• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Studi Kritik Atas Metode Isna>d cum Matn

2. Step V: Menentukan Hasil Kajian

Pada poin ini terdapat dua (2) hal yang harus yang menjadi hasil kajian (1) Siapakah real common link dari hasil korelasi antara sanad dan matn, dan (2) menentukan hasil rekonstruksi matn (teks) hadis secara komprehensif setelah melalui beberapa rekonstruksi; secara internal dan external.

a. Posisi the Real Common link dari Hadis Nad}d}arallah

Hasil pengujian ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah bin Mas‘u>d sebagai CL dari bundel isna>d melalui perbandingan matn ditemukan bahwa:

1) Jalur Isna>d yang bersumber dari Nabi  Ibn Mas‘u>d  ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah  ‘Abd. Al-Malik bin ‘Umai>r memiliki ciri khas tertentu dengan teks lebih panjang dari jalur lainnya. Penambahan teks dalam jalur

ini dengan adanya

.

2) Jalur Isna>d yang bersumber dari Nabi  Ibn Mas‘u>d  ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah  ‘Sima>k bin al-H}arb memiliki teks lebih pendek, redaksi hadis identik antara satu dengan lainnya, hanya didapati sedikit perbedaan lafal yang ada.

Adapun penelusuran jalur riwayat Ahl al-Bai>t ditemukan kemiripan antara satu jalur ke jalur isna>d lainnya. Jalur pertama yang bersumber dari Abu ‘Abdullah dan jalur kedua bersumber dari Ja‘far bin Muh}ammad al-S}a>diq. Dari kedua jalur

174

ini tidak ada satupun menempati kedudukan sebagai common link karena tidak didukung oleh minimal dua PCL. Keduanya hanya menyerupai CL atau biasa disebut seeming common link (SCL). Kesulitan penulis dalam merekonstruksi jalur Isna>d Ahl al-Bai>t karena kurangnya jalur isna>d yang didapatkan dari al-Kutub al-As}liyyah, hal ini berbeda ketika mengkaji hadis yang bersumber dari al-Kutub al-As}liyyah Sunni>>.

Namun ada hal menarik yang didapati dari kajian jalur riwayat Ahl al-Bai>t, bahwa varian-varian matn tidak ada satupun perubahan yang mencolok dari semua riwayat, justru jalur Isna>d ’Abu> ‘Abdullah memiliki kemiripan dengan jalur Isna>d  Ibn Mas‘u>d  ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah  ‘Abd. Al-Malik bin ‘Umai>r.

Keterangan di atas mengantarkan pada beberapa hasil kajian tentang hadis Nad}d{ara al-Allah, yaitu:

1) ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah benar adanya sebagai the Real Common Link (RCL) atau dalam pengistilahan muh}addis\i>n diitilahkan mada>r al-Hadis yang resmi, dia memiliki sanad tersambung dari Bapaknya ‘Abdullah bin Mas‘u>d sampai kepada Nabi saw. Penguatan ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah sebagai RCL didukung oleh dua (2) Real Partial Common link s (RPCL) yaitu ‘Abd. Al-Malik bin ‘Umai>r dan Sima>k bi al-H}arb (w.123 H/741 M). Hasil riwayat jalur ini terdokumentasi di dalam kitab Ima>m al-T}abra>ni> Mu‘jam Ausat}, Sya>‘fi‘i> di dalam Musnadnya, Tarmizi> di dalam Ja>mi‘, H}umai>di> di dalam al-Musnadnya, al-Sya>syi> di dalam al-al-Musnadnya, dan Ima>n al-Bazza>r di dalam al-Musnadnya.

2) ‘Abd. Al-Malik bin ‘Umai>r dan Sima>k bin al-H}arb (w.123 H/741 M) sebagai generasi ketiga (ta>bi‘ ta>bi‘i>n) dan berposisi sebagai the Real Partial Common link (RPCL).

3) Bahkan Sima>k bin al-H}arb (w.123 H/741 M) berposisi sebagai seeming common link karena didukung oleh dua (2) partial common link s (PCL); Syu‘bah (w.160 H/777 M) dan Isra>‘i>l (w.160 H/777 M). Hasil dari jalur Sima>k bin al-H{arb (w.123 H/741 M) terdokumentasi di dalam kitab Canonical dan non-canonical; Musnad al-Bazza>r, Musnad Ah}mad bin H}anbal (w.241 H/855M), Sunan Ibn Ma>jah (w.273 H/886 M), Jami‘ al-Tarmizi> (w. 297 H/910 M), Musnad Ibn ’Abi> Syai>bah (w.235 H/850 M), Musnad ’Abi> Ya‘la (w.307 H/919 M), S}ah{i>h{ Ibn H}uzai>mah (w.311 H/923 M), Musnad al-Sya>syi> (w.335 H/ 947 M) dan Mu ‘jam al-’Au>sat} al-T}abra>ni> (w.360 H/971 M).

4) Hadis ‘Nad}d}arallah’ adalah salah satu hadis mutawa>tir maka di dalamnya didapati banyak partial-partial common link (PCL) seperti Syu‘bah (w.160 H/777 M), ’Isra>‘i>l (w.160 H/777 M), Muh}ammad bin Ja‘far (w.193 H/809 M), ‘Abdullah bin Mu>sa>, Ibn Syiha>b al-Zuhri> (w.124 H/742M), Muh{ammad bin ‘Ish}a>q, dan lainnya;

5) Sedangkan dalam isna> Ahl al-Bai>t ’Abu> ‘Abdullah dan Ja‘far al-S}a>diq (w.148 H/765 M) menempati posisi seeming common link (SCM).

6) Hadis ‘Nad}d}arallah’ sekalipun diriwayatkan secara mutawa>tir akan tetapi didapati beberapa jalur single strand atau jalur infra>d, setidaknya terdapat 2 jalur pure single strand (Jalur tunggal murni), satu dari riwayat Sunni>> dan satu dari riwayat Ahl al-Bai>t, yaitu:

a) Jalur Sunni>>: Nabi  Ibn Mas‘u>d (w.32 H/653 M)  al-‘Aswad (w.75 H/694 M)  ’Ibra>hi>m (w.96 H/715 M)  H}a>ris\ ‘Akli> (w.121 H/739 M) 

al-176

Qa>sim bin al-Wali>d (w.141 H/758 M)  ‘Ubai>dah bin al-Aswad  ‘Abdullah bin Muh}ammad (w.235 H/850 M)  Muh}ammad bin ’Ah}mad (w.295 H/908 M)  al-Tabra>ni> (w.360 H/971 M) dalam Kitabnya Mu‘jam al- Au>sat} b) Jalur Ahl al-Bai>t: Nabi  ’Abu> ‘Abdullah  ’Abu> Kha>lid al-Qammat} 

Mans}u>r bin Yu>nus  Muh}ammad bin Isma>‘i>l  Ibn Mahriya>z  Ibn Ma‘ru>f  S}affa>r  Wali>d  ’Ah}mad bin Wali>d  Muh}ammad ba>qir al-Majelisi> (dalam Kitabnya Bih}a>r al-Anwa>r).

b. Hasil Rekonstruksi Hadis ‘Nad}d}arallah’

Kajian sebelumnya telah dipaparkan hasil rekonstruksi internal (redaksi Sunni>, dan redaksi Ahl al-Bai>t). Pada poin ini, sebagai hasil penelitian aplikasi kajian Isna>d cum Matn dalam hadis ‘Nad}d}arallah’, dilakukan rekonstruksi eksternal antara Sunni> dan Ahl al-Bai>t sebagaimana tergambar berikut ini:

Tabel 12

Perbandingan Hasil Rekonstruksi Sunni> dan Ahl al-Bai>t

Perbandingan dari hasil rekonstruksi dari Sunni>> dan Ahl al-Bai>t memperlihatkan keindahan dalam kajian hadis. Jika ditelaah lebih mendalam,

disana tidak didapati adanya mukhtalif al-hadi>s\ yang terjadi dalam riwayat Sunni>> dan Ahl al-Bai>t, bahkan pelafalan hadis sewording, memiliki kemiripan sekalipun jalur riwayat 100 persen berbeda. Sampai pada urutan pembagian gulu>l memiliki urutan yang sama antara jalur Sunni>> dan Ahl al-Bai>t.

Dengan menggunakan metode ICM yang kemudian akan disempurnakan pada kajian TMA akan memperkaya kajian hadis seperti tergambar dari hadis ‘Nad}d}arallah’ ini. Kedua riwayat saling melengkapi terutama ketika akan mencari ’Asba>b al-Wuru>d al-Hadi>s\ dan posisi secara detail dimana hadis itu dituturkan. Pada hadis ‘Nad}d}arallah’, ciri khas jalur Ahl al-Bai>t menyampaikan dimana hadis ini disampaikan, yaitu ketika Rasulullah saw. berada di masjid Khai>f di Mina lalu Nabi saw naik di atas untanya dan menyampaikan hadis tentang pentingnya mengembang amanah dalam menyampaikan hadis-hadisnya, lebih umum wajibnya mengamalkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain.

Varian-varian teks hadis memiliki ciri khas sendiri baik dari jalur ’Ibn al-‘Abba>s  ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdullah  ‘Abd. al-Malik bin ‘Umai>r, maupun jalur ’Ibn al-‘Abba>s  ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdullah  Sima>k bil al-H}arb. Jalur yang berporos ke ‘Abd. al-Malik bin ‘Umai>r memiliki matn yang panjang dengan adanya tambahan

,

sedangkan jalur yang berporos ke Sima>k bin al-H}arb (w.123 H/741 M) memiliki matn yang pendek.

Dengan korelasi antara sanad dan matn ditemukan bahwa the real common link dari hadis ‘Nad}d}arallah’ benar-benar bersumber dari ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah (w.116 H /734 M). Begitu pula, kedua ciri khas matn dari jalur ‘Abd. al-Malik bin ‘Umai>r (w.136 H/753 M) dan Sima>k bil al-H}arb (w.123 H/741 M) benar-benar bersumber dari ‘Abd. Rah}ma>n bin ‘Abdullah (w.116 H /734 M). Hasil

178

kajian ini bisa dipertanggungjawabkan kesejarahannya dengan temuan dari isna>d analysis (lihat bundel isna>d) dan matn analysis (lihat rekonstruksi matn di setiap jalur).

Namun demikian, dengan menggunakan metode ICM hadis kajian ‘Nad{d{arallah’ hanya sampai pada t{abaqah tabi‘i> ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdullah. Artinya, kesejarahan hadis ini tersebar secara meluas pada awal pertama hijriah karena ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdullah lahir 27 H/648 M dan wafat pada tahun 116 H/ 734 M dalam usia 89 tahun. Jika standar umur untuk menyampaikan hadis (al-’ada>) pada umur balig (17 tahun) maka hadis ‘Nad{d{arallah’ ini tersebar antara tahun 44 H/664 M – 116 H/743 M. Menurut kajian ICM , hadis ‘Nad{d{arallah’ melalu jalur CL ini belum ditemukan kesejarahannya hingga sampai sahabat (Ibn ‘Abba>s ra.) apalagi hingga sampai kepada Nabi saw. Jika hadis mutawa>tir saja yang memiliki jalur kompleks tidak sampai kepada Nabi saw., maka bagaimana dengan hadis ‘a>h{a>d yang memiliki jalur tunggal (a>h{a>d gari>b), bercabang dua (‘azi>z), atau bercabang banyak yang tidak sampai pada batas mutawa>tir (masyhu>r). Oleh karena itu metode ini perlu dilengkapi dengan metode yang ditawarkan di dalam kajian ini, yaitu Metode Taqti>‘ al-Mutu>n Analysis.

179

A. Konstruksi Metode Taqti>‘ al-Mutu>n Analysis

Metode muh}addis\i>n yang kemudian dikembangkan oleh kesarjanaan Islam modern adalah kajian yang telah sampai pada puncaknya. Secara teori, kajian ‘ulum al-hadi>s\ telah sampai pada masa keemasannya, dimulai pada pertengahan abad ketiga hingga saat ini. Metode yang muncul belakangan hanyalah ketakhas}s{usan, rekonstruksi, dan metode gabungan dari dua atau lebih metode yang telah ada sebelumnya.

Begitu pula halnya metode Taqti>‘ al-Mutu>n Analysis (TMA) , sebuah kajian analisa terhadap pengembangan dan mixed method (metode gabungan) antara kajian muh}addis\i>n dan kesarjanaan barat. Tentunya, dalam aplikasinya terdapat kesamaan pengistilahan dan cara kerja baik di sanad maupun di matn. Kemunculan metode ini bertujuan memudahkan para pengkaji hadis dalam mengalisa sebuah sanad dan matn hadis.

Penggunaan metode TMA tidak terbatas pada kajian matn saja, tetap malalui kajian sanad sebagai kajian awal untuk mengetahui persentase layak atau tidaknya dilanjutkan pada kajian matn. Jika sanad hadis memiliki persentase standar dengan nilai minimal 60% dari penilaian terhadap para periwayat hadis maka dilanjutkan pada kajian matn. Oleh karena itu, sebelum diuraikan konstruksi secara terinci maka perlu dilihat ranah kajian muh}addis\i>n dan Motzki di dalam kajian hadis.

Penulisan berikutnya disingkat menjadi metode TMA untuk mengefisienkan jumlah halam dalam kajian ini.

180

Metode muh}addis\i>n dapat diketahui dengan menganalisa kitab mereka. Langkah-langkah ulama hadis dalam kitab mereka\ dapat melihat kajian disertasi Reza Pahlevi Dalimunthe dengan judul “Langkah Verifikasi Sya>z\ pada Hadis; Sebuah Rekonstruksi Metodologis”, di dalam kajian ini dipaparkan langkah-langkah ulama hadis dalam mentah}ki>mi sebuah hadis, khususnya yang berkaitan dengan verifikasi sya>z\ dan ‘illat. Untuk menghindari repeating research (pengulangan kajian yang sama), maka penulis menukil tabel himpunan langkah-langkah muh}addis\i>n dalam mentahkimi sebuah hadis yang dikaji.

Tabel 13

Langkah Verifikasi Ulama (dalam mentah}ki>mi sebuah hadis)

NO. ULAMA LANGKAH VERIFIKASI

01 (w.204 H/820 M) Al-Sya>fi‘i>

(1) Perbandingan matn; (2) Perbandingan sanad;

(3) Memperhatikan penilaian (kritik) ulama;

(4) Menggunakan tolak ukur al-Quran, amal yang disepakati ulama.

02 (w.256 H/870 M) Al-Bukha>ri> (1) Perbandingan matn, dan (2) Perbandingan sanad.

03 Muslim

(w.261 H/875 M)

(1) Menampilkan semua sanad yang semakna dengan hadis yang sedang diteliti;

(2) Perbandingan matn dari semua sanad. 04 ’Abu> Da>u>d

(w.275 H/888 M) Membandingkan sanad dan matn dengan memperhatikan penilaian (kritik) ulama.

05 Al-Tarmiz\i>

(w. 297 H/910 M

(1) Perbandignan matn; (2) Analisa redaksi matn; (3) Kritik periwayat. 06 Al-Nasa>‘i> (w.303 H/916) (1) Penelusuran sanad; (2) Perbandingan matn; (3) Analisa Matn.

07 Al-H{a>kim (1) Memperhatikan penilaian dan komentar ulama; (2) Melakukan perbandingan pada sanad;

Reza Pahlevi Dalimnthe, ‘‘Langkah-Langkah Verifikasi Sya>z\ pada hadis; Sebuah Rekonstruksi Metodologis’’, Disertasi (Makassar: PPs UIN Alauddin Makassar, 2012), h. 141-175.

Reza Pahlevi Dalimnthe, ‘‘Langkah-Langkah Verifikasi Sya>z\ pada hadis; Sebuah Rekonstruksi Metodologis’’, h. 176.

(w.405 H/1015

M) (3) Meneliti periwayat pada sanad. 08 Al-Khali>li>

(w.446 H/1054 M)

(1) Meneliti ta>bi‘ dan syawa>hid dari hadis; (2) Meneliti periwayat yang bermasalah. 09 Ibn H}ajar

(w.852/1448 M) Membandingkan sanad. 10 Syuhudi Ismail

(w.1416 H/1995 M)

(1) Membadingkan semua sanad dan pokok masalahnya sama;

(2) Meneliti kualitas para periwayat di seluruh sanad; (3) Membandingkan seluruh matn.

Hasil kajian ulama di atas jika dipersentasikan, maka didapatkan hasil dari langkah-lahkah tertinggi hingga terendah yang telah dipraktikkan oleh para muh}addis\i>n. Untuk melihat perbandingan Persentase di setiap langkah dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 14

Persentase Langkah-Langkah dari kajian Muh}addis\i>n

No. Langkah-Langkah

Ulama dalam meneliti hadis

Persentase (%) Digunakan Tidak

1 Perbandingan sanad 90 % 10 %

2 Perbandingan matn 70 % 30 %

3 Memperhatikan kritik ulama terhadap hadis 30 % 70 % 4 Meneliti Kualitas sanad hadis kajian 30 % 70 %

5 Meneliti periwayat bermasalah 20 % 90 %

6 Menggunakan tolak ukur 10 % 90 %

7 Analisa redaksi matn 90 % 10 %

Persentase dari tabel 14 menunjukkan bahwa perbandingan sanad hadis atau isna>d analysis menempati persentase tertinggi 90 %. Dari 10 ulama yang dijadikan sample (di dalam Tabel 13) terdapat 9 ulama yang memfokuskan kajiannya terhadap kajian sanad. Persentase tertinggi kedua yaitu perbandingan

Semua ulama yang menjadi sample kecuali Imam Tarmiz\i> karena kajian Imam al-Tarmizi dalam kitabnya al-jami‘ memulainya dengan perbandingan matn lalu melakukan kritik terhadap sanad dan matn hadis.