• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5 Proses Paska Produksi Program Sexophone

4.6.6 Rating dan Share

akan mengkritisi kelayakan hasil jadi tayangan seperti, apakah blur nya sudah cukup pada gambar vulgar dan narasumber, kata-kata terlalu kasar dan tidak senonoh masih ada atau tidak, dan lain-lain. Jika sudah ok maka LSF akan meluluskan tayangan tersebut sehingga bisa ditayangkan. Selain LSF, hasil jadi tayangan juga masuk ke quality control TRANS TV, disana juga ada pihak yang memeriksa dan mengkritisi kembali hasil tayangan. Mereka akan mengecek gambar, suara, dan item-item lainnya apakah sudah memenuhi standar penyiaran atau belum. Jika sudah lolos dari pemeriksaan LSF dan quality control TRANS TV, maka hasil jadi akan langsung ditayangkan. Hasil jadi yang diberikan ke library adalah untuk disimpan, jika dibutuhkan dikemudian hari. Library adalah tempat penyimpanan kaset-kaset tayangan yang sudah jadi.

“Nah itu melalui ininya dia dulu…apa QC nya dia dulu quality control nya Produser. Nanti kalo udah baru ke Eksekutif Produser Mas Memet biasanya. Nanti ada perubahan ga, misalnya minta ditambahin ini, dikurangin yang ini, setelah itu baru kita print, print ke kaset…baru kita masukin ke LSF sama ke quality control TRANS TV.” (DE)

“…jadi kita itu setiap episode diprint 3 kasetnya. Kita kasih ke library baru dari library ke LSF, satu ke LSF, lalu ke QC dan satu lagi ke master edit. Master edit itu adalah nanti kalo misalnya dipake lagi, master edit itu ke library.” (II)

4.6.6 Rating dan Share

Setelah sudah ditayangkan, maka sehari atau dua hari kemudian data rating dan share akan keluar dan diterima oleh Divisi Programming TRANS TV. Mereka akan mengirim email kepada bagian RCD (Research Creative and Development) di Divisi News hasil rating dan share. Setelah itu bagian RCD akan menyampaikan ke Produser hasil rating dan share nya.

“Biasanya sehari atau dua hari sesudah tayang. Yang terima itu biasanya dari programming ya. Programming nanti kayak kirim email ke aa RCD

tim Sexophone adalah evaluasi secara keseluruhan dari awal pra produksi, produksi, paska produksi, sampai ditayangkan dan hasil rating share keluar. Evaluasi yang dilakukan adalah mencari letak kekurangan atau kesalahan dan kelebihan selama proses produksi satu episode tersebut.

Evaluasi yang dilakukan tim bisa secara formal dan informal. Secara formal biasanya evaluasi program dilakukan seminggu sekali pada saat rapat pra produksi. Sebelum membicarakan untuk tema episode selanjutnya biasanya tim mengevaluasi episode sebelumnya. Pada evaluasi formal, semua tim berkumpul dan membicarakan hasil sebelumnya, secara rinci mengupas kekurangan dan kesulitan yang dialami selama proses produksi baik liputan dan tapping.

“Kalo evaluasi secara keseluruhan itu sih paling kita ngadain rapat mingguan atau bulanan sih rata-rata ya… Kalo yang kumpul besar itu yang tadi yang rapat pas pra produksi tadi, nah itu akan dibahas semua uneg-unegnya disitu...” (RR)

Sementara evaluasi secara informal dilakukan sambil ngobrol-ngobrol secara santai atau sambil bekerja dan tidak dituangkan dalam meja rapat. Membicarakan secara santai kekurangan dan kesulitan yang ada, serta penyebab hasil rating yang tinggi atau hasil rating yang rendah.

“Ada evaluasi. Cuman itu sih…emang gaya kita pada selengean kali ya ga selalu harus dituangkan dalam meja rapat. Kadang-kadang kalo ngobrol-ngobrol biasa juga uda sambil evaluasi. Siapa aja bisa buka pembicaraan buat evaluasi...” (NU)

“Ada sih. Kalo misalnya kok bisa tinggi, kenapa ya, oh ternyata penonton tu suka yang begini begini. Aa kok bisa rendah ya kenapa ya, dicari juga, oh ternyata penonton tu ga suka kalo tema-tema yang sensitif misalnya waria gitu mereka tu ga suka…” (DE)

Selain itu, evaluasi yang dilakukan juga bisa berdasarkan budget. Evaluasi budget adalah melakukan evaluasi jika selama proses produksi terjadi over budget atau biaya yang digunakan lebih dari yang sudah dianggarkan. Selama evaluasi, dicari penyebab terjadinya over budget.

“…Oo bisa juga sih, tapi biasanya itu sama bagian keuangan kan UPM, sama Produser sih biasanya. Itu kenapa kemaren bisa over misalnya. Karna kan penelusuran kita ga tau, kadang kita ga bisa kita cuma bisa kira-kira aja keluarnya segini, pas di lapangan oh ternyata kurang gitu.” (DE)

Evaluasi program yang dilakukan tim sejalan dengan pendapat dari George R. Terry tentang fungsi keempat manajemen yaitu controlling. Controlling merupakan kegiatan pemantauan, pengontrolan, dan evaluasi dari tindakan atau aksi yang sudah dilakukan. Kegiatan untuk mengukur kesesuaian antara aksi pelaksanaan dengan rencana-rencana yang sudah ditentukan sebelumnya pada saat perencanaan. Dalam hal ini, tim melakukan evaluasi secara keseluruhan dari hasil program yang ditayangkan, dan dari keseluruhan tahap pra produksi, produksi, sampai paska produksi untuk mengukur apakah pelaksanaan ketiga tahapan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan awal ketika pra produksi atau tidak. Jika tidak maka mungkin

1. Kendala SDM yaitu kurangnya kru yang bisa menjaga editing untuk menemani editor. Karena kesibukan masing-masing, kadang tidak ada yang ikut menemani editing.

2. Kru yang terbatas mengharuskan untuk bergantian menemani editor, sehingga waktu untuk menemani menjadi lebih lama karena kekurangan kru. Biasanya yang terjadi adalah kelelahan secara fisik.

“…karena proses editing disini kan 24 jam gitu. Dan kita harus nungguin, sementara kru nya ini sangat sedikit, jadi ya kita…harus secara bergantian, fisik sih ya harusnya. Sehari kan 24 jam jadi kalo misalkan dibagi 3, masing-masing dapet 8 jam satu orang, sementara kadang kru nya kita cuman tinggal dua. Jadi kita ya harus berbagi seperti apa berapa jam satu orang dampingin editor.” (RR)

3. Kadang-kadang tim liputan tidak bisa menemani editor untuk editing karena terbentur dengan jadwal liputan. Sementara kehadiran tim liputan mendampingi editor sangatlah penting karena tim liputan yang paling tahu hasil liputannya.

“Kadang-kadang ketika kita nungguin editing tapi kita terbentur sama jadwal liputan harus liputan...” (NU)

4. Kendala teknis seperti alat atau mesin komputer yang tiba-tiba hang atau rusak. Juga data yang tiba-tiba hilang. Hal ini membuat proses editing terhambat dan jadwal selesai yang sudah ditentukan tidak tercapai, karena butuh waktu tambahan.

“Kalo paska tu paling misalnya teknis sih, alatnya tiba-tiba nge hang gitu jadi otomatis proses paska produksinya jadi over duration gitu. Misalnya harusnya selesai 3 hari jadi molor, sering begitu…” (DE)

5. Proses bluring dan subtitling merupakan proses yang sulit, sehingga sangat membutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikannya. Kru harus menemani editor untuk proses bluring dan subtitling karena merupakan proses yang penting. Kru yang paling paham gambar dan suara mana saja yang harus di blur dan disamarkan. Karena proses yang sulit, Editor sering dikejar-kejar waktu untuk segera selesai karena waktu editing Sexophone hanya 3 hari.

“…Karna memang kan editing nya ini harus bener-bener ditungguin gitu, ya dilepas untuk beberapa waktu aja. Tapi harusnya memang ditungguin terus pas titling, bluring, itu tu harus ditungguin banget. Itu sih molor itu salah satu kendala juga sih, molor sama itu subtitling dan bluring itu kadang-kadang karna butuh waktu ekstra buat itu.” (DE)

Dokumen terkait