• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Daya Semiotika Bahasa Berkampanye Caleg Partai Golkar di Labuhanbatu Utara Melalui Fungsi Ujar

4.4.1 Realisasi Kesantunan dengan Daya Semiotika Fungsi Ujar

Pada bagian ini dijelaskan mengenai hubungan realisasi kesantunan bahasa dengan daya semiotika fungsi ujar. Strategi kesantunan bahasa jurkam dan para caleg Partai Golkar dalam meminimalkan paksaan dengan tuturan bahasa Indonesia kepada petutur atau masyarakat Labura direalisasikan dengan cara: (1) permintaan bersyarat ; (2) rumusan saran; (3)pengungkapan harapan; dan (4) rumusan pertanyaan. Penggunaan ungkapan bersyarat, rumusan saran, harapan, dan pertanyaan dalam tuturan adalah usaha penutur untuk meminimalkan paksaan pada penutur. Piranti kesantunan itu ditemukan dalam berbagai konteks dan situasi tuturan yang meliputi: penutur lebih berkuasa, tetapi akrab; penutur lebih berkuasa, tetapi tidak akrab; penutur sama kedudukannya, tetapi akrab; penutur lebih rendah kekuasaannya, tetapi sudah akrab; penutur lebih rendah kekuasaannya dan sudah akrab.

Jurkam dan para caleg Partai Golkar membangun hubungan sosial dalam proses komunikasi berkampanye disebut kesantunan berbahasa. Kesantunan

berbahasa ada di dalam berbagai masyarakat bahasa, tetapi cara pengungkapan kesantunan yang dimiliki oleh masyarakat itu berbeda-beda. Kesantunan berbahasa, selain untuk membangun hubungan sosial, digunakan oleh masyarakat untuk bertutur yang santun dan cara untuk menilai tingkat kesantunan tuturan orang lain sebagai strategi kesantunan berbahasa. Strategi kesantunan berbahasa yang dideskripsikan berkaitan dengan cara pemenimalan paksaan terhadap masyarakata dalam konteks dan situasi berlangsungnya komunikasi dalam berkampanye.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gunarwan (2007), Awang Sariyan, 2007, dan Amir (2013) dalam bentuk ujaran deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kesantunan bahasa dalam maksim dengan daya semiotika fungsi ujar berkampanye bukan suatu hal yang mudah dilakukan jurkam dan para caleg Partai Golkar karena bahasa sangat mempengaruhinya. Dalam hal ini, maksim yang direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar dapat sebagai penanda kesantunan terhadap hubungan jurkam dan para caleg Partai Golkar dengan masyarakat dalam situasi berkampanye pada pemilu caleg.

Kesantunan bahasa dalam maksim yaitu maksim kebijaksanaan ditandai dengan ciri khas klausa yaitu persilakan,silakan,mari,berikan, panggilkan, ingat, jangan, melakukan, angkat, dan memilih. Maksim kemurahan ditandai dengan ciri khas klausa yaitu hormati, sayangi, dan banggakan. Maksim penerimaan ditandai dengan ciri khas klausa yaitu menyampaikan, sampaikan, bekerja, berjanji, mencurahkan, dan mengabdi. Maksim kerendahan hati ditandai dengan ciri khas klausa yaitu mohon dan minta. Maksim kesetujuan ditandai dengan ciri khas

klausa yaitu berharap, mari, usahakan, dan berjuanglah. Maksim kesimpatian ditandai dengan ciri khas klausa yaitu meraih, rasakan, dibungkam, membela, dan bangkit.

Selain itu, bahasa jargon caleg Partai Golkar ditandai dengan ciri khas klausa yaitu ingat, coblos, menyongsong, menuju, mohon, melakukan, memilih, bekerja, berbicara, mencurahkan, mengabdi, berkarya, dibungkam, dirampas, bergabung, bangkit, bergerak, berani, membela, membangun, dan menang. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Syukur, (1996) dalam pengenalan klausa setiap ujaran yang disampaikan oleh jurkam dan para caleg Partai Golkar.Kedua hal ini, antara ujaran jurkam dan daya semiotika bahasa jargon caleg Partai Golkar daya direalisasikan pada fungsi ujar yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Realisasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Maksim kebijaksanaan sangat dominan digunakan jurkam Partai Golkar dalam berkampanye direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar. Fungsi ujar tersebut adalah pernyataan dan perintah. Maksim kebijaksanaan digunakan jurkam Partai Golkar dalam berkampanye lazimnya direalisasikan dengan daya semiotika pernyataan. Jurkam menggunakan maksim kebijaksanaan dengan daya semiotika pernyataan dalam berkampanye bertujuan menyampaikan informasi dan pesan mengenai visi dan misi Partai Golkar kepada masyarakat dengan modus deklaratif.

Hal ini dapat dikatakan dalam maksim kebijaksanaan dengan realisasi daya semiotika pernyataan bahwa jurkam berperan sebagai pemberi pernyataan pesan atau informasi, sedangkan masyarakat sebagai penerima pernyataan pesan

atau informasi. Dalam hal ini, penggunaan maksim kebijaksanaan dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataan dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Kami panggilkan Saudara Salmon Sijabat, kami persilakan! Dina Natiur Nababan, silakan! Kridalaksana Aulia, silakan! Sarina, S.E., kami persilakan!”

Klausa kutipan di atas menempatkan jurkam sebagai pemberi informasi secara langsung dan caleg Partai Golkar sebagai penerima informasi secara langsung. Artinya, lazimnya jurkam menyampaikan informasi secara langsung dalam modus deklaratif, namun secara semantik, fungsi ujar pernyataan tersebut disampaikan secara tidak langsung memerintah masyarakat dengan santun untuk memilih caleg Partai Golkar tersebut.

Tuturan itu diungkapkan melalui penggunaan modus deklaratif dalam bentuk perintah yang memiliki nilai daya semiotika yang cukup santun yang dikodekan dengan klausa persilakan dan silakan.Dengan demikian, penggunaan maksim kebijaksanaan dengan realisasi daya semiotika fungsi ujar pernyataan dapat berimplikasi baik pada posisi jurkam yang memaksimalkan keuntungan bagi masyarakat dalam komunikatif berkampanye.

Selanjutnya, maksim kebijaksanaan yang direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar perintah, lazimnya kurang santun karena meminimalkan keuntungan bagi masyarakat. Seharusnya realisasi maksim kebijaksanaan dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam bentuk sintaksi pernyataan dan semantiknya bentuk perintah.

Kemudian maksim penerimaan jugadirealisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar baik secara lisan maupun tulisan. Dalam maksim penerimaan, jurkam sebagai pemberi informasi mengenai pemilu dan masyarakat penerima informasi. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Mencurahkan segala kemampuan pemikiran, ide, dan gagasan untuk kemajuan Sumatera Utara.”

Klausa kutipan di atas menempatkan bahwa jurkam sebagai pemberi informasi dan masyarakat sebagai penerima informasi. Dalam perealisasian maksim penerimaan dengan daya semiotika fungsi ujar adalah secara sintaksis dalam bentuk pernyataan dan tawaran dengan modus deklaratif dan secara semantik dalam bentuk perintah dengan modus imperatif. Artinya, jurkam memberi informasi kepada masyarakat secara tidak langsung dengan daya semiotika perintah yang halus dan sopan mengajak masyarakat untuk memilih caleg Partai Golkar karena memberi pernyataan berupa tawaran, seperti dalam kutipan contoh ‘kemampuan dalam mencurahkan ide dan gagasan yang berguna bagi masyarakat’ disampaikan dalam modus deklaratif yang memiliki nilai daya semiotika yang cukup santun.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan maksim penerimaan dengan realisasi semiotika fungsi ujar dapat meninggikan martabat dan harga diri jurkam dalam komunikatif berkampanye karena jurkam selalu memaksimalkan kerugian pada dirinya.

Selanjutnya, maksim kemurahan digunakan jurkam Partai Golkar berkampanye yang direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar secara lisan melalui modus deklaratif. Maksim kemurahan dalam berkampanye dilekati penanda kesantunan klausa hormati. Dengan demikian, maksim tersebut digunakan jurkam dapat memperhalus maksud tuturan imperatifnya dalamdaya semiotika fungsi ujar pernyataan. Penggunaan maksim kemurahan dengan daya semiotika fungsi ujar dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Yang sama kita hormati dan kita banggakan, kita sayangi Haji Rambe Kamarul Zaman M.Sc., M.M. selaku komisaris DPP Golkar Pusat dan juga calon anggota DPRD dari Golkar dari SUMUT dua.”

Klausa kutipan di atas bahwa maksim kemurahan menempatkan jurkam sebagai pemberi informasi dan masyarakat sebagai penerima informasi dengan makna daya semiotika jurkam selalumemaksimalkan rasa hormat kepada masyarakat dan meninggikan status sosial masyarakat. Artinya, lazimnya jurkam memberi pernyataan informasi secara langsung kepada masyarakat, namun secara semantiknya pernyataan informasi tersebut disampaikan secara tidak langsung memberi perintah untuk memilih caleg Partai Golkar yang bernama Rambe Kamarul Zaman.

Maksim kerendahan hati direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dengan modus imperatif. Jurkam dan caleg Partai Golkar juga menggunakan maksim ini dalam berkampanye. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Mohon do’a restu dan dukungannya!”

Klausa kutipan di atas merupakan pernyataan jurkam Partai Golkar secara tidak langsung memerintah masyarakat untuk memilih caleg Partai Golkar dengan basa-basi bertutur mohon do’a restu dan dukungannya dalam bentuk imperatif. Artinya, dalam pernyataan tersebut jurkam menggunakan penanda daya semiotika kesantunan mohon dengan meminimalkan rasa hormat pada diri jurkam dan meninggikan status sosial orang lain. Setelah tuturan maksim kerendahan hati direalisasikan melalui semiotika fungsi ujar perintah, lazimnya dapat dikatakan bahwa realisasi tersebut memiliki nilai daya semiotika cukup santun yang disampaikan jurkam kepada masyarakat.

Maksim kesetujuan direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar tawaran dalam berkampanye dengan modus imperatif. Jurkam dan caleg Partai Golkar menggunakan maksim ini merupakan penggunaan bahasa santun yang ditandai daya semiotika fungsi ujar dengan memaksimalkan kesetujuandengan masyarakat. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Suara golkar suara rakyat.”

Klausa di atas merupakan pernyataan jurkam dan caleg Partai Golkar secara tidak langsung menawarkan dan memerintah masyarakat untuk untuk bermufakat bahwa suara rakyat itu adalah suara Golkar yang harus diperjuangkan oleh Partai Golkar dan masyarakat. Artinya, maksim kesetujuan yang direalisasikan daya semiotika fungsi ujar bahwa jurkam secara singkat

memerintah masyarakat dalam bentuk tawaran yang santun dengan memaksimalkan kesetujuan antara kedua belah pihak yang saling menguntungkan.

Maksim kesimpatian direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataandalam modus imperatif. Maksim ini dalam berkampanye juga digunakan jurkam dan caleg Partai Golkar sebagai upaya untuk menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataan dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“ Saudara-saudara kemajuan Labura baru lebih kurang dua tahun kita rasakan karena dipimpin oleh Partai Golkar.”

Klausa kutipan di atas merupakan pernyataan jurkam lazimnya direalisasikan dalam fungsi ujar pernyataan dengan modus deklaratif, namun secara semantik merupakan imperatif yang secara tidak langsung memerintah dengan santun. Petanda realisasi itu dengan mengajak masyarakat tetap memilih Partai Golkar karena sudah terbukti hasil pekerjaannya yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya, secara sintaksis merupakan fungsi ujar pernyataan dan secara semantik bukanlah pernyataan, tetapi merupakan imperatif.

Kesimpulan dari realisasi kesantunan bahasa dalam maksim dengan daya semiotika fungsi ujar terlihat ada hubungan secara signifikan. Kesignifikanan itu terlihat bahwa semua maksim direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar secara sintaksis bentuk pernyataan dengan modus deklaratif dan secara semantik perintah dengan modus imperatif.

Selain itu, nosi muka dalam berkampanye mengacu pada citra diri setiap jurkam dan caleg yang berkeinginan agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu serta berkeinginan agar apa yang dilakukan jurkam dan caleg merupakan nilai-nilai yang diyakini diakui masyarakat Labura sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, dan patut dihargai. Kesantunan bahasa dan daya semiotika bahasa jargon dilakukan jurkam dan caleg Partai Golkar untuk menghindari ancaman nosi muka dan harus memperhitungkanderajat keterancaman sebuah kampanye dengan mempertimbangkan didalam situasi.

Dalam perealisasian maksim dengan daya semiotika fungsi ujar adalah secara sintaksis dalam bentuk pernyataan dan tawaran dengan modus deklaratif dan secara semantik dalam bentuk perintah dengan modus imperatif. Artinya, jurkam memberi informasi kepada masyarakat secara tidak langsung dengan daya semiotika perintah yang halus dan sopan. Berdasarkan hal tersebut, realisasi maksim dengan semiotika fungsi ujar bahwa jurkam dan caleg dalam komunikatif berkampanye selalu memaksimalkan keuntungan pada dirinya.

BAB V