• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Proses Pra Produksi Program Sexophone

4.4.4 Sumber Tema

Paul Williams menjelaskan 11 langkah proses melakukan investigasi dan salah satunya adalah conception. Conception adalah mencari berbagai ide/gagasan yang merupakan proses yang unending, tak pernah henti atau usai dicari. Berbagai ide atau gagasan bisa didapat melalui saran seseorang, narasumber reguler yaitu orang-orang yang telah menjadi rekanan terdekat atau komunitas sosial yang telah terjalin hubungannya, yakni orang-orang yang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui banyak orang, membaca (koran, majalah, buku, internet), menonton televisi, mendengar radio, memanfaatkan potongan berita, atau observasi langsung. Ide-ide tema Sexophone diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

1. Dari pengalaman pribadi tim atau kru.

2. Dari pengalaman dan cerita-cerita teman-teman yang dimiliki tim. Atau bisa disebut berasal dari saran orang lain.

3. Dari dunia maya internet. Biasanya dari situs-situs tertentu, dari jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Ide diperoleh dari membaca dokumen-dokumen yang ada.

“Kalo saya kebanyakan dari saya sendiri, dari pengalaman dunia malam, kita ungkap lagi. oh dulu tu gua pernah one night stand. Kalo ga pengalaman sendiri pengalaman cerita-cerita dari temen, terus juga yang

lebih ke kalo saya tuh jarang dari internet, biasanya ambil tema besarnya apa nih, baru cari di internet.” (NU)

4. Dari brainstorming seluruh kru.

5. Permintaan dari atasan. Kadang dari atasan juga memberikan ide dan permintaan untuk mengangkat sebuah tema.

6. Dari link yang disebut sebagai fixer, yaitu informan atau perantara di lapangan yang memberikan informasi-informasi seputar tempat-tempat praktek penyimpangan seks. Fixer disebut juga narasumber reguler yang mengetahui banyak informasi yang tidka diketahui orang lain. Tim harus menjalin hubungan yang baik dengan fixer.

“Dari brainstorming temen-temen juga sih, atau kadang-kadang juga permintaan atasan juga bisa, tapi itu jarang banget. Kadang munculnya dari temen-temen reporter sendiri… Kalo searching bisa, baca-baca bisa, atau karna kan temen-temen tu biasanya uda punya link gitu kan, punya fixer disini kita nyebutnya perantara gitu informan lah… link ke orang-orang dunia malam itu tu penting banget, karna justru dari mereka lah kadang-kadang.” (DE)

7. Dari reporter itu sendiri, dari riset lapangan dan riset dokumen yang dilakukan reporter. Ide tema juga bisa berasal dari observasi langsung tim yang terjun langsung ke lapangan.

“Dari setiap reporter ada, dari setiap kru semuanya mengajukan…” (RR) “Nah kalo temanya munculnya dari beragam, bisa dari riset tadi ya tak ulang ya, riset dokumen apa riset lapangan, terus abis itu dari reporter sendiri dari cameraman, terus dari fixer atau dari entah berantah apapun itu muncul dari manapun.” (II)

narasumber adalah dengan melakukan negosiasi yang baik, memberi kepercayaan, komunikasi yang baik, dan memberikan bayaran yang setimpal.

“Kalo yang terbuka gampang, kita ngasi kepercayaan negosiasi, kita komunikasi yang baik dan kita ngasi ee bayaran yang setimpal kalo bisa berlipat bayarannya…” (NU)

Selain itu menurut Informan ke 4 (DE), cara yang tepat adalah dengan memiliki fixer atau informan perantara yang mengantar dan memperkenalkan tim kepada narasumber. Selain itu juga bernegosiasi dengan baik, misalnya narasumber adalah pemandu lagu plus-plus, maka tim membuat kesepakatan yang win-win solution yaitu kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Tim liputan diijinkan meliput narasumber si pemandu lagu plus-plus tanpa diketahui konsumennya, si pemandu lagu juga mengetahui bahwa tim berasal dari TRANS TV.

“…Kalo terbuka, itu kita punya fixer, fixer ini yang akan memperkenalkan kita ke narasumber, oke narasumber tau, narasumbernya misalnya pemandu lagu plus-plus. Kita dapet informasi eh disana ada nih pemandu lagu plus, dikenalin lah kan sama tim liputan. Pemandu lagu plus-plus ini tahu kita dari TRANS TV, tapi konsumennya kan ga tau. Nah dengan deal yang win-win solution akhirnya yaudah kita bisa candid itu kan si PL plus-plus yang lagi lagi apa transaksi sama konsumennya gitu.” (DE)

Menurut informan kelima (II), strategi untuk menembus narasumber untuk wawancara terbuka adalah dengan menguasai materi liputan sehingga bisa memposisikan diri sejajar dengan narasumber, tidak lebih tinggi dan tidak lebih

rendah, serta menggunakan bahasa-bahasa bertutur yang efektif untuk mewawancarai narasumber.

“…Kalo ngomongin yang sifatnya terbuka, ada yang namanya teknik menembus narasumber. Yang pertama kita harus menguasai materi itu yang paling penting, modalnya adalah intelektual, ketika kamu menguasai materi kamu akan sejajar dengan narasumber, jangan terlalu rendah jangan terlalu tinggi. Bahasa bertutur bertanya kepada narasumber itu harus menggunakan bahasa-bahasa yang sifatnya efektif.” (II)

2. Tertutup

Untuk wawancara tertutup, ada beberapa strategi untuk menemukan dan menembus narasumber. Menurut informan kedua (NU) strateginya adalah dengan membangun hubungan dan kepercayaan dengan orang-orang yang ditemui tim liputan ketika berada di sekitar lokasi target. Melakukan pendekatan dengan orang-orang disekitar lokasi untuk bertanya-tanya dan mendapatkan informasi, dan mungkin bisa sampai mengantarkan tim masuk ke lokasi. Contohnya melakukan pendekatan kepada tukang ojek, mengikuti perilaku kebiasaan dan hal yang disukai mereka seperti membelikan rokok dan ikut merokok bersama sambil bertanya-tanya. Harus pintar menjaga mimik wajah, gesture atau bahasa tubuh sehingga tidak terlihat kaku, mampu berkilah dan meyakinkan orang.

“…Kalo yang tertutup, keberanian pertama, insting, intuisi, dan bisa apa ya ini ni target sebenernya kita disini ya kita tu belum tau ini tu dimana, ini siapa, ini bagaimana, tapi kita tau nih informasi dari sini nih nanya-nanya. Nah bisa apa ya bisa ngasi kepercayaan kepada orang yang kita temui supaya orang itu bisa mengantarkan kita masuk ke tujuan akhir kita. Jadi kalo misalkan pendekatan kita ya, susah ni nembus si ini gimana caranya ya, ngobrol lah sama tukang ojek, ngobrol lah sama orang-orang disekitar, orang-orang situ pemuda disana, terus kita kasih pendekatan sesuai dengan kebiasaan mereka. Kalo misalkan mereka ngerokok ngerokok ya kita bawa rokok aja… Trus asal bisa ini juga sih jaga gesture jaga mimik… jago berkilah, terus jago meyakinkan orang.” (NU)

yang sebenarnya sambil melakukan wawancara. Jangan sampai terlihat mencurigakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kaku seperti wawancara. Namun memberikan pertanyaan yang dibuat seperti mengobrol sehingga narasumber merasa nyaman dan tidak curiga. Hasil mengobrol tersebut harus menghasilkan banyak informasi, tim harus mampu menggali infromasi sebanyak-banyaknya dari narasumber tanpa ketahuan. Strategi lainnya adalah bisa dengan menyewa talent untuk berperan sebagai konsumen pekerja seks komersial tersebut jika tim liputan merasa kurang mampu dan kurang meyakinkan.

“…Nah kalo itu… ya pinter-pinternya tim liputan sih, misalnya kita pura-pura jadi pelanggan gitu, tapi tidak harus sampai eksekusi, ya kayak…tawar-menawar aja gtu misalnya dibawa ke kamar, kita ngobrol-ngobrol dulu. Setelah itu ga sampai hubungan seks juga kan, karna kita kan yang terpenting adalah kita mau menggali informasi dari dia, cukup sampe di oh oke berarti emang dia bener-bener pekerja seks komersial, udah informasi kita akan selesai sampai disitu… tim liputan atau kita bisa nyewa mungkin talent yang oke deh kamu aa pura-pura jadi pelanggan. Nanti dia yang akan tanya-tanya narasumbernya candid dia…” (DE)

Menurut informan kelima (II), strategi untuk menembus narasumber adalah dengan menyakinkan narasumber, membangun kepercayaan kepada narasumber, memiliki jaringan atau link atau yang disebut fixer sebagai perantara tim dengan narasumber, membangun dan menjaga hubungan yang baik dengan fixer sehingga selalu diberikan informasi-informasi tentang fenomena seks, bersikap dan bermitra dengan baik kepada narasumber.

“…menembus narasumber itu satu adalah bagaimana dia bisa menggali

informasi, menggali informasi adalah meyakinkan narasumber,

mermbangun kepercayaan… Sexophone itu program yang menurut aku penanganannya rada beda. Itu dibutuhkan jaringan…Artinya, seorang jurnalis itu yang paling penting itu adalah jaringan, jagalah jaringan itu dengan benar dan bermitralah dengan narasumber secara benar, no amplop ya. Jadi jagalah idealisme seorang jurnalis, itu kita sama sekali membangun kepercayaan narasumber berdasarkan trust, kamu percaya aku orang TRANS TV jurnalis yang baik, kamu aa menceritakan sebuah fakta aku liput, jadi hubungan kemitraan berjalan…” (II)

Cara menemukan narasumber itu sendiri bisa diperoleh dari teman-teman dan pergaulan tim liputan, dari internet dengan googling, dan dari media sosial seperti facebook dan twitter. Karena di media sosial juga bisa ditemukan komunitas-komunitas seks. Cara lainnya juga dengan melakukan riset jalan-jalan keliling untuk mencari tempat-tempat hiburan.

“Satu komunikasi dengan telpon… Atau mungkin pertama cari by online dulu yang Googling dulu ada nggak di internet gitu kan temen-temen dari mana mungkin dari komunitas-komunitas apa gitu, by Facebook atau Twitter… Kalau misalnya nggak ada, mungkin kita punya kenalan dimana kita coba jalan-jalan keliling-keliling ketempat-tempat hiburan gitu nanya-nanya dari… dari temen-temen yang ada dilapangan juga ya dari pergaulan lah…” (RR)

Dokumen terkait