• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data primer preferensi konsumen dengan segmentasi B to B, dilakukan penyebaran kuesioner sebanyak 7 kuesioner sedangkan kuesioner yang kembali sebanyak 5 kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak kepada responden ketika melakukan temu bisnis dengan mitra bisnis, temu pakar baik

52

dibidang teknik, bisnis dan pemasaran produk animasi dan temu profesional di bidang pertelevisian .

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada seluruh responden, didapatkan data identitas responden sebagai informasi mengenai siapa dan seperti apa responden yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini dalam Tabel 14.

Tabel 14. Data responden B to B

No Kerjasama /Transaksi Nama Perusahaan Mitra Bidang Usaha Alamat Kontak Person Nama Jabatan 1 komunitas animasi Cimahi Creatuve Association/Drea mtoon/PT Baros Creative Partner pelaku bisnis animasi BITC, Cimahi

Rudy Suteja Ketua/Produser/Di rektur

2 mitra YMTV Media Indonesia Stasiun TV (Kabel TV) Tangerang selatan Oke Dany Ferdian Direktur 3 mitra TVRI Stasiun bali Stasiun TV Denpasar Dr. Kadek

Dewi Indah Sri Laksemini, SE., MM Kepala Seksi Pengembangan Usaha

4 mitra PT Myza Media Inovasi

Animasi Jakarta Tomi Satryatomo

Chief Operation Officer

5 mitra Pongo studio Personal agency animasi, animator Jakarta Agung Ismail, BscMM Founder, 3D Artist (generalist), Technical director, FOSS enthusiast 2. Pemetaan Kano Model

Data-data yang didapatkan dari kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan fungsional dan disfungsional, kemudian dipetakan dengan kategori Model Kano (dalam Tabel 3.) sehingga didapatkan preferensi konsumen berdasarkan kategori Model Kano. Aspek-aspek yang dipetakan adalah karakter tokoh, 3D animasi dan sinematografi, isi cerita serta pesan moral.

a. Karakter Tokoh

Berdasarkan pendapat dari 5 responden pakar atau profesional di bidang IT dan animas terhadap atribut karakter tokoh Super Neli dengan pemetaan Model Kano, didapatkan kategori terbesar adalah must be sebesar 60 % dan kategori one dimensional sebesar 40 %, data-data tersebut tersaji dalam Gambar 15.

Kategori must be menjadi preferensi konsumen yang terbesar terhadap karakter tokoh Super Neli, hal ini memberikan kesimpulan bahwa karakter yang sangat kuat dan menonjol adalah wajib dimiliki oleh tokoh Super Neli. Namun apabila karakter tokoh Super Neli lemah maka mitra bisnis tidak akan tertarik dengan film tersebut.

53

Gambar 15. Diagram kategori Kano terhadap karakter tokoh b. 3D Animasi dan Sinematografi

Berdasarkan pendapat dari 5 responden pakar atau profesional terhadap atribut 3D animasi dan sinematografi film Super Neli melalui pemetaan Model Kano, didapatkan kategori terbesar adalah must be dan one dimensional sebesar 40 % dan kategori attractive sebesar 20 %, data-data tersebut tersaji dalam Gambar 16.

Tampilan 3D animasi dan sinematografi termasuk dalam kategori must be dan one dimensional, hal ini menunjukkan bahwa mitra bisnis sangat menyukai dan mewajibkan tampilan film animasi dengan tampilan gerak tokoh animasi dengan 3D yang halus dan sinematografi film yang menarik. Namun apabila tampilan 3D animasi dan sinematografi tidak baik maka mitra bisnis tidak akan tertarik dengan film tersebut.

Gambar 16. Diagram kategori Kano terhadap 3D animasi dan sinematografi 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

M ust Be One Dimensional

F re k u e n si Karakter Tokoh 0 0.5 1 1.5 2 2.5

At t ract ive M ust Be One Dimensional

F re k u e n si

54

c. Isi Cerita

Menurut pendapat dari 5 responden pakar atau profesional terhadap kandungan nilai isi cerita film Super Neli berdasarkan Model Kano, didapatkan kategori terbesar adalah must be sebesar 40 % dan kategori attractive, one dimensional dan indifferent sebesar 20 %, data-data tersebut tersaji dalam Gambar 17.

Kandungan isi cerita memiliki kategori must be menunjukkan bahwa isi cerita yang menarik adalah wajib dimiliki oleh film Super Neli. Namun apabila isi cerita film ini tidak menarik maka mitra bisnis tidak akan tertarik dengan film tersebut.

Gambar 17. Diagram kategori Kano terhadap kandungan isi cerita d. Pesan Moral

Menurut pendapat dari 5 responden pakar atau profesional terhadap atribut nilai pesan moral yang terkandung dalam film Super Neli, didapatkan kategori terbesar adalah one dimensional sebesar 60 % dan kategori must be dan indifferent sebesar 20 %, data-data tersebut tersaji dalam Gambar 18.

Kategori one dimensional menjadi yang terbesar terhadap nilai pesan moral, hal ini menunjukkan bahwa mitra bisnis menginginkan nilai-nilai budi pekerti luhur yang disampaikan dalam film super neli baik yang perankan langsung oleh tokoh super neli atau tokoh lainnya. Namun apabila nilai pesan moral tidak ada maka mitra bisnis tidak akan tertarik dengan film tersebut.

Gambar 18. Diagram kategori Kano terhadap pesan moral 0 0.5 1 1.5 2 2.5

At t ract ive M ust Be One Dimensional Indifferent

F re k u e n si Isi Cerita 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

M ust Be One Dimensional Indiffer ent

F re k u e n si Pesan Moral

55

Setelah dilakukan pemetaan preferensi mitra bisnis menggunakan Model Kano terhadap 4 (empat) atribut dalam film Super Neli. Atribut karakter tokoh super neli memiliki kategori must be yang dominan, 3D animasi dan sinematografi memiliki kategori must be dan one dimensional, isi cerita memiliki kategori must be dan pesan moral memiliki kategori one dimensional secara dominan. Selanjutnya untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen, dilakukan pemetaan atau mengelompokkan tiap atribut ke dalam kuadran model kano berdasarkan perhitungan Koefisien Kepuasan Konsumen atau Customer Satisfaction Coefficient (CS-Coefficient) yang terkandung dalam Tabel 15 dan kuadran Kano tersaji dalam Gambar 19.

Tabel 15. Perhitungan CS-Coefficient dengan segmentasi B to B

No.

Atribut

Produk A O M I Total Q R Category

Kepuasan Ketidakpuasan (A+O)/(A+O+M+I) (O+M)/(A+O+M+I) 1 Karakter Tokoh 0 2 3 0 5 0 0 M 0,40 1,00 -1,00 2 3D Animasi dan Sinematografi 1 2 2 0 5 0 0 O atau M 0,60 0,80 -0,80 3 Isi Cerita 1 1 2 1 5 0 0 M 0,40 0,60 -0,60 4 Pesan Moral 0 3 1 1 5 0 0 O 0,60 0,80 -0,80 Jumlah 2,00 3,20 -3,20 Rata-rata 0,50 0,80 -0,80 K e p u a s a n

56

Berdasarkan Kuadran Model Kano (Gambar 19), atribut 3D animasi sinematografi dan pesan moral film Super Neli termasuk dalam kategori attractive dan one dimensional. Analisis untuk 3D animasi dan sinematografi adalah koefisien kepuasan konsumen akan meningkat tinggi apabila tampilan gerak tokoh animasi dengan 3D yang halus dan sinematografi film yang menarik serta bila tidak baik koefisien ketidakpuasan hanya rendah. Sedangkan analisis untuk pesan moral adalah koefisien kepuasan konsumen akan meningkat tinggi apabila terdapat nilai-nilai budi pekerti luhur yang disampaikan dalam film super neli.

Kemudian untuk atribut karakter tokoh termasuk dalam kategori must be. Analisis untuk karakter tokoh adalah koefisien kepuasan konsumen akan tetap rendah apabila tokoh animasi Super Neli memiliki karakter yang sangat kuat, namun bila karakter tokoh Super Neli lemah maka koefisien ketidakpuasan akan tinggi. Atribut kandungan isi cerita termasuk dalam kategori indifferent. Analisis untuk isi cerita adalah koefisien kepuasan konsumen akan tetap rendah walaupun isi cerita film Super Neli sangat menarik dan koefisien ketidakpuasan konsumen akan tetap rendah bila tidak menarik.

Analisis Bauran Pemasaran Produk Animasi Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT AMS adalah IP animasi dan jasa pembuatan animasi. Produk yang dihasilkan dari jasa pembuatan animasi dibuat berdasarkan permintaan konsumen. Sedangkan produk IP berdasarkan kemampuan kreativitas produsen. Jasa pembuatan animasi merupakan kegiatan produksi rutin yang dilakukan PT AMS, dikarenakan permintaan jasa pembuatan animasi lebih rutin dan proses produksinya lebih minimalis dibanding dengan produk IP sehingga dapat diselesaikan dengan cepat. Namun prospek bisnis produk IP animasi lebih baik dibanding jasa pembuatan animasi, hal ini dikarenakan produk IP animasi dapat memiliki diversifikasi produk dan prospek penjualan produk dapat lebih luas wilayahnya dalam rentang waktu yang lebih lama. Sehingga PT AMS melakukan strategi dengan memproduksi produk-produk jasa pembuatan animasi dalam rencana bisnis jangka pendek sedangkan produk- produk IP animasi merupakan rencana bisnis jangka menengah dan panjang.

Berdasarkan klasifikasi produk menurut Tjiptono (2008), produk yang dihasilkan PT AMS adalah unsought goods berdasarkan barang konsumen, karena produk animasi pada umumnya konsumen belum terpikir untuk membelinya menjadi komuditas utama, hanya sebagai produk pelengkap. Sedangkan berdasarkan klasifikasi industri adalah capital items, membantu promosi produk utama.

Dimensi mutu, keragaman produk turunan dan pelayanan yang baik dari produk IP animasi. Salah satunya adalah IP animasi Super Neli harus ditingkatkan kinerjanya dengan memperhatikan kekuatan atribut produk, baik karakter tokoh, tampilan 3D animasi sinematografi dan pesan moral yang memiliki kategori one dimensional secara dominan.

Pelayanan jasa pembuatan animasi harus lebih ditingkatkan, karena usaha ini merupakan kegiatan rutin yang dapat mendorong berkembangnya produk-

57

produk IP animasi melalui sumber daya yang dihasilkan dari kegitan jasa pembuatan animasi.

Harga

Harga merupakan aspek terpenting untuk berdaya saing dalam pemasaran, penentuan harga produk IP animasi dan jasa pembuatan animasi yang dilakukan PT AMS adalah dengan cara negoisasi antara penjual dan pembeli sehingga berdasarkan kesepakatan dua pihak (Kotler 1995). Parameter penetapan harga produk berdasarkan aspek biaya produksi, mutu animasi dan tingkat kesulitan, serta harga pasar dan pesaing. Sehingga dalam penetapan harga produk animasi termasuk kedalam kategori demand-backward pricing (Tjiptono 2008).

Harga yang ditawarkan PT AMS kepada konsumen cukup bersaing dan kompetitif. Selain berdasarkan parameter penetapan harga, kesepakatan harga dengan konsumen ditentukan juga berdasarkan segmentasi pasar. Berdasarkan geografis dengan konsumen dalam negeri atau luar negeri, status konsumen apakah pelanggan atau bukan dan pengelompokan produk berdasarkan pemesanan apakah paket atau satuan.

Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor penentu penjualan dalam rangka menginformasikan, mempengaruhi, membujuk serta mengingatkan konsumen peran produk/jasa yang dihasilkan suatu perusahaan. Strategi promosi yang dilakukan oleh PT AMS adalah melakukan promosi penjualan, public relations, personal selling dan direct marketing.

Bentuk kegiatan promosi penjualan yang dilakukan adalah pameran di dalam maupun di luar negeri, demoreel produk animasi dan kontes atau lomba animasi. Kegiatan public relations melalui pelatihan dan membentuk komunitas animasi. Sedangkan personal selling adalah melalui presentasi dan pertemuan bisnis serta jaringan mitra dan agency. Kemudian kegiatan direct marketing melalui website internet dan pertemuan langung di studio animasi.

Tempat dan Distribusi

Tempat dan distribusi pemsaran adalah salah satu faktor penentu untuk meningkatkan penjualan. Tempat dan distribusi pemasaran merupakan penghubung penyampaian produk kepada konsumen, jika dapat dimanfaatkan dengan baik dan optimal maka konsumen dapat dengan mudah mengakses produk yang dibutuhkan. Produk yang dihasilkan oleh PT AMS adalah berbasis animasi dan multimedia. Strategi tempat dan distribusi penjual produk animasi PT AMS dilakukan berdasarkan lokasi tempat dan jaringan distribusi. Lokasi tempat penjualan melalui website internet, studio animasi, komunitas, tempat pelaksanaan pameran dan tempat lain yang memungkinkan. Sedangkan jaringan distribusi melalui mitra bisnis, jaringan komunitas, jaringan agency, jaringan sesama studio, jaringan personil dan lain sebagainya. Segmentasi wilayah penjualan di dalam negeri meliputi kota : Jabodetabek, Bandung, Cimahi dan Yogyakarta. Sedangkan segmentasi wilayah luar negeri meliputi : Benua Asia, Eropa dan Australia.

58

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil analisi lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pemasaran produk animasi, selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan matriks internal-eksternal (IE Matriks), yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnis ke dalam analisis SWOT.

Berikut ini akan dianalisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman PT. AMS yang terdapat pada profil SWOT pada Tabel 16.

Tabel 16. Profil SWOT PT AMS

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

a. Memiliki atribut one dimensional dan must be pada produk animasi dengan mutu baik,

b. Teknologi alat dan proses produksi cukup baik,

c. Tenaga produksi yang terampil, d. Memiliki kerjasama yang baik

dengan mitra bisnis/pemasaran, e. Memiliki teknik promosi cukup

baik,

f. Terjalin komunikasi yang baik antara manajemen dan karyawan, dan

g. Terdapat produk turunan dari IP animasi.

a. Masih memiliki keterbatasan modal, b. Pemasaran belum optimal,

c. Kapasitas produksi belum optimal, d. Sistem manajemen dan keuangan

yang kurang baik, dan

e. Keterbatasan SDM dalam produksi, pemasaran dan keuangan.

Peluang (O) Ancaman (T)

a. Permintaan pasar cukup besar, b. Cepat berkembangnya teknologi

animasi,

c. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan animasi,

d. Dukungan pemerintah dan swasta dalam berkembangnya industri kreatif, dan

e. Tumbuhnya komunitas - komunitas animasi

a. Keberadaan perusahaan lain yang sejenis,

b. Kurangnya daya dukungan regulasi perizinan PemDa,

c. Pemasaran lebih didominasi oleh perusahaan besar baik dalam negri maupun luar negri,

d. Jaringan penjualan produk animasi didominasi melalui media agency, dan

e. Sulitnya mencari sumber pembiayaan.

59

Faktor Kekuatan

1. Memiliki atribut one dimensional dan must be pada produk animasi dengan kualitas baik

Produk animasi yang dihasilkan oleh PT. AMS memiliki kualitas yang cukup baik. Produk IP animasi Super Neli di dominasi oleh atribut-atribut dengan kategori one dimensional menurut Model Kano, sehingga apabila PT. AMS lebih meningkatkan kinerja produknya maka konsumen akan puas dengan produk tersebut. Selain itu produk jasa pembuatan animasi berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen.

2. Teknologi alat dan proses produksi cukup baik

Teknologi dan teknik proses produksi yang digunakan oleh PT. AMS adalah cukup baik. Teknologi alat produksi yang digunakan meliputi beberapa unit komputer dengan prosessor Intel Core i7 dan software Master Collection, 3D serta blander. Sedangkan proses produksi melalui pre-produksi, produksi dan post-produksi.

3. Tenaga produksi yang terampil

Tenaga produksi yang bekerja adalah tenaga-tenaga terampil yang memiliki beberapa background keahlian, baik secara formal dan non formal. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tenaga produksi : script writer, 2D artist, char modeller, prop modeller, rigging artist, animator, render artist, music composer, video editor, voice over dan IT support.

4. Memiliki kerjasama yang baik dengan mitra bisnis/pemasaran

PT. AMS melakukan kerjasama dengan beberapa mitra bisnis, meliputi mitra produksi, mitra jejaring bisnis baik pemerintah maupun swasta, mitra promosi dan penjualan baik personal maupun institusi perusahaan serta mitra pengembangan manajemen.

5. Memiliki teknik promosi cukup baik

Teknik promosi yang dilakukan cukup baik, bentuk strategi promosi yang dilakukan oleh PT. AMS adalah melakukan promosi penjualan, public relations, personal selling dan direct marketing. Bentuk kegiatan promosi penjualan yang dilakukan adalah pameran di dalam maupun di luar negeri, demoreel produk animasi dan kontes atau lomba animasi. Kegiatan public relations melalui pelatihan dan membentuk komunitas animasi. Sedangkan personal selling adalah melalui presentasi dan pertemuan bisnis serta jaringan mitra dan agency. Kemudian kegiatan direct marketing melalui website internet dan pertemuan langung di studio animasi.

6. Terjalin komunikasi yang baik antara manajemen dan karyawan

Pihak manajemen dan karyawan selalu menjalin komunikasi baik secara formal dan non formal. Bentk jalinan komunikasi formal adalah melakukan rapat mingguan.

60

7. Terdapat produk turunan dari IP animasi

Produk IP animasi yang dihasilkan oleh PT. AMS memiliki beberapa produk turunan. Produk turunan IP animasi dapat berupa film animasi, merchandise, game, art book, dan product knowledge. Produk IP animasi yang sudah dihasilkan dengan tokoh Super Neli, bentuk produknya berupa film animasi, art book, game dan komik (dalam proses pengembangan). IP animasi yang lainnya dengan karakter tokoh Aang dan Angkot, bentuk produk berupa product kowledge.

Faktor Kelemahan

1. Masih memiliki keterbatasan modal

Dalan memenuhi kebutuhan konsumen untuk jasa pembuatan animasi, PT. AMS telah menyelesaikan beberapa produk animasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Namun dalam pembuatan IP animasi PT. AMS masih banyak kekurangan sumber daya yang diperlukan, salah satunya adalah produk IP Super Neli. Walaupun sudah menghasilkan hanya beberapa episode dengan durasi 5 menit tiap episode. Namun beberapa mitra pembeli baik dari stasiun TV maupun agency production house menginginkan 1 (satu) sesi yang berisi 13 episode dengan durasi masing-masing selama 20-30 menit. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut PT. AMS membutuhan sumber daya yang dikarenakan hanya memiliki keterbatasan modal usaha.

2. Pemasaran belum optimal

Pemasaran produk IP animasi yang di hasilkan belum dilakukan secara optimal serta skema kerjasama dengan mitra penjualan belum memiliki bentuk skema yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dari PT. AMS.

3. Kapasitas produksi belum optimal

Kapasitas produksi produk animasi yang dihasilkan oleh PT. AMS belum optimal, hanya menghasilkan produk film animasi dengan durasi 15-24 menit dalam satu bulan, hal ini dikarenakan masih terbatasnya tenaga kerja dan peralatan yang dimiliki.

4. Sistem manajemen dan keuangan yang kurang baik

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian. Salah satu keterbatasan yang dimiliki oleh PT. AMS adalah kurang baiknya pengorganisasian dan pengelola SDM yang dikarenakan jumlahnya yang terbatas dan pengendalian dokumen perusahaan serta laporan keuangan perusahaan belum tertata dengan baik.

5. Keterbatasan SDM dalam produksi, pemasaran dan keuangan

Salah satu kendala yang dihadapi oleh PT. AMS adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang produksi, pemasaran dan keuangan. Sehingga terdapat karyawan produksi yang masih merangkap tugas pekerjaan dan dibidang pemasaran serta keuangan masih menjadi tanggung jawab langsung direktur utama.

61

Faktor Peluang

1. Permintaan pasar cukup besar

Permintaan pasar terhadap produk animasi bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Selain itu penggunaan media animasi bukan hanya sebagai film hiburan, tetapi telah berkembang sebagai media promosi lainnya. 2. Cepat berkembangnya teknologi animasi

Seiring dengan berjalannya waktu teknologi animasi semakin berkembang, baik dari teknologi hardware berupa perangkat komputer dan alat bantu lainnya, software aplikasi animasi, 3D, modelling dan lainnya, serta kemampuan softskill yang terus berkembang.

3. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan animasi

Kebutuhan animasi bukan hanya pada film animasi saja, namun masyarakat baik secara sosial maupun komersial membutuhkan produk animas sebagai media iklan, sosialiasi, media peraga, logo dan lain-lain.

4. Dukungan pemerintah dan swasta dalam berkembangnya industri kreatif Pemerintah dan swasta dalam pengembangan kewirausahaan mendukung berkembangnya industri kreatif melalui beberapa skema program pemberdayaan kewirausahaan baik startup bisnis maupun UKM.

5. Tumbuhnya komunitas-komunitas animasi

Tumbuh dan bertambahnya berkembangnya iklim usaha animasi melalui dukungan komunitas-komunitas animasi yang berperan sebagai community development, inkubator bisnis, melayani informasi dan komunikasi antar stake holder telematika serta tempat pelatihan telematika

Faktor Ancaman

1. Keberadaan perusahaan lain yang sejenis

Keberadaan studio animasi lain dan sejenis di wilayah Bandung, Cimahi dan Jakarta, baik yang baru maupun yang sudah maju berkembang. Merupakan faktor ancaman terhadap persaingan PT. AMS dalam memasarkan produk-produk animasi.

2. Kurangnya daya dukungan regulasi perizinan PemDa

Dukungan pemerintah daerah yang kurang dalam pembuatan perijian usaha di wilayah domisili PT. AMS, menjadi salah satu penghambat untuk berkembangnya usaha animasi.

3. Pemasaran lebih didominasi oleh perusahaan besar baik dalam negri maupun luar negri

Industri animasi di Indonesia telah dibanjiri oleh film animasi dari luar negeri, seperti film-film animasi dari Walt Disney, Universal Studio, DreamWorks Animation, Pixar Animation Studio, Warner Bros dan lain-lain. Selain itu juga hadirnya beberapa industri animasi dalam negeri yang bernaung di bawah stasiun televisi, seperti Tran7, MNC Animation, MD Animation, Emtek Group dan Dreamtoon serta production house lainnya.

62

4. Jaringan penjualan produk animasi didominasi melalui media agency

Jaringan pemasaran produk animasi selain di dominasi oleh perusahaan besar, ada terdapat lembaga agency animasi yang mempengaruhi pemasaran dan penjualan produk animasi kepada pengguna dengan segmentasi B to B.

5. Sulitnya mencari sumber pembiayaan

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh UKM dan usaha pemula adalah lemahnya faktor sumber daya modal. Selain itu akses terhadap lembaga permodalan sedikit memiliki hambatan dan persyaratan pengajuan pembiayaan sedikit yang dapat terpenuhi. Sehingga untuk mendapatkan pengembangan usaha dengan sumber daya permodalan menjadi terhambat

Perumusan Strategi Pengembangan Pemasaran Produk Animasi Identifikasi Matriks IFE dan Matriks EFE

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) yang berpengaruh terhadap pemasaran produk animasi PT. AMS. Melalui kuesioner yang telah diisi oleh pemilik dan manajemen perusahaan PT. AMS serta ahli pakar di bidang animasi oleh ketua CCA, kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode paried comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel internal dan eksternal perusahaan. Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh dua responden yang sama dan data yang diambil adalah data rata-rata dari kedua responden tersebut, sehingga didapatkan nilai terbobot dari faktor-faktor tersebut (Lampiran 3).

Dokumen terkait