• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Tata Ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten S ekitar

Dalam dokumen RPJMD P 2011 2016 Kab Kulon Progo (Halaman 38-43)

DAFTAR GAMBAR

1.3 Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.3.4 Rencana Tata Ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten S ekitar

Secara garis besar tinjauan tata ruang makro sebagai payung dan acuan dalam penyusunan RTRW Kabupaten Kulon Progo sesuai produk Rencana Tata Ruang yang hirarkinya berada pada tingkat di atasnya, dan produk Rencana Tata Ruang kabupaten sekitar, diantaranya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Jawa Bali, Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Sekitarnya.

a. Rencana Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional berdasarkan Lampiran X Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008/Tanggal 10 Maret 2008 Penetapan Kawasan Strategis Nasional, Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia, seperti Kompleks Candi Borobudur dan Kompleks Candi Prambanan.

Candi Borobudur termasuk kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya. Dengan semakin meningkatnya kualitas asesibilitas di Kabupaten Kulon Progo yang menghubungkan antara Kota Magelang dan Kota Yogyakarta, dapat memicu pertumbuhan kegiatan ekonomi dijalur tersebut. Kecamatan Kalibawang dan Samigaluh yang berbatasan langsung dengan Kota Magelang merupakan kawasan yang sebagian besar berfungsi lindung. Untuk itu dalam rangka pengembangan kawasan untuk menjaring wisatawan tujuan Borobudur, dilakukan pengembangan desa budaya dan desa wisata yang tetap mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

b. Kebijakan Tata Ruang Jawa – Bali

1) Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman

Kabupaten Kulon progo dalam sistem pusat permukiman ini, berkedudukan sebagai kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

2) Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang ditetapkan dalam RTRWP Jawa – Bali, yang berpengaruh bagi tata ruang di Kabupaten Kulon Progo, diantaranya berupa:

- Strategi pengembangan sistem jaringan jalan : meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal di Pesisir Selatan Pulau Jawa dengan senantiasa memperhatikan fungsi kawasan lindung, berupa peningkatan jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa dengan prioritas sedang.

- Strategi pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air berupa Indikasi program pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air pada Sungai/Wilayah Sungai Progo – Opak – Oyo dengan prioritas tinggi;

3) Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya

Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya dalam RTRWP Jawa – Bali, dalam bentuk indikasi program, yang berpengaruh bagi tata ruang di Kabupaten Kulon Progo, diantaranya berupa indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan menangani kawasan dengan ekosistem spesifik.

c. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah DIY 1) Rencana Struktur Ruang

Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di DIY Tahun 2007-2027

Pada dasarnya konsep pengembangan sistem perkotaan di DIY akan memaduserasikan dengan konsep point development pada RTRW DIY Tahun 2002-2007. Hal ini dikarenakan Hirarki kota disusun dengan kriteria formal sebagai pusat pemerintahan, kesehatan, pendidikan dan kriteria fungsional. Sistem kota-kota di daerah meliputi satu kota-kota Yogyakarta, empat Ibukota-kota Kabupaten (Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari) dan 54 Ibukota Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Sistem kota-kota di daerah terlihat dalam konteks wilayah dan keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari:

- Kota Hirarki II

Kota Hirarki kedua meliputi: Sleman, Bantul, Wates, Wonosari, Mlati, Ngaglik, Kasihan, Sewon, Banguntapan, Godean, Piyungan, Srandakan, Prambanan. - Kota Hirarki III

Kota Hirarki Ketiga meliputi: Temon, Nanggulan, Sentolo, Galur, Kretek, Imogiri, Sedayu, Minggir, Moyudan, Gamping, Tempel, Depok, Pakem, Ngeplak, Kalasan, Berbah, Pakem, Ngemplak, Kalasan, Playen, Semanu, Karangmojo, Nglipar, Semin, Rongkop.

- Kota Hirarki IV

Kota Hirarki Keempat berorientasi ke kota orde ketiga dan umumnya terletak pada jalan kabupaten meliputi : Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Panjatan, Lendah, Pajangan, Pandak, Bambangliputo, Sanden, Pundong, Jetis, Plered, Seyegan, Turi, Cangkringan, Patuk, Dlingo, Panggang, Paliyan, Ngawen, Tepus, Ponjong.

Pengembangan sistem kota-kota bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan dan keselarasan pembangunan antar wilayah sesuai dengan fungsinya, daya dukung dan daya tampung, lingkungan hidup guna mendukung struktur ruang yang telah direncanakan. Adapun pengembangan sistem perkotaan di DIY diarahkan sebagai berikut :

- Metropolitan : Kota Metropolitan Yogyakarta

- Kota Besar : Bantul, Sleman, Wates, dan Wonosari

- Kota Menengah : Prambanan, Tempel, Sentolo, Temon, Kretek, Piyungan 2) Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah DIY

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan infrastruktur transportasi darat, laut, udara, prasarana sumber daya air, energi, telekomunikasi serta prasarana perumahan dan permukiman.

Pengembangan jaringan sistem transportasi darat dilakukan penyesuaian atau peningkatan fungsi dan tingkat pelayanan atau kapasitas jalan dan angkutan. Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat pada jalan arteri primer di DIY yaitu:

- Pengembangan jalan yang menghubungkan Temon-Wates-Kota Yogyakarta-Prambanan, yang menghubungkan kota-kota besar lainnya ke arah barat menuju Purwokerto (Bandung dan Jakarta), ke arah timur menuju Solo (Surabaya) dan ke arah utara menuju Semarang.

- Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang menghubungkan Temon-Wates-Galur- Srandakan-Kretek-Panggung-Bambanglipuro-Purwosari-Paliyan-Tanjungsari-Tepus-Girisubo.

Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat pada jalan kolektor primer di DIY yaitu:

- Dari lingkar utara Yogyakarta ke Kalibawang dan Samigaluh melalui Godean, Moyudan, dan Nanggulan.

- Dari lingkar selatan Yogyakarta ke Bantul menuju Wates melalui Pandak, Srandakan, Galur, Panjatan.

Untuk transportasi (angkutan) kereta api, arahan pengembangan yang dapat dikemukakan adalah peningkatan pembangunan jalur double track dan paralel dengan jalur yang sudah ada saat ini seperti Pengembangan jalur kereta

yang menghubungkan Yogyakarta ke Wates, Yogyakarta ke Surakarta disamping peningkatan kualitas pelayanan. Jalur paralel Yogyakarta - Wates dan Yogyakarta - Surakarta guna mendukung perkembangan urban corridor dan aksesibilitas arus pulang-balik pekerja yang tinggal di luar Yogyakarta.

Melihat kondisi alamnya, rencana pengembangan transportasi laut dikembangkan seperti pelabuhan utama tersier, pengembangannya diarahkan pada pembangunan pelabuhan ikan di Sadeng dan Tanjung Adikarta (Karangwuni). Pelabuhan diarahkan juga sebagai TPI yang melayani pasar ikan di Yogyakarta, Surakarta dan kota-kota sekitarnya.

3) Rencana Pengembangan Sumberdaya Air dan Irigasi

Rencana pengembangan irigasi DIY dilakukan dengan meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan pengendalian irigasi, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak – Oyo – Progo dan sumber air bawah tanah untuk maksud pelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan produktivitas tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Luas DAS Opak – Oyo – Progo sampai saat ini adalah 620.459 Ha yang sebagian besar berada di wilayah DIY dan sebagian kecil (195.414 Ha) berada di wilayah Jawa Tengah perlu dikendalikan dari gangguan pemanfaatan ruang di sekitar DAS yang akan menimbulkan masalah atau konflik dengan fungsi DAS itu sendiri. Pemanfaatan dan pengembangan DAS ini sebagai penyangga upaya produksi pangan wilayah, penopang kehidupan dan memberi manfaat sebesar-besanya bagi kesejahteraan masyarakat.

4) Rencana Pengembangan Prasarana Energi dan Telekomunikasi

Adapun rencana pengembangan prasarana Energi dan Telekomunikasi di DIY sebagai berikut :

- Berkaitan dengan zona pemusatan kegiatan industri di Kawasan Sentolo, Kulon Progo dan Kawasan Pajangan Bantul maka perlu ditingkatkan kapasitas terpasang listrik.

- Pengembangan alternatif tenaga listrik dari air Waduk Sermo sebesar 0,5 MW dan energi listrik Banyuurip sebesar 51 MW. Selain itu, alternatif pemanfaatan energi listrik yang dapat berasal dari tenaga angin laut.

5) Rencana Pengembangan Prasarana Perumahan dan Permukiman

Rencana pengembangan prasarana perumahan dan permukiman adalah dengan menyediakan prasarana yang memiliki skala pelayanan lintas wilayah Kab/ Kota. Prasarana perumahan dan permukiman meliputi instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan TPA regional.

d. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sekitar 1) Tinjauan RTRW Kabupaten Bantul

- Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo meliputi Kecamatan Sedayu, Srandakan, dan Pajangan.

- Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah pada Tata Jenjang Pusat-Pusat Pelayanan di Kabupaten Bantul untuk Hirarki II meliputi Kota Sedayu, Piyungan, Imogiri, Kretek, Srandakan dan Pajangan;

2) Tinjauan RTRW Kabupaten Sleman

- Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulon Progo adalah Kecamatan Minggir dan Kecamatan Moyudan, keduanya befungsi sebagai pusat pelayanan Hierarki III.

- Kawasan pertanian dialokasikan di kecamatan Sayegan, Minggir, Moyudan, Gamping, Mlati, Sleman, Ngaglik, Depok, Ngemplak, Kalsasn, Berbah, dan Prambanan.

- Kawasan perkotaan meliputi Depok, Mlati, Gamping, Godean, Minggir, Sayegan, Berbah.

3) Tinjauan RTRW Kabupaten Purworejo

- Wilayah Kecamatan di wilayah Kabupaten Purworejo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulon Progo meliputi Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Purwodadi dan sebagian kecil Kecamatan Bener, dengan batas fisik berupa Pegunungan Menoreh.

- Jalur jalan utama penghubung Kabupaten Purworejo dengan Kabupaten Kulon Progo adalah jalan arteri Purworejo - Wates di wilayah Kecamatan Bagelen. Jalur jalan lain adalah jalan lingkungan di wilayah Kecamatan Kaligesing, Purworejo dan Loano, menghubungkan dengan Kecamatan Girimulyo dan Samigaluh, dengan kondisi dan lebar jalan yang belum memadai.

- Berdasarkan RUTRD Kabupaten Purworejo, ditetapkan kawasan lindung di seturuh wilayah Pegunungan Menoreh sebagai kawasan resapan air dan kawasan rawan erosi tanah longsor.

- Mata air yang berada di Kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo berada di Kecamatan Kaligesing (2 sumber mata air), Kecamatan Purworejo (3 sumber mata air), Kecamatan Loano (2 sumber mata air), dan Kecamatan Bener (1 sumber mata air).

4) Tinjauan RTRW Kabupaten Magelang

- Arahan pengembangan pembangunan desa diarahkan pada perwujudan wilayah perdesaan yang dapat mengikuti perkembangan kota secara terpadu sebagai daerah penyangga.

- Arahan perkembangan daerah perkotaan untuk menu menumbuh kembangkan wilayah kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan, yang saling

berkaitan dengan desa, saling mendukung dan terpadu, meliputi aspek fisik, sosial dan ekonomi

- Kecamatan Muntilan, Salam dan Mungkid yang berada di wilayah perbatasan, termasuk dalam SWP 1 dengan pusat di Kota Muntilan.

Keterkaitan antar dokumen RPJMD Kulon Progo 2011-2016 dengan RPJP Nasional, RPJM Nasional, RPJP Pemda DIY, RPJM Pemda DIY dan RPJP Kabupaten Kulon Progo, serta dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo sebagaimana Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1

Diagram Keterkaitan antara RPJMD Kulon Progo Tahun 2011-2016 dengan Rangkaian Dokumen Perencanaan Lainnya

Dalam dokumen RPJMD P 2011 2016 Kab Kulon Progo (Halaman 38-43)