• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rice Division

Dalam dokumen Pilar Sejahtera Food Tbk 2014 (Halaman 110-114)

Laporan Tahunan Annual Report2014 109 TPS Rice merupakan divisi usaha Perseroan yang

bergerak di bidang penggilingan dan distribusi beras. Akuisisi PT Dunia Pangan pada tahun 2010 membawa Perseroan masuk pada bisnis beras.

Sebagai langkah awal dari pengembangan TPS Rice, pada akhir tahun 2010 Perseroan mengakuisisi PT Jatisari Srirejeki, perusahaan penggilingan beras modern pertama di Indonesia. Ekspansi usaha berlanjut dengan diakusisinya pabrik penggilingan padi dan beberapa merek beras premium dari PT Alam Makmur Sembada yang namanya sekarang PT Indo Beras Unggul.

Untuk memperluas pengembangan usaha di divisi beras, pada tahun 2014, Perseroan meresmikan pembukaan pabrik beras PT. Sukses Abadi Karya Inti (“SAKTI”) yang memiliki kapasitas produksi sebesar 240.000 ton per tahun. Dengan diresmikannya pabrik SAKTI, Perseroan menjadi produsen beras terbesar dan modern di Indonesia dengan total kapasitas produksi sebesar 480.000 ton di akhir tahun 2014. Perseroan juga mendirikan PT. Tani Unggul Usaha dan PT. Swasembada Tani Selebes di tahun 2014.

Dalam upaya mewujudkan target Perseroan untuk menguasai 5% pangsa beras di Indonesia di tahun 2020 dan sebagai bagian dari rangkaian langkah ekspansi TPS Rice selanjutnya, pada tahun 2015 TPS Rice akan memulai membangun 3 pabrik beras di Sulawesi Selatan, yaitu 2 pabrik beras berkapasitas total 240,000 ton di Sidrap yang ditargetkan selesai pembangunannya pada kuartal ketiga 2016 dan 1 pabrik beras berkapasitas 90,000 ton di Bone yang diperkirakan selesai pada akhir kuartal keempat 2016. TPS Rice juga berencana menambah kapasitas penyimpanan di IBU, JSR dan SAKTI dengan membangun gudang baru berkapasitas total sekitar 45,000 ton, diestimasikan selesai pada akhir tahun 2015.

Bisnis model TPS Rice adalah “Paddy to Rice”, yaitu mengorversi padi basah (GKP: Gabah Kering Panen) yang dibeli dari para petani, dikeringkan dan diolah dengan mesin yang modern menjadi beras. Dengan bisnis model “Paddy to Rice” TPS Rice secara jelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yang kebanyakan rice milling tradisional kecil dan tersebar di banyak tempat serta kebanyakan mengadopsi bagian kecil dari bisnis model TPS Rice.

TPS Rice is the Company’s business division engaged in rice millings and distributions. The Company entered into rice business through the acquisition of PT Dunia Pangan in 2010.

As the initial stage of TPS Rice development, the Com- pany acquired PT Jatisari Srirejeki at the end of 2010, the irst modern rice milling company in Indonesia. The business expansion was continued through the acquisition of rice milling plant and several premium rice brands from PT Alam Makmur Sembada, currently named PT Indo Beras Unggul.

To expand rice division business development, the Company inaugurated the opening of rice mill plant PT Sukses Abadi Karya Inti (“SAKTI”) with the production capacity of 240,000 tons per annum. With the inau- guration of SAKTI plant, the Company becomes the largest and modern rice producer in Indonesia, with the total production capacity of 480,000 tons by the end of 2014. The Company also established PT Tani Unggul Usaha and PT Swasembada Tani Selebes in 2014.

To realize the Company’s targets of 5% rice market share domination in Indonesia by 2020 and as part of next expansion plan of TPS Rice, TPC Rice will began the construction of rice plants in 2015, they are 3 rice plants in South Sulawesi, 2 rice plants with total 240,000 tons capacity in Sidrap targeted to complete by third quarter of 2016, and 1 rice plant with 90,000 tons capacity in Bone estimated to complete at the end of fourth quarter of 2016.

TPS Rice also plans to add warehouse capacity in IBU, JSR and SAKTI by the consturction of new warehouse with around 45,000 tons capacity, estimated to com- plete at the end of 2015.

TPS Rice business models is “Paddy to Rice”, which is to convert wet paddy (Dry Grain Harvest) purchased from the farmers, being dried and processed with mod- ern machinery to become rice. With “Paddy to Rice” business model, TPS Rice clearly diferentiates this divi- sion with other competitors that mostly operating with small traditional rice milling and spreading across many locations, as well as are mostly adopted small part of TPS Rice business models.

TINJAUAN BISNIS

Laporan Tahunan Annual Report2014 110

Melalui PT Dunia Pangan dan lima anak perusahaannya yaitu PT. Jatisari Srirejeki (“JSR”), PT. Indo Beras Unggul (“IBU”) , PT. Sukses Abadi Karya Inti (“SAKTI”), PT. Tani Unggul Usaha (“TUU”), dan PT. Swasembada Tani Selebes (“STS”), Perseroan memproduksi dan mendistribusikan produk beras yang dipasarkan dengan menggunakan berbagai merek dagang (branded rice) yang sudah dikenal konsumen. Berikut adalah klasiikasi produk dari TPS Rice beserta merek:

1. Branded Pack Rice: Ayam Jago Gold, Ayam Jago Kuning, Ayam Jago Merah, Maknyuss, Istana Bangkok, Rumah Adat, Desa Cianjur Setra Ramos, Desa Cianjur Pandan Wangi, Rojolele Dumbo, Jatisari, vitarice.

2. Branded Bulk Rice : Maknyuss, Kepala Jago Hijau, Gelatik, Rajatani, AI Platinum, Kiwi, Raja Bangkok, dll.

TPS Rice juga memproduksi beras dengan private label

untuk beberapa swalayan terkemuka, seperti Indomaret, Lion Superindo dan Lotte. Selain itu, TPS Rice juga telah menjadi pemasok beras untuk salah satu restoran cepat saji terkemuka di Indonesia. Hal ini semakin membuktikan keunggulan TPS Rice yang memiliki jaringan distribusi nasional, memiliki kemampuan infrastruktur manufaktur yang sesuai dengan standard

food hygiene, serta memiliki kemampuan dalam menjaga standar kualitas beras.

Dalam menjalankan usaha bisnis beras, Perseroan senantiasa mendasarkan pada riset yang mendalam terkait kondisi pasar perberasan nasional. Hasil riset menyebutkan bahwa terdapat gap antara jumlah permintaan yang lebih tinggi dibandingkan jumlah pasokan karena tingginya permintaan. Hal ini menjadi penyebab tingginya harga beras di Indonesia dibandingkan dengan di beberapa negara lain seperti vietnam, dan Thailand.

Pasar beras Indonesia merupakan pasar yang terfragmentasi. Sekitar 80% dari total pabrik penggilingan beras merupakan pabrik kecil. Hanya sekitar 5% yang merupakan Pabrik Penggilingan Beras berkapasitas besar (termasuk pabrik beras TPS Rice). Sekitar 15% sisanya merupakan penggilingan keliling. Di sisi lain, jika terjadi kekurangan pasokan Pemerintah hanya memberikan izin impor kepada Badan Urusan Logistik (BULOG) dan importir tertentu dengan izin

The Company produced and distributed its rice products through PT Dunia Pangan dan lima anak perusahaannya yaitu PT Jatisari Srirejeki (“JSR”), PT Indo Beras Unggul (“IBU”), PT Sukses Abadi Karya Inti (“SAKTI”), PT Tani Unggul Usaha (“TUU”), and PT Swasembada Tani Selebes (“STS”). The products were marketed under various trademarks (branded rice) popular by the customers. The following are products classiications of TPS Rice and its brands:

1. Branded Pack Rice: Ayam Jago Gold, Ayam Jago Kuning, Ayam Jago Merah, Maknyuss, Istana Bangkok, Rumah Adat, Desa Cianjur Setra Ramos, Desa Cianjur Pandan Wangi, Rojolele Dumbo, Jatisari, vitarice.

2. Branded Bulk Rice: Maknyuss, Kepala Jago Hijau, Gelatik, Rajatani, AI Platinum, Kiwi, Raja Bangkok, and others.

TPS Rice aso produced rice with private labels for some prominent supermarkets, such as Indomaret, Lion Superindo and Lotte. In addition, TPS Rice also has become rice suppliers for one of prominent fast food restaurant in Indonesia. This illustrated TPS Rice excellence that supported by its national distribution networks, manufacturing infrastructure capability in accordance with food hygiene standards, and has the capability to maintain its rice quality standards.

In managing rice business, the Company strives to conduct intensive research related to the national rice market conditions. The research results stated that there is a gap between the higher demand than the total supplies due to high demand. This led to the increased in the price of rice in Indonesia compared to other countries such as vietnam, and Thailand.

Indonesian’s rice market considered as fragmented market. Approximately 80% of the total rice mill com- prised of small plants. Only about 5% are constituted of large-capacity Rice Milling Plant (including TPS Rice plants). Around balance 15% are pedlars mills.

On the other front, in the event of lack of supplies the Government provides import license only to Logistics Agency (BULOG) and certain importers with special

TINJAUAN BISNIS

Laporan Tahunan Annual Report2014 111 khusus. Izin impor ini biasanya didasarkan pada kondisi

beras seperti beras pecah dengan spesiikasi, atau izin impor sesuai dengan jumlah dan untuk kebutuhan tertentu.

Untuk menangkap peluang yang tercermin diatas dan sejalan dengan visi Perseroan untuk menjadi sebuah perusahaan berwawasan nasional yang membangun Indonesia, hebat dan sukses di “food and related business” yang bereputasi dan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Perseroan menyadari bahwa sebagai salah satu produsen beras di Indonesia, TPS Rice dituntut untuk terus berupaya meningkatkan produktivitas sehingga mampu memenuhi pertumbuhan permintaan pasar nasional.

permits. Import license is usually based on the rice conditions such as broken rice with speciications, or import license in accordance with certain numbers and needs.

In measuring the above conditions and in line with the Company’s vision to become a national company with the goal to build Indonesia, to become great and suc- cesful in food and related business, with reputation and contribution to improve the community’s welfare, the Company realizes that as one of rice producer in Indo- nesia, TPS Rice must strives to continuously increased it productivity, thus to be able to meet national market growth demands.

TINJAUAN BISNIS

Laporan Tahunan Annual Report2014 112

Dalam rangka menunjang peningkatan produktivitas, beberapa inisiatif yang telah diimplementasikan oleh TPS Rice selama tahun 2014, antara lain :

1. Peresmian pabrik beras SAKTI yang berkapasitas 240.000 ton per tahun sehingga total kapasitas produksi TPS Rice bertambah 2 (dua) kali lipat menjadi sebesar 480.000 ton per tahun. 2. Berupaya meningkatkan eisiensi dari sisi proses

produksi dengan meminimalisir tingkat beras pecah (broken rice) yang dihasilkan dari proses penggilingan beras. Melalui riset mendalam yang didukung oleh SDM yang kompeten, TPS Rice berhasil menekan tingkat beras pecah yang dihasilkan menjadi sekitar 12% - 14%. Pada umumnya, tingkat beras pecah yang dihasilkan dalam proses penggilingan di pabrik kecil atau pabrik tradisional dapat mencapai hingga 20%. 3. Perseroan berkomitmen untuk selalu menjaga dan

meningkatkan kualitas beras yang dihasilkan, serta berupaya melakukan standarisasi produk beras yang dihasilkan sehingga diharapkan konsumen akan mendapatkan kualitas produk yang sama pada saat kapanpun mereka membeli kembali merk beras yang diproduksi oleh TPS Rice. 4. Untuk mendukung ketahanan pangan, Perseroan

tergabung dalam program kemitraan pertanian berkelanjutan yaitu PIS Agro (Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture). PIS Agro menggandeng berbagai pihak swasta dan menyatukannya dalam satu rantai strategis industri pangan (diantaranya TPS Rice dan perusahaan pupuk) dimana TPS Rice bertindak dari sisi hilir sebagai of-taker yang akan membeli hasil panen lahan petani binaan PIS Agro dengan harga yang sesuai dan bertujuan meningkatkan taraf hidup petani. Secara teknis harga yang ditawarkan ke petani bergantung pada kualitas dari produk itu sendiri. Sejak awal petani terpilih dibina untuk dapat menjaga mutu hasil pertaniannya dan meningkatkan yield per hektar padi yang dihasilkan petani melalui penerapan sistem pertanian terpadu yang telah dirumuskan.

Sistem dan metode pertanian terpadu diantaranya adalah menabur benih secara langsung (system Tanam Benih Langsung) untuk meningkatkan produktivitas padi sebesar 20%, pemberian air secara “macak-macak” sehingga mengurangi kebutuhan air dan dapat menurunkan emisi gas CO2 serta mengurangi penggunaan pestisida kimiawi sampai pada batas paling minimal.

In the efort to increase productivity, TPS Rice has conducted initiatives during 2014, as follows:

1. Inauguration of SAKTI rice mill with 240,000 tons per annum capacity, doubling the TPS Rice total production capacity to reach 480,000 tons per annum.

2. Strives to enhance eiciency in production process by minimizing level of broken rice from rice milling production. Following intensive research sup- ported by competent HRD, TPS Rice succeeded in minimizing the level of broken rice to around 12% - 14%. In general, level of broken rice from rice mill- ing production of small plants or traditional plants can reach up to 20%.

3. The Company is committed to always maintain and improve its rice quality, as well as strives to standardized its rice products thereby to deliver stability of product quality for the customers at anytime of their purchase and re-purchase of branded rice by TPS Rice.

4. To support food safety, the Company joint the sus- tainable agriculture partnership program, namely PIS Agro (Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture). PIS Agro invited several private enti- ties and united them into food industry strategic chain (among others are TPS Rice and fertilization companies). In this context, TPS Rice acts as a downstream side as of-taker that will purchase the harvested of Agro PIS mentoring farmers with appropriate price and aims to improve the living standards of farmers. Technically, the price ofered to farmers depends on the quality of the product itself. Since the beginning, the selected farmers were mentored to maintain the quality of crops and increase yield per hectare of rice produced by farmers through the formulation of integrated farming systems.

The integrated agriculture system and methods is done by directly sowing the seedlings (Direct Seed Planting system) to increase productivity by 20%, random water provision thereby reducing the need for water and can reduce CO2 emissions as well as reducing the use of chemical pesticides until at least the minimum limit.

TINJAUAN BISNIS

Dalam dokumen Pilar Sejahtera Food Tbk 2014 (Halaman 110-114)