmu pengetahuan tetap diistimewakan, tapi antara

ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya sengaja dibuat sebuah koneksi

(Drake, 2013: 11). Dalam pembelajaran multidisipliner, siswa mengunjungi pusat

pembelajaran yang berbeda untuk mempelajari sebuah tema. Para siswa

mempelajari satu tema yang sama dalam kelas yang berbeda untuk ilmu

pengetahuan yang berbeda. Menurut Permendikbud no. 67 tahun 2013 tujuan

kurikulum 2013 untuk mempersiapkan peserta didik sebagai pribadi yang

beriman, produktif, inovatif, efektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan

masyarakat berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

mendorong peserta didik lebih mampu melakukan observasi, bertanya, bernalar

dan mengkomunikasikan serta mempresentasikan apa yang diperoleh ataupun

diketahui siswa setelah menerima materi pelajaran.

Kurikulum 2013 memiliki beberapa keunggulan diantaranya (1) standar

(20)

(2) memiliki pendekatan yang lebih utuh dengan berbasis pada kreativitas siswa.

Kurikulum 2013 memenuhi tiga komponen utama pendidikan yaitu pengetahuan,

ketrampilan dan sikap; (3) siswa lebih kreatif dan inovatif; (4) materi pelajaran

lebih ringkas, begitu pula penyediaan buku ajarnya menjadi efisien karena tidak

terlalu banyak; (5) materi pelajarannya terintegrasi, tidak terpisah-pisah dan (6)

jam pelajaran menjadi lebih sedikit, dengan demikian maka guru mempunyai

lebih banyak waktu untuk melakukan pengayaan kurikulum maupun

memperdalam materi pelajaran dikelas menjadi lebih baik. Menurut

Permendikbud no.67 tahun 2013 tentang kurikulum SD, kurikulum 2013

menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas, dan masyarakat;

dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang,

karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Apabila semua itu dapat

berjalan dengan baik maka tujuan dari pendidikan dan pengajaran dapat tercapai

dengan maksimal.

Bahan ajar atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang

harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan dari kurikulum (Majid,

2007: 174). Bahan ajar dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan

maksud dari pembelajaran (Cunningsworth, 1995: 7). Bahan ajar memiliki peran

penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu (Triyanto,

2007: 85). Bahan ajar berperan penting dalam menciptakan pembelajaran yang

mampu mengintegrasikan berbagai karakter dalam pembelajaran. Bahan ajar pada

dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang

(21)

yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Bahan ajar dan proses pembelajaran memiliki posisi penting

dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang

akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan

terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan

kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan

kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Tetapi lebih baik apabila bahan ajar

disusun oleh guru maka akan lebih sesuai dengan kondisi sekolah.

Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh

terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Beberapa

masih berfokus pada kemampuan kognitif, dan pengembangan dalam aspek lain

masih kurang. Dalam hal ini guru menyadari pula perlunya bahan ajar yang

mampu melibatkan siswa secara aktif lewat kegiatan-kegiatan, sehingga siswa

secara aktif terlibat langsung dalam mendapatkan pengetahuan dan

mengembangkan karakternya. Berdasarkan hasil survei kebutuhan yang dilakukan

peneliti pada hari kamis tanggal 12 September 2013 pukul 10.00 WIB, di SD

Negeri Godean Yogyakarta dengan guru kelas IV. Peneliti memperoleh data

bahwa (1) guru belum paham mengenai Kurikulum 2013; (2) pemahaman guru

terkait dengan pendekatan sains dalam pembelajaran masih terbatas; (3)

pemahaman guru terkait dengan penilaian otentik masih kurang; (4) pemahaman

guru terkait dengan pendidikan karakter masih terbatas; (5) guru masih kesulitan

dalam melaksanakan Kurikulum 2013; (6) ketersediaan bahan ajar pada

Kurikulum 2013 masih perlu disempurnakan, materinya masih kurang mendalam;

(22)

mengembangkan secara mandiri bahan ajar sesuai dengan Kurikulum 2013; (9)

bahan ajar Kurikulum 2013 kurang sesuai dengan budaya lokal sekolah, (10)

masih kurangnya pemahaman guru terkait dengan jenis-jenis karakter yang akan

dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional; dan (11)

saran dari guru terkait bahan ajar Kurikulum 2013 supaya materinya diperluas dan

bahasa daerah jangan dihilangkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka pengembangan bahan ajar yang sesuai

dengan tuntutan Kurikulum 2013 sangat diperlukan. Oleh karena itu, peneliti akan

berusaha mengembangkan suatu bahan ajar supaya bahan ajar yang tersedia

benar-benar sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Dari produk pengembangan

bahan ajar yang dihasilkan diharapkan hasil produk mampu memberikan manfaat

serta dapat menunjang keberhasilan penerapan Kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum

2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013

subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah

(23)

1. Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu

Kurikulum 2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV

Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum

2013 subtema Keindahan Alamku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa calon guru semakin terampil dalam mengolah bahan ajar

mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

Siswa dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum

2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

5. Bagi Prodi PGSD

Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk

mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa

(24)

1.5 Batasan Istilah

1. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke

dalam berbagai tema.

2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang memberikan pemahaman

peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah.

3. Penilaian otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap

sosial, pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam Kurikulum

2013.

4. Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk mengajarkan kebiasaan

cara berpikir dan berperilaku yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu

dalam diri anak di sekolah baik bersifat sosial maupun personal.

5. Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema, KI, KD,

indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,

aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar

kata penting, dan daftar pustaka.

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan

pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak

dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

(25)

3. Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan

pendekatan saintifik.

4. Bahan ajar berbasis budaya lokal.

5. Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.

(26)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang landasan teori

terdiri dari empat bagian, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka

pikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sukmadinata,

2007: 7). Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum yang

pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,

sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan

KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

secara terpadu. Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan peserta

didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

(27)

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

(Permendikbud, 2014: 8).

Menurut Permendikbud (2014: 5-7) rasional pengembangan kurikulum

2013 dikembangkan berdasarkan faktor- faktor diantaranya :

1. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan yang mengacu

kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar

proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian pendidikan.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu

yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan

informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan

pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal juga terkait dengan

pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh mutu, investasi, dan

transformasi bidang pendidikan.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai

berikut:

a. pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran

berpusat pada peserta didik.

b. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).

(28)

d. pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaksi (interaksi guru peserta didik masyarakat

-lingkungan alam, sumber/media lainnya).

e. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat

multimedia.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

a. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang

bersifat kolaboratif.

b. penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan

manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan.

c. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan

proses pembelajaran.

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi

yang relevan bagi peserta didik.

Penyempurnaan pada Kurikulum 2013 dilihat dari kondisi guru, siswa dan

sarana-prasarana. Elemen perubahan pada Kurikulum 2013 meliputi 4 elemen

perubahan (Hidayat, 2013: 126-128).

(29)

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meliputi

kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata

pelajaran (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 48). Adanya

peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi

aspek kompetensi sikap (afektif, attitude), keterampilan (psikomotor), dan

pengetahuan (kognitif). Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013

menyebutkan tiga kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu

sikap individu, sikap sosial, dan sikap alam (Forum Mangunwijaya VII,

2013: 193).

2. Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu

(Mulyasa, 2006: 24). Kompetensi yang semula diturunkan dari mata

pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik Integratif dalam semua mata

pelajaran.

(30)

Tabel 1. Standar Isi pada Kurikulum 2013

Elemen Deskripsi

Struktur Kurikulum

(Mata pelajaran dan alokasi waktu)

(ISI)

- Holistik berbasis sains (alam,

sosial, dan budaya)

- Jumlah mata pelajaran dari 10

menjadi 6

- Jumlah jam bertambah 4

JP/minggu akibat perubahan

pendekatan pembelajaran

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah mata pelajaran

peserta didik lebih sedikit, tapi jumlah jam bertambah menjadi lebih

panjang.

3. Standar Proses

Harus memiliki kemampuan untuk mengamati, menanya, mengolah,

menyajikan, menyimpulkan, bahkan sampai mencipta. Belajar tidak hanya

terjadi di dalam kelas, tapi juga boleh di luar kelas seperti perpustakaan,

industri/instansi terkait, dan bahkan masyarakat sekitar. Guru bukan

satu-satunya sumber belajar, tapi juga dapat diperoleh dari buku, koran, TV,

radio, internet. Sikap (attitude) tidak diajarkan secara verbal, tetapi siswa

akan lebih banyak melihat dari apa yang dicontohkan oleh guru dengan

memberikan suri tauladan yang baik.

Tabel 2. Standar Proses pada Kurikulum 2013

Elemen Deskripsi

- Standar proses semula terfokus

(31)

Proses Pembelajaran

Konfirmasi dilengkapi dengan

Mengamati, Menanya,

Mengolah, Menalar, Menyajikan,

Menyimpulkan, dan Mencipta.

- Belajar tidak hanya terjadi di

ruang kelas, tetapi juga di

lingkungan sekolah dan

masyarakat.

- Guru bukan satu-satunya sumber

belajar.

- Sikap tidak diajarkan secara

verbal, tetapi melalui contoh dan

teladan.

- Proses pembelajaran di SD :

Tematik dan Terpadu

4. Standar Penilaian

Biasanya nilai diambil dari sebuah tes/ujian maka diubah menjadi

penilaian yang otentik (mengukur semua kompetensi mulai dari sikap,

ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil kerja. Setiap

siswa memiliki semua rekaman kegiatan berupa portofolio yang dibuat oleh

siswa sendiri sebagai instrumen utama penilaian. Pramuka menjadi

ekstrakurikuler yang wajib dilakukan.

Perubahan yang sangat mendasar pada Kurikulum 2013 pada semua

mata pelajaran adalah materi disusun seimbang mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan pembelajaran

(32)

penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar

(siswa mencari tahu). Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio. Perubahan yang

mendasar pada bidang matematika adalah pembelajaran dimulai dari

pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya

abstraksi permasalahan.

Tabel 3. Standar Penilaian pada Kurikulum 2013

Elemen Deskripsi

Penilaian Hasil Belajar - Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur

kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja),

menuju penilaian otentik (mengukur semua

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil).

- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu

pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor

yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga

kompetensi inti dan SKL.

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat

siswa sebagai instrumen utama penilaian.

Ekstrakurikuler

- Pramuka (wajib)

- UKS

- PMR

- Bahasa Inggris

(33)

2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif berawal dari pengembangan skema-skema

pengetahuan yang ada di dalam diri siswa (Majid, 2013: 118). Pembelajaran

tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan

berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,

keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai

konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar

sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian

pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti

tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan

alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan

pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan

Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah

Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial

yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai

pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut

pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk

memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah

mulai mampu berpikir abstrak.

Pembelajaran tematik integratif yaitu pembelajaran yang berangkat dari

(34)

bukan terkotak-kotak tapi di Mix menjadi sebuah pembelajaran yang terpadu.

Lebih pada pembelajaran tanpa sekat mata pelajaran. Identitas mata pelajaran

melebur menjadi TEMA.

Gambar 2. Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013

Pada jadwal pelajaran yang muncul adalah nama tema atau subtema bukan

nama mata pelajaran. Prinsip-prinsip dalam Tematik Integratif

(Kemendikbud, 2013: 23).

1. Berpusat pada peserta didik.

2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik.

3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

pembelajaran.

5. Bersifat luwes.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan peserta didik.

7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam

pembelajaran Tematik Terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata

pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

TEMA BI

PKn

IPA

IPS MTK

(35)

8. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam

aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skema yang

dimiliki peserta didik.

9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya

menjadi otentik.

10. Aktif, artinya peserta didik perlu terlibat langsung dalam proses

pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses

penilaian.

11. Wujud lain dari implementasi Tematik Terpadu yang bertolak dari tema.

Pendekatan tematik memungkinkan peserta didik mampu melihat hubungan

antara gagasan dan konsep yang dipelajari karena mereka merencanakan dan

melakukan pencarian sendiri sesuai tema yang ditetapkan. Hubungan antara

konsep yang dipelajari di sekolah dan kehidupan mereka sehari-hari pun menjadi

lebih jelas. Proses komunikasi menjadi lebih otentik karena peserta didik terlibat

dalam kegiatan belajar berbasis tema dan didorong untuk berbagi ide.

Penghargaan dan kerjasama antar teman berkembang melalui interaksi. Mereka

juga lebih terlibat dan bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri.

Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum

yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung

pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum (Sugiyanto,

2010:128). Pembelajaran tematik integratif memiliki banyak keuntungan yang

dapat dicapai (Trianto, 2010: 83-84).

(36)

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bersemangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata

pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif

adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari

berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

2.1.1.3 Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang memberikan pemahaman

dalam memahami, dan mengenal berbagai materi menggunakan pendekatan

ilmiah (Majid, 2014: 194). Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2014: 194),

pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pola fikir yang

(37)

mencoba, dan mengomunikasikan. Penerapan Pendekatan Saintifik dan Tematik

Integratif memberikan peluang penerapan PAKEM yang baik. Syaratnya

pembelajaran harus didasarkan kepada pemahaman KD yang baik dan

pengembangan indikator utama yang tepat agar efektif. Guru harus menampilkan

aura yang sejuk selama memfasilitasi belajar siswa.

Kriteria pendekatan Saintifik ada 7 macam (Kemendikbud, 2013 :13):

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira‐kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari

prasangka yang serta‐merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir dalam melihat

perbedaan, dan kesamaan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

(38)

Langkah-langkah Pembelajaran :

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Gambar 3. Tiga ranah proses pembelajaran

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

1. Ranah sikap, materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

2. Ranah keterampilan, materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan, materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan

untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Menurut Semiawan (1985: 17), dalam pendekatan keterampilan proses,

kemampuan atau keterampilan mendasar itu antara lain adalah kemampuan atau Sikap

(Tahu Mengapa)

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Produktif Inovatif

Kreatif Afektif

(39)

keterampilan: mengobservasi atau mengamati, menghitung, mengukur,

mengklasifikasikan, mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis,

merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel, menafsirkan data,

menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan,

menerapkan(mengaplikasi), dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar,

mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 7). Berikut ini ulasan

mengenai kelima langkah pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan

saintifik:

1. Mengamati

Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu bagi peserta didik,

seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik senang

dan tertantang. Oleh karena itu rasa ingin tahu pada masing-masing peserta

didik dapat terjawab. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan

dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) menentukan

objek yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan

objek yang akan diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu

diamati, (4) menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan

cara yang tepat dan jelas supaya pengamatan berjalan lancar, dan (6)

menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data pengamatan. Ada tiga

bentuk keterlibatan peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama,

(40)

pengamatan, dimana peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek

pengamatan. Kedua, pengamatan terkendali. Sama seperti pengamatan biasa

namun dalam pengamatan ini objek pengamatan ditempatkan pada ruangan

khusus yang telah dikendalikan, sehingga termuat nilai-nilai percobaan atau

eksperimen. Ketiga, pengamatan partisipatif, pada pengamatan model ini,

peserta didik terlibat secara langsung dengan objek yang diamati

(Kemendikbud, 2013: 8).

2. Menanya

Pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tidak lepas dari kegiatan

bertanya. Kemendikbud (2013: 9), menerangkan ada beberapa fungsi

bertanya. Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat

dan perhatian peserta didik terhadap suatu pembelajaran, mendorong dan

menginspirasi peserta didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang

dibuat dari dan untuk dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta

didik, membangkitkan keterampilan peserta didik dalam bidang komunikasi,

mendorong partisipasi peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong

sikap keterbukaan untuk menerima dan memberi masukan atau gagasan pada

orang lain, dan melatih kesantunan dalam berbicara.

3. Menalar

Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara

informasi yang satu dengan yang lainnya. Setelah peserta didik dapat

menghubungkan informasi yang satu dengan informasi yang lain, diharapkan

peserta didik mampu membuat kesimpulan dari hal yang diamati atau

(41)

4. Mencoba

Informasi-informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah

untuk mendapatkan kesimpulan.

5. Mengkomunikasikan

Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,

bertanya, menalar dan mencoba mengolah informasi yang ada.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilalui peserta didik sebaiknya diceritakan atau dituliskan

sebagai bentuk komunikasi. Peserta didik perlu dibiasakan mengemukakan

pendapat atau mengkomunikasikan hasil belajarnya (Kemendikbud, 2013: 9).

Langkah-langkah Pembelajaran :

Gambar 4. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan pendekatan saintifik adalah pendekatan

yang memberikan pemahaman peserta didik dalam mengenal dan memahami

berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.

2.1.1.4Penilaian Otentik

Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses atau hasil

dari suatu pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah

ditetapkan (Suwandi, 2010: 7). Menurut Mardapi (2008: 5), kualitas pembelajaran

dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Untuk menghasilkan bahan ajar yang

berkualitas maka perlu dilakukan penilaian atau evaluasi. Cunningsworth

mengemukakan beberapa unsur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi bahan

Observing (mengamati)

Questioning (menanya)

Associating (menalar)

Experimenting (mecoba)

(42)

ajar. Unsur–unsur tersebut adalah “aims and objectivess, desaind and organitation, language contents, skills, topic, methodologi, teacher’s book, practical consideration” (Cunningsworth,1995: 3). Unsur–unsur diatas kemudian

diambil 5 aspek yang kemudian dikembangkan menjadi indikator–indikator

instrumen penilaian validasi untuk menilai kualitas bahan ajar. Aspek tersebut

meliputi: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4)

topik, dan (5) metodologi.

Penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang meminta pembelajar

untuk menunjukkan kinerja sebagaimana dilakukan didunia nyata secara

bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki (Nurgiyantoro, 2011: 142). Penilaian otentik merupakan penilaian yang

dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, mulai

dari memasukkan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran

(Kemendikbud, 2013: 5). Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah

kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya

dinilai, baik proses maupun dengan hasil berbagai instrumen penilaian yang

disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2014: 36). Istilah Assessment merupakan

sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah otentik

merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual

penilaian otentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes

pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika menerapkan penilaian otentik untuk

(43)

berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan

nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam

pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu

menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain‐lain. Penilaian

otentik cenderung fokus pada tugas‐tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam

pengaturan yang lebih otentik. Penilaian otentik sangat relevan dengan

pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah

dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian otentik dapat dibuat oleh

guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam

penilaian otentik, seringkali keterlibatan siswa sangat penting. Peserta didik dapat

melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik pula. Belajar

otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam

kenyataannya di luar sekolah. Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik

penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang

berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di

tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas‐tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan

(44)

Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan

informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang

dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik

memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Penilaian otentik pun mendorong

peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis,

menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian

mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Jenis-jenis Penilaian Otentik :

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penilaian yang dimaksudkan untuk menguji

kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan

sebagaimana dalam situasi nyata dalam konteks tertentu (Nurgiyantoro, 2011:

142). Penilaian otentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,

khususnya dalam proses dan aspek‐aspek yang akan dinilai. Guru dapat

melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur‐unsur

proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria

penyelesaiannya.

Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

a. Daftar cek (checklist)

b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records) c. Skala penilaian (rating scale)

(45)

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian

tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai

dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,

dan penyajian data. Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam

penilaian proyek.

a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan

mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas

informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta

didik.

c. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan

oleh peserta didik.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang

menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta

didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan 7 langkah‐langkah

seperti berikut ini (Kemendikbud, 2013: 6).

(46)

b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang

akan dibuat.

c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah

bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada

tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama

dokumen portofolio yang dihasilkan.

g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian

portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.

Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga

mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta

didik.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan penilaian otentik adalah penilaian

dalam suatu bentuk tugas yang meminta pembelajar untuk menunjukkan kinerja

seperti di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki; menekankan pengukuran kinerja pembelajar

lewat penampilan dan pendemonstrasian pengetahuan, keterampilan, dan strategi

(47)

2.1.1.5 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal

Kebudayaan lokal merupakan kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh

masyarakat adat. Namun yang terjadi sangat berbeda dengan apa yang kita pahami

tentang kebudayaan lokal, bahkan kebudayaan itu sudah terkikis dan tergantikan

oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita pahami. Agar eksistensi budaya

tetap kukuh, maka kepada generasi penerus dan pelurus perjuangan bangsa perlu

ditanamkan rasa cinta akan kebudayaan lokal khususnya di daerah. Salah satu cara

yang dapat ditempuh di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai

karakter budaya lokal dalam proses pembelajaran, ekstrakurikuler, atau kegiatan

kesiswaan di sekolah. Misalnya dengan mengaplikasikan secara optimal

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal.

Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang semakin hari semakin

mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia. Menurut Rutland (dalam

Hidayatullah 2010: 12) karakter berasal dari akar kata latin yang berarti “dipahat”,

oleh karena itu karakter adalah kualitas dan kekuatan mental atau moral, akhlak

atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi

pendorong dan penegak, serta yang membedakan dengan individu lain. Istilah

karakter dianggap sama dengan kepribadian (Koesoema, 2007: 80). Kepribadian

dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau ciri dari diri seseorang yang

bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya

keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir (Sjarkawi, 2006: 11).

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu

untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,

(48)

Menurut Kesuma (2004: 5) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk

mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut Khan (dalam

Asmani, 2011: 30) pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan

perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga,

masyarakat, dan bangsa.

Menurut Koesoema (2012: 124) pendidikan karakter berkaitan dengan

bagaimana menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah.

Dengan demikian fungsi sekolah adalah sebagai tempat persemaian dan lahan

yang memungkinkan bibit-bibit tersebut tumbuh subur serta memunculkan sebaik

mungkin keunggulannya masing-masing (Raka, 2002: 51). Nilai-nilai ini dapat

memiliki bobot moral ataupun tidak, seperti nilai yang sifatnya individual

personal (tanggung jawab personal, kemurahan hati, penghargaan diri, kejujuran,

pengendalian diri, bela rasa, disiplin diri, daya tahan, pemberian diri, percaya diri,

integritas, cinta, tepat waktu, berjiwa pengampun, dan rasa terima kasih). Menurut

Narwanti (2011: 14) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Dengan demikian, pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke

pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan akhirnya

pengalaman nilai secara nyata dan guru memiliki peran membantu peserta didik

(49)

Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran baru yang berdiri

sendiri, bukan pula dimasukkan sebagai kompetensi inti dan kompetensi dasar

baru, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan

diri dan budaya sekolah serta muatan lokal (Zubaedi, 2012: 137). Dengan

demikian dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah cara yang dilakukan

guru untuk mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang berkaitan

dengan nilai-nilai tertentu dalam diri anak di sekolah baik bersifat sosial maupun

personal. Dalam melakukan pendidikan karakter guru perlu buku khusus untuk

melakukan penanaman nilai-nilai karakter sehingga penanaman nilai karakter

dapat lebih mudah dan sesuai tujuan nilai karakter yang dikembangkan.

Pendidikan yang berorientasikan pendidikan karakter tidak bisa didasarkan pada

pandangan bahwa siswa merupakan gelas kosong, melainkan siswa merupakan

bibit unggul yang memiliki potensi yang berbeda dan harus dikembangkan.

Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini, oleh karena itu saat

sekolah dasar pendidikan karakter sangat tepat bila diterapkan. Menurut Asmani

(2011: 42-43) pendidikan karakter bertujuan untuk penanaman nilai dalam diri

siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan

individu. Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan.

(50)

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik

yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Nilai-nilai dalam Pendidikan karakter:

Pusat kurikulum telah mengkaji secara empirik sejumlah nilai pembentuk karakter

yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional,

sebagai berikut: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)

kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,

(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14)

cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18)

tanggung jawab (Wibowo, 2012: 99).

Menurut Fathurrohman (2013: 19), adapun nilai-nilai yang dikembangkan

dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diidentifikasi adalah sebagai

berikut:

Tabel 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

(51)

dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan

orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

Gambar

Gambar 5. Model Desain Pembelajaran Kemp yang sudah direvisi.................... 37
Gambar 1. Empat elemen perubahan pada Kurikulum 2013
Tabel 1. Standar Isi pada Kurikulum 2013
Tabel 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB 2 MODEL DAN KERANGKA KERJA PERILAKU KONSUMEN Dalam bab ini dibahas mengenai model dan kerangka kerja perilaku konsumen yang dikaitkan dengan ruang lingkup

nya, jika kita punya sebuah bilangan nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima),

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga

Pengguna semakin mudah untuk mengingat, pertama dengan adanya kartu murojaah yang berisi potongan awal kata dalam satu ayat sehingga pengguna dapat terbantu saat

Dengan tidak beroperasinya PLTM Aek Silau 2 dan PLTmH Tonduhan, aliran daya bergerak satu arah dari GI Pematang siantar menuju pusat-pusat beban pada penyulang PM.6 yaitu

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman inang yaitu tomat dan cabai dapat bersimbiosis dengan CMA yang ditandai dengan adanya kolonisasi pada masing-masing akar, berupa