• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

C. Rata - Rata Asupan Energi Protein Lemak

Hasil penelitian ini diketahui bahwa rata – rata asupan energi siswa/siswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk

kelompok total adalah sebesar 1.451,4 kkal. Sementara itu, untuk

kelompok case sebesar 1.428,4 kkal dan untuk kelompok control sebesar 1.468,3 kkal. Jika dibandingkan dengan rata – rata Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, terlihat bahwa rata – rata asupan energi kelompok total siswa / siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih

rendah dari rata – rata asupan energi yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 1.887,5 kkal.

Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan energi kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,9. Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan energi lebih rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan energi yang lebih tinggi dari rata – rata kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok tidak jauh berbeda dan

belum cukup untuk menggambarkan perbedaan setiap kelompok, oleh

karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara kelompok case dan kelompok control.

Tidak terdapat perbedaan rata – rata asupan energi pada kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan energi siswa/siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah,

selain itu, keduanya (case dan control) juga memiliki rata – rata asupan yang kurang dari rata – rata yang disarankan oleh AKG.

Selanjutnya, rata – rata asupan protein siswa / siswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total

adalah sebesar 42,85 gr, kelompok case 47,4 gr dan kelompok control 47,6 gr. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, menunjukan bahwa rata –

rata asupan protein kelompok total siswa / siswi MI Muhammadiyah,

Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan protein yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 50 gr.

Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan protein kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,5. Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan protein lebih rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan protein yang lebih tinggi dari rata – rata kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok ini tidak jauh berbeda dan

kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan

rata – rata antara kelompok case dan kelompok control.

Ketidakadaan perbedaan rata – rata asupan protein antara kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan siswa / siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah,

karena kedua kelompok tersebut memiliki rata – rata kurang dari rata –

rata asupan yang disarankan oleh AKG 2013.

Terakhir, rata – rata asupan lemak siswa / siswi MI Muhammadiayah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total

adalah sebesar 50,38 gr , kelompok case 48,60 gr dan kelompok control 51,70 gr. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, menunjukan menunjukan

bahwa rata – rata asupan lemak siswa / siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan lemak yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 67,75 gr.

Diketahui bahwa, rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan lemak antara kelompok case dan kelompok control berdasarkan hasil uij U dengan nilai 0,5. Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata –

rata supan lemak lebih rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan lemak yang lebih tinggi dari rata – rata kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok ini tidak jauh berbeda dan belum cukup untuk menyatakan perbedaan dari masing –

masing kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada

perbedaan rata – rata antara kelompok case dan kelompok control. Tidak ada perbedaan rata – rata asupan lemak antara kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan siswa / siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah.

Salin itu, kedua kelompok tersebut memiliki rata – rata kurang dari asupan yang disarankan oleh AKG 2013.

Sebagaimana istilah stunting itu digunakan adalah untuk menggambarkan kejadian kekurangan asupan nutrisi selama menahun.

Energi, protein dan lemak merupakan nutrisi penting yang menjadi aturan

main dalam masa pertumbuhan. Kurangnya energi dan protein akan

berdampak pada gangguan pertambahan berat badan dan tinggi badan.

sedangkan kekurangan lemak akan menggangu pembentukan otak (Sharlin

dan Edelstein, 2011) .

Berdasarkan hasil food recaal dan food record, diketahui bahwa aneka ragam makanan yang dikonsumsi oleh responden pada masing –

masing kelompok yaitu case dan control tidak memiliki keanekaragaman yang jauh berbeda. Seperti, disaat sarapan mereka akan cenderung

membeli nasi lengko atau nasi kuning disekitar lingkungan rumah atau

lingkungan sekolah. Kemudian, makan siang kebanyakan dari mereka

mengonsumsi ikan pindang yang mudah didapatkan dari pasar Haurgeulis.

Sehingga, keanekeragaman makanan yang tidak banyak berbeda

karena itu semua asupan masing – masing kelompok tidak memiliki rata –

rata perbedaan.

Hasil analisis food recall dan food record menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan rata – rata asupan energi, protein dan lemak. Namun, sumber protein yang dikonsumsi pada kelompok case lebih banyak berasal dari sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan

kacang tanah. Hal ini bukan berarti pada kelompok case tidak mengonsumsi makanan sumber protein. Kebanyakan dari mereka

mengonsumsi makanan sumber protein hewani seperti bakso pentol

(biasanya bakso berisikan potongan telur), bakso ikan, bakso sapi atau

bakso ayam yang mana bakso ini memiliki kandungan protein lebih rendah

jika dibandingkan dengan ayam, ikan, telur dan daging yang belum diolah

menjadi bakso.

Sehingga, hasil univariat tersebut yang membuat peneliti berasumsi

bahwa kelompok case mengalami stunting karena kurangnya asupan protein hewani. Meskipun, tidak ada perbedaan antara asupan protein

nabati antara kelompok case dan control namun, kelompok case memiliki kecenderungan asupan protein nabati yang lebih tinggi dari kelompok

control.

Selain asupan protein yang berasal dari hewani, asupan kalsium

pada kelompok case juga lebih rendah jika dibandingkan dengan asupan kalsium kelompok control. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan, namun asupan kalsium pada kelompok case cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan asupan kalsium kelompok control.

Protein dan kalsium merupakan zat gizi yang memiliki dampak

besar pada pertumbuhan tulang. Pertumbuhan fisik anak terutama dalam

pembentukan tulang dan otot sangan membutuhkan asupan protein yang

adekuat (Primasoni, 2012). Protein lebih penting dalam penyusunan

bentuk tubuh jika dibandingkan dengan zat gizi energi (Primasoni, 2012).

Hal ini terkait dengan molekul – molekul yang membentuk protein, molekul pembentuk protein terdiri dari rantai – rantai asam amino (N, C, H, O, dan terkadang S, P, Fe) yang terikat satu sama lainnya dalam ikatan

peptida dan moleku – moleku ini tidak dimiliki oleh zat gizi lain seperti lemak atau karbohidrat (Primasoni, 2012).

Protein bersumber dari protein hewani dan protein nabati. Protein

nabati memiliki asam amino yang tidak selengkap kandungan asam amino

pada protein hewani (Primasoni, 2012). Sehingga, protein sumber nabati

memperlukan kombinasi sumber protein nabati lainnya untuk melengkapi

kandungan asam amino yang kurang (Primasoni, 2012). Misalkan,

mencampurkan tepung gandum dengan kacang – kacangan, dimana tepung gandum kekurangan asam amino lisin tetepi kelebihan asam amino

belerang, sebaliknya kacang – kacangan memiliki kelebihan asam amino lisin dan kekurangan asam amino belerang. Oleh karenanya, kombinasi

tepung gandung dengan kacang – kacangan akan meperlengkap kandungan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh (Primasoni, 2012).

Sehingga, berdasarkan hasil analisis food recall dan food record diketahui bahwa asupan pada kelompok case lebih banyak mengonsumsi protein sumber nabati jika dibandingkan dengan kelompok control. Oleh

karenanya, kelompok case mengalami stunting sedangkan kelompok control tidak mengalami stunting.

Dalam penulisan ini peneliti menyarankan untuk ibu para siswa /

siswi MI Muhamadiyah agar menyediakan makanan sumber protein lebih

beragam. Baik dari sumber hewani dan sumber nabati. Sumber protein

nabati dapat dikombinasikan agar kandungan asam amino dalam protein

lebih lengkap dengan sumber protein nabati lainnya contohnya seperti nasi

dengan tahu, kacang hijau dengan ketan hitam, seral dengan susu dan selai

kacang dengan roti.