• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Strategi Pengembangan Ekowisata pada Kawasan HLGL

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas

3. Sarana Pasar dan Perdagangan

5.3 Strategi Pengembangan Ekowisata

5.3.5 Rekomendasi Strategi Pengembangan Ekowisata pada Kawasan HLGL

Berdasarkan hasil Analisis SWOT yang dibuat pada Tabel 13 Maka diajukan suatu rekomendasi program pengembangan ekowisata di kawasan HLGL adalah sebagai berikut:

A. Kapasitas pengelolaan HLGL berupa: 1. Penataan kelembagaan dan organisasi.

2. Pengembangan sarana dan prasarana, meliputi ketersediaan fasilitas dan pelayanan, perbaikan aksesibilitas menuju lokasi dan lainnya yang terkait dengan pengembangan ekowisata dimasa mendatang.

3. Pengembangan penelitian, diutamakan dengan menjalin kerjasama dengan Pendidikan Tinggi dan institusi/organisasi yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan, sehingga data-data mengenai potensi yang dimiliki HLGL lebih banyak dan akurat.

4. Peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dengan memberikan pembinaan/pelatihan kepada pihak pengelola dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai potensi obyek wisata, pelayanan wisatawan, perawatan terhadap

84

fasilitas dan infrastruktur yang ada agar kegiatan wisata di kawasan HLGL di masa mendatang dapat berjalan secara optimal dan berkelanjutan. 5. Perencanaan paket ekowisata berupa:

1. Wisata pengamatan satwa liar, merupakan jenis wisata utama yang dapat dikembangkan karena dikawasan HLGL terdapat beberapa jenis satwa langka dan endemik seperti Beruang madu, Owa Kelawot.

2. Wisata Panorama Alam, merupakan kegiatan mengamati dan menikmati indahnya panorama alam yang terdapat disepanjang perjalanan menuju dan di dalam kawasan HLGL. Beberapa jenis berupa pemandangan hamparan sawah dan perkampungan penduduk, hamparan pegunungan dan lainnya.

3. Wisata sungai merupakan wisata perjalanan melalui sungai yang merupakan salah satu alat untuk menuju kekawasan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengamati dan menikmati banyak hal yang dijumpai sepanjang perjalanan, baik keindahan alam beserta kehadiran berbagai jenis burung dan satwa lainnya yang berada disekitar sungai dengan segala kebiasaannya.

4. Wisata air terjun memiliki suasana yang alami dengan bentang alam yang unik untuk dilihat dan dinikmati.

5. Goa memiliki kekhasan di dalam masih banyak lagi peninggalan sejarah seperti tenggorak dan tulang belulang, dengan dihiasi oleh stalagtit dan stalagmit goa yang begitu indah.

6. Wisata pedesaan merupakan wisata perkampungan di sekitar kawasan dengan, mengamati, mempelajari, menikmati keidupan tradisional masyarakat desa dengan segala kesederhanaannya yang sulit dijumpai di perkotaan.

B. Kerjasama dengan mitra seperti:

1. Mempromosikan keanekaragama flora dan fauna beserta keunikannya 2. Perlu program pengembangan wilayah antar dinas terkait (Dinas

Pariwisata dan Budaya, Dinas PU, Dinas Perhubungan)

3. Perlunya kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat lokal untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan dan cendramata yang

diperlukan dalam mendukung kegitan ekowisata. Pendidikan dan pelatihan diperlukan pula untuk mengarahkan masyarakat lokal mengurangi ketergantungan hidup melalui hasil-hasil hutan, tetapi memiliki alternatif hidup yang lain. (Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Dinas Sosial)

4. Pelestarian potensi seni budaya lokal (Dinas Pariwisata, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan)

5. Membuka pintu bagi masuknya investor yang berinvestasi di bidang ekowisata.

Untuk mendukung rekomendasi pengembangan ekowisata di kawasan HLGL, maka dalam pengembangan ekowisata di kawasan HLGL, strategi penting yang memungkinkan dapat dilaksanakannya pembangunan ekowisata disini adalah melalui kebijakan dan dukungan dari pemerintah daerah setempat untuk melaksanakan program ini serta dikembangkannya fasilitas dan program-pragram pendampingan masyarakat. Adapun dalam hal tatanan operasional untuk mencapai arah pengembangan ekowisata di kawasan HLGL diperlukan strategi pengembangan terhadap faktor-faktor yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata, yaitu:

a. Peningkatan pertanian dalam arti luas sebagai salah satu daya tarik ekowisata. Hal ini baik dilakukan revitalisasi pertanian dan perkebunan yang telah ada maupun dengan pengembangan model usaha pertanian baru yang dapat meningkatkan ekonomi rakyat. Adapun tujuan yang ingin di capai dari strategi ini adalah terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat setempat. b. Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu melalui pengembangan

dan melestarikan pemanfaatan berbagai pengetahuan dan tradisi masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam. Pemetaan dan pengaturan ruang kelolah masyarakat ke dalam kawasan hutan menjadi bagian penting dalam strategi ini. Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ini adalah terjaminnya kelestarian obyek dan daya tarik wisata dan terpeliharanya fungsi hutan sebagai fungsi penyangga kehidupan.

c. Pelestarian sistem sosial dan budaya sebagai suatu lembaga pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang telah diakui dan dihormati oleh

86

masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai adalah terbagunnya kelembagaan pengelolaan ekowisata yang diakui oleh masyarakat dan dapat menyerap aspirasi masyarakat serta sebagai alat kontrol terhadap budaya global yang masuk.

d. Penyiapkan masyarakat untuk menerima kunjungan, pembentukan lingkungan tempat tinggal yang sehat dan nyaman, sikap masyarakat terhadap pendatang, dan komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah terbentuknya lingkungan wisata yang dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung.

e. Strategi pengembangan aksesibilitas meliputi:

1. Mengusahakan terwujudnya akses jalur wisata di kawasan HLGL dengan daerah lainnya, terutama dengan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Meningkatkan akses antara daerah-daerah yang berada di sekitar kawasan

Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL).

3. Menata sistem petunjuk jalan/rambu lalu lintas yang mempermudah para pengunjung untuk mencapai obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di kawasan HLGL.

f. Strategi pengembangan sarana-prasarana untuk menunjang kegiatan minat khusus ekowisata meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan prasarana wisata: jalan, jembatan, telepon disesuaikan dengan arah pengembangan obyek dan daya tarik wisata. 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana ekowisata secara bertahap diusahakan

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Dalam pengembangan ekowisata di kawasan HLGL mempunyai :

ƒ Kekuatan, yaitu tingginya nilai potensi ekologis dan estetika; terjalinnya kerjasama dengan mitra; dan kebijakan Pemda baik pusat maupun daerah. ƒ Kelemahan, yaitu jumlah dan kualitas SDM belum memadai; terbatasnya

sumber dana; sarana dan prasarana kurang memadai; serta data dan informasi potensi belum bisa diakses.

ƒ Peluang, yaitu adanya dukungan masyarakat; persepsi dan keinginan untuk berpartisipasi terhadap pengembangan ekowisata; dukungan stakeholders; peluang peningkatan PAD; tingginya minat masyarakat berwisata; program Disbudpar; dan kesediaan mitra untuk membantu dalam pemasaran.

ƒ Ancaman, yaitu degradasi hutan; krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat; pemahaman masyarakat terhadap ekowisata masih sangat rendah; dan aksesibilitas lokasi kawasan HLGL masih sulit.

2. Strategi pengembangan ekowisata di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur adalah membuat organisasi yang lebih baik, pengembangan sarana dan prasarana termasuk peningkatan fasilitas dan pelayanan serta pengembangan infrastruktur yang lebih baik, sehingga dapat menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna menghasilkan berbagai kebijakan yang dapat menunjang pengembangan ekowisata di kawasan HLGL dan menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekaligus memperkenalkan budaya masyarakat sekitarnya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan agar pemerintah Kabupaten Paser:

1. Membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata yang terintegrasi dalam tataruang wilayah kabupaten, provinsi dan nasional.

88

2. Dinas Pariwisata sebagai instansi teknis agar dalam pengembangan ekowisata berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Bappeda Kabupaten Paser dalam merencanakan dan memfasilitasi pendampingan bagi masyarakat lokal, agar masyarakat dapat mengetahui potensi lain dari kawasan HLGL, sehingga proaktif dalam proses pengembangan kawasan ekowisata yang bernilai guna.

Aipassa, M. 2004. Nilai ekologi dan hidrologi kawasan hutan lindung gunung lumut dan permasalahan serta ancaman. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut di Tanah Grogot. Balikpapan.

Avenzora R. 2004. Ekoturisme: Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Dilindungi. Media Konservasi Vol.3, No.6: 31-35.

BPPS Pemda Kabupaten Paser, 2007, Kabupaten Paser dalam Angka 2007, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Paser 2007.

Cooper C., J. Fletcher., D. Gilbert and Wanhill. 1993. Tourism, Principles and Practice. Essex: Longman Group Limited.

Departemen Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur, 1986 Laporan Pembuatan Tata Batas Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir, Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Timur, Balikpapan.

[Depbudpar-RI] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2002. Blue Print Pariwisata. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2002, Laporan Infentarisasi Fauna disebagian kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Pasir Propinsi Kalimantan Timur, Balikpapan.

Dinas Pariwisata Kabupaten Paser, 2008, Pesona Eksotika Pariwisata Kabupaten Paser, (Brosur 2008).

[Disbudparnas] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nasional. 2007. Pariwisata Indonesia. http://www.disbudparnas.go.id [10 Juni 2007].

Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Fennel,D.A. 1999. Ecotourism An Introduction London : Routledge. 315p.

Hafild E. 1995. Dimensi Konservasi, Penduduk dan Kerakyatan dalam Ekowisata. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta.

Hidayati. D. Mujiyani. L. Rachmawati. A Zaelani. 2002. Ekowisata: Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hidayati. D. Mujiyani. L. Rachmawati. A Zaelani. 2003. Ekowisata:

90

Inskeep, E. 1991. Tourism planning : an integrated and sustainable development approach. New York: van Nostrand Reinhold.

Irma Nurhayati, 2006. Studi pengetahuan tradisional masyarakat di sekitar kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur; Kajian Pemanfaatan Tumbuhan, Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kesuma, F. 2000. Potensi pengembangan ekowisata di wilayah pesisir pulau Talise Sulawesi Utara. Tesis Magister. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusler JA. 1991. Ecoturism and Resources Conservation : A Collection of Papers. Volume ke-1. Ecoturism and Resources Conservation Project. MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan

yang Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Yakarta.

Ngadiono. 2004. 35 (Tiga Puluh Lima) Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia ”Refleksi dan Prospek”. Bogor: Yayasan Adi Sanggoro.

Nooryashini, S.J.; E. Wetik dan I. Suryadi. 2004. Identifikasi dan Kajian Awal Mengenai stakeholder di Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut dan Sekitarnya Kabupaten Paser Kalimantan Timur. TBI Indonesia. Balikpapan.

Nurbandiah. 2008. Inventarisasi potensi wisata di Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, (Skripsi). Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pribadi SI, Elisabeth W., Tunggal B., editor. 2005. Potret Hutan Lindung Gunung Lumut. Di dalam Bersama Melestarikan Hutan Lindung Gunung Lumut. Prosiding Lokakarya Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut; Tanah Grogot, 1-2 Desember 2004. Balikpapan: Tropenbos International Indonesia. hlm 8-10.

Puspitasari, A. 2008. Analisis pasar wisata potensial Hutan Lindung Gunung Lumut, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, (Skripsi). Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Tehnik Membeda Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.

Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Tehnik Membeda Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Tehnik Membeda Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.

Sabara, EJ. 2006. Pemetaan konflik pengelolaan sumber daya hutan di Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur, (Skripsi). Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Saragih, B. 2004. Nilai ekonomi Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut bagi Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Paser. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengelolaan Hutan lindung Gunung Lumut di Tanah Grogot. Balikpapan.

Sarjono, M.A. 2004. Mosaik Sosiologis Kehutanan Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Debut Press. Yogyakarta.

Sekartjakrarini S. Dan Legoh, N.K. 2004. Rencana Strategis Ekowisata Nasional. Penerbit Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Simorangkir D., editor. 2006. Biodiversity Assesment in Mount Lumut Forest Protection, Paser District, East Kalimantan. Tropenbos International Indonesia, in press.

Surbakti. SS., 2006. Kajian kebijakan pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser Kalimantan Timur, (Skripsi), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut pertanian Bogor.

Suryadin. D., 1993. Studi tentang respon masyarakat terhadap pengamanan Taman Nasional Kutai. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarindah.

TBI. 2006. Keanekaragaman Hayati, Sosial Ekonomi dan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut. Tropenbos International Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur.

Wahyuni, T; Suryanto; Amblani dan S. Utari. 2004. Kajian Sosial Ekonomi Pengelolaan Hutan Lindung. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Samarinda.

Wall G. 1995. Introduction to Ecoturism. Dalhausie University. Enviromental Studies Center Defelopment in Indonesia Project. Jakarta. 121p.

Weber F, Damanik J. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Lampiran 1: Panduan Wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.

1. Obyek-obyek wisata yang ada di wilayah Pemerintah Kabupaten Paser khususnya Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL)

2. Rencana dalam pembangunan dan pengembangan daerah yang terkait dengan usaha wisata minat khusus ekowisata

3. Kegiatan wisata yang akan dan yang telah dilaksanakan

4. Kerjasama dengan instansi lain dalam pengembangan ekowisata baik dengan instansi pemerintah maupun swasta

5. Pendapat secara umum tentang kegiatan wisata di Kabupaten Paser khususnya Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL)

6. Pendapat dan saran bila dilaksanakan pengembangan ekowisata di Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL)

7. Kendala yang dihadapi apabila dilakukan pengembangan ekowisata

8. Upaya yang telah dan yang akan dilaksanakan dalam usaha penyelesaian permasalahan mengenai hambatan/kendala dalam pengembangan ekowisata

94

Lampiran 2: Panduan Wawancara dengan Pihak Terkait, Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.

1. Nilai kekhasan utama yang terdapat di HLGL yang dapat dijadikan obyek wisata

2. Jenis flora dan fauna yang khas, langka/dilindungi dan unik yang mendominasi di HLGL

3. Daya tarik wisata lain yang terdapat di HLGL seperti sejarah, budaya, pemandangan alam

4. Pendapatan mengenai potensi yang menarik untuk dikembangkan menjadi obyek wisata minat khusus ekowisata

5. Apakah pernah ada pengunjung yang datang ke kawasan HLGL untuk tujuan lain seperti berziarah, rekreasi dan lain-lain

6. Pendapatan apabila ada pengembangan ekowisata di HLGL

7. Rencana pengembangan ekowisata yang belum dan yang sudah dilaksanakan 8. Sarana dan prasarana penunjang yang telah tersedia dan yang akan di

kembangkan

9. Apakah sudah ada kerjasama dengan pengelola di HLGL

Lampiran 3: Panduan Wawancara dengan Pemerintah Desa dan Tokoh Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL)

1. Pendapat tentang kondisi HLGL secara umum 2. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

3. Kondisi sarana prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi dan keamanan yang tersedia

4. Potensi yang dimiliki masyarakat mengenai sistem sosial budaya yang khas ataupun ketrampilan yang khas dan unik

5. Potensi budaya masyarakat yang khas

6. Rencana pengembangan pemerintah Desa yang sedang dan yang akan dilakukan

7. Kemungkinan jika dikembangkan wisata minat khusus ekowisata di HLGL 8. Pendapat mengenai potensi HLGL yang dapat dikembangkan menjadi wisata

minat khusus ekowisata

9. Tumbuhan flora yang berguna dan menarik bagi masyarakat 10.Satwa fauna yang sering ditemukan di kawasan HLGL

11.Lokasi-lokasi di HLGL yang menarik menurut masyarakat dan belum dikembangkan

12.Pendapat tentang pengembangan ekowisata di HLGL

13.Permasalahan/kendala yang dihadapi masyarakat apabila adanya pengembangan wisata minat khusus ekowisata di HLGL

14.Harapan dan keinginan masyarakat apabila adanya pengembangan wisata alam di HLGL

96

Lampiran 4:

KUISIONER PENELITIAN (untuk masyarakat)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN LINDUNG