• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Rekonstruksi Terhadap Kajian Sanad

Menentukan yang bertanggungjawab terhadap matn hadis (Responsible for the text) LANGKAH II Membuat Bundel Isna>d dan Mendeteksi Common link Sementara. LANGKAH IV Mencari Korelasi antara varian matn dan isna>d.

Rekonstruksi Teks

1. Rekonstruksi Terhadap Kajian Sanad

Berdasarkan tabel 06, kelima langkah-langkah yang ditawarkan Harald Motzki terdapat dua (2) langkah yang berkaitan dengan kajian sanad yaitu: 1) mengumpulkan jalur periwayatan dari semua kitab-kitab hadis; dan 2) membuat bundel isna>d atau i’tiba>r al-sanad. Berikut penjelasan kedua langkah di sanad:

a. Mengumpulkan Jalur Periwayatan dari Semua Kitab-Kitab Hadis

Salah satu keunggulan kajian ICM, tidak membeda-bedakan apalagi melakukan dikotomi, antara koleksi kitab hadis. Kedudukan koleksi kitab-kitab memiliki kedudukan sama di dalam kajian ICM. Jika akan meneliti sebuah hadis, maka diharuskan untuk mengumpulkan semua jalur periwayatan baik dari kitab koleksi Sunni>> maupun koleksiAhl al-Bai>t.

Seorang pengkaji hadis dalam menerapkan aplikasi metode ICM diharuskan mengumpulkan sebanyak-banyaknya jalur periwayatan. Penelusuran kajian hadis tidak terbatas dalam kitab Canonical saja. Akan tetapi harus menukil di kitab Pre-canonical dan Post-canonical ; Baik koleksi kitab-kitab Sunni>> maupun syi>‘ah. Intinya, semakin banyak buku yang didapatkan sebagai rujukan maka semakin sempurna kajian yang dibahas. Dalam penukilan dan pengumpulan hadis ditempuh dengan 4 langkah-langkah yang ditawarkan dalam kajian ICM, yaitu:

1) Mengumpulkan hadis berdasarkan periwayat al-’A‘ala dalam hal ini sahabat Nabi saw. Jika hadis kajian diriwayatkan oleh tiga sahabat, maka hadis diurut dari semua riwayat dari sahabat I, II, dan III;

Penggunaan istilah ‘ahl al-bai>t’ sengaja digunakan untuk membedakan dalam kajian teologi. Penggunaan istilah Syi>‘ah lebih identik dalam kajian pemikiran dan teologi. Oleh karena itu, ‘ahl al-bai>t collections’ dimaksudkan koleksi kitab hadis yang dijadikan rujukan utama oleh syi>‘ah.

Istilah “Canonical” yang digunakan sebagai penunjukan terhadap kitab-kitab koleksi sunni> yang lebih dikenal dengan kutub al-sittah, yaitu kitab-kitab yang terdiri dari s}ah{i>hai>n (Sahih Bukhari> dan Muslim) dan sunan al- ’Arba‘ah (Sunan ‘Abi> Da>ud, al-Nasa>’i>, al-Tarmiz\i>, dan Ibn Ma>jah).

Pre-canonical berarti kitab-kitab yang muncul sebelum kutub al-sittah, artinya koleksi kitab hadis awal kemunculannya, koleksi kitab-kitab tertua seperti Muwat{t{a’ Imam Malik, Musnad al-Taya>lisi>, Musnad ‘Abd al-Razza>q, Musnad Ibn Ra>hawaih, Musnad Ima>m al-Sya>fi’i>, dan sahi>fah-sahi>fah yang dikumpulkan oleh Sahabat dan ataupun generasi setelahnya.

Post-canonical adalah kitab-kitab yang muncul setelah kodifikasi kutub al-Sittah, seperti Sunan al-Bai>haqi>, Ibn H{ibba>n, S}ah{i>h{ Ibn Khuzai>mah dan kitab-kitab termuda yang terkodifikasi setelah fase kutub al-sittah.

102

2) Hadis-hadis yang terkumpul berdasarkan periwayat al-’A‘ala diurut lagi berdasarkan koleksi kitab tertua (pre-canonical) hingga koleksi kitab termuda (post-canonical );

3) Penukilan hadis disempurnakan dengan menampilkan sanad dan matn secara lengkap, tanpa melakukan penukilan sanad al-’A‘ala (sahabat) dan tanpa peringkasan matn hadis;

4) Koleksi hadis kajian yang menjadi langkah awal dalam kajian ICM bisa diletakkan sebelum i‘tiba>r al-sanad dan ataupun dijadikan sebagai lampiran. Dalam disertasi ini, koleksi hadis-hadis ‘Nad{d{arallah’ sebagai objek kajian kedua metode ICM dan TMA diletakkan sebagai lampiran; 5) Hadis yang dijadikan sebagai acuan penelitian adalah hadis-hadis dari

koleksi hadis tertua di antara semua koleksi hadis.

b. Membuat Bundel Isna>d dan Mendeteksi Common Link sementara

Dalam kajian muh}addis\i>n, Bundel Isna>d atau Isna>d Bundle lebih dikenal dengan i‘tiba>r al-sanad, sedangkan i‘tiba>r al-sanad menurut bahasa berasal dari kata i‘tabara bermakna ‘tadabbur’ (mempertimbangkan, dan atau memikirkan baik buruknya,). Ia juga bermakna naz}ara fi al-’umu>r’ (menganalisa terhadap sebuah urusan/masalah). Sedangkan menurut istilah, berarti menelusuri jalur-jalur sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu yang pada bagian sanadnya terdapat seorang periwayat saja untuk mengetahui apakah ada periwayat yang lain atau tidak ada.

Kegiatan pembuatan isna>d bundle sangatlah penting untuk dilakukan di dalam kajian sanad, karena untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung (corroboration) berupa periwayat

Mah{mu>d bin ‘Ah{mad bin Mah{mu>d T{ah{h{a>n al-Na‘i>mi>, Tai>si>r Mus{t{alah al-H{adi>s\, Bairu>t: Maktabah al-Ma‘a>rif li al-Nasyr wa al-Tau>zi>‘, 2004 M/1425H), h. 176.

yang berstatus muta>bi‘ atau sya>hid. Selain itu, dalam kajian ICM, isna>d bundle menjadi sebuah keharusan karena ia menjadi sebagai tool untuk mendeteksi common link sementara sebelum melangkah ke kajian matn. Dalam kegiatan i’tibar al-sanad ditempuh dengan memperhatikan langkah-langkah berikut:

1) Membuat Single Isna>d Bundle, yaitu membuat i’tibar sanad di setiap jalur dari periwayat al- a‘ala>. Metode pembuatan bundel isna>d dari kesarjanaan barat menempuh dua metode, yaitu 1) button to up (Arah kursor panah dari bawah ke atas; Nabi saw.  Mukharrij); dan 2) Right to left (Arah kursor panah dari kanan ke kiri; Nabi saw.  Mukharrij)

2) Membuat Collective Isna>d Bundle, yaitu membuat i’tibar sanad secara gabungan dari setiap jalur periwayat al- a‘ala>. Metode yang digunakan sama halnya metode yang digunakan di Single Isna>d Bundle.

3) Penentuan posisi common link berdasarkan gambaran dari single dan collective isna>d bundle dijadikan acuan untuk diuji kebenarannya di dalam kajian matn analysis. Jika ditemukan supporting isna>d dan atau supporting matn maka posisi common link (berdasarkan bundel isna>d) naik lebih tua kesejarahannya.