• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al-Rimiya: Ini melatih seseorang bagaimana mengontrol dan memanipulasi kualitas-kualitas dari berbagai hal, untuk menghasilkan efek-efek yang tampaknya

DOSA BESAR KETIGA PULUH SATU Ilmu Sihir

D) Al-Rimiya: Ini melatih seseorang bagaimana mengontrol dan memanipulasi kualitas-kualitas dari berbagai hal, untuk menghasilkan efek-efek yang tampaknya

supranatural. Ini juga dinamakan al-sya’badzah (kecepatan tangan, seni main sulap, sihir).

Empat bidang pengetahuan ini, bersama dengan yang kelima, dinamakan al-kimiya (alchemy, pelopor kimia, pada mulanya upaya untuk mengubah logam-logam dasar menjadi emas dan perak) yang membentuk apa yang para leluhur namakan lima rahasia, cabang-cabang misterius dari ilmu pengetahuan.

Syekh Baha’i mengatakan, “Buku terbaik yang ditulis tentang subjek-subjek ini adalah buku yang aku lihat di Herat, Kulah-e-sar (tutup kepala), namanya. Namanya merupakan akronim, terdiri dari huruf-huruf pertama tentang lima subjek, yaitu, al-Kimiya, al-Limiya, al-Himiya, al-Simiya dan al-Rimiya.”

Buku-buku standar mengenai subjek ini merupakan contoh kitab-kitab Balinas, Rasa’il, al-Khusraw Syahi, al-Dzakhirah, al-Iskandariyyah, al-Sirr al-makhtum (oleh Razi), al-Taskhirat (oleh Sakkaki) dan A’mal al-Kawakib al-Sab’ah (oleh Hakim Tamtam al-Hindi).

Tambahan dari yang di atas adalah subjek-subjek berikut:

e) Pengetahuan tentang angka-angka (numerologi): Ini menunjukkan hubungan angka dan huruf dengan efek yang diinginkan. Huruf atau angka yang relevan diisi dalam segi empat atau segi tiga gaib dan sebagainya dalam susunan tertentu.

f) Al-Khafiyah (pengetahuan tersembunyi): Ini merinci nama dari efek yang diinginkan atau nama-nama relevan lainnya, dan menemukan nama-nama para

Pustaka

Syiah

86

malaikat atau setan-setan yang mengendalikan efek tersebut; dan kemudian menggubah doa-doa yang terdiri dari nama-nama itu.

Peramalan atau Penujuman Kahanat

Untuk memprediksi peristiwa yang akan datang dikenal sebagai peramalan, sedangkan apabila prediksi dibuat atas pengetahuan yang diperoleh melalui beberapa kelompok jin maka itu dikenal sebagai kahanat. (Namun kami akan menggunakan kata penujuman sebagai ekuivalen dari kahanat). Kahanat berkenaan dengan prediksi tentang masa depan dengan bantuan pengetahuan khusus. Sebagai contoh, penujum mungkin ahli dalam menebak kata-kata si penanya atau masalah-masalah pribadinya dan sebagainya. Menurut penulis kitab al-Nihaya, jenis peramal ini dikenal sebagai ‘ârâf’ tetapi menurut mayoritas ulama, seorang peramal adalah orang yang meramalkan dengan bantuan para jin. Para jin menginformasikannya tentang hal-hal yang tersembunyi. Sebagai contoh, dia mungkin dapat menemukan di mana suatu barang yang dicuri disembunyikan atau siapa pencurinya, atau siapa yang menjadi pembunuh dari seorang tertentu.

Seluruh fukaha bersepakat bulat dalam pendapat mereka bahwa kahanat atau peramalan adalah haram. Sebagaimana haram hukumnya belajar, mengajar, melakukan sihir, demikian pula haram hukumnya belajar peramalan, melaksanakan nasihat dari seorang peramal dan bahkan pergi untuk meminta nasihat dari seorang peramal. Sebagian ulama berpendapat bahwa peramalan merupakan sejenis sihir.

Imam Ja’far Shadiq as mengatakan, “Orang yang meramal atau orang yang pergi ke seorang peramal untuk diramal, maka mereka berdua telah meninggalkan agama Muhammad saw.” (Al-Khishal)

Haitsam bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as, “Ada seseorang yang kami kenal yang menginformasikan tentang barang curian dan sebagainya. Apakah dibolehkan bagi kami untuk meminta nasihatnya?”

Imam as menjawab, “Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang pergi ke seorang tukang sihir, seorang peramal atau seorang pendusta dan membenarkan apa yang dia katakan, maka orang itu telah menjadi seorang kafir menurut

Pustaka

Syiah

87

keterangan kitab-kitab Ilahi yang diwahyukan kepada para rasul Allah.” (Makasib al-Muharrama oleh Syekh Anshari)

Syekh mengomentari bahwa menurut hadis ini, menginformasikan tentang hal-hal tersembunyi adalah haram; apakah melalui peramalan ataupun selainnya. Namun, jika seseorang menebak dan mengira-ngira atau meragukan; itu dibolehkan. Imam Ja’far Shadiq as menganggap peramalan sebagai profesi yang diharamkan dan juga menganggap penghasilannya haram. Amirul Mukminin Ali as juga telah menyebutkan hadis yang sama.

Ketidaktahuan Tentang Masa Depan Lebih Baik Bagi Manusia

Kita harus memahami bahwa diharamkannya peramalan bermanfaat bagi kita. Allah Swt tidak menginginkan manusia memiliki pengetahuan tentang masa depan.

Mungkin saja seseorang dapat mengetahui tentang sesuatu yang sangat penting yang akan terjadi sesuai dengan keinginan-keinginannya. Namun kejadian itu mungkin bergantung pada sedekah yang dia berikan atau doa yang dia panjatkan kepada Allah. Mengetahui sebelumnya apa yang akan terjadi ini dapat mencegah orang itu dari memberikan sedekah dan berdoa kepada Allah dan akibatnya adalah dia tidak akan memperoleh keinginan-keinginannya. Demikian pula dia mungkin mengetahui tentang bencana yang akan menimpanya dan ini akan menyebabkannya sangat cemas apabila dalam realitasnya kejadian ini tidak dapat terjadi sama sekali disebabkan perubahan dalam ketetapan Allah (bada’).

Diketahui betul bahwa banyak bencana menjadi tertolak dengan berdoa kepada Allah atau memberikan sedekah atau disebabkan orang yang bersangkutan melakukan perbuatan-perbuatan baik atau bertobat. Kita dapat mengingat tentang kaum Nabi Yunus as, yang menderita gempa besar. Namun doa dan tobat mereka pada jam sebelas telah mengubah jalannya takdir mereka. Al-Quran juga menyebutkan fakta ini.

Sebuah hadis dikutip dalam kitab Ihtijaj karya Syekh Thabarsi dari Imam Shadiq as.

Intisari dari hadis itu sebagai berikut.

Setelah kelahiran Rasulullah saw, para setan dan jin ditolak untuk naik ke langit, karenanya mereka tidak dapat memberikan informasi tentang perkara-perkara

Pustaka

Syiah

88

samawi. Nah, mereka hanya dapat menginformasikan tentang hal-hal sihir yang jahat. Informasi ini tidak dapat dipercaya karena di antara para jin juga terdapat para pembohong dan jin-jin yang jujur. Karenanya, peramalan nasib dari seorang peramal tidak dapat dipercaya.

Sihir dan Peramalan Merupakan Kejahatan

Untuk memahami kejahatan sihir dan perdukunan cukuplah untuk mengenal sejumlah penggelapan, kejahatan, pencurian dan penipuan yang dilakukan melalui sihir dan perdukunan tersebut. Seorang tukang sihir menghentikan segala perbuatan baik dan berkonsentrasi hanya pada melakukan ritual-ritual setan. Dia melakukan zina dengan perempuan yang telah bersuami, adakalanya dia membunuh seseorang atau meminum darah manusia. Dia memperlihatkan sikap tidak memuliakan apa-apa yang Allah telah muliakan. Sebagai contoh, dia menganggap tidak suci ayat-ayat al-Quran. Dia melakukan perbuatan-perbuatan yang membawanya lebih dekat dengan para setan dan pada akhirnya masuk ke dalam kelompok mereka. Bahkan dia merendahkan harga dirinya lebih rendah dari para setan agar mereka dapat menolongnya dalam peramalan dan sihir.

Sungguh sangat disayangkan bahwa seorang manusia yang sangat mampu melakukan kebaikan dan layak untuk naik ke kedudukan yang sama dengan para malaikat atau bahkan lebih tinggi, harus merendahkan harga dirinya sedemikian rupa dengan perbuatan-perbuatan jahatnya hingga kedudukannya menjadi lebih rendah dari kedudukan setan.

Syuabada-Ilusi

Gerakan-gerakan cepat dari suatu objek dapat menciptakan ilusi penglihatan bagi orang yang melihatnya. Sebagai contoh, jika suatu bola api digerakkan dalam lingkaran-lingkaran, bola api itu tampak seperti sebuah lingkaran api. Dengan cara yang sama, seseorang yang melakukan perjalanan dalam sebuah mobil atau kereta api merasakan dirinya tidak bergerak dan merasa bahwa lingkungan sekitarnya sedang bergerak dalam arah berlawanan. Sebagian orang ahli dalam menciptakan ilusi-ilusi jenis ini yang dirasakan oleh para audiens seperti riil. Menciptakan ilusi semacam ini merupakan syuabada.

Pustaka

Syiah

89

Seluruh fukaha sepakat bulat bahwa syuabada adalah haram dan ini sejenis sihir.

Sebuah hadis dari Imam Ja’far Shadiq as dalam al-Ihtijaj juga menyebutkan bahwa menciptakan ilusi merupakan sejenis sihir. Para tukang sihir Firaun menggunakan dua metode tersebut melawan Nabi Musa as. Pertama, mereka menciptakan sebuah ilusi, kemudian mereka beralih menggunakan sihir yang sesungguhnya. Terlepas dari semua ini, ada beberapa jenis sihir dan tipu muslihat lainnya, namun kami tidak perlu membahasnya secara detail.

Telah diriwayatkan tentang Abu Hafshh Hadad bahwa ketika masih muda, dia jatuh cinta pada seorang perempuan. Dia begitu terpesona dengan perempuan itu hingga dia siap untuk melakukan apa pun untuk mendapatkan perempuan itu. Seseorang memberitahukannya bahwa ada seorang tukang sihir Yahudi di Naisabur dan dia mampu memenuhi keinginan-keinginannya. Dia pergi ke Yahudi itu dan mengatakan kepadanya tentang keinginan-keinginannya. Tukang sihir itu menyuruhnya untuk berhenti melakukan salat dan perbuatan baik lainnya selama empat puluh hari agar dia dapat menjadikan sihirnya bekerja untuknya. Abu Hafsh kembali dari sana dan melaksanakan apa yang diminta oleh si tukang sihir.

Setelah empat puluh hari berlalu Abu Hafsh pergi ke si Yahudi lagi dan memberitahukannya bahwa sejauh ini sihir itu tidak bekerja. Tukang sihir Yahudi itu juga kaget dan dia mengatakan kepada Abu Hafsh bahwa Abu Hafsh pasti telah melakukan paling tidak satu perbuatan baik dalam empat puluh hari itu hingga telah membatalkan sihirnya. Abu Hafsh merenung dan mengatakan bahwa sejauh yang dia ingat, dia tidak melakukan satu pun perbuatan baik kecuali bahwa dia memungut sebuah batu dari jalan agar batu itu tidak dapat melukai orang yang lewat. Si tukang sihir itu berteriak, “Itulah masalahnya! Walaupun engkau tidak taat kepada Tuhan selama empat puluh hari ini dan tidak melaksanakan kewajiban apa pun, namun Dia adalah Tuhan yang demikian Penyayang hingga Dia menerima bahkan perbuatan yang demikian kecil darimu dan mencegah sihir untuk bekerja untukmu. Maka, tidaklah pantas bagimu untuk tidak taat kepada Tuhan yang demikian pemurah.”

Kata-kata si tukang sihir itu memiliki efek sedemikian rupa terhadap Abu Hafsh hingga dia bertobat untuk perbuatan-perbuatan jahatnya dan menjadi tenggelam

Pustaka

Syiah

90

dalam ibadah dan memohon ampunan dari Allah. Dia menjadi demikian saleh hingga akhirnya dia dianugerahi kekuatan menakjubkan oleh Allah Swt.

Kekuatan Seorang Tukang Sihir itu Terbatas Ketika Imam Ja’far Shadiq as menjelaskan berbagai macam sihir kepada orang yang

mengajukan pertanyaan kepada beliau, orang itu bertanya kepada Imam as apakah mungkin bagi seorang tukang sihir untuk mengubah seorang manusia menjadi seekor anjing atau seekor babi dan sebagainya? Imam as menjawab, “Tukang sihir tidak bisa melakukannya, karena jika dia dapat mengubah makhluk Allah, dia akan menjadi sekutu Allah dalam penciptaan-Nya sedangkan tidak ada yang dapat menjadi sekutu Allah.”

Jika seorang tukang sihir memiliki kekuatan seperti itu, niscaya dia telah terbebaskan dari kepikunannya sendiri, kesulitan dan penyakit dan dia tidak akan membiarkan rambutnya beruban serta dia telah menghilangkan kemiskinannya sendiri.

Sesungguhnya jenis sihir yang paling berbahaya adalah sihir yang menyebabkan pertengkaran-pertengkaran di antara dua orang sahabat. Sihir itu menciptakan permusuhan dan kebencian di antara orang-orang yang saling mencintai.

Perselisihan dan pertikaian demikian juga dapat diciptakan dengan membuat manusia saling menghasut. Keduanya itu sangat dekat keterkaitannya.

Taskhirât (Mengendalikan Para Jin dan Sebagainya)

Taskhirât dapat didefinisikan sebagai metode mengendalikan para malaikat, para jin, para roh atau berbagai hewan buas. Ini juga hukumnya haram dan dianggap sebagai suatu bentuk sihir. Syekh juga telah menyebutkan dalam Makasib bahwa segala karakteristik sihir ada dalam taskhirât. Walaupun Syahid Awwal dan Syahid Tsani menganggap sihir itu haram karena ia merugikan orang lain, mereka mungkin juga menganggap bahwa fakta proses pengendalian para malaikat dan jin menyebabkan mereka banyak menderita.

Qiyafeh (Physiognomy)9

9 Secara harfiah, artinya firasat.

Pustaka

Syiah

91

Qiyafeh adalah seni menentukan garis keturunan atau menafsirkan karakter seorang individu dari wajah. Seseorang yang mempraktikkan qiyafeh dapat memutuskan apakah seorang individu tertentu adalah anak atau saudara dari seseorang lainnya.

Namun praktik ini bertentangan dengan doktrin Islam karena menetapkan garis keturunan dan ini sejenis sihir, sehingga haram hukumnya menurut pandangan seluruh fukaha. Di sisi lain, mungkin saja bagi seseorang yang berpengetahuan luas dan bijak untuk memastikan fakta-fakta tertentu mengenai seorang individu atas dasar ciri-ciri fisiknya. Praktik ini tidaklah haram. Banyak episode luar biasa telah diriwayatkan atas dasar pengetahuan demikian.

Sebuah peristiwa menarik disebutkan dalam kitab al-Kafi dan jilid ke-11 dari kitab Bihar al-Anwar. Pada masa Imam Ja’far Shadiq as, Ali bin Huraira adalah seorang gubernur dari Khalifah Abbasiyah. Dia memiliki budak bernama Rafid. Suatu hari, dia begitu marah kepada Rafid hingga dia memutuskan untuk membunuhnya. Rafid melarikan diri dan meminta perlindungan pada Imam Ja’far Shadiq as. Imam as menyuruhnya kembali kepada tuannya dan mengatakan bahwa Imam as telah memerintahkannya untuk menyelamatkan hidupnya, karena dia telah meminta perlindungan kepada Imam as. Rafid ketakutan tetapi Imam as mendesak agar dia kembali. Maka Rafid mematuhinya dan ketika dia berada di tengah jalan, dia bertemu seorang Arab, yang berkata, “Ke mana engkau akan pergi? Wajahmu adalah wajah seorang yang telah mati.” Kemudian dia mengatakan pada Rafid untuk memperlihatkan tangannya. Lagi-lagi dia menyatakan bahwa tangannya adalah tangan seseorang yang telah dibunuh. Dia memandang kaki dan menyampaikan pendapat yang sama. Dia mengatakan bahwa seluruh tubuhnya adalah tubuh dari seorang yang telah dibunuh. Kemudian dia memintanya untuk memperlihatkan lidahnya. Ketika melihat lidahnya, dia menyatakan, “Tidak ada bahaya yang akan menimpamu karena lidahmu adalah lidah dari seorang utusan dan lidah ini membawa suatu pesan sedemikian hingga jika engkau harus pergi ke bukit-bukit besar niscaya bukit-bukit itu akan menjadi lembut dan menjadi taat kepadamu.”

Rafid mengatakan bahwa ketika dia datang kepada tuannya Ali bin Huraira, dia seketika memberikan perintah-perintah untuk menghukum mati Rafid. Tangannya diikat dan seorang algojo bergerak ke arahnya dengan pedang terhunus. Kemudian

Pustaka

Syiah

92

dia mengatakan kepada tuannya bahwa kedatangannya bukan karena telah ditangkap, melainkan bahwa dia sendiri telah kembali kepadanya. Rafid juga meminta tuannya untuk mendengarkan apa yang harus dia sampaikan secara pribadi. Tuannya menyetujui permintaan tersebut dan Rafid berkata kepadanya,

“Ja’far bin Muhammad as, Maula kita berdua, menyampaikan salam kepadamu dan memintamu untuk menyelamatkan hidupku.” Ketika tuannya mendengar ini, dia tidak dapat memercayainya. Rafid mengulanginya kepadanya di bawah sumpah.

Tuannya seketika membebaskannya dan meminta ampunannya. Dia mendesak agar tangannya diikat dengan cara yang sama oleh Rafid. Rafid tidak sanggup membuat dirinya melakukan ini; namun karena didesak, Rafid mengikat tangan tuannya dan dengan cepat membukanya lagi. Lalu tuannya memberikan cincinnya yang bersegel kepada Rafid dan memerdekakannya.

Demikian pula, Syekh Shaduq telah meriwayatkan dari Hisyam bahwa dia pergi bersama Imam Musa bin Ja’far as kepada seorang pedagang budak yang datang dari barat. Imam as memilih seorang gadis budak namun si pedagang menolak untuk menjualnya. Hari berikutnya Hisyam pergi sendiri dan membeli gadis budak itu dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan instruksi Imam. Pedagang budak bertanya kepadanya siapakah lelaki yang menemaninya kemarin. Hisyam berbuat berdasarkan taqiyah dan mengatakan bahwa dia tidak begitu tahu, tetapi dia berasal dari Bani Hasyim. Pedagang budak berkata, “Ketika aku membeli gadis budak ini dari tempat yang jauh di barat dan membawanya bersamaku, seorang perempuan menghentikanku dan bertanya ke mana aku akan membawanya. Aku katakan bahwa aku telah membelinya untuk diriku. Perempuan itu mengatakan gadis budak itu tidak dijadikan untukku. Dia ditakdirkan untuk seorang lelaki yang merupakan manusia terbaik di dunia dan di waktu yang akan dating, dia akan melahirkan seorang putra yang untuknya barat dan timur akan tunduk.”

Sesuai dengan prediksi tersebut, gadis budak itu melahirkan Imam Ali Ridha as.

Astronomi dan Meteorologi

Prediksi-prediksi mengenai peristiwa yang akan datang; yaitu fluktuasi harga biji-bijian, kekurangan dan melimpahnya, kelangkaan dan intensitas hujan serta segala jenis kebaikan lainnya dan kejadian-kejadian buruk; berdasarkan pada pengetahuan

Pustaka

Syiah

93

tentang efek dari benda-benda langit di bumi, dikenal sebagai meteorologi.

Dibolehkan jika orang yang melakukan prediksi hanya menganggapnya sebagai suatu kemungkinan tetapi bukan suatu kepastian karena otoritas final bagi segala sebab akibat ada pada Allah. Karenanya, tidak ada salahnya dalam memprediksi gerhana matahari dan bulan serta posisi bintang-bintang dan sebagainya karena prediksi seperti itu didasarkan atas kalkulasi yang rumit dan prediksi demikian biasanya benar kecuali jika terdapat kesalahan dalam kalkulasi. Gerakan dari benda-benda langit mengikuti hukum-hukum dan prinsip yang telah dirumuskan dengan baik, karenanya hampir tidak ada kemungkinan salah prediksi.

Di sisi lain, memprediksi peristiwa masa depan dengan kepercayaan bahwa hanya bintang-bintang dan benda-benda langit (tanpa kehendak Ilahi) yang menguasainya adalah haram hukumnya dan merupakan sejenis sihir.

Syekh menyimpulkan pembahasannya dalam Makasib dengan menyatakan bahwa prediksi-prediksi itu ada empat jenis:

1. Tidak haram untuk memprediksi posisi masa depan dari benda-benda langit dan fenomena lainnya seperti gerhana matahari dan gerhana bulan dan sebagainya.

2. Juga dibolehkan untuk memprediksi suatu kejadian jika itu disebabkan oleh pengaruh dari gerakan bintang-bintang atau oleh benda-benda langit yang mendekati bumi tetapi tidak harus dianggap sebagai sebuah fenomena yang terlepas dari kehendak Allah. Itu seharusnya dipandang sebagai kehendak Allah. Dengan kata lain, seseorang seharusnya mengatakan bahwa ‘ketika komet dan sebagainya melintas mendekati bumi maka hal seperti itu akan terjadi dengan izin Allah’.

Bintang-bintang tidak harus dianggap sebagai sebab satu-satunya dari fenomena itu.

Bahkan jika seseorang membuat prediksi-prediksi seperti itu melalui pengalaman dan tanpa pengetahuan ilmiah apa pun, hal itu dibolehkan. Orang yang memiliki pengalaman sebelumnya dapat memprediksi bahwa akan turun hujan di malam hari ketika anjing kesayangannya turun dari teras dan masuk ke dalam rumah, sebab ini telah terjadi sebelumnya. Karenanya, pengalaman lalu memungkinkan sebagian orang untuk memprediksi suatu peristiwa yang akan datang.

Pustaka

Syiah

94

3. Menisbatkan peristiwa-peristiwa yang akan datang semata-mata pada pengaruh benda-benda langit dianggap haram oleh seluruh fukaha. Sejumlah hadis mencela jenis-jenis prediksi ini.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang percaya pada seorang astrolog dan peramal, maka dia telah kufur kepada apa pun yang diwahyukan atas Muhammad saw.”

Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Terkutuklah astrolog, terkutuklah peramal dan terkutuklah penyihir.”

Ketika Amirul Mukminin Ali as memulai Perang Nahrawan, salah seorang dari pihak beliau yang seorang ahli dalam astrologi menahan beliau dengan mengatakan, “Jika engkau pergi pada waktu ini, aku khawatir bahwa engkau tidak akan berhasil dalam mencapai tujuanmu.”

Imam Ali as mengatakan kepadanya bahwa jika dia mengira dia dapat memprediksi datangnya waktu-waktu yang menguntungkan dan tidak menguntungkan dengan tepat maka ia salah, dan beliau berkata, “Siapa pun yang memercayai prediksimu, maka dia telah mengingkari al-Quran.” (Sebab menurut al-Quran, kesuksesan dan kekalahan semuanya tunduk pada kehendak Allah). Jika seseorang memiliki kepercayaan kepada seorang astrolog, niscaya dia tidak akan meminta pertolongan dan bantuan Allah apabila prediksi itu menguntungkan baginya. Dalam hal ini, dia tidak akan memberikan sedekah dan tidak akan berdoa untuk kesuksesan dan pada akhirnya dia akan menyimpulkan bahwa Allah tidak mengendalikan apa pun; dengan demikian, dia akan menjadi seorang kafir.

Jika seorang astronom memprediksi dengan kepercayaan bahwa prediksi-prediksinya tunduk pada kehendak final Allah, tidak ada salahnya bagi seseorang untuk berdoa kepada Allah Swt bagi kesuksesan apabila prediksi itu baik; dan seandainya prediksi itu tidak menyenangkan, maka dia berdoa kepada Allah untuk keselamatan.

Khwajah Nashiruddin Thusi pada salah satu perjalanannya tinggal untuk semalam di sebuah pabrik penggilingan bertenaga air. Pabrik penggilingan itu terletak di luar kota. Karena malam itu udaranya panas, Khwajah memutuskan untuk tidur di tempat terbuka. Pemilik pabrik mengatakan kepadanya bahwa akan turun hujan pada

Pustaka

Syiah

95

malam itu. Khwaja memandang ke langit namun dia tidak dapat menemukan tanda apa pun akan turunnya hujan. Pemilik pabrik mengatakan, “Aku memiliki seekor anjing kesayangan yang masuk ke rumah ketika akan hujan di malam hari.” Khwaja tidak menghiraukan nasihatnya dan menghabiskan malam berhujan di tempat terbuka namun dia sangat terhibur dengan peristiwa tersebut.

Empat Jenis kepercayaan

1. Percaya bahwa bintang-bintang adalah pengontrol tertinggi dari alam adalah haram hukumnya. Seseorang yang memiliki kepercayaan seperti itu adalah seorang kafir apakah dia mengingkari Penciptanya ataukah tidak. Seluruh fukaha bersepakat bulat dalam hal ini.

2. Percaya bahwa benda-benda langit telah dianugerahi oleh Allah kekuatan untuk mengontrol alam tidak kafir tetapi itu merupakan pendapat yang bodoh karena kita

2. Percaya bahwa benda-benda langit telah dianugerahi oleh Allah kekuatan untuk mengontrol alam tidak kafir tetapi itu merupakan pendapat yang bodoh karena kita