• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS FEMINISME RADIKAL DALAM NOVEL THE COLOR

4.2 Relevansi Feminisme Radikal Dalam Novel The Color Purple

Gerakan feminisme kulit hitam muncul sebagai respon atas feminisme kulit putih kelas menengah yang tidak menyadari rasisme memiliki pengaruh besar, baik terhadap kelompok dominan maupun minoritas. Sebagian pengamat melihat feminisme kulit hitam sebagai gerakan yang tetap memeluk feminisme arus utama sambil mengembangkan sensitivitas khusus berkaitan dengan rasisme. Bukan tidak mungkin Alice Walker, penulis novel The Color Purple ini terinspirasi oleh fenomena feminisme di kalangan perempuan – perempuan berkulit hitam ini. Alice Walker juga perempuan berkulit hitam. Dan dengan adanya novel ini dapat menginspirasi kembali perempuan – perempuan berkulit hitam untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Seperti diketahui sebelumnya bahwa novel ini mendapatkan penghargaan Pulitzer Prize for Fiction dan The National Book Award2 pada tahun 1983. Disebutkan juga bahwa Alice Walker sebagai perempuan berkulit hitam pertama yang mendapatkan penghargaan di Amerika.

Novel karya Alice Walker ini mendapatkan penghargaan, tentu saja ini salah satu bentuk bahwa novel The Color Purple ini dianggap mencitrakan fenomena feminisme yang terjadi pada masa itu dan dianggap layak untuk diangkat ke masyarakat, khususnya masyarakat Amerika pada masa itu. Dimana perempuan – perempuan berkulit hitam tertindas oleh laki – laki. Perempuan – perempuan berkulit hitam berusaha keluar dari keterpurukan situasi yang ada masa itu. Mereka

2 The National Book Award : penghargaan buku nasional

melakukan berbagai cara untuk mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai perempuan, seperti juga tercermin dalam novel The Colour Purple tersebut.

Tokoh – tokoh perempuan dalam novel The Color Purple diceritakan mengalami keadaan – keadaan yang sangat sulit dalam menghadapi pandangan masyarakat umum tentang martabat perempuan lebih rendah daripada laki – laki.

Perempuan – perempuan berkulit hitam tidak hanya harus berjuang melawan tindakan semena – mena dari kulit putih, namun juga tindakan semena – mena dari laki – laki kulit hitam di dalam kehidupan keluarga mereka sendiri.

Hal – hal ini tentu saja berelevansi dengan kenyataan sosial yang memang terjadi di masyarakat Indonesia. Memang feminisme di Indonesia tidak terkait dengan masalah rasis atau warna kulit. Namun permasalahan tentang kedudukan perempuan dalam sebuah keluarga adalah permasalahan yang sama seperti yang terjadi dalam novel The Color Purple tersebut.

Pada masyarakat Indonesia kehadiran kata feminisme banyak ditakuti orang.

Ketakutan ini lebih dikarenakan tidak dipahaminya arti sebenarnya dari kata feminisme. Secara politik upaya mengaburkan gerakan feminisme sudah lam dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi konsep ini berasal dari daratan Eropa, yang mengemukakan pemikiran-pemikiran kritis tentang posisi perempuan, yang melahirkan pendekar-pendekar pejuang hak-hak perempuan.

Pada masa orde Baru presiden Sukarno memberikan kesempatan kepada gerakan feminisme di Indonesia dengan pengajaran tentang keperempuanan dan perjuangan kepada kaum perempuan. Namun selama Orde Baru gerakan perempuan

sengaja disingkirkan. Pada masa ini perempuan diberi citra sebagai kaum ibu semata yang berada disamping bahkan dibelakang kaum laki-laki.

Barulah pada era reformasi usaha memunculkan gerakan feminisme makin kuat. Feminisme bukan lagi sekedar wacana namun sebagai telah termanisfestasikan dalam berbagai langkah instrumental pada struktur pemerintahan. Meskipun belum dapat menghilangkan stigmatisasi perempuan sebagai orang kedua.

Di Indonesia gerakan feminisme ini sudah terdengar sejak tahun 60-an namun menjadi isu dalam pembangunan baru sekitar tahun 1970-an. Gerakan ini dapat dibagi dalam tiga tahapan, yaitu :

1. 1975-1985, pada masa ini hampir semua LSM tidak menganggap masalah gender sebagai masalah penting, justru banyak yang melakukan pelecehan.

Meraka tidak menggunakan analisa gender sehingga reaksi teradap masalah tersebut sering menimbulkan konflik antaraktivis perempuan dan lainnya.

Bentuk perlawanan yang muncul terhadap gerakan feminisme adalah dengan mengemukakan alasan demi kelancaran projek dari agenda utama program organisasi yang bersangkutan.

2. 1985-1995, tahapan pengenalan dan pemahaman dasar tentang apa yang dimaksud dengan analisis gender dan mengapa gender menjadi masalah pembangunan. Pada tahap kedua ini kegiatan pelatihan yang bertujuan membangkitkan kepekaan gender meningkat. Pelatihan ini membantu menjelaskan pengertian dan isu gender sebenarnya. Berbagai LSM mulai menggunakan analisis gender dalam mengembangkan program-programnya.

3. 1995- saat sekarang, untuk mempertahankan apa yang telah dibangun pada dua tahapan sebelumnya maka pada tahapan ini diterapakan dua strategi yaitu Pertama, mengintegrasikan gender kedalam seluruh kebijakan dan program berbagai organisasi dan lembaga pendidikan. Untuk strategi ini diperlukan suatu tindakan yang diarahkan menuju terciptanya kebijakan manajemen dan keorganisasian yang memiliki perspektif gender bagi setiap organisasi. Kedua, strategi advokasi, untuk itu diperlukan suatu pengkajian teradap letak akar persoalan ketidakadilan gender di negara dan masyarakat.

(http://auritsniyalfirdaus.blogspot.com/2012/08/gerakan-feminisme-di-indonesia.html#!/2012/08/gerakan-feminisme-di-indonesia.html, diunduh pada tanggal 26 Juni 2013).

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Proses terjadinya feminisme radikal dalam novel The Color Purple

Tokoh – tokoh perempuan tersebut mengalami tindakan – tindakan semena – mena atau tidak menyenangkan dari laki – laki dalam kehidupan mereka. Namun cara mereka dalam menunjukkan unsur – unsur feminisme radikal berbeda – beda.

Kemudian juga bagaimana, siapa saja, atau hal – hal apa saja yang membuat mereka sadar dan kemudian melakukan tindakan – tindakan untuk mempertahankan hak – hak mereka sebagai perempuan juga berbeda – beda.

Dari keempat tokoh perempuan tersebut; Celie, Shug Avery, Sofia, dan Nettie dalam novel The Color Purple ini mencerminkan proses terjadinya feminisme radikal dikalangan perempuan di negara Amerika dengan berbagai karakter, seperti; agresif, menerima, tangguh, mandiri, dan sebagainya.

Beberapa tokoh perempuan dalam novel The Color Purple ini, seperti; Celie, Shug Avery, Sofia, dan Nettie, menunjukkan adanya unsur-unsur feminisme radikal pada dirinya masing-masing. Mereka memiliki cara mereka masing-masing dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan unsur-unsur yang mencerminkan feminisme radikal, yaitu; patriarkis, kekerasan seksual, fisik, dan mental, kemudian juga seksualitas (termasuk lesbianisme).

2. Relevansi feminisme radikal pada novel The Color Purple ini dengan feminisme di Indonesia.

Relevansi feminisme radikal dalam novel The Color Purple mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan fefminisme di Indonesia. Hal ini ditandai dengan tokoh-tokoh perempuan dalam novel tersebut yang memperjuangkan martabatnya dengan menentang patriarkis dan kekerasan fisik atau seksual.

Perjuangan feminisme radikal ini mempunyai relevansi dengan kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Namun feminisme di Indonesia tidak terkait dengan masalah rasis atau warna kulit. Permasalahan patriarkis yang terjadi dalam sebuah keluarga adalah permasalahan yang sama seperti yang terjadi dalam novel The Color Purple tersebut.

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran – saran di bawah ini boleh dikatakan sebagai rekomendasi yang disampaikan kepada para perempuan, laki – laki, kaum feminis, intelektual, sastrawan dan pihak pemerintah. Saran dan rekomandasi tersebut, yaitu;

1. Zaman semakin maju, diharapkan perempuan – perempuan lebih sadar lagi akan hak – hak sebagai perempuan yang sederajat dengan laki – laki.

Perempuan – perempuan sebaiknya menjauhi pemikiran bahwa perempuan sebagai kalangan masyarakat yang paling lemah. Perempuan – perempuan diharapkan melakukan apa saja yang terbaik dalam hidup ini, baik dari segi pendidikan, budaya, karir dan lain – lain, yang memang mempunyai dampak positif dalam mengangkat harkat dan martabat sebagai perempuan.

2. Bagi kaum feminis, sastrawan atau peneliti lanjutan yang akan meneliti kembali tentang feminisme radikal pada khususnya, atau feminisme pada umumnya, diharapkan menguasai topik yang akan dikaji dan lebih banyak membaca buku – buku mengenai feminisme tersebut. Demi terwujudnya penelitian – penelitian selanjutnya yang lebih dalam lagi mengulik tentang feminisme radikal pada

khususnya, dan juga akan menghasilkan penelitian yang lebih berimbang dan bermanfaat.

3. Semoga penelitian ini dapat membantu para pembaca mengetahui lebih dalam tentang feminisme radikal. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pembaca dalam menganalisis karya sastra khususnya yang berhubungan dengan feminisme di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Dadang.S, Engkos Kosasih dan Farida Sarimaya. 1997. Membincangkan Feminisme: Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita.

Bandung:Pustaka Hidayah.

Agger, Ben. Penerjemah: Nurhadi. 2003. Teori Sosial Kritis; Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Bungin, H.M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Eagleton, Terry. Penerjemah: Harfiah Widyawati. 1996. Teori Sastra ; Sebuah Pengantar Komprehensif (edisi terbaru). Yogyakarta & Bandung:

jalasutra.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Guniesti, Veryani. 2010. Novel Out Karya Kirina Natsuo; Kajian Feminisme. Medan:

USU.

Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan.

Ollenburger, Jane C dan helen A. Moore. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta; PT.

Rineka Cipta.

Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 2006. Kajian Budaya Feminis; Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra.

Pujiati. 2007. Kelestarian Perjuangan Kongres Wanita Indonesia: Analisis Pada Masa Kolonial dan Pasca Kolonial. Pulau Pinang, Malaysia : Univeristi Sains Malaysia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra Dari Strukturalisme Hingga Prastrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selden, Raman. 1993. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Sikana, Mana. 2007. Teras Sastera Melayu Tradisional. Singapura: UTS Printing &

Enterprise.

Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra Feminis “Perempuan Dalam Karya-Karya Kuntowijoyo”. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta.

Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita. Bandung: Penerbit Nuansa.

Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Walker, Alice. 1982. The colour Purple. New York: A division of Simon and Schuster, Inc.

http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme, diunduh pada 21 Juni 20011

http://womenshistory.about.com/od/alicewalker/a/alice_walker.htm, diunduh pada 21 juni 2001

http://ezinearticles.com/?The-Color-Purple---A-Short-Analysis-of-the-Alice-Walker-Novel&id=4911304, diunduh pada 21 Juni 2011

http://www.anneahira.com/unsur-intrinsik-novel.htm, diunduh pada 11 februari 2012

http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/, diunduh pada 11 Februari 2012

http://www.facebook.com/note.php?note_id=182872611736474, diunduh pada 11 Februari 2012

http://auritsniyalfirdaus.blogspot.com/2012/08/gerakan-feminisme-di-indonesia.html#!/2012/08/gerakan-feminisme-di-indonesia.html, diunduh pada 26 Juni 2013

http://www.sparknotes.com/lit/purple/summary.html, diunduh pada 26 Juni 2013

SINOPSIS NOVEL THE COLOR PURPLE

Celie, the protagonist and narrator of The Color Purple, is a poor, uneducated, fourteen-year-old black girl living in rural Georgia. Celie starts writing letters to God because her father, Alphonso, beats and rapes her. Alphonso has already impregnated Celie once. Celie gave birth to a girl, whom her father stole and presumably killed in the woods. Celie has a second child, a boy, whom her father also steals. Celie‟s mother becomes seriously ill and dies. Alphonso brings home a new wife but continues to abuse Celie.

Celie and her bright, pretty younger sister, Nettie, learn that a man known only as Mr. ______ wants to marry Nettie. Mr. ______ has a lover named Shug Avery, a sultry lounge singer whose photograph fascinates Celie. Alphonso refuses to let Nettie marry, and instead offers Mr. ______ the “ugly” Celie as a bride. Mr.

______ eventually accepts the offer, and takes Celie into a difficult and joyless married life. Nettie runs away from Alphonso and takes refuge at Celie‟s house. Mr.

______ still desires Nettie, and when he advances on her she flees for her own safety.

Never hearing from Nettie again, Celie assumes she is dead.

Mr. ______‟s sister Kate feels sorry for Celie, and tells her to fight back against Mr. ______ rather than submit to his abuses. Harpo, Mr. ______‟s son, falls in love with a large, spunky girl named Sofia. Shug Avery comes to town to sing at a local bar, but Celie is not allowed to go see her. Sofia becomes pregnant and marries Harpo. Celie is amazed by Sofia‟s defiance in the face of Harpo‟s and Mr. ______‟s attempts to treat Sofia as an inferior. Harpo‟s attempts to beat Sofia into submission consistently fail, as Sofia is by far the physically stronger of the two.

Shug falls ill and Mr. ______ takes her into his house. Shug is initially rude to Celie, but the two women become friends as Celie takes charge of nursing Shug.

Celie finds herself infatuated with Shug and attracted to her sexually. Frustrated with Harpo‟s consistent attempts to subordinate her, Sofia moves out, taking her children.

Several months later, Harpo opens a juke joint where Shug sings nightly. Celie grows confused over her feelings toward Shug.

Shug decides to stay when she learns that Mr. ______ beats Celie when Shug is away. Shug and Celie‟s relationship grows intimate, and Shug begins to ask Celie questions about sex. Sofia returns for a visit and promptly gets in a fight with Harpo‟s new girlfriend, Squeak. In town one day, the mayor‟s wife, Miss Millie, asks Sofia to work as her maid. Sofia answers with a sassy “Hell no.” When the mayor slaps Sofia for her insubordination, she returns the blow, knocking the mayor down. Sofia is sent to jail. Squeak‟s attempts to get Sofia freed are futile. Sofia is sentenced to work for twelve years as the mayor‟s maid.

Shug returns with a new husband, Grady. Despite her marriage, Shug instigates a sexual relationship with Celie, and the two frequently share the same bed.

One night Shug asks Celie about her sister. Celie assumes Nettie is dead because she had promised to write to Celie but never did. Shug says she has seen Mr. ______ hide away numerous mysterious letters that have arrived in the mail. Shug manages to get her hands on one of these letters, and they find it is from Nettie. Searching through Mr. ______‟s trunk, Celie and Shug find dozens of letters that Nettie has sent to Celie over the years. Overcome with emotion, Celie reads the letters in order, wondering how to keep herself from killing Mr. ______.

The letters indicate that Nettie befriended a missionary couple, Samuel and Corrine, and traveled with them to Africa to do ministry work. Samuel and Corrine have two adopted children, Olivia and Adam. Nettie and Corrine become close friends, but Corrine, noticing that her adopted children resemble Nettie, wonders if Nettie and Samuel have a secret past. Increasingly suspicious, Corrine tries to limit Nettie‟s role within her family.

Nettie becomes disillusioned with her missionary experience, as she finds the Africans self-centered and obstinate. Corrine becomes ill with a fever. Nettie asks Samuel to tell her how he adopted Olivia and Adam. Based on Samuel‟s story, Nettie realizes that the two children are actually Celie‟s biological children, alive after all.

Nettie also learns that Alphonso is really only Nettie and Celie‟s step-father, not their real father. Their real father was a storeowner whom white men lynched because they

resented his success. Alphonso told Celie and Nettie he was their real father because he wanted to inherit the house and property that was once their mother‟s.

Nettie confesses to Samuel and Corrine that she is in fact their children‟s biological aunt. The gravely ill Corrine refuses to believe Nettie. Corrine dies, but accepts Nettie‟s story and feels reconciled just before her death. Meanwhile, Celie visits Alphonso, who -confirms Nettie‟s story, admitting that he is only the women‟s stepfather. Celie begins to lose some of her faith in God, but Shug tries to get her to reimagine God in her own way, rather than in the traditional image of the old, bearded white man.

The mayor releases Sofia from her servitude six months early. At dinner one night, Celie finally releases her pent-up rage, angrily cursing Mr. ______ for his years of abuse. Shug announces that she and Celie are moving to Tennessee, and Squeak decides to go with them. In Tennessee, Celie spends her time designing and sewing individually tailored pairs of pants, eventually turning her hobby into a business.

Celie returns to Georgia for a visit, and finds that Mr. ______ has reformed his ways and that Alphonso has died. Alphonso‟s house and land are now hers, so she moves there.

Meanwhile, Nettie and Samuel marry and prepare to return to America.

Before they leave, Samuel‟s son, Adam, marries Tashi, a native African girl.

Following African tradition, Tashi undergoes the painful rituals of female circumcision and facial scarring. In solidarity, Adam undergoes the same facial scarring ritual.

Celie and Mr. ______ reconcile and begin to genuinely enjoy each other‟s company. Now independent financially, spiritually, and emotionally, Celie is no longer bothered by Shug‟s passing flings with younger men. Sofia remarries Harpo and now works in Celie‟s clothing store. Nettie finally returns to America with Samuel and the children. Emotionally drained but exhilarated by the reunion with her sister, Celie notes that though she and Nettie are now old, she has never in her life felt younger.

Celie, protagonis dan narator The Color Purple, adalah, tidak berpendidikan, gadis kulit hitam empat belas tahun miskin yang tinggal di Georgia pedesaan. Celie mulai menulis surat kepada Tuhan karena ayahnya, Alphonso, mengalahkan dan memperkosa dirinya. Alphonso telah diresappi Celie sekali. Celie melahirkan seorang gadis, yang ayahnya mencuri dan mungkin dibunuh di hutan. Celie memiliki anak kedua, anak laki-laki, yang ayahnya juga mencuri. Ibu Celie yang menjadi sakit parah dan mati. Alphonso membawa pulang istri baru tapi terus penyalahgunaan Celie .

Celie dan cerah, adik cantik muda nya, Nettie, belajar bahwa seorang pria yang hanya dikenal sebagai Mr ______ ingin menikah Nettie. Mr ______ memiliki kekasih bernama Shug Avery, penyanyi ruang pengap yang mempesona foto Celie.

Alphonso menolak untuk membiarkan Nettie menikah, dan malah menawarkan Mr ______ "jelek" Celie sebagai pengantin. Mr ______ akhirnya menerima tawaran itu, dan mengambil Celie ke kehidupan pernikahan yang sulit dan muram. Nettie melarikan diri dari Alphonso dan mengungsi di rumah Celie itu. Mr ______ masih keinginan Nettie, dan ketika dia uang muka dia melarikan diri demi keselamatannya sendiri. Pernah mendengar dari Nettie lagi, Celie menganggap dia sudah mati .

Adik Mr ______ ' s Kate merasa kasihan Celie, dan mengatakan kepadanya untuk melawan terhadap Mr ______ daripada tunduk pada pelanggaran nya. Harpo, putra Pak ______ ' s, jatuh cinta dengan seorang gadis gagah besar bernama Sofia.

Shug Avery datang ke kota untuk menyanyi di bar lokal, namun Celie tidak diperbolehkan untuk pergi menemuinya. Sofia menjadi hamil dan menikah Harpo.

Celie kagum oleh pembangkangan Sofia dalam menghadapi Harpo dan upaya Mr ______ ' s untuk mengobati Sofia sebagai inferior. Harpo upaya untuk mengalahkan Sofia menjadi tunduk secara konsisten gagal, seperti Sofia adalah jauh secara fisik lebih kuat dari dua .

Shug jatuh sakit dan Mr ______ membawanya ke rumahnya. Shug awalnya kasar kepada Celie, namun kedua wanita menjadi teman sebagai Celie mengambil alih keperawatan Shug. Celie menemukan dirinya tergila-gila dengan Shug dan tertarik padanya secara seksual. Frustrasi dengan upaya yang konsisten Harpo untuk bawahan dia, Sofia bergerak keluar, mengambil anak-anaknya. Beberapa bulan

kemudian, Harpo membuka sendi juke mana Shug bernyanyi malam. Celie tumbuh bingung atas perasaannya terhadap Shug .

Shug memutuskan untuk tinggal ketika ia belajar bahwa Mr ______

mengalahkan Celie ketika Shug sedang pergi. Hubungan Shug dan Celie tumbuh intim, dan Shug mulai bertanya Celie pertanyaan tentang seks. Sofia kembali untuk kunjungan dan segera mendapat di bertengkar dengan pacar baru Harpo itu, Squeak.

Di kota suatu hari, istri walikota, Miss Millie, meminta Sofia untuk bekerja sebagai pembantunya. Jawaban Sofia dengan lancang " Hell no. " Ketika walikota menampar Sofia karena pembangkangan, dia mengembalikan pukulan itu, mengetuk walikota turun. Sofia dikirim ke penjara. Squeak upaya untuk mendapatkan Sofia dibebaskan adalah sia-sia. Sofia dihukum untuk bekerja selama dua belas tahun sebagai pembantu walikota .

Shug kembali dengan suami baru, Grady. Meskipun pernikahannya, Shug

Shug kembali dengan suami baru, Grady. Meskipun pernikahannya, Shug

Dokumen terkait