• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Produk Animasi Pt Ayena Mandiri Sinema (Kasus Tenant Di Balai Inkubator Teknologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Produk Animasi Pt Ayena Mandiri Sinema (Kasus Tenant Di Balai Inkubator Teknologi)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK ANIMASI

PT AYENA MANDIRI SINEMA

(Kasus Tenant di Balai Inkubator Teknologi BPPT)

ALDRICH ILYAS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Produk Animasi PT Ayena Mandiri Sinema (Kasus Tenant di Balai Inkubator Teknologi BPPT) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)

RINGKASAN

ALDRICH ILYAS. Strategi Pengembangan Produk Animasi PT Ayena Mandiri Sinema (Kasus Tenant di Balai Inkubator Teknologi). Dibimbing oleh. SAPTA RAHARJA sebagai Ketua dan TJAHJA MUHANDRI sebagai Anggota.

PT Ayena Mandiri Sinema (PT AMS) adalah salah satu tenant atau Usaha Kecil Menengah (UKM) binaan Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT yang bergerak di bidang animasi dan multimedia. PT AMS menghadapi kendala ketika melakukan pemasaran terhadap produk Intelectual Property (IP) animasi. Di Indonesia, pada umumnya pemasaran produk IP animasi didominasi oleh perusahaan besar, baik dari luar negeri maupun dalam negeri dan dipengaruhi juga oleh mitra-mitra pemasaran. Hal ini mengakibatkan PT AMS menjadi lemah bersaing dalam pemasaran, maka diperlukan suatu strategi pemasaran yang mempertimbangkan aspek bauran pemasaran dan preferensi konsumen.

Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi atribut produk IP Animasi yang memengaruhi preferensi konsumen; (2) mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi pemasaran bisnis tenant PT AMS; (3) menyusun strategi pengembangan bisnis tenant PT AMS yang berbasiskan preferensi konsumen terhadap nilai atribut produk IP Animasi, sehingga produk yang dihasilkan tenant dapat diterima oleh mitra. Data primer dikumpulkan langsung dari sumber informasi, yaitu dengan wawancara dan kuesioner, serta data sekunder berasal dari studi pustaka.

Untuk memperoleh gambaran ringkas tentang apa yang diteliti dan sebagai pengujian kuesioner, dilakukan penelitian pendahuluan dengan pengujian kuesioner kepada 23 responden menggunakan uji validitas dan reliabilitas yang hasilnya valid dan reliable. Setelah penelitian pendahuluan, diberikan kuesioner kepada 59 responden yang diperoleh dengan teknik sampling kuota dan penentuan ukuran contoh dengan rumus Slovin didapatkan 56 responden.

Metode analisis pada penelitian ini dengan menggunakan analisis deskriptif, model Kano, analisis bauran pemasaran, analisis faktor internal (IFE-Internal Factor Evaluation) dan eksternal (EFE-External Factor Evaluation), analisis matriks Internal-Eksternal (IE), analisis Strenghts, Weaknesses, Opportunitiesand Threaths (SWOT) dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Hasil identifikasi preferensi konsumen B to C terhadap atribut (karakter tokoh, 3D animasi dan sinematografi, isi cerita dan pesan moral) produk IP animasi dengan metode Kano didapatkan kategori one dimensional yang dominan, sedangkan pada segmen B to B didapatkan hasil kategori must be dan one dimensional yang dominan. Hasil identifikasi preferensi konsumen menjadi pijakan dalam merumuskan strategi, kategori one dimensional mengidentifikasikan peningkatan mutu atribut produk IP animasi berdampak pada meningkatnya kepuasan konsumen.

(5)

dan keuangan yang kurang baik dan keterbatasan Sumber Daya Manuasia (SDM). Selain itu faktor eksternal dengan beberapa peluang, yaitu permintaan pasar, teknologi animasi berkembang cepat, kebutuhan akan animasi, dukungan pemerintah/swasta dan tumbuhnya komunitas animasi. Ancamannya adalah persaingan, sulitnya perizinan, pemasaran didominasi perusahaan besar dan sulit sumber pembiayaan.

Hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai 2,864 dan 2,424, serta dipetakan dalam matriks, maka posisi PT AMS saat ini berada di kuadran 5 (kelima), berarti strategi yang diterapkan perusahaan adalah strategi pertumbuhan/stabil. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut menjadi dasar dalam merumuskan alternatif strategi dengan analisis matriks SWOT, serta dilakukan evaluasi strategi alternatif terhadap faktor-faktor internal dan eksternal sehingga menghasilkan strategi prioritas (3 urutan teratas), yaitu memperluas jaringan pemasaran produk animasi dengan promosi dan penetrasi pasar melalui kerjasama dengan agency (TAS 6,196), meningkatkan mutu dan kuantitas atribut produk one dimensional dengan teknologi dan tenaga kerja yang terampil untuk bersaing dan mengakomodir kebutuhan pasar (TAS 6,076), serta menjalin kerjasama dengan pemerintah dan swasta dalam akses modal, jaringan pemasaran

dan pelatihan capacity building (TAS 6,024).

(6)

SUMMARY

ALDRICH ILYAS. Development Strategy of Animation Product PT Ayena Mandiri Sinema (Tenant’s Case in Technology Incubator Center). Supervised by SAPTA RAHARJA as a Chief and TJAHJA MUHANDRI as a Member.

PT Ayena Mandiri Sinema (PT AMS) is one of the tenants or Small Medium Enterprises (SMEs) fostered by the Incubator Center of Technology (BIT) BPPT, engaged in animation and multimedia. PT AMS faced obstacles when marketing product animation of Intelectual Property (IP). Generally in Indonesia, marketing product animation of IP dominated by large companies both foreign and domestic, and there are marketing partners which are quite influential. This make PT AMS becoming weaker compete in marketing. Therefore, it is required a marketing strategy that consider mix marketing aspect and consumer preference.

This study aims to: (1) identify attributes of the product IP Animation that affecting consumer preferences; (2) identify internal and external factors that affecting business marketing of tenant PT AMS; (3) develop business development strategy of tenant PT AMS-based consumer preference toward product attribute value IP animations, so the product of tenant could be accepted by partner tenants. Primary data collected directly from the source of information, namely by interviews and questionnaires, while secondary data derived from literature.

To obtain a quick overview of what will be studied as well as testing questionnaires, conducted a preliminary study to test questionnaires to 23 respondents using validity and reliability test, with the results are valid and reliable. After preliminary study, distributing questionnaires to 59 respondents conducted by quota sampling technique and sample size determination by the formula Slovin which obtained 56 respondents.

The analytical method used in this research is using descriptive analysis, Kano model, the analysis of mix marketing, analysis of internal (IFE-Internal Factor Evaluation) and external factors (EFE-External Factor Evaluation), analysis matrix of Internal-External (IE), analysis of strenghts, Weaknesses, Opportunities and Threaths (SWOT) analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

The results of identification consumer preferences B to C to attributes (characters, 3D animation and cinematography, story content and moral) of product animation of IP Kano model obtained category of one-dimensional dominant, while the segment B to B is obtained category must be and one dimensional dominant. The results of identification consumer preferences become the basis of consumer preferences in formulating strategy, one dimensional category identifies improving the quality attributes of product animation of IP which affectted in increasing customer satisfaction.

(7)

highly skilled work force, joint marketing, promotion techniques, good communication and products derived from IP animation. While they have weaknesses such as lack of capital, marketing is not optimal, the production capacity is not optimal, poor of management system and financial and also human resource limitation. Besides the external factor with some opportunities, namely market demand, animation technology develops rapidly, the need for animation, support for public / private and community animation growth. While the threat is competition, difficulty in licensing, marketing dominated by companies large and difficulty in financing sources.

The sum of the total score on the IFE and EFE matrix obtained value of 2.864 and 2.424, then mapped in the matrix, then the position of PT AMS currently is in quadrant 5 (fifth), which means the company's core strategy is implemented growth/stability strategic. Internal and external factors are the basic in formulating strategic alternatives with SWOT matrix analysis. Then evaluation of alternative strategies to internal and external factors was done to produce strategic priorities (3 top), which is expanding the marketing network products animation with promotion and market penetration through cooperation with the agency (TAS 6.196), increasing the quality and quantity of product attributes one dimensional technology and a highly skilled human resources to compete and accommodate the needs of the market (TAS 6.076) and cooperating with the government and the private in capital access, network marketing and training capacity building (TAS 6.024).

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK ANIMASI

PT AYENA MANDIRI SINEMA

(Kasus Tenant di Balai Inkubator Teknologi BPPT)

ALDRICH ILYAS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Produk Animasi PT Ayena Mandiri Sinema (Kasus Tenant di Balai Inkubator Teknologi)

Nama : Aldrich Ilyas

NIM : P054130055

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA Ketua

Dr. Tjahja Muhandri, STP., MT Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini adalah Pemasaran Produk Animasi, dengan judul Strategi Pengembangan Produk Animasi PT Ayena Mandiri Sinema (Kasus tenant di Balai Inkubator Teknologi BPPT).

Terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada Bapak Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA dan Bapak Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi saran, serta Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku penguji luar komisi yang telah memberikan pengarahan. Robby UL Pratama selaku Direktur perusahaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian. Bapak Drs. Rudy Suteja, MM selaku Ketua Cimahi Creative Association (CCA) dan produser film animasi “Keluarga Somat” yang telah membantu dalam pengumpulan data dan saran. Bapak Dr. Ir. Iwan Sudrajat, MSEE selaku Direktur Pusat Kebijakan Difusi Teknologi dan Bapak Dr. Ir. Anugerah Widiyanto, M.Eng selaku Kepala Balai Inkubator Teknologi yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk tugas belajar. Kepada seluruh rekan-rekan staf Balai Inkubator Teknologi yang telah memberikan semangat motivasi. Kepada rekan-rekan MPI angkatan 18 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Kepada staf sekretariat MPI yang selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan penelitian ini. Kepada kedua orang tuaku, yaitu Daud Zulkifli dan Darningsih, Saudara-Saudaraku yang di Bogor, Jakarta, Bekasi, Sukabumi dan Tegal yang selalu berdoa untuk kesuksesan penulis. Teristimewa kepada istriku tercinta Novi Ariyanti yang dengan setia dan penuh kesabaran memberikan dorongan, semangat dan doanya, serta kepada anakku tercinta Muhammad Alviar Farras dan Hilmi Arya Sulaiman sebagai pendorong motivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantunnya kepada penulis.

Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Usaha Kecil Menengah 4

Inkubator 5

Konsep Pemasaran 8

Bauran Pemasaran 9

Manajemen Strategi 11

Strategi Pemasaran 12

Implementasi Strategi 14

Kano 15

Importance Performance Analysis (IPA) 17

Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 19

3 METODE KAJIAN 24 Lokasi dan Waktu Penelitian 24 Metode Kerja 24 Aspek Kajian 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Gambaran Umum Penelitian 36 Analisis Lingkungan 38

Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Produk 43

Analisis Bauran Pemasaran Produk Animasi 56

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 58

Perumusan Strategi Pemasaran Produk Animasi 62

5 SIMPULAN DAN SARAN 79 Simpulan 79

Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 81

(16)

DAFTAR TABEL

1 Daftar penelitian yang terdahulu yang relevan 19

2 Contoh pertanyaan kuesioner Model Kano 27

3 Penentuam kategori kano 27

4 Contoh Perhitungan CS-Coefficient 30

5 Model Matrik IFE dan EFE 33

6 Matriks Kemungkinan Strategik 34

7 Tabel 7 QSPM 35

8 Item-total statistics 44

9 Reliability statistics 44

10 Responden berdasarkan usia 46

11 Responden berdasarkan pekerjaan 46

12 Responden berdasarkan domisili 47

13 Perhitungan CS-Coefficient segmentasi B to C 50

14 Data responden B to B 52 15 Perhitungan CS-Coefficient dengan segmentasi B to B 55

16 Profil SWOT PT AMS 58

17 Perhitungan Matriks IFE PT AMS 63

18 Perhitungan Matriks EFE PT AMS 64

19 Rumusan strategi pengembangan dengan matriks SWOT PT AMS 66

20 Urutan prioritas strategi dari QSPM PT AMS 69

21 Tahapan implementasi strategi pada tema pemasaran 71

22 Tahapan implementasi strategi pada tema produksi 73

23 Tahapan implementasi strategi pada tema kemitraan 75

24 Tahapan implementasi strategi pada tema layanan 77

DAFTAR GAMBAR

1 Skema Inkubasi Tenant di BIT-BPPT 8

2 Kurva model kepuasan konsumen dari Kano 17

3 Matriks IPA 18

4 Kerangka analisis kajian 26

5 Penerjemahan kuesioner ke dalam kategoti Kano 29 6 Kuadran Kano berdasarkan CS-Coefficient 31 7 Model Matrik IE 33

8 Struktur Organisasi PT AMS 37

9 Tahapan proses produksi animasi 39

10 Diagram kategori Model Kano terhadap karakter tokoh 47 11 Diagram kategori Model Kano terhadap 3D animasi sinematografi 48 12 Diagram kategori Model Kano terhadap isi cerita 49 13 Diagram kategori Model Kano terhadap pesan moral 49 14 Kuadran Model Kano atribut film Super Neli segmentasi B to C 51

15 Diagram kategori Kano terhadap karakter tokoh 53

(17)

19 Kuadran Kano film Super Neli dengan segmentasi B to B 55

20 Matriks Internal-Eksternal (IE Matriks) PT AMS 65

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Kajian Pemasaran 85

2 Kuesioner Preferensi Konsumen 111

3 Pembobotan Terhadap Faktor Internal dan Eksternal 113

4 Hasil Perhitungan QSPM PT. AMS 116

(18)
(19)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Istilah wirausaha (entrepreneur) di tanah air menjadi sangat popular dalam dasawarsa terakhir. Hal ini diantaranya disebabkan oleh ketahanan wirausaha sebagai pengelola Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menantang badai krisis nasional yang terjadi saat itu. Disaat perusahaan-perusahaan besar bertumbangan, UKM tetap tegar bahkan menunjukkan kemampuannya mengatasi krisis tersebut (Agustina 2011).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Setidaknya terdapat 3 (tiga) alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu (1) kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif; (2) sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi; (3) karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar (Berry 2001 dalam Rahayu 2005).

UKM merupakan sektor perekonomian yang sangat diperhitungkan di Indonesia. Peran UKM tidak hanya sebagai penyedia lapangan pekerjaan yang besar, namun juga sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) yang sangat berarti. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan pada tahun 2012, kontribusi PDB nasional tersusun dari UMKM sebesar 59,08 % (Usaha Mikro : 35,81 %, Usaha Kecil : 9,68 %, Usaha Menengah : 13,59 %) sedangkan usaha besar 40,92 %. Ditinjau dari sisi jumlah, pelaku UMKM pada tahun 2012 mencapai 56.534.592 unit. Selain kontribusi terhadap ekonomi Indonesia, UKM dipandang sebagai sektor yang handal dalam menghadapi terpaan krisis ekonomi. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi, UKM masih tetap eksis sementara usaha besar banyak yang gulung tikar. Oleh karena itu daya saing UKM perlu dijaga dan ditingkatkan dalam rangka pengembangan usahanya, dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi dibidang penelitian dan pengembangan, pembuatan keputusan, pemasaran, produk dan akses permodalan (Wahyuni et al. 2013).

Namun tingkat pemanfaatan teknologi UKM di indonesia belum optimal, hanya berkisar pada Teknologi Informasi (TI). Sedangkan secara umum adopsi pemanfaatan TI di kalangan UKM di Indonesia pun masih tergolong rendah serta penggunaan TI oleh UKM pun belum menyentuh tataran strategis (Wahid dan Iswari 2007).

(20)

2

melalui kecepatan, ketepatan, efektiktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya (Rahmana 2009).

Selain itu menurut Tambunan (2008), keterbatasan pengetahuan dan keahlian sumber daya manusia (SDM), penguasaan teknologi, manajemen organisasi dan pangsa pasar merupakan salah satu penyebab utama rendahnya daya saing UKM dibandingkan dengan Usaha Besar (UB). Salah satu langkah perbaikan untuk menjadikan UKM berdaya saing adalah dengan memberikan pendampingan UKM dalam meningkatkan kemampuan teknologi inovasi dan pemasaran produk. Kedua pendampingan ini dapat diberikan kepada UKM oleh lembaga Inkubator Teknologi dan Bisnis. Inkubator Teknologi dan Bisnis adalah lembaga pemerintah maupun swasta yang berperan dalam menumbuh kembangkan UKM, baik secara penguasaan teknologi maupun pemasaran.

Salah satu lembaga inkubator yang ada di Indonesia adalah Balai Inkubator Teknologi (BIT). Lembaga ini merupakan salah satu unit balai atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah pembinaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berlokasi di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Sejak terbentuk tahun 2001, sudah banyak tenant (UKM) yang dibina oleh BIT. Pada tahun 2014, BIT sedang membina sebelas tenant yang terdiri dari sembilan tenant yang sedang menjalani masa inkubasi dan dua tenant yang sudah memasuki tahapan paska inkubasi (sudah lulus masa inkubasi).

Namun masih terdapat banyak kekurangan yang dimiliki BIT dalam membina tenant. Permasalahan utama yang dihadapi adalah ketika tenant sedang melakukan penetrasi pasar, masih ada tenant yang mengalami kegagalan, maka diperlukan suatu strategi-strategi pemasaran yang dapat membantu tenant dalam melakukan bauran pemasaran terhadap produk tenant.

Salah satu tenant BIT yang bernama PT Ayena Mandiri Sinema (PT AMS), bergerak di bidang animasi dan multimedia. Tenant ini sedang mengembangkan suatu konten Intelectual Property (IP) animasi yang dikenal dengan Super Neli. Animasi ini menceritakan tentang seorang nenek bernama Neli yang dibuang keluarganya ke sebuah panti jompo. Hal ini membuat Neli merasa sedih karena dianggap menyusahkan orang lain. Dengan latar belakang itu membuat Neli membulatkan tekadnya agar tidak menyusahkan orang lain dan termotivasi untuk berlatih bela diri sehingga menjadi nenek super yang menolong orang lain. Konten IP animasi ini dikembangkan dalam bentuk film animasi dan akan mengembangkan produk-produk IP turunannya yaitu: mobile game, digital komik dan merchandise dengan konten ‘Super Neli’.

Segmentasi produk IP animasi yang dikembangkan oleh tenant adalah anak-anak maupun dewasa yang menyukai film animasi dan komunitas animasi. Namun strategi bisnis pemasaran tenant bukanlah individu-individu yang menyukai animasi, tetapi mitra perusahaan yang tertarik berkerjasama dalam pemasaran atau pembelian terhadap produk-produk IP animasi.

(21)

3

Menurut Murti (2010), alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada perusahaan adalah menjaga mutu dan memunculkan ciri khas produk untuk persaingan usaha, memperluas pangsa pasar di kota besar dengan media promosi, mengembangkan kemitraan dengan perusahaan lebih besar. Sedangkan Dongoran et al. (2015) meneliti faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli produk mainan anak–anak adalah merek, harga, desain baru, kecerahan warna, mutu, unsur pendidikan, variasi desain, promosi dan kemudahan membeli mainan

Penelitian strategi pengembangan produk IP animasi berdasarkan bauran pemasaran dan preferensi konsumen baik Business to Customer (B to C) dan Business to Business (B to B) belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang mendalam terkait dengan strategi pengembangan produk IP animasi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, disusun permasalahan adalah :

1. Atribut produk IP Animasi apakah yang memengaruhi preferensi konsumen? 2. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang memengaruhi pemasaran

bisnis tenant PT Ayena Mandiri Sinema?

3. Bagaimana strategi pengembangan bisnis tenant PT Ayena Mandiri Sinema yang berbasiskan preferensi konsumen terhadap nilai atribut produk IP Animasi?

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Mengidentifikasi atribut produk IP Animasi yang memengaruhi preferensi konsumen.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi pemasaran bisnis tenant PT Ayena Mandiri Sinema.

3. Menyusun strategi pengembangan bisnis tenant PT Ayena Mandiri Sinema yang berbasiskan preferensi konsumen terhadap nilai atribut produk IP Animasi.

Manfaat Penelitian Bagi Balai Inkubator Teknologi BPPT

Sebagai bahan pertimbangan/masukkan para pemangku pengambil kebijakan BIT BPPT dalam merumuskan dan melaksanakan Proses Bisnis Pelayanan Inkubasi Akses Pasar/Uji Konsumen.

Bagi Tenant

(22)

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : (a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau (b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000. Sedangkan kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : (a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau (b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 (UU RI, No. 20 tahun 2008, BAB I pasal 1 dan BAB IV pasal 6).

Namun di Indonesia, terdapat beberapa definisi tentang UKM. Pendefinisian ini antara lain oleh Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Kesehatan. Definisi UKM menurut lembaga-lembaga tersebut di atas adalah sebagi berikut (Hubeis 2009) :

1. Badan Pusat Statistik (BPS) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja 5-19 orang.

2. Bank Indonesia (BI) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa : (a) Modalnya kurang dari 20 juta rupiah; (b) untuk satu putaran dari usahanya membutuhkan 5 juta rupiah; (c) memiliki aset maksimal 600 juta rupiah di luar tanah dan bangunan; (d) omzet tahunan ≤ Rp1 milyar. 3. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UU No. 9 tahun

1995) : UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih 50 juta-200 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan ≤ Rp1 milyar; dan sesuai dengan UU RI No. 20 tahun 2008.

4. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan :

a. Perusahaan memiliki aset maksimum 600 juta rupiah di luar tanah dan bangunan.

b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah 25 juta rupiah.

(23)

5

6. Kementerian Kesehatan : perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negeri (MD) dan Merek Luar Negeri (ML).

Adanya berbagai macam penetapan definisi mengenai UKM tersebut membawa berbagai konsekuensi yang strategis. Definisi merupakan konsensus terhadap entitas UKM sebagai dasar formulasi kebijakan yang akan diambil, sehingga paling tidak ada dua tujuan adanya definisi yang jelas mengenai UKM, yaitu ketentuan yang mengharuskan suatu perusahaan memenuhi kewajibannya, seperti membayar pajak, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta mematuhi ketentuan ketenagakerjaan seperti keamanan dan hak pekerja lainnya. Sementara tujuan kedua lebih pada pembuatan kebijakan yang terarah seperti upaya pembinaan, peningkatan kemampuan teknis, serta kebijakan pembiayaan untuk UKM (Adiningsih 2000).

Inkubator

Salah satu format pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pengetahuan dan teknologi diantaranya adalah inkubator. Secara sederhana, inkubator merupakan suatu wadah yang memfasilitasi dan mediasi kebutuhan bagi para usaha pemula dan UMKM (Supriyadi dan Setiajatnika 2009). Inkubator wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant) (PP Nomor 27 Tahun 2013, Bab 1, Pasal 1, Ayat 1).

Inkubator wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant). Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh inkubator wirausaha tenant. Tenant adalah wirausahawan atau calon wirausahawan yang menjalani proses inkubasi. Inkubator wirausaha dalam penyelenggaraan program inkubasi, menfasilitasi dan memberikan pelayanan berupa : penyediaan ruang, dukungan fasilitasi perkantoran, bimbingan dan konsultasi, bantuan penelitian dan pengembangan usaha serta akses penggunaan teknologi, pelatihan dan pengembangan keterampilan, akses pendanaan, penciptaan jaringan usaha dan kerjasama, dan manajemen atas hak kekayaan intelektual (PP Nomor 27 Tahun 2013, Bab 1 dan III). Tahapan penyelenggaraan inkubasi wirausaha sebagaimana dimaksud, sekurang – kurangnya terdiri dari : pra inkubasi, inkubasi dan paska inkubasi (Per.Men.KUKM RI No : 11/Per/M.KUKM/XII/2013, BAB III pasal 14).

Menurut Lesakova (2012), inkubator bisnis merupakan bagian dari lembaga yang mendukung perkembangan UKM pada tahap start-up bisnis, dukungan yang diberikan berupa fasilitasi dan pendampingan dalam satu tempat dan menciptakan kondisi yang baik untuk bertumbuhnya kegiatan usaha baru. Pelayanan utama yang diberikan adalah penyediaan tempat usaha dengan fasilitas perkantoran, tempat workshop produksi dan dukungan administrasi lainnya, selain itu juga inkubator memberikan pendidikan, pelatihan dan konseling bisnis serta dukungan akses networking bisnis.

(24)

6

penelitian yang bernilai komersial, untuk menghasilkan wirausaha baru dengan produk yang berdaya saing dan berkompetitif di dunia usaha sehingga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Inkubator Bisnis adalah lembaga yang membantu wirausaha baru dalam memulai bisnisnya untuk meningkatkan prospek perkembangan dan daya tahan, sehingga kelak dapat bertahan di dalam lingkungan bisnis yang nyata. Secara sistemik, inkubator bisnis merupakan suatu wahana transformasi pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak atau kurang kreatif dan produktif menjadi SDM yang memiliki motivasi wirausaha secara kreatif, inovatif, produktif dan kooperatif sebagai langkah awal dari penciptaan wirausaha yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta memiliki visi dan misi. Di Indonesia, inkubator bisnis bukan merupakan hal baru di Indonesia. Pada masa lalu kita mengenal istilah Inti-Plasma dalam industri agrikultur. Selanjutnya, ketika issue link and match berkembang menjadi keterkaitan input-proses-output yang saling berelasi (interrelationship).

Penciptaan inkubator bisnis (business incubator) di dalam lingkungan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan merupakan sinergi dari fungsi dan peran perguruan tinggi dan lembaga pendidikan sebagai wadah perwujudan SDM yang intelektual dan profesional.

Menurut Panggabean (2005), di Indonesia konsep dasar inkubator adalah suatu lembaga perusahaan yang menyediakan tujuh “S”, yaitu:

1. Space, ruang berarti inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha pada tahap awal.

2. Share Fasilities dimaksudkan bahwa inkubator menyediakan fasilitas kantor yang bisa digunakan secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon, faksimile, komputer dan jaringan, serta sistem keamanan kerja. 3. Service, yaitu memberikan bimbingan dan konsultasi manajemen seperti

pemasaran, keuangan, produksi, teknologi dan sebagainya.

4. Support, yaitu mendukung pengembangan usaha dan akses penggunaan teknologi.

5. Skill Development, yaitu melatih menyusun rencana usaha (business plan) dan pelatihan manajemen lainnya.

6. Seed Capital, yaitu menyediakan dana awal usaha serta upaya memperoleh akses permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan.

7. Synergy, yaitu menciptakan jaringan usaha lokal maupun internasional.

(25)

7

ditentukan oleh komponen wirausahawan, dana, manajer, infrastruktur dan lokasi yang erat kaitannya dengan kebijakan, industri dan pasar.

Menurut jenisnya inkubator bisnis dapat dibagi dalam beberapa tipe (Campbell dikutip dari Supangkat 2005) :

1. Industrial Incubator, adalah inkubator yang didukung pemerintah dan lembaga non profit. Bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengatasi tingkat pengangguran.

2. University-related Incubator, bertujuan melakukan komersialisasi sains, teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari hasil penelitian. Inkubator perguruan tinggi menawarkan pada perusahaan pemula untuk memperoleh layanan laboratorium, computer, perpustakaan dan jasa kepakaran perguruan tinggi. Inkubator ini didukung langsung oleh perguruan tinggi dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang memiliki perhatian.

3. For Profit Property Development Incubators, inkubator yang mentediakan perkantoran, tempat produksi dan fasilitas jasa secara bersama-sama. Beberapa fasilitas kantor yang mendukung image perusahaan digunakan bersama dan inkubator menarik biaya sewa dari penggunaan fasilitas tersebut.

4. For-Profit Investment Incubator menyerupai perusahaan modal ventura dan business angel, yang menempati kantor yang sama dengan tenant (perusahaan) yang dibiayainya. Inkubator ini memiliki perhatian lebih terhadap portfolio tenant.

5. Corporate Venture Incubatormerupakan inkubator paling sukses dan tercepat perkembangannya. Perusahaan yang sudah mapan, mendirikan inkubator untuk mengambil alih perusahaan kecil dan memberikan dana dan keahlian bahkan pasar.

Pelayanannya terdapat dua model penciptaan dan pembinaan inkubator bisnis, yaitu:

1. Inwall tenant, atau disebut juga dengan model pembinaan dibawah satu atap, bersifat klasikal, karena kegiatan pelatihan, pemagangan, sampai dengan perintisan usaha produktif dilakukan di dalam satu unit gedung. Setiap peserta/anggota (tenant) melakukan aktivitasnya di dalam ruangan masing-masing yang telah disediakan oleh inkubator bisnis.

2. Outwall tenant, dimana kegiatan/aktivitas usaha ekonomi produktif tidak dilakukan dalam satu atap, melainkan secara terpencar di luar pusat manajemen inkubator bisnis. Hal tersebut dimungkinkan karena pada model kedua ini wujud dan kegiatan usaha sudah berjalan, inkubator bisnis berfungsi sebagai konsultan, pendamping, dan pembina kegiatan usaha.

(26)

8

a

Sumber : Hamdani et al. (2013)

Gambar 1. Skema Inkubasi Tenant di BIT-BPPT

Menurut Angkasa (2012), BIT merupakan lembaga yang berfungsi sebagai inkubator dan lembaga intermediasi. Fungsi sebagai inkubator, BIT telah memenuhi penyediaan fasilitas dasar inkubator untuk tenant yaitu layanan 7S (Space, Shares office capital, Service, Support, Sklill development, Seed capital dan Sinergy). BIT cukup memenuhi kriteria sebagai lembaga intermediasi berdasarkan empat layanan, yaitu pengembangan teknologi, SDM, jejaring bisnis dan akses pembiayaan kepada UKM pada tahap start-up bisnis.

Konsep Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler (1995), merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu serta kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Sama halnya dengan Rangkuti (2014), mengatakan bahwa “Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukar produk yang memiliki nilai komoditi.”

(27)

9

biaya unit dan membantu sejumlah pelangggan yang setia sebelum para pesaing masuk ke pasar (Boyd et al. 2000)

Dari semua pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Murti 2010).

Bauran Pemasaran

Pada proses akses pasar, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penerapan strategi pemasaran adalah untuk memperoleh kesadaran konsumen terhadap produk. Pendekatan yang digunakan untuk memberikan strategi pemasaran melalui bauran pemsaran (Jannah et al. 2012).

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaranya dalam pasar sasaran. Menurut Singh (2012), bauran pemasaran terdiri dari empat elemen (produk, harga, tempat dan promosi) yang harus dipertimbangkan sebelum meluncurkan produk dan membantu perusahaan dalam merumuskan keputusan strategis yang diperlukan untuk keunggulan kompetitif. Langkah pertama adalah merencanakan produk untuk mengartikulasikan rencana pemasaran. Ada tiga bagian dari rencana produk, yaitu produk inti, produk pendukung dan produk tersier. Langkah kedua adalah memutuskan harga dari produk yang akan dipasarkan pada tempat berbeda. Variabel ketiga adalah menentukan tempat di mana produk akan dijual. Keputusan promosi untuk meningkatkan penjualan. Bauran pemasaran merupakan strategi pemasaran yang menjual produk dengan harga tertentu atau harga yang berbeda untuk produk yang sama namun dengan pasar yang berbeda. Menurut Pour et al. (2013), bauran pemasaran suatu perusahaan melibatkan sejumlah kegiatan, diawali dengan memutuskan target pelanggan yang akan dilayani, menentukan produk barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan pasar, menetapkan harga produk yang kompetitif, menentukan distribusi pemasaran yang cepat dan kegiatan promosi dilakukan secara luas pada media yang mudah diakses konsumen. Bauran pemasaran terdiri dari hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi produknya. Empat komponen yang menyusun bauran pemasaran pada perusahaan adalah :

Produk (Product)

Produk merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk tersebut, tetapi membeli manfat dan nilai dari produk tersebut. Menurut Tjiptono (2008), produk diklasiifkasikan dua kelompok terdiri dari barang konsumen dan industri.

Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk tujuan bisnis, secara umum terdiri dari empat jenis adalah 1. Convenience goods, merupakan barang yang memiliki frekuensi pembelian

(28)

10

2. Shopping goods, barang yang dalam proses pemilihan dan pembelian dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternatif yang tersedia.

3. Specialty goods, barang yang memiliki merek dan model spesifik serta identik dengan barang-barang mewah.

4. Unsought goods, barang yang umumnya konsumen belum berpikir untuk membelinya walaupun sudah diketahui.

Sedangkan barang industri adalah barang umtuk keperluan selain dikonsumsi langsung, secara umum terdiri dari tiga jenis adalah

1. Materials and parts, barang seluruhnya dapat diolah menjadi barang jadi. 2. Capital items, barang yang tahan lama yang memberikan kemudahan dalam

mengelola barang jadi.

3. Supplis and services, barang yang tidak tahan lama dan memberikan kemudahan dalam mengembangkan dan mengelola barang jadi.

Harga (Price)

Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen. Penentuan harga merupakan proses yang melibatkan tawar-menawar yang dapat diprediksikan dari aspek cost, value dan competitor (Kusuma et al. 2013). Menurut Tjiptono (2008), terdapat tujuh metode penetapan harga berbasis permintaan adalah

1. Skimming pricing, menetapkan harga tinggi bagi produk baru atau inovatif selama masa perkenalan dan menurunkan harga ketika persaingan ketat.

2. Penetration pricing, menetapkan harga rendah pada produk baru untuk memperoleh volume penjualan yang besar.

3. Prestige pricing, menetapkan harga berdasarkan ukuran mutu dan nilai taraf sosial yang tinggi.

4. Price lining, menetapkan harga yang berbeda-beda tergantung dari lini beberapa jenis variasi produk.

5. Odd-even pricing, menetapkan harga dengan pengurangan harga secara ganjil/genap yang relatif kecil sehingga masih mendekati harga sebelumnya. 6. Demand-backward pricing, menetapkan harga berdasarkan perhitungan

kebelakang sebelum produk jadi dan tingkat kesulitan pembuatan produk. 7. Bundle pricing, menetapkan harga beberapa produk berdasakan paket produk

yang ditawarkan.

Tempat (Place) atau Distribusi

Tjiptono (2008) mendefinisikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan. Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya kepasar.

Promosi (Promotion)

(29)

11

bersedia menerima, membeli serta loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono 2008). Menurut Kotler (1995) alat promosi meliputi iklan, promosi, hubungan masyarakat, personal selling dan direct marketing. Rinciannya sebagai berikut:

1.Iklan, merupakan semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar. Tujuan periklanan untuk mempengaruhi perasaan, pemahaman, kepercayaan, sikap dan kesan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Produk dasar (basic product) yaitu penerjemahan manfaat dalam bentuk produk.

2.Promosi penjualan merupakan intensif jangka panjang untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dengan alat promosi seperti hadiah, kemasan khusus atau contoh produk. Tujuan promosi penjualan untuk mendorong pembelian dalam jumlah lebih besar, membangun awareness bagi calon konsumen dan membangun loyalitas konsumen.

3.Hubungan masyarakat dan publisitas merupakan suatu stimulasi non personal terhadap permintaan suatu produk atau jasa dengan menyediakan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarkan di radio, televisi, atau panggung yang tidak dibayar oleh sponsor.

4. Personal selling merupakan kegiatan yang melibatkan secara langsung interaksi personal antara tenaga penjual dengan konsumen potensial. Interaksi dalam komunikasi antara tenaga penjual dengan konsumen potensial akan memudahkan tenaga penjual untuk menyesuaikan potensi penjualannya terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen.

5. Direct marketing merupakan kegiatan promosi yang menggunakan surat, telepon, faksimili dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung dengan pembeli, sehingga dapat memperoleh tanggapan langsung dari pembeli tersebut.

Menurut Satit et al. (2012), elemen bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) yang terpenting untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli produk adalah produk dan harga. Produk sangat berpengaruh, karena mutu dan kepuasan pelanggan yang tinggi terhadap suatu produk akan menyebabkan tingkat daya tarik konsumen untuk keberlanjutan membeli sangat tinggi. Harga juga merupakan yang terpenting, karena harga mencerminkan persepsi pelanggan dari nilai produk atau jasa dan semua keputusan pemasaran lainnya yang erat kaitannya dengan keputusan harga. Strategi bauran pemasaran yang dilakukan secara terencana, fokus, efisien dan efektif akan menghasilkan produk, harga serta strategi promosi dan distribusi yang lebih baik, sehingga akan menciptakan citra atau branding yang positif bagi konsumen (Riaz dan Tanveer 2012).

Manajemen Strategi

(30)

12

lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disyaratkan oleh definisi ini, manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok.

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap : perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Isu-isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukan perusahaan terjun ke pasar international, perlukah penggabungan usaha dibuat dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Keputusan perumusan strategi mendorong suatu perusahaan untuk bertanggung jawab pada produk, pasar, sumber daya dan teknologi spesifik selama kurun waktu yang lama.

Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menerapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang sportif pada strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi dan pengaitan kompensasi karyawan denga kinerja organisasi. Penerapan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Pada tahapan ini merupakan yang paling sulit dalam manajemen strategi, penarapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin, komitmen dan pengorbanan. Penerapan strategi yang berhasil dipengaruhi oleh kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan.

Penilaian strategi adalah tahapan akhir dalam manajemen strategi. Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi kondisi ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah. Berikut ini adalah 3 (tiga) aktivitas penilain strategi yang mendasar adalah (a) Penilaian ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, (b) mengukur kinerja dan (c) mengambil langkah korektif (David, 2009).

Strategi Pemasaran

(31)

13

dalam meningkatkan kekuatan bersaing perusahaan, menghadapi keterbatasan sumber daya, membuat keputusan-keputusan antar bagian sepanjang waktu (Jain 1990 dalam Tjiptono 2008).

Dalam peranan strategik pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki di masa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif bauran pemasaran (produk, harga, promosi dan distribusi) untuk melayani pasar sasaran. Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran memiliki dua dimensi, yaitu dimensi saat ini dan dimensi yang akan datang. Dimensi saat ini berkaitan dengan hubungan yang telah ada antara perusahaan dengan lingkungannya, sedangkan dimensi masa mendatang mencakup hubungan di masa yang mendatang yang diharapkan akan dapat terjalin dan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut (Tull dan Kahle dalam Tjiptono 2008). Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi (Tjiptono 2008).

Menurut Corey dalam Dolan (1991), strategi pemasaran terdiri dari lima unsur yang saling berkait, yaitu :

1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih taret pasar yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan. Keputusan ini didasarkan pada faktor-faktor :

a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokkan teknologi yang dapat diproteksi dan didominasi.

b. Keterbatasan sumber daya internal yang mendorong perlunya pemusatan (fokus) yang lebih sempit.

c. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial and eror dalam menanggapi peluang dan tantangan.

d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang terproteksi.

2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini produk dan desain produk pada masing-masing lini. Produk menawarkan manfaat yang dapat diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi produk itu sendiri, nama merek produk, ketersediaan produk, garansi, jasa perbaikan dan bantuan teknis yang disediakan penjual serta hubungan personal yang mungkin terbentuk antara pembeli dan penjual. 3. Penetapan harga, yaitu menentuan harga yang dapat mencerminkan nilai

(32)

14

4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. 5. Komunikasi pemasaran (promosi), meliputi : periklanan, personal selling,

promosi penjualan, direct marketing, dan public relations.

Berdasarkan tipenya, strategi dikelompokkan menjadi tiga yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi pemasaran. Segmentasi pasar penting diperhatikan dalam menyusun suatu strategi pemasaran. Segmentasi pasar merupakan tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Selanjutnya targeting adalah suatu tindakan memilih sesuatu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki, sedangkan positioning merupakan penetapan posisi pasar, yang bertujuan untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada dipasar ke dalam pikiran konsumen. Konsep ini disebut dengan segmentation, targeting, positioning (STP) (Rangkuti 2014).

Menurut Ahmed dan Rahman (2015), strategi pemasaran perusahaan berbeda-beda dalam mengadopsi berbagai jenis strategi pemasaran berdasarkan permintaan pasar sasaran. Mayoritas perusahaan mengikuti strategi pemasaran konvensional, tetapi beberapa perusahaan memilih untuk mengikuti strategi pemasaran agama atau spiritual seperti strategi pemasaran Islam. Strategi pemasaran konvensional memuaskan pelanggan berdasarkan kebutuhan saat ini pelanggan, sedangkan, strategi pemasaran Islam memuaskan pelanggan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, budaya pemasaran, aturan dan peraturan (hukum syariah) Islam. Terlepas dari strategi pemasaran konvensional, strategi pemasaran Islam lebih fokus pada aturan agama dan etika yang tidak ada dalam pemasaran konvensional.

Dari uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah logika pemasaran dari unit usaha untuk mencapai sasaran-sasaran pemasaran yang diharapkan. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal terpenting yang dilakukan oleh perusahaan adalah menetapkan konsep segmentation, targeting dan positioning (STP). Perusahaan perlu memilih pasar sasaran yang akan dilayani sesuai dengan kemampuannya.

Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen, agar mereka mampu memasarkan produknya dangan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga dapat merancang strategi produk dengan lebih baik (Dongoran et al. 2015).

Implementasi Strategi

(33)

15

realistis. Ada tiga kegiatan penting yang tercakup dalam implementasi strategi, yaitu penyusunan program, anggaran dan prosedur. Implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi program. Tahap ini seorang administrator dimungkinkan untuk mengorganisasikan, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Mengorganisasikan berarti mengatur sumber daya, unit-unit dan metode-metode untuk melaksanakn program. Menginterpretasi berkenaan dengan menerjemahkan bahasa program ke dalam rencana-rencana dan petunjuk-petunjuk yang dapat diterima dan fleksibel. Menerapkan kebijakan berarti menggunakan instrumen-instrumen, atau memberikan pelayanan rutin, melakukan pembayaran. Implementasi merupakan upaya merealisasikan tujuan-tujuan program. Menurut Nugroho (2004), terdapat empat kegiatan dalam tahap implementasi kebnijakan yaitu:

1.Membuat prosedur Implementasi

Pada tahap ini dilakukan penyusunan prosedur, langkah-langkah dan peraturan untuk memudahkan pelaksanaan implementasi kebijakan. Selain itu dilakukan penyesuaian mengenai struktur organisasi dengan strategi atau kebijakan yang telah dirumuskan.

2.Alokasi Sumber Daya

Pada tahap ini dilakukan pengorganisasian seluruh sumber yang ada dalam organisasi.Di antaranya adalah desain organisasi dan struktur organisasi, pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan, integritas dan koordinasi, perekrutan dan penempatan sumber daya manusia, penetapan anggaran, penetapan target waktu penyelesaian, penentuan hak, wewenang dan kewajiban, pendelegasian, pengembangan kapasitas organisasi dan kapasitas sumber daya manusia.

3.Penyesuaian Prosedur dengan Sumber Daya

Hal penting yang harus dilakukan pada tahap ini adalah desain mengenai prosedur pelaksanaan kebijakan harus didasarkan pada kemampuan dan kelemahan sumber daya yang tersedia pada organisasi. Selain itu para manajer harus mampu mengalokasikan pembiayaan dan penempatan orang-orang didasarkan pada perhitungan dan ketentuan yang sudah baku.

4.Pengendalian Kegiatan

Pada tahap ini dilakukan penentuan sejumlah instrumen dan desain pengendalian atau pengawasan terhadap seluruh program kegiatan yang dijalankan, penyusunan sistem informasi manajemen, pengendalian terhadap anggaran atau keuangan serta penyelenggaraan audit oleh konsultan yang berpengalaman.

Kano

(34)

16

yaitu : attractive (excitement needs), one dimensional (performance needs), must be (basic needs), indifferent, reverse dan questionable (Zhu et al. 2010). Berikut adalah atribut-atribut kebutuhan pelanggan, yaitu :

Attractive(excitement needs)

Hal ini merupakan kategori dimana tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut sedangkan penurunan kinerja atribut tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.

One dimensional (performance needs)

Hal ini merupakan kategori yang apabila terpenuhi maka dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan akan menyebabkan ketidakpuasan bila tidak terpenuhi atau dengan kata lain tingkat kepuasan pelanggan berhubungan linear dengan kinerja atribut, sehingga menurunnya kinerja atribut akan menurunkan pula tingkat kepuasan pelanggan.

Must be (basic needs)

Hal ini merupakan kategori dimana pelanggan menjadi tidak puas apabila kinerja dari atribut yang bersangkutan rendah tetapi kepuasan pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari atribut tersebut tinggi. Kategori ini merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa kepada konsumennya. Bila perusahaan ingin meningkatkan performasi pada kategori ini maka tidak akan meningkatkan kepuasan tetapi atribut-atribut ini wajib dipenuhi oleh perusahaan, dengan kata lain atribut tersebut harus ada pada setiap produk atau jasa agar dapat diterima konsumen.

Indifferent

Kategori ini terjadi jika ada maupun tidaknya layanan tidak akan memberikan pengaruh kepada kepuasan konsumen.

Reverse

Hal ini merupakan kategori kebalikan dari kategori one dimentional, yaitu derajat kepuasan konsumen lebih tinggi jika layanan berlangsung tidak semestinya, dibandingkan layanan yang berjalan lebih baik.

Questionable

Hal ini merupakan kondisi yang kadangkala konsumen puas atau tidak puas jika layanan itu diberikan atau tidak diberikan (Shanny et al. 2013).

(35)

17

a

Sumber : Boger et al. (1993)

Gambar 2. Kurva model kepuasan konsumen dari Kano

Pada Gambar 2, garis horizontal menggambarkan fungsi produk dan garis vertikal menyatakan kepuasan konsumen. Dari diagram ini dapat diinterpretasikan asumsi dasar bahwa makin banyak fungsionalitas suatu produk maka makin tinggi tingkat kepuasan konsumen. Asumsi ini digambarkan berupa garis lurus yang melintang diagonal sumbu utama dengan sudut sekitar 45 derajat. Beberapa kebutuhan konsumen dinyatakan oleh kategori Kano, yaitu One dimensional, Must be dan Attractive (Aelani 2009). Model Kano digunakan untuk menentukan perioritas pengembangan produk setelah mengetahui dengan lebih dalam mengenai atribut-atribut yang ada pada produk atau jasa yang diberikan.

Terdapat dua jenis kuesioner yang digunakan untuk mengetahui preferensi pelanggan, yaitu pertanyaan fungsional, berarti pertanyaan apa yang pelanggan rasakan jika atribut-atribut layanan tersebut ada atau tersedia dan pertanyaan disfungsional, berisikan apa yang dirasakan oleh pelanggan jika atribut-atribut layanan tersebut tidak terpenuhi (Mikulic dan Prebezac 2011).

Untuk mengklasifikasi atribut berdasarkan kategori kano, data yang diperoleh digunakan sebagai dasar menentukan kategori atribut tiap responden berdasarkan kategori Kano (Shanny et al. 2013).

Importance Performance Analysis (IPA)

Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 dengan tujuan mengevaluasi kepuasan konsumen dengan mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan mutu produk/jasa (Puspitasari et al. 2010). IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang karena mudah diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja.

IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, kemudian terdapat faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan. IPA digunakan untuk membandingkan tingkat kepentingan suatu faktor dengan pelaksaaannya atau tingkat kinerjanya. IPA menggabungkan pengukuran faktor

Kepuasan

Ketidakpuasan

Kebutuhan Kebutuhan

tidak terpenuhi

One Dimensioal

Attractive

(36)

18

tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA dibagi menjadi empat kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance-performance tersaji pada Gambar 3.

Prioritas Utama A Pertahankan Prestasi B C Prioritas Rendah D Berlebihan a

[image:36.612.123.422.151.354.2]

Sumber : Ong dan Pambudi (2014)

Gambar 3. Matriks IPA

Adapun interpretasi dari kuadran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prioritas Utama (Concentrate Here)

Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan konsumen, tetapi kinerja perusahaan dinilai belum memuaskan sehinggga pihak perusahaan perlu berkonsentrasi, untuk mengalokasikan sumber dayanya guna meningkatkan kinerja yang masuk pada kuadran ini.

2.Pertahankan Prestasi (Keep Up The Good Work)

Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan sebagai faktor penunjang kepuasan konsumen, sehinggga perusahaan wajib untuk mempertahankan prestasi kinerja tersebut.

3.Prioritas Rendah (Low Priority)

Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap mempunyai tingkat persepsi atau kinerja aktual yang rendah dan tidak penting serta tidak diharapkan oleh konsumen, sehingga perusahaan tidak perlu memprioritaskan atau memberikan perhatian lebih pada faktor-faktor tersebut.

4.Berlebihan (Possibly Overkill)

Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap tidak penting dan tidak diharapkan oleh pelanggan, sehingga perusahaan lebih baik mengalokasikan sumber daya yang terkait pada faktor tersebut untuk dialihkan kepada faktor lain yang lebih memiliki tingkat prioritas tinggi (Ong dan Pambudi 2014).

Perbedaan yang mendasar antara metode IPA dan model Kano, metode IPA bertujuan menganalisis kepuasan pelanggan/konsumen dengan membandingkan antara tingkat kepentingan/harapan dan tingkat kinerja dari suatu barang atau jasa, sehingga dapat mengukur kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan selama beberapa lama menggunakan barang atau pelayanan jasa dan perusahaan dapat

(37)

19

melakukan perbaikan kinerja dari produk atau jasa tersebut berdasarkan harapan konsumen. Sedangkan model Kano bertujuan memetakan preferensi pelanggan dalam memperoleh kepuasan atas produk atau jasa tertentu, dengan metode ini dapat dipahami atribut-atribut produk atau jasa yang dapat diterima dan akan mempengaruhi konsumen berdasarkan kategori yang ditetapkan, sehingga dapat mengukur preferensi konsumen atau calon konsumen terhadap produk atau jasa baik yang bersifat baru dipasarkan atau yang sudah dikonsumsi, selain itu model Kano dapat digunakan untuk pengembangan produk, identifikasi kebutuhan konsumen dan hirarki prioritas konsumen. Pada penelitian ini metode yang lebih tepat adalah model Kano, karena produk IP animasi yang dikembangkan oleh PT AMS masih pada tahap penetrasi pasar sehingga diperlukan suatu metode yang dapat mengidentifikasi kebutuhan konsumen terhadap produk IP animasi.

Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

[image:37.612.101.513.299.767.2]

Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan disusun berdasarkan metode analisis dan temuannya seperti dimuat pada Tabel 2.

Tabel 1. Daftar penelitian yang terdahulu yang relevan Lanjutan Tabel 1.

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan Penelitian Tri Siwi

Agustina, 2011

Wisman Indra Angkasa et al., 2012

Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi dalam Meminimalkan Resiko Kegagalan bagi Wirausaha Baru pada Tahap Awal (Start-Up)

Strategi dan Kelayakan Lembaga Intermediasi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

(38)

20

Lanjutan Tabel 1.

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan Penelitian

pada objek penelitian berupa pengembangan kelembagaan intermediasi dan incubator.

Sanita Murti, 2010

Udoh Roudotul Jannah et al., 2012

Tonni Kusuma et al., 2013

Analisis Strategi Pemasaran dan Prospek

Pengembangan Produk Metal Di PT Panca Harapan (PT PH)

Strategi Pemasaran Wafer Ransum Komplit untuk Ternak Sapi

Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV Septia Anugerah Jakarta

Strategi pemasaran yang dapat diterapkan PT PH adalah menjaga mutu dan memunculkan ciri khas produk untuk persaingan usaha, memperluas pangsa pasar di kota besar dengan media promosi, mengembangkan kemitraan dengan perusahaan lebih besar. Kesamaan penelitian membahas pemasaran dan pengembangan bisnis dengan

metode SWOT dan QSPM

sedangkan perbedaannya pada objek penelitian berupa perusahaan manufaktur dan melakukan analisis kelayakan dari aspek keuangan. Strategi pemasaran wafer ransum ternak terdiri dari produk sebagai pakan cadangan bernutrisi lengkap, distribusi melalui penjualan beli putus, promosi secara below the line, harga diatas pesaing untuk membangun image dan menarik konsumen. Kesamaan penelitian membahas strategi bauran pemasaran dan analisis kebutuhan pasar sedangkan perbedaannya pada objek penelitian berupa produk pakan ternak dan melakukan uji konsep Exploratory Test dan analisis Price Sensitivity Meters. Penerapan strategi pemasaran sapi potong adalah membuka tempat pemotongan sapi, peningkatan karkas daging dan penjualan daging sapi baru. Kesamaan penelitian membahas bauran pemasaran dan pengembangan bisnis dengan

(39)

21

Lanjutan Tabel 1.

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan Penelitian

Naomi Dongoran et al., 2015

Strategi Pemasaran Produk Mainan Anak-Anak Dari Limbah Kayu PT Safira

Tumbuh Kembang (PT STK)

sedangkan perbedaannya pada objek produk sapi potong.

Faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli adalah merek, harga, desain baru, kecerahan warna, mutu, unsur pendidikan, variasi desain, promosi dan kemudahan membeli mainan. Kesamaan penelitian membahas strategi pemasaran dan atribut produk untuk kepuasan konsumen sedangkan perbedaannya pada objek penelitian berupa perusahaan mainan dan menggunakan metode Thurstone.

Syaeful Karim dan Kristiana, 2014

Analisis Rantai Nilai Industri Inti Animasi di Kota Cimahi

Studio animasi hanya mengerjakan proses produksi secara parsial sehingga kesulitan dalam pemasaran. Rendahnya harga yang ditawarkan pembeli lokal. Biaya operasional yang lebih tinggi dari harga proyek bagi wirausaha baru, sehingga studio tidak memberikan hak siar eksklusif bagi salah satu media TV. Kesamaan penelitian membahas perkembangan industri animasi di cimahi sedangkan perbedaannya pada kajian analisis berupa rantai nilai industri animasi dengan melihat aspek hambatan dan peluang usaha. Kriswanto Widiawan dan Irianty, 2004 Pemetaan Preferensi Konsumen Supermarket Dengan Metode Kano Berdasarkan Dimensi Servqual

Menurut responden konsumen supermarket, dimensi servqual yang tergolong one dimensional adalah tangible, reliability dan assurance sedangkan indifferent adalah emphaty dan reponsiveness. Responden manajer supermarket

berpendapat semua one

(40)

22

Lanjutan Tabel 1.

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan Penelitian Khoirida Aelani,

2009

Tiena G. Amran dan Ponti

Ekadeputra, 2012

Dian

Purnamasari, et al., 2013

Mendapatkan

Kebutuhan Pelanggan Melalui Metode Kano

Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menggunakan Metode Kano dan Root Cause Analysis (studi kasus PLN Tangerang)

Analisis Preferensi Konsumen terhadap Jenang Coklat Kurma Dengan Model Kano

Melalui implementasi metode Kano untuk pengembangan web portal akademik, diperoleh fitur utama yang penting bagi konsumen, peningkatan kehandalan, aktualitas dan keberagaman informasi. Kesamaan penelitian membahas analisis kepuasan konsumen dengan

model kano sedangkan

perbedaannya pada objek penelitian konsumen penggguna e-bisnis di lingkungan perguruan tinggi. Hasil tingkat kepuasan pelanggan diperoleh grade attractive, must be, one dimensional dan indifferent. Atribut yang perlu diperbaiki adalah kejelasan informasi produk PLN, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), kenyaman tempat pembayaran, kemudahan membeli voucher listrik,

Gambar

Gambar 3. Matriks IPA
Tabel 1. Daftar penelitian yang terdahulu yang relevan
Gambar 4. Kerangka analisis kajian
Gambar 5. Penerjemahan kuesioner ke dalam kategori Kano
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, bongkah paduan Fe-Cr yang terbentuk melalui proses sintering pada suhu 1300 0 C akan memiliki komposisi lebih mendekati dengan komposisi awal

Abstrak: Metode membaca merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak, karena bahasa mempunyai peranan yang sangat penting

Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan satu kali yaitu uji t untuk meneliti apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang penilaiannya

Dari keenam suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Selatan tersebut di atas, Suku Dayak Bukit merupakan suku bangsa yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena

Pendekatan strategi mengelola program organisasi dengan dukungan seluruh stakeholder terkait, dapat dilakukan dengan pendekatan net mapping, memetakan posisi

Menguasai teori dasar metode perpindahan dalam bentuk matrik dan sekaligus pemakaian dengan alat bantu pada operasi matrik Metode ini sebenarnya adalah mencari hubungan gaya

Tujuan pertama dalam pelayanan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat terkait dengan sektor Kepariwisataan maka tujuan pengembangannya adalah meningkatkan

Maka dari itu masyarakat kemiren percaya akan adanya mitos tentang tradisi pernikahan Mupus Braen Blambangan yang tumbuh dari cerita nenek moyang. Ada kejadian disalah