BAB I PENDAHULUAN
1.5. Ruang Lingkup
Untuk memudahkan penyelesaian penelitian ini dan sebagai pedoman penulisan, penulis memberikan batasan pada pengolahan koleksi karya ilmiah dosen dan mahasiswa di Perpustakaan Institut Teknologi Del yang meliputi proses inventarisasi, katalogisasi, klasifikasi, pembuatan kelengkapan koleksi, penyusunan koleksi, pengolahan dengan komputer, pengaksesan dan temu kembali serta hanya pengolahan koleksi karya ilmiah dosen dan mahasiswa saja.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Karya Ilmiah
2.1.1 Pengertian Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan suatu tulisan yang berisi suatu permasalahan yang ditulis dan diungkapkan dengan metode-metode ilmiah yang sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis ilmiah tertentu. Karya tulis ilmiah berisi data dan fakta maupun hasil penelitian seseorang yang ditulis secara runut dan sistematis.
Menurut Bambang Dwiloka RR, (2005 : 1) Koleksi Khusus Karya Ilmiah Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
Sedangkan menurut EkoSusilo Madyo, (2012 :11) . Karya tulis ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/
keilmiahannya.
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya penelitian, penelitian tersebut misalnya dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dll. Data yang didapatkannya melalui kajian pustaka, mengumpulkan pengalaman penelitian, dan bisa juga dari pengetahuan orang lain yang di sajikan dengan fakta maupun dengan tulisan yang menggunakan bahasa baku dan isinya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2.1.2 Jenis Karya Ilmiah
Pada umumnya dokumen karya ilmiah tidak dapat dipinjamkan dan hanya boleh di baca di tempat saja. Skripsi, kertas karya, tesis, disertasi, dan laporan penelitian merupakan beberapa contoh dokumen karya ilmiah.
Menurut Rompas yang dikutip oleh Huda (2007, 19) menggolongkan koleksi karya ilmiah ke dalam: karya tulis ilmiah, yang dapat berupa penelitian, survey dan evaluasi, karya persyaratan akademisi dapat berupa skripsi, kertas karya, tesis dan disertasi, dan laporan-laporan penelitian. Dari segi informasi yang terkandung, karua ilmiah merupakan informasi yang dipilih dan orisinil, objektif dan mutakhir.
Sedangkan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 55) disebutkan bahwa: karya ilmiah meliputi semua karya ilmiah dan laporan penelitian yang dihasilkan oleh suatu perguruan tinggi.
Jenis karya ilmiah adalah berupa Skripsi, Tesis, Disertasi, atau berupa laporan penelitian (research report) bagi lembaga yang membiayai penelitian tersebut.
Ada juga karya ilmiah yang dimuat di majalah, jurnal, atau makalah untuk seminar. Akan tetapi, umumnya karya ilmiah di Perguruan tinggi, menurut (Arifin, 2003 : 1), dibedakan menjadi makalah, kertas karya, skripsi, tesis¸ dan disertasi :
a. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
b. Kertas kerja Seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris
objektif. Analisis dalam kertas lebih mendalam daripada analisis dalam makalah. Kertas kerja tulis, misalnya: untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya.
c. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empirisobjektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan laboratorium) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Skripsi biasanya ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan (S1).
d. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program pasca sarjana, untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar magister (S2).
e. Disertasi adalah karya tulis yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data atau fakta yang sahih (valid) Dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan original. Jika temuan original ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
2.2 Pengolahan Karya Ilmiah
Kegiatan pengolahan dilakukan sejak bahan pustaka masuk ke perpustakaan sampai siap untuk dimanfaatkan oleh pengguna. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sutarno (2005 : 103) bahwa “pengolahan atau processing koleksi perpustakaan merupakan serangkaian pekerjaan dilakukan sejak bahan pustaka diterima di perpustakaan sampai siap dipergunakan oleh pemakai”.
Adapun kegiatan pengolahan koleksi meliputi: pengadaan, inventarisasi, pengorganisasian dan penyimpanan koleksi, pengolahan dokumen elektronik serta pengaksesan dan temu kembali dokumen tersebut. Kegiatan pengolahan bertujuan agar semua koleksi dapat ditemukan atau ditelusuri dan dipergunakan dengan mudah oleh pemakai.
Menurut Sutarno (2005: 104) “kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi pekerjaan: membuat identifikasi informasi, katalogisasi, klasifikasi, pembuatan kelengkapan koleksi, penyusunan koleksi, dan pengolahan dengan komputer”.
Sedangkan menurut Qalyubi dkk (2003 : 125) yaitu “yang dimaksud dengan kegiatan pemrosesan atau pengolahan bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan-kegiatan: inventarisasi, klasifikasi, pembuatan catalog, penyelasaian dan penyusunan buku di rak”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi inventarisasi, katalogisasi, klasifikasi
pembuatan kelengkapan koleksi, penyusunan koleksi ke rak, dan pengolahan dengan komputer . Hal ini sama halnya dengan pengolahan koleksi karya ilmiah.
Sedangkan untuk memulai kegiatan pengolahan koleksi karya ilmiah maka dibutuhkan perancangan sistem digitalisasi koleksi karya ilmiah.
Perancangan sistem digitalisasi karya ilmiah bertujuan untuk memudahkan pengelolaan file elektronik dokumen karya ilmiah, menghemat ruang penyimpanan dan perawatan karya ilmiah yang selama ini disimpan dalam format tercetak, memudahkan penyebaran dan akses terhadap dokumen karya ilmiah bagi pengguna perpustakaan (Ishak, 2005)
2.3 Pengolahan Karya Ilmiah Tercetak
Supaya koleksi karya ilmiah dapat dengan mudah dan cepat ditemukan kembali maka perlu diadakan pengolahan terlebih dahulu. Kegiatan pengolahan bahan pustaka menurut Sutarno (2005: 104) “kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi pekerjaan: membuat identifikasi informasi, katalogisasi, klasifikasi, pembuatan kelengkapan koleksi, penyusunan koleksi, dan pengolahan dengan komputer”.
2.3.1 Inventarisasi
Inventarisasi koleksi adalah kegiatan pencatatan setiap bahan pustaka ke dalam buku inventarisasi (buku induk) sebagai tanda bukti pembendaharaan perpustakaan. Inventarisasi ini merupakan kegiatan yang mencatat koleksi bahan pustaka sebagai bukti bahwa koleksi tersebut milik perpustakaan yang
bersangkutan. Dalam melakukan pencatatan ini harus ditetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris dan petunjuk untuk mengisinya.
Melaksanakan pemberian tanda hak milik perpustakaan (dengan stempel atau cara lain) pada tiap bahan pustaka yang diterima, baik untuk keperluan perpustakaan maupun yang diwajibkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
Menurut Sutarno NS (2006, 182) menyatakan bahwa: “Kegiatan inventarisasi atau registrasi bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang mencatat identitas bahan pustaka pada buku induk atau kartu indeks (cardek) dan sejenisnya ataupun secara elektronik ke pangkalan data komputer”.
Berikut data pustaka yang didaftarkan pada buku induk meliputi:
1. Nama pengarang.
2. Judul buku.
3. Tanggal diterima di perpustakaan.
4. Tahun terbit.
5. Edisi.
6. Nama penerbit.
7. Tempat dan tahun terbit.
8. Sumber (membeli, sumbangan atau lainnya).
9. Keterangan lain yang dianggap perlu (seperti harga, jumah eksamplar, dan seri).
Tata laksana kerja inventarisasi bahan pustaka menurut Milburga (2000:
75) inventarisasi dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat buku/bahan pustaka satu persatu mulai dari penerimaan yang paling awal sampai dengan penerimaan yang paling akhir.
2. Mencatat mulai dari kolom nomor urut dengan angka nomor yang terkecil, dilanjutkan dengan nomor urut seterusnya setiap kali menerima buku atau bahan pustaka baru.
3. Kolom tanggal diisi dengan tanggal saat pencatatan penerimaan bahan pustaka tersebut.
4. Kolom asal buku diisi dengan keterangan:
1) Nama toko buku atau penerbit, bila buku-buku tersebut berasal dari pembelian.
2) Nama Perseorangan/badan atau instansi/lembaga, bila buku-buku itu berasal dari hadiah
3) Nama perpustakaan, apabila buku-buku itu berasal dari pertukaran koleksi dari perpustakaan lain.
5. Kolom pengarang diisi dengan nama pengarang dengan buku yang dicatat
6. Kolom judul diisi dengan judul buku yang sedang diinventarisasi 7. Kolom jumlah eksemplar diisi keterangan jumlah eksemplar.
8. Kolom harga satuan diisi dengan harga setiap eksemplar buku, apabila buku itu berasal dari pembelian.
9. Kolom jumlah harga diisi jumlah harga dari keseluruhan jumlah eksemplar buku yang bersangkutan
10. Kolom jenis buku diisi dengan jumlah eksemplar masing-masing jenis buku yang sedang diinventarisasi.
11. Kolom bahasa diisi dengan jumlah eksemplar yang setiap bahan dari buku yang sedang diinventarisasi.
12. Kolom nomor inventarisasi diisi dengan nomor inventarisasi yang sudah ditentukan untuk setiap eksemplar buku.
13. Kolom nomor pustaka diisi dengan nomor pustaka berdasarkan isi buku menurut Dewey.
14. Kolom keterangan diisi dengan keterangan-keterangan mengenai keadaan buku yang diinventarisasi
15. Setelah kolom inventarisasi hampir habis, sebelum ganti halaman dicatat rekapitulasi buku-buku yang telah dicatat dengan perincian tentang jumlah eksemplar, judul, harga seluruh buku yang dibeli, seperti tercatat pada halaman tersebut, jenis buku serta macam bahasanya dan lain-lain. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut dipindahkan ke halaman berikutnya pada baris paling atas.
Menurut Bafadal (2001 : 46) kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan inventarisasi bahan pustaka meliputi :
1. Memberi stempel pada buku
Setiap bahan pustaka yang datang harus diperiksa. Dalam pemeriksaannya hendaknya diteliti nama pengarang, judul karangan, edisi, serta bentuk fisiknya. Setelah selesai diperiksa dan ternyata benar maka setiap bahan pustaka tersebut distempel dengan stempel inventaris perpustakaan.
a. Setiap bahan pustaka yang distempel dengan stempel perpustakaan sebagai tanda pengenal. Yang perlu distempel adalah halaman-halaman tertentu, seperti halaman judul, daftar isi bab per bab. Hal ini tergantung kepada kebijakan pustakawannya masing-masing.
b. Buku-buku yang telah distempel perpustakaan, perlu juga distempel dengan stempel inventaris yang memuat kolom isian inventaris dan tanggal menginventaris. Biasanya stempel inventaris ini distempelkan dibalik halaman judul.
2. Mendaftar bahan pustaka
Bahan-bahan yang telah distempel segera diinventariskan ke dalam buku inventaris. Dalam penginventarisasiannya diusahakan dibagi menurut cara pengadaannya. Bahan pustaka yang diperoleh dari bantuan pemerintah hendaknya diinventariskan dalam buku inventaris bantuan pemerintah.Bahan pustaka yang diperoleh dari hadiah dan sebagainya.
Kegiatan inventarisasi dilakukan setelah pengadaan koleksi selesai dikerjakan yaitu pada waktu koleksi diterima. Kegiatan ini merupakan bagian pekerjaan yang penting untuk proses pengolahan bahan pustaka karena dengan menginventarisasi koleksi dapat diketahui berapa jumlah pertambahan koleksi setiap tahunnya dan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Proses kegiatan inventarisasi bertujuan agar perpustakaan dapat mengontrol kepemilikannya, dapat membuat laporan, statistik untuk mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan pada kurun waktu tertentu. Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam inventarisasi yang meliputi judul,
pengarang, penerbit, tahun terbit, harga, asal pembelian/hadiah, bahasa, dan jumlah eksemplar.
2.3.2 Katalogisasi
Katalogisasi merupakan suatu proses membuat wakil buku-buku atau bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Menurut Sutarno (2005 : 105)
“katalogisasi adalah membuat katalog setiap koleksi dengan memuat deskripsi atas fisik buku/bahan pustaka secara lengkap mencakup antara lain pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, kolasi, ilustrasi dan lain sebagainya.”
Pada dasarnya katalog perpustakaan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai daftar inventaris bahan pustaka dari suatu atau kelompok perpustakaan dan sebagai sarana temu balik bahan pustaka.
Adapun tujuan dari pembuatan katalog perpustakaan menurut Kao (2001), adalah sebagai beikut:
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya, judulnya atau subyeknya.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
4. Berfungsi sebagai sarana yang sangat diperlukan oleh staf perpustakaan di bagian pengadaan, pengatalogan, kontrol inventarisasi dan pekerjaan-pekerjaan referensi.
Melihat fungsi dan tujuan katalog perpustakaan di atas, maka jelas katalog bagi suatu perpustakaan sangat penting. Dalam melakukan kegiatan katalogisasi digunakan pedoman yang sudah baku dan biasa dipergunakan perpustakaan, baik
dari Perpustakaan Nasional maupun lembaga yang lain, baik nasional atau internasional. Misalnya:
1. Anglo American Cataloguing Rules 2nd Edition (AACR 2)
2. Pedoman Tajuk Subjek
3. Thesaurus
Hasil katalogisasi adalah kartu-kartu katalog yang memuat semua deskripsi setiap koleksi/informasi. Menurut Bafadal (2005 : 90) ada lima kelompok keterangan yang harus tertera pada katalog, yaitu:
1. Tajuk entri utama yang berupa nama keluarga pengarang atau nama utama pengarang (heading).
2. Judul buku, baik judul utama buku maupun sub judul (title statement).
3. Keterangan tentang kota terbit, nama penerbit, dan tahun terbit (imprint).
4. Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel, bibliografi, dan ependik (collation).
5. Keterangan singkat mengenai seri penerbitan, judul asli, dan pengarang aslinya (apabila buku tersebut merupakan terjemahan).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi yang dicantumkan dalam katalog adalah:
1. Nomor panggil atau call number (nomor kelas ditambah 3 huruf dari tajuk entri utama dan huruf pertama dari judul)
2. Tajuk entri utama
3. Judul dan pernyataan penanggung jawab 4. Edisi,
5. Keterangan tentang publikasi (tempat terbit, penerbit, tahun terbit)
6. Informasi tentang deskripsi fisik (keterangan ilustrasi, ukuran buku, daerah keterangan tentang seri penerbitan)
7. Catatan tentang informasi yang tidak termasuk dalam deskripsi di atas (judul asli, bibliografi, indeks)
8. Informasi tentang nomor standar
9. Informasi tentang entri tambahan (tracing).
2.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify. Yang artinya menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. Menurut Sutarno NS (2006, 180) mengklasifikasi adalah "Kegiatan menganalisis bahan pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan menggunakan sistem klasifikasi tertentu". Sistem klasifikasi akan sangat membantu bagi petugas dalam menyusun koleksi agar lebih rapih dan teratur. Pada prinsipnya klasifikasi atau pemberian kode notasi harus diusahakan agar dapat membantu pemakai agar lebih mudah mencari dan menemukan apa yang mereka perlukan.
Katalogisasi subjek/klasifikasi merupakan proses katalogisasi yang berhubungan dengan penentuan subjek bahan pustaka, termasuk didalamnya klasifikasi dan penentuan tajuk subjek. Untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi pustaka, pustakawan harus mengetahui subjek/isi dari pustaka tersebut dengan menganalisis dan menentukan subjek dari pustaka tersebut terlebih dahulu.
Ada beberapa unsur dari sebuah buku yang dapat memberi petunjuk tentang subjek buku tersebut, yaitu judul buku, pengantar, daftar isi, pendahuluan, bibliografi, dan indeks.
Pada umumnya klasifikasi ialah suatu kegiatan pengelompokkan buku atau bahan pustaka menurut isinya.Kegiatan klasifikasi ini terdiri dari penentuan tajuk subjek dan nomor kelas.
Menurut Suwarno (2007: 66) Secara umum klasifikasi terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Klasifikasi artifisial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya berdasarkan warna buku atau tinggi buku.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Klasifikasi fundamental ini yang sering digunakan perpustakaan saat ini.
Sedangkan menurut Sutarno (2005 : 105) “klasifikasi adalah pekerjaan mengelompokkan seluruh koleksi menurut kelas/kelompok tertentu. Biasanya menurut subjek atau isi buku.”
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi adalah suatu kegiatan atau proses memilih dan mengelompokkan buku-buku perpustakaan atau bahan pustaka lainnya berdasarkan sistem tertentu serta diletakkannya secara bersama-sama di suatu tempat.
Tujuan dilakukannya klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistem tertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan
pada tempat penyimpanan. Menurut Darmono (2007 : 115) tujuan klasifikasi dapat dirinci, sebagai berikut:
1. Menghasilkan urutan yang berguna
Tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka yang berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.
2. Penempatan yang tepat
Bila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkan mudah diketemukan serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan.
3. Penyusunan Mekanis
Bahan pustaka baru mudah disisipkan diantara bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki. Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggu susunan bahan pustaka di jajaran.
Dalam klasifikasi bahan pustaka ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan agar diperoleh hasil yang menguntungkan bagi pemakai jasa perpustakaan maupun bagi pustakawan. Menurut Hamakonda yang dikutip Darmono (2007:117) langkah-langkah tersebut adalah:
1. Pertama-tama bahan pustaka diklasir berdasarkan subyeknya, kemudian bentuk penyajiannya. Ada perkecualian untuk bahan pustaka tentang kesusastraan, dengan bentuk lebih diutamakan daripada subyeknya.
2. Bahan pustaka perlu diklasir sesuai dengan apa yang menjadi maksud dan tujuan pengarang.
3. Bahan pustaka perlu diklasir berdasarkan subyek yang paling khusus.
4. Apabila bahan pustaka dapat ditempatkan pada dua nomor kelas yang sama-sama tepat, klasirlah bahan pustaka tersebut pada kelas yang paling bermanfaat bagi pemakai jasa perpustakaan dan pustakawan.
5. Apabila bahan pustaka membahas dua subyek atau lebih dan keduanya saling berhubungan, maka bahan pustaka tersebut diklasir pada subyek yang lebih dipentingkan oleh pengarangnya. Untuk menentukan subyek mana yang menjadi titik tekan dari pengarang bisa dilihat dari subyek mana yang lebih banyak dibahas.
6. Apabila bahan pustaka membahas suatu subyek dari dua aspek atau lebih (hanya inter disipliner), klasirlah bahan pustaka tersebut pada aspek yang paling diutamakan di dalam pembahasannya.
7. Apabila bahan pustaka membahas suatu subyek yang belum atau tidak terdapat nomor kelasnya di dalam, bagan (sistem klasifikasi), klasirlah
bahan pustaka tersebut pada nomor kelas yang paling dekat dengan subyek tersebut dan jangan membuat nomor sendiri.
Ada beberapa macam sistem klasifikasi yang banyak digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan di dunia, yaitu Dewey Decimal Classification ( DDC), Universal Decimal Classificatio (UDC) , Library of Congress Classification ( LCC) , Colon Classification (CC) , dan lain sebagainya. Hasil dari kegiatan klasifikasi ini adalah penentuan dan pembuatan nomor kelas koleksi/informasi (buku yang lain) menurut isi atau subjeknya, sehingga informasi yang isinya sama terkumpul pada tempat yang sama atau terkelompokkan menurut bentuk tertentu.
2.3.4 Pembuatan Kelengkapan Koleksi
Setelah selesai diinventarisasi, dikatalog dan diklasifikasi, maka selanjutnya dilakukan pembuatan kelengkapan koleksi, mulai dari label, kartu buku, slip tanggal kembali. Menurut Sutarno (2005 : 106) “Kelengkapan koleksi bahan pustaka antara lain label, kartu buku, kantong buku, slip buku, slip tanggal, kartu katalog (judul, pengarang tambahan, subjek, seri, dan kartu katalog tambahan), sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan perpustakaan.”
Sedangkan Soeatminah (1992 : 82) menyatakan bahwa memberi label digunakan untuk mencatat tanggal pinjam dan/atau kembali.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembuatan kelengkapan koleksi adalah suatu kegiatan dalam membuat label, kartu buku, kantong buku, slip buku, slip tanggal kembali, kartu katalog (judul, pengarang tambahan, subjek, seri, dan kartu katalog tambahan), dan kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan perpustakaan. Dengan dibuatnya kelengkapan koleksi ini tentunya dapat memudahkan dalam penyusunan di rak, proses temu kembali bahan pustaka, dan juga proses peminjaman dan pengembalian.
2.3.5 Penyimpanan dan Penyusunan Koleksi
Bahan pustaka yang sudah selesai diolah, disimpan atau ditempatkan ke dalam jajaran rak penyimpanan koleksi sesuai dengan jenis koleksi tersebut.
Penyusunan koleksi dalam rak penyimpanan dilakukan dengan mempedomani system yang telah ditentukan perpustakaan.
Menurut Wursanto (2001, 22) menyatakan bahwa:
“Sistem penyimpanan adalah rangkaian tata cara dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menyimpan warkat-warkat, sehingga bilamana diperlukan lagi warka-warkat itu dapat ditemukan kembali secara cepat”.
Sedangkan Menurut Sutarno NS menyatakan bahwa:
“Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan koleksi bahan pustaka yang telah diolah/diproses menjadi koleksi perpustakaan pada rak-rak buku/pustaka berdasarkan susunan menurut kelompok macamnya dan bidang ilmunya masing-masing maupun urutan nomor penempatan (call number).
Sedangkan menurut Soeatminah (1992 : 83) Penyusunan buku adalah:
Kegiatan menempatkan buku-buku yang sudah selesai diolah dan telah dilengkapi dengan label di dalam rak/almari buku. Buku diatur sesuai dengan sandi buku, yang merupakan kode kelompok subjek/isi buku.Sandi buku biasanya terdiri dari kode klasifikasi, pengarang, dan kode judul.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penyimpanan dan penyusunan koleksi ini adalah suatu kegiatan penyusunan dan penempatan koleksi yang sudah selesai diolah pada tempat tertentu sesuai dengan kode klasifikasi, pengarang, dan kode judul. Buku-buku yang subjek/isinya sama akan terkumpul dalam satu lokasi sehingga memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan buku-buku yang dikehendakinya.
Sistem penyimpanan koleksi atau bahan pustaka di Perpustakaan maksudnya meletakan bahan koleksi ke rak-rak yang ada di perpustakaan.
Sebelum menyusun bahan pustaka di rak memperhatikan nomor panggil buku secara terperinci. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Rak tidak diisi penuh, apabila ada penambahan dan pengembalian bahan pustaka dalam subjek yang sama tidak perlu menggeser banyak
2. Menggunakan standar bahan pustaka agar tidak roboh
3. Koleksi atau bahan pustaka tidak diletakkan miring, karena akan cepat
3. Koleksi atau bahan pustaka tidak diletakkan miring, karena akan cepat