Pasal 9 √
(1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
semua perlengkapan pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan sebelum digunakan harus diperikasa terlebih dahulu oleh operator.
baut pengikat yang dipergunakan peralatan angkat harus memiliki kelebihan ulir sekrup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang, jika perlu harus dilengkapi dengan mur penjamin atau gelang pegas yang efektif.
operator dan tenaga kerja harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
melakukan pengecekan dan pemantauan kondisi atau kemampuan kerja serta merawat keran angkat, alat - alat pengaman dan alat-alat perlengkapan lainnya yang terkait dengan bekerjanya keran angkat yang dilayaninya.
Pemakaian Helm dan Sepatu Check list
Pemasangan instalasi penangkal petir di TC
No. Legislasi Deskripsi Legislasi Ya (100%) Tidak (0%) Sebagian
Legislasi Status Kesesuaian Keterangan
(Tindak Lanjut) No.
a. bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya seperti: menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain
c. bangunan untuk kepentingan umum seperi: tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti:musemum, perpustakaan, tempat penyimpanan arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat lainnya.
20 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.:
Per.05/MEN/1996 Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan kerja
pasal 3 point 1
√
pasal 4 √
point 1
c. menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3.
Kebijakan K3LM PT.Waskita Karya
HIRARC a. menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3
b. merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
dalam penerapan sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
d. mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
No. Legislasi Deskripsi Legislasi Ya (100%) Tidak (0%) Sebagian
Legislasi Status Kesesuaian Keterangan
(Tindak Lanjut) No.
pasal 5
point 1 √
SURAT EDARAN
21 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.SE. Pengadaan Kantin dan Ruang Makan √
01/Men/1979 Sebagaimana pelaksanaan kebijakan Pembangunan, khususnya dalam bidang
ketenagakerjaan sebagaimana yang diarahkan oleh Garis Besar Haluan Negara, mutukehidupan tenaga kerja yang erat bertalian dengan tingkat produktivitas kerjanya perlu secara terus menerus ditingkatkan.
Salah satu usaha guna meningkatkan mutu kehidupan tenaga kerja tersebut adalah penyerasian setiap tenaga kerja dalam pekerjaannya sebagai suatu aspek terpadu dalam ruang lingkup hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Gizi kerja sebagaimana hygiene perusahaan dan kesehatan pada umumnya bertujuan meningkatkan produktifitas dan daya kerja tenaga kerja.
Usaha pengembangan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja termasuk gizi kerja sejalan dengan tugas pemerintah untuk membina perlindungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
Disadari sepenuhnya, bahwa untuk bekera gizi kerja memegang peranan penting untuk efisiensi dan produktifitas kerja yang memadai. Dalam rangka mencapai tujuan ini, apresiasi terhadap gizi kerja oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat industri/perusahaan pada khususnya merupakan sandaran utama bagi kemantapan upaya dalam memperbaiki kondisi tenaga kerja, melalui perbaikan gizi untuk mendukung perbaikan produktifitas kerja.
Atas dasar kemanfaatan gizi kerja bagi pembangunan, maka diharapkan agar perusahaan-perusahaan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan penerapan gizi kerja yang antara lain pengadaan kanatin dan ruang tempat makan di perusahaan-perusahaan atau tempat kerja.
Lebih lanjut, pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengambil kebijaksanaan untuk menganjurkan kepada:
1. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh antara 0 sampai 200 orang supaya menyediakan ruang tempat makan di perusahaan yang bersangkutan.
untuk membuktikan penerapan sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud pasal 4, perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk oleh menteri.
e. meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengadaan Kantin di bedeng pekerja
No. Legislasi Deskripsi Legislasi Ya (100%) Tidak (0%) Sebagian
Legislasi Status Kesesuaian Keterangan
(Tindak Lanjut) No.
2. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang supaya menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan
Apabila suatu perusahaan yang jumlah tenaga kerjanya kurang dari ketentuan dalam anjuran seperti tersebut di atas, tetapi juga mengadakan ruang/tempat makan atau kantin, maka perhatian dan kesadaran perusahaan tersebut sangat dihargai, sebab dengan begitu perusahaan-perusahaan tersebut lebih membantu pengembangan gizi kerja yang manfaatnya akan lebih dirasakan lagi bagi pembangunan secara keseluruhan.
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kedua anjuran tersebut diatas, perusahaan-perusahaan yang bersangkutan hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan tempat kerja, khususnya ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal 8 yang isinya dimuat dalam Lampiran Surat Edaran ini.
Dalam hal perusahaan tersebut menyediakan kantin, hendaknya harga makanan dan minuman diusahakan secara layak sesuai dengan kemampuan perusahaan dan daya beli dari buruh yang bersangkutan serta selalu diusahakan agar nilai gizi makanan tetap mendapat perhatian yang utama.
Aparatur Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan membantu pengusaha dalam pengembangan gizi kerja pada umumnya dan pembinaan kantin-kantin dan ruang makan pada khususnya, agar benar-benar memberikan manfaat dalam mencapai tujuannya.
22 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
no.SE.01/ MEN/1997 Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja
√ Telah diketahui dan dimaklumi bahwa bahan-bahan dan peralatan kerja disatu pihak mutlak diperlukan bagi pembangunan demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa, namun di pihak lain dapat memberikan akibat-akibat negatif seperti gangguan keselamatan, kesehatan dan kenyamanan kerja serta gangguan pencemaran lingkungan
Guna mengantisipasi dampak negatif yang kemungkinan terjadi di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya-upaya pengamanan guna meningkatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
No. Legislasi Deskripsi Legislasi Ya (100%) Tidak (0%) Sebagian
Legislasi Status Kesesuaian Keterangan
(Tindak Lanjut) No.
Mengingat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 belum lengkap peraturan pelaksanaannya serta menimbang bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia yang ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Koperasi Nomor SE-02/Men/1978 dinilai telah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi masa kini, maka dipandang perlu untuk melakukan kemajuan kembali dan penyempurnaan NAB Faktor Kimia dalam SE-02/Men/1978 tersebut.
Untuk maksud tersebut di atas, maka para pengusahaagar selalu mengendalikan lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bhan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) seperti yagn tercantum pada lampiran Surat Edaran ini.
Dengan berlakunya Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja ini, maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-02/Men/1978 dinyatakan tidak berlaku lagi.
(73x100%) + (9x 50%) + (4x0%) = 90.12 %
86
Mengetahui
(Ir. Ghozy Perdana) Kepala Proyek
Jakarta, April 2007 Dibuat oleh,
(Wiyono) Safety Officer