• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Meninjau ulang dan mengevaluasi kebijakan pembangunan klaster industri furniture yang diprakarsai oleh Pemko Palangka Raya. Beberapa pilihan kebijakan yang dapat dilakukan beserta implikasinya adalah:

a. Membangun sentra industri furniture. Pilihan ini telah dimulai dan menghasilkan beberapa kesepakatan hukum dengan pemerintah pusat. Hambatan yang dihadapi pilihan ini adalah ketidakpastian status lahan yang saat ini dijadikan areal sentra. Untuk itu Pemko Palangka Raya perlu memindahkan sentra yang ada sekarang ke tempat yang memiliki kepastian hukum. Di samping itu, pilihan ini akan memberatkan APBD daerah karena Pemko harus menyediakan dana pembangunan sentra yang baru.

b. Melanjutkan program pembanguan klaster industri furniture. Hambatan yang dihadapi pilihan ini adalah terbatasnya industri pemasok, industri terkait, industri penunjang dan kelembagaan lainnya menyebabkan tingginya biaya produksi pembuatan furniture. Keadaan ini berdampak pada mahalnya harga furniture buatan lokal dibandingkan dengan harga furniture yang dibuat di pulau Jawa yang beredar di pasar lokal

c. Membiarkan industri furniture berkembang secara alamiah. Kosekuensi pilihan ini adalah lambannya perkembangan industri furniture dan tidak termanfaatkannya potensi kayu yang ada di Palangka Raya. Jika pilihan ini yang diambil, maka pemerintah harus memperbaiki kondisi politik, hukum, makroekonomi dan mikroekonomi daerah agar sektor industri perkayuan dapat berkembang

2. Berdasarkan kondisi yang ada, pengembangan klaster komponen bahan bangunan (wood working) tampaknya lebih mungkin untuk dilakukan

3. Banyaknya kayu illegal yang beredar di Kota Palangka Raya memerlukan penataan dan penertiban dari instansi pemerintah yang terkait, baik di tingkat kota maupun provinsi. Penataan dan penertiban ini diperlukan untuk mengetahui potensi sebenarnya dari kayu-kayu yang dapat diproduksi secara

legal di Kalimantan Tengah. Berdasarkan informasi tersebut kemudian disusun strategi pemanfaatan potensinya. Pengembangan industri berbasis kayu yang diharapkan mampu bersaing di pasar internasional akan lebih mudah dilakukan jika ada jaminan kelestarian bahan baku dari sumber-sumber yang legal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Hadjib N. 2005. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006: 130-148.

[ADB] Asian Development Bank (2001). “Best Practice in Developing Industry Clusters and Business Networks,” Asian Development Bank SME Development TA, Policy Paper No. 8. Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM. Di dalam: Partiwi SG. 2007. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif Pada Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

[Asmindo] Asosiasi Industri Permebelan & Kerajinan Indonesia. 2007. Tinjauan tentang Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia. Bahan Presentasi tanggal 15 Maret 2007 di Jakarta.

[Bappeda] Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya. 2006.

Produk Unggulan Daerah Kota Palangka Raya. Palangka Raya: Bappeda Kota Palangka Raya.

[Bappenas] Badan Perencana Pembangunan Nasional. 2004a. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Jakarta: Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas.

_____. 2004b. Panduan Pembangunan Klaster Industri untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas.

_____. 2005. Mengenal Klaster. Jakarta: Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas.

_____. 2007. Buku Pegangan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 2007. Jakarta: Bappenas.

Bergman EM, Feser EJ. 1999. Industrial and Regional Clusters: Concepts and Comparative Applications. http://www.rri.wvu.edu/WebBook/Bergman- Feser/ [27 Desember 2007].

Burger K, Kameo D, Sandee H. 2001. Clustering of Small Agro-Processing Firms in Indonesia. Int. Food and Agribusiness Man. Rev. 2(3/4): 289–299. [BI] Bank Indonesia. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2007. Jakarta: BI _____. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia. Integrasi Ekonomi ASEAN dan

Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: BI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 1998. Indikator Industri Besar dan Sedang. Jakarta: BPS.

_____. 2007. Kota Palangka Raya Dalam Angka 2006. Palangka Raya: BPS Kota Palangka Raya.

Brown TH et al. 2005. Restructuring and Revitalization of Indonesia’s Wood- Based Industry: Synthesis of Three Major Studies. Jakarta: Ministry of Forestry, CIFOR and DFID-MFP.

Cho DS, Moon HC. 2003. From Adam Smith To Michael Porter: Evolusi Teori Daya Saing. Jakarta: Salemba Empat.

Chruch J, Ware R. 2002. Industrial Organization: A Strategic Approach. New York: McGraw-Hill

Darusman D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Bogor: Laboratorium Poleksos Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[Dephut] Departemen Kehutanan RI. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006–2025. Jakarta: Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan RI.

_____. 2007. Eksekutif Data Kehutanan Strategis 2007. Jakarta: Departemen Kehutanan RI.

[Deperin] Departemen Perindustrian RI. 2005. Rencana Strategis Departemen Perindustrian Tahun 2005-2009. Jakarta: Departemen Perindustrian RI. _____. 2006. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Furniture Melalui

Pendekatan Klaster. Jakarta: Departemen Perindustrian.

_____. 2008. Grand Strategi Pengembangan Industri Furniture. Bahan Presentasi. Jakarta: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Departemen Perindustrian RI.

[Deperindag] Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan Industri kecil Menengah 2002 – 2004. Buku I. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. Jakarta: Deperindag.

[Dishut] Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. 2007. Statistik Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya: Dishut Kalteng Djamhari C. 2006. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sentra

UKM Menjadi Klaster Dinamis. Infokop Nomor 29 Tahun XXII:83-91. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Effendi R, Hariyatno, Bangsawan I. 2006. Kajian Kondisi dan Hambatan Pengembangan Industri Furniture di Jawa Tengah. Info Sosial Ekonomi Vol. 6 No. 3:159-177.

[FWI/GFW] Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch.

Hashiramoto O, Castano J, Johnson S. 2005. Changing Global Picture of Trade in Wood Products. Unasylva 219 (55):19-26.

Humphrey J, Schmitz H. 1995. Principles for promoting clusters & networks of SMEs. Vienna: UNIDO.

[ITC] International Trade Centre UNCTAD/WTO, [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2002. Tropical Timber Product: Development of Further Processing in ITTO Producer Countries. Geneva: ITC/ITTO. [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2007. Annual Review And

Assessment of The World Timber Situation 2007. Yokohama: ITTO.

[JICA] Japan International Cooperation Agency (2003). The Study On Strengthening Capacity Of SME Cluster In Indonesia. Tidak Diterbitkan, KRI International Corp. Di dalam: Bappenas (2004). Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Dalam Rangka Mendukung Akselerasi Peningkatan Daya Saing Daerah. Jakarta: Bappenas.

_____. 2008. Survei Rencana Pembinaan Sumber Daya Manusia Industri Kecil dan Menengah di Indonesia (Fase 2). Laporan Akhir. Jakarta: Departemen Perindustrian Republik Indonesia

Kadin Indonesia. 2007. Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional. Ringkasan Eksekutif. www.kadin-indonesia.or.id [27 Desember 2007] Kaplinsky R, Memedovic O, Morris M, Readman J. 2003. The Global Wood

Furniture Value Chain: What Prospects for Upgrading by Developing Countries. The case of South Africa. Vienna: UNIDO

[KPPOD] Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah. 2003. Daya Tarik Investasi Usaha Kabupaten/Kota di Indonesia. Persepsi Dunia Usaha. Jakarta: KPPOD dan The Asia Foundation.

Kumar S. 2005. Development of Industrial Cluster: A Study of Indian Small Scale Industry Cluster. MPRA Paper No. 171. http://mpra.ub.uni- muenchen.de/171/ [15 April 2008]

Lines T, Monypenny R. 2006. Industrial Clustering. Proceedings Sustainable Economic Growth for Regional Australia National Conference (SEGRA), August 28-30 2006. Launceston. Australia

Manurung EGT et al. 2007. Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Jakarta: Departeman Kehutanan Republik Indonesia.

Marijan K. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui Pendekatan Kluster. INSAN Vol. 7 No. 3:216-225.

[MoI] Ministry of Industry Republic of Indonesia. 2008. Industry for a Better Life: Facts and Figures. Jakarta: MoI

Partiwi SG. 2007. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif Pada Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Porter ME. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing.

Jakarta: Erlangga.

_____. 1998. Clusters and the New Economics of Competition. Harvard Business Review. November-December:77-90

_____. 2000. The Microeconomic Foundations of Competitiveness and the Role of Clusters. www.cit.ms/archieve/gov_conf_2001/porter/exe_briefing.pdf [15 April 2008]

_____. 2003. Clusters and Regional Competitiveness: Recent Learnings. International Conference on Technology Clusters. Montreal, Canada.

www.isc.hbs.edu/pdf/Montreal_Cluster_Conference_2003.11.03_ckrb.pdf [15 April 2008]

_____. 2006. Raising Indonesia’s Competitiveness. Bahan Presentasi pada seminar tanggal 28 November 2006 di Jakarta. www.isc.hbs.edu/pdf/20061128_indonesia_CAON.pdf [15 April 2008]

Porter ME dan Martin RL. 2000. Canadian Competitiveness: Nine Years after the Crossroads. Readings/Martin%20&%20Porter_Canadian%20Comp.pdf [15 April 2008]

Purnomo H. 2006. Teak Furniture and Business Responsibility: A Global Value Chain Dynamics Approach. Economics and Finance in Indonesia. 54(3):411-443.

Rosenfeld SA. 2002. Creating Smart Systems. A Guide To Cluster Strategies in Less Favoured Regions. www.rtsinc.org. [27 Desember 2007].

Sandee H, Ibrahim B. 2002. Evaluation of SME Trade and Export Promotion in Indonesia. Jakarta: ADB Technical Assistance SME Development– Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Schmitz H. 1997. Collective Efficiency And Increasing Returns. IDS Working Paper 50.

_____. 1999. Global Competition and Local Cooperation: Success and Failure in the Sinos Valley, Brazil. World Development Vol. 27, No. 9:1627-1650. _____. 2003. Lessons from the JICA Project ‘Strengthening the Capacity of SME

Clusters in Indonesia’. Laporan yang dibuat untuk KRI International Corp. Institute of Development Studies, University of Sussex.

Schmitz H, Nadvi K. 1999. Clustering and Industrialization: Introduction.

World Development Vol. 27, No. 9:1503-1514.

Simangunsong BCH. 2004. The Economic Performance of Indonesia’s Forest Sector in the Period 1980-2002. Briefing Paper #4. A paper prepared for GTZ-SMCP.

Soetrisno N. 2005. SME Clustering Strategy In Indonesia: An Integrated Development Support. Di dalam: Improving The Competitiveness of SMEs Through Enhancing Productive Capacity. Proceedings of Four Expert Meetings. New York and Geneva: UNCTAD. pp. 131-137.

Stamer JM dan Liedtke UH. 2005. How To Promote Clusters. Mesopartner Working Paper 08/2005.

Tambunan THM. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

_____. 2005. Promoting Small and Medium Enterprises with a Clustering Approach: A Policy Experience from Indonesia. J of Small Business Man.

_____. 2006. Development of Small-And Medium-Scale Industry Clusters In Indonesia. www.kadin-indonesia.or.id [27 Desember 2007].

Tarigan R. 2007. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara Taufik TA. 2005. Penguatan Daya Saing dengan Platform Klaster Industri:

Prasyarat Memasuki Ekonomi Modern. Makalah disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Strategi dan Implementasi Pengembangan Daya Saing Ekonomi Daerah dengan Pendekatan Lintas Sektoral diselenggarakan oleh Core Competence dan PUPUK di Yogyakarta tanggal 7-9 Pebruari 2005.

Taufik M. 2004. Proyeksi Sentra Menjadi Klaster. Infokop: No 25 Tahun XX:62-74.

Tora S, Haviarova E. 2008. Identifying and Analizing Forest Products Industrial Cluster in Indiana. http://www.forestprod.org/am06tora.pdf [20 Agustus 2008]

Waits MJ. 2000. The Added Value of the Industry Cluster Approach to Economic Analysis, Strategy Development, and Service Delivery. Econ Dev Quarterly

14(1):35-50

World Bank. 2006. Sustaining Economic Growth, Rural Livelihoods, and Environmental Benefits: Strategic Options for Forest Assistance in Indonesia. Jakarta: IBRD/The World Bank.

World Economic Forum. 2007. Global Competitiveness Report. Geneva: Switzerland.

Lampiran 1 Daftar responden yang diwawancarai.

No Nama responden Instansi /Perusahaan Jabatan Pemerintah

1 Drs. Djuan Disindagkop Kasubdin Industri

2. Ir. Narie Bappeda Kabid Ekonomi

3 Ir. Antonia Kupa Dishutbun Kasubdin Kehutanan 4 Ir. Corie Disindagkop Kasubdin Koperasi & UKM 5 Ir. Henky Dinas Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah

Kepala IKM Furniture

6 Ade Surya Djatta CV. Surya Djatta Pimpinan 7 Darwin Guntik Undas Furniture Pimpinan

8 Deni Joi Furniture Pimpinan

9 Romer Romer Meubel Pimpinan

10 Ingai J.A CV. Putra Kahayan Pimpinan 11 Abdul Muin Meubel Mahkota Pimpinan

12 Indra Wawan Umidal Pimpinan

13 Gunawan Swakarya Pimpinan

14 Sunardji Sunardji Furniture Pimpinan 15 Hiskel Haroira Meubel Hagatoy Pimpinan

IPHHK Penggergajian Kayu

16 H. Fahriansyah Sumber Usaha Pimpinan 17 H. Muhammad Karya Bersama Pimpinan

18 Sugianto CV. Mandiri Pimpinan

IUPHHK Galangan Kayu

19 Taufik Rahman UD. Berkat Hikmah Pemilik

20 H.M. Arifin Pasrah Pemilik

21 Mahrani Berkat Malik Pemilik

22 Khaerul Saleh UD. Khaerul S. Permai Pemilik 23 M. Yusuf CV. Wahyu Perdana Pemilik

Lembaga Terkait

24 Winhard Koperasi Palangka Sejahtera Ketua 25 Ingai J.A. Koperasi Palangka Sejahtera Wakil ketua

Lampiran 2 Panjang jalan berdasarkan jenis permukaan, kondisi dan kelas jalan di Kota Palangka Raya Tahun 2002-2006 (km). Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 A. Jenis Permukaan Aspal 369,22 253,48 296,83 431,45 453,24 Kerikil 27,35 5,31 6,06 18,18 27,46 Tanah 95,12 250,11 525,54 378,79 347,73 Lainnya 101,20 - - - - Jumlah 592,12 508,90 828,43 828,43 828,43 B. Kondisi Baik 226,79 85,60 73,28 83,87 105,67 Sedang 66,91 114,51 168,91 178,97 188,24 Rusak 180,48 130,50 375,02 299,16 289,89 Rusak Berat 118,71 178,29 211,22 266,43 244,63 Jumlah 592,12 508,90 828,43 828,43 828,43 C. Kelas Jalan I 58,65 58,65 58,65 58,65 58,65 II 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 IIIA 57,00 57,00 85,60 85,60 85,60 IIIB 42,25 42,25 42,25 42,25 64,04 IIIC 203,35 480,73 474,00 474,00 474,00 Lainnya 180,64 180,64 140,43 140,43 118,64 Jumlah 592,12 508,90 828,43 828,43 828,43

Lampiran 3 Proses politik pembangunan sentra industri Temanggung Tilung

Tanggal Peristiwa Keterangan

21 September 2002 Walikota Palangka Raya mengundang para pemangku kepentingan dalam rangka pembangunan klaster industri furniture

1. Walikota memaparkan latar belakang dan keinginan untuk membangun klaster industri furniture

2. Para pemangku kepentingan sepakat dengan ide walikota 02 Oktober 2002 Walikota Palangka Raya mengeluarkan Keputusan No

146/2002 tentang Pembentukan Pokja Koordinasi Penetapan Tempat dan Lokasi Industri Kecil dan Menengah Furniture dan Komponen Bahan Bangunan di Kota Palangka Raya

1. Tugas Pokja: (a) melakukan koordinasi dan mempersiapkan lokasi pengembangan industri kecil dan menengah furniture dan KBB, (b) mengidentifikasi IKM furniture dan KBB dalam rangka pemindahan ke lokasi yang ditetapkan.

2. Pokja merekomendasikan Arena Pameran dan Promosi Temanggung Tilung (APPTT) milik pemprov Kalteng untuk dijadikan sebagai lokasi klasrer industri

12 Oktober 2002 Walikota Palangka Raya mengirimkan surat kepada Badan Pengelola APPTT dan Gubernur Kalteng selaku pemilik aset APPTT tentang permohonan penggunaan sebagian lahan APPTT untuk dijadikan lokasi pemukiman industri kecil

1. Walikota meminjam areal APPTT seluas 10 hektar dan penggunaannya bersifat Hak Pakai selama 10-15 tahun

2. Badan Pengelola APPTT menyetujui keinginan Pemko Palangka Raya dan mengusulkan kepada Gubernur Kalimantan Tengah menyetujui dan mengabulkan keinginan tersebut

30 Desember 2002 Gubernur Kalteng menyetujui permohonan Walikota Palangka Raya

Gubernur Kalteng menyetujui pemanfaatan areal APPTT sebagai klaster industri dengan catatan: (a) rencana lokasi yang dimanfaatkan, baik posisi maupun luasnya disesuaikan dengan peruntukan dalam Rencana Induk, (b) tidak melakukan pembangunan yang sifatnya permanen, (c) biaya pembangunannya dibebankan pada APBD Kota Palangka Raya, dan (d) pelaksanannya dikoordinasikan dengan pihak/instansi terkait

30 Januari 2003 Walikota Palangka Raya mengeluarkan SK No 15/2003 tentang Kelompok Kerja Pembentukan Klaster Industri Kecil Palangka Raya

Pokja ini bertugas: (1) melakukan koordinasi semua urusan dalam rangka pemberdayaan pengembangan usaha kecil, (2) melakukan identifikasi, pembinaan, dan bimbingan bagi pengusaha industri kecil dalam rangka pemindahan ke lokasi yang ditetapkan, dan (3) membentuk dan menetapkan Lembaga Pengelola klaster industri

Lampiran 3 (Lanjutan).

Tanggal Peristiwa Keterangan

5 Desember 2005 Walikota Palangka Raya meresmikan Sentra Industri Kecil dan Menengah Temanggung Tilung sebagai pusat produksi furniture dan komponen bahan bangunan

Peresmian tersebut disaksikan oleh Pejabat dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

18 Juli 2006 Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Walikota Palangka Raya dengan Dirjen IKM Dep. Perindustrian dan Deputi Bidang Pengembangan Dan

Restrukturisasi Usaha Kementrian Negara KUKM

Dalam Nota Kesepakatan itu disebutkan kewajiban Walikota Palangka Raya adalah: (a) menyediakan lahan, membangun infrastruktur dan mendirikan bangunan untuk industri, bangunan penunjangnya bagi KUKM serta biaya operasionalnya, (b) menetapkan berkekuatan hukum alokasi 15 Ha lahan klaster industri, (c) membangun dan memfungsikan terminal kayu legal, (d) menyediakan one stop service perijinan untuk KUKM, serta menjamin status hukum lahan dan kelangsungan usaha KUKM dan (e) melakukan perluasan kawasan apabila dipandang perlu

30 Agustus 2006 Rapat sinkronisasi di Jakarta sebagai tindak lanjut Nota Kesepakatan

Walikota Palangka Raya berkewajiban memprogramkan pembangunan infrastrutur pada tahun 2007. Pembangunan infrastrutur yang harus dilakukan pada Tahap Pertama adalah: pembangunan 2 unit gedung UPT, pembangunan 18 unit gudang produksi, pembangunan 20 unit pangkalan kayu, pematangan lahan, penyusunan master plan, pembuatan pagar sepanjang 200 m dan pengadaan 1 unit kiln dryer ukuran 100 m3.

5 September 2006 Walikota Palangka Raya memohonan peningkatan status lahan kawasan industri Temanggung Tilung kepada Gubernur Kalteng

Permohonan ini tidak dijawab secara tertulis oleh gubernur. Gubernur memberi arahan secara lisan agar Pemko Palangka Raya merealisasikan terlebih dahulu pembangunan dan pengembangan kawasan tersebut dan peningkatan status lahan dapat dibicarakan kemudian

25 September 2006 Walikota Palangka Raya meminta dukungan Gubernur Kalteng untuk membangun infrastruktur di kawasan industri Temanggung Tilung

Karena keterbatasan dana Pemko, Walikota Palangka Raya meminta bantuan Gubernur Kalteng untuk membangun infrastruktur, sarana dan peralatan produksi. Bantuan yang diharapkan adalah: 1 unit kiln dryer kapasitas 100 m3; 10

Lampiran 3 (Lanjutan).

Tanggal Peristiwa Keterangan

7 April 2008 Pemprov Kalteng memerintahkan Dinas PU Kateng membuat master plan Temanggung Tilung

Pemprov Kalteng memerintahkan Dinas PU provinsi membuat master plan APPTT dengan memuat: (1) keadaan luas tanah keseluruhan dan bangunan di atasnya, (2) batasan lahan dan posisi yang diserahkan ke Pemko Palangka Raya, luas lahan yang telah dimanfaatkan dan sisa lahan yang belum dibangun, (3) batasan lahan yang dipinjampakai untuk pengembangan anggrek seluas 0,5 Ha, (4) batasan lahan yang diserobot oleh masyarakat, dan (5) lain-lain 18 April 2008 Gubernur Kalteng menyatakan bahwa lahan APPTT

merupakan aset provinsi. Gubernur menegaskan bahwa peminjaman lahan untuk Pemko secara keseluruhan tidak melebihi 4 hektar

Walikota Palangka Raya diminta secepatnya untuk membuat laporan tentang pembangunan Klaster di APPTT

8 Mei 2008 Walikota menyampaikan bahwa Pemko menyetujui lokasi APPTT tetap menjadi aset provinsi, namun mengharapkan pemanfaatan lahan seluas + 15 hektar sebagai klaster industri sebagaimana ijin gubernur pada tanggal 30 April 2002 tetap dipertahankan

Walikota menyampaikan kondisi di APPTT yang ada saat ini, yaitu:

1.Infrastruktur: Gedung produksi (27 unit); Pangkalan kayu (16 unit); Gedung UPT kayu (1 unit); Pagar (596,39 m); Kiln dryer (2 unit/ kapasitas 30 m3); Terminal bongkar muat (2 unit/1.047 m2); Mesin genset (1 unit/80 KVA);

Jalan lingkungan (1500 m)

2.Dukungan mesin/peralatan ahli dari Deperin RI: mesin meubel kayu (21 unit) dan mesin meubel rotan (13 unit)

3.Jumlah IKM yang telah bergabung di klaster sebanyak 30 IKM dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 120 orang

4.Telah dibentuk Koperasi Palangka Sejahtera dengan jumlah anggota 37 orang

14 Mei 2008 Pemprov Kalteng dan Pemko Palangka Raya bersama- sama meninjau lokasi Sentra Industri Temanggung Tilung

Disepakati bahwa lokasi yang sudah dibangun oleh pemko tetap dipertahankan sebagai aset provinsi yang dikelola oleh pemerintah kota, sementara

bangunannya tetap sebagai aset pemerintah Kota. Status sisa lahan yang belum dibangun oleh pemerintah kota akan disesuaikan dengan kepentingan kedua belah pihak.

Lampiran 4 Distribusi persentase PDRB Kota Palangka Raya menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 (%)

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006*) 2007**)

1. PERTANIAN, PETERNAKAN,

KEHUTANAN & PERIKANAN 5.72 5.26 5.37 5.54 5.74 5.72 6.39 6.54 a. Tanaman Bahan Makanan 0.53 0.52 0.57 0.62 0.63 0.57 0.54 0.51 b. Tanaman Perkebunan 0.17 0.16 0.16 0.14 0.14 0.11 0.10 0.10 c. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 3.08 2.49 2.43 2.56 2.89 2.96 3.49 3.72 d. K e h u t a n a n 0.34 0.36 0.33 0.23 0.15 0.12 0.10 0.07 e. P e r i k a n a n 1.59 1.73 1.87 1.99 1.93 1.96 2.16 2.15 2. PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN 1.67 1.66 1.62 1.58 1.57 1.53 1.46 1.58

a. Minyak Dan Gas Bumi - - - - -

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. P e n g g a l i a n 1.67 1.66 1.62 1.58 1.57 1.53 1.46 1.58

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5.13 5.01 5.05 5.08 5.26 5.38 5.55 5.78

a. Industri Migas - - - - -

b. Industri Tanpa Migas 5.13 5.01 5.05 5.08 5.26 5.38 5.55 5.78 4. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 1.27 1.40 1.52 1.61 1.61 1.63 1.67 1.70

a. L i s t r i k 1.00 1.06 1.13 1.11 1.14 1.14 1.16 1.19 b. Gas Kota - - - - - c. Air Bersih 0.27 0.34 0.39 0.50 0.47 0.49 0.51 0.51 5. B A N G U N A N 7.02 7.06 7.50 8.19 7.54 7.37 7.25 7.53 6. PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL 14.16 14.30 14.88 16.07 16.48 16.49 17.26 17.40

a. Perdagangan Besar Dan Eceran 9.38 9.32 9.96 11.05 11.37 11.83 12.88 13.19

b. H o t e l 1.09 1.16 1.12 1.13 1.16 1.06 1.00 0.96 c. R e s t o r a n 3.69 3.82 3.81 3.88 3.94 3.60 3.39 3.26 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 24.34 22.18 21.01 18.35 19.00 20.09 19.58 18.97 a. Pengangkutan 23.50 21.36 20.16 17.40 18.05 19.19 18.57 17.84 - Angkutan Rel - - - - -

- Angkutan Jalan Raya 8.59 8.60 9.55 8.51 8.36 8.09 8.05 7.72 - Angkutan Air 13.51 11.61 9.59 7.66 7.45 8.34 7.39 7.03 - Angkutan Udara 1.13 0.92 0.81 1.05 2.07 2.57 2.95 2.91 - Jasa Penunjang Angkutan 0.26 0.23 0.22 0.18 0.18 0.18 0.18 0.17

b. Komunikasi 0.84 0.82 0.85 0.95 0.95 0.91 1.01 1.13

8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN

JASA PERUSAHAAN 6.07 5.14 5.16 4.98 5.23 5.35 5.36 5.60

a. B a n k 3.54 2.68 2.67 2.53 2.71 2.75 2.79 2.98

b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank &

Jasa Penunjang Keuangan 0.20 0.18 0.18 0.15 0.16 0.18 0.18 0.18

c. Sewa bangunan 1.60 1.63 1.65 1.61 1.64 1.65 1.66 1.71 d. Jasa Perusahaan 0.72 0.66 0.67 0.69 0.72 0.76 0.73 0.73 9. J A S A - J A S A 34.63 37.98 37.89 38.60 37.57 36.43 35.47 34.91 a. Pemerintahan Umum 31.37 34.70 34.58 35.16 34.05 32.85 31.85 31.27 b. S w a s t a 3.26 3.29 3.31 3.44 3.52 3.58 3.62 3.65 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Lampiran 5 Rencana dan realisasi proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kota Palangka Raya tahun 2005-2007.

Tahun Jenis Satuan Jumlah proyek Rencana Realisasi %

PMDN Juta Rp. 9 349.197,73 1.504,70 0,43

2005

PMA Ribu USD 5 223.756,94 5.862,00 2,62

PMDN Juta Rp. 10 453.745,11 320.376,70 70,61 2006

PMA Ribu USD 11 34.098,03 1.206,00 3,54

PMDN Juta Rp. 4 132.738,63 298.940,00 225,21

2007

PMA Ribu USD 18 35.800,53 300,00 0,84

Lampiran 6 Posisi kredit bank umum menurut lokasi proyek di Zona Kalimantan. 2002 2003 2004 2005 2006 KalTeng 1.676 2.199 2.759 3.616 4.723 KalBar 3.136 3.948 5.436 6.374 7.353 KalSel 4.124 4.689 6.45 7.468 8.622 KalTim 5.541 7.914 12.584 16.022 18.659 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Nilai Kredit (Miliar Rp.) Sumber: Bappenas (2007).

Lampiran 7 Produksi dan estimasi kebutuhan kayu di sentra furniture Palangka Raya Periode Januari 2008.

Produksi Kusen Produksi Pintu Produksi Jendela Produksi Lemari Produksi Kitchen set Produksi Interior set

No Nama IKM Jlh (m) Nilai (Rp.) Jlh (Bh) Nilai (Rp.) Jlh (Bh) Nilai (Rp.) Jlh (Bh) Nilai (Rp.) Jumlah Nilai (Rp.) Jumlah Nilai (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 CV. Surya Djatta 1136 55.141.000 85 38.394.000 152 24.198.000 4 1.299.200 5 1.908.000 2 5.100.000 2 Undas Furniture 683 32.154.000 79 35.684.000 82 13.054.000 2 649.600 2 750.000 1 2.450.000 3 Joi Furniture 969 46.035.000 76 34.329.000 118 18.785.000 5 1.624.000 4 1.536.000 3 7.700.000 4 Romer Meubel 1242 60.186.500 67 30.263.000 82 13.054.000 4 1.299.200 6 2.388.000 5 CV. Putra Kahayan 658 31.738.000 54 24.391.000 74 11.780.000 0 3 1.114.000 6 Meubel Mahkota 544 25.879.000 38 17.164.000 78 12.417.000 3 974.400 1 381.000 1 2.550.000 7 Umidal 648 31.984.500 42 18.971.000 96 15.283.000 3 974.400 2 780.000 2 5.000.000 8 Swakarya 358 17.558.000 54 24.391.000 104 16.556.000 1 324.800 1 401.000 3 7.208.000 9 Sunardji Furniture 564 26.970.000 46 20.778.000 82 13.054.000 0 2 720.000 10 Meubel Hagatoy 568 26.757.000 19 8.582.000 76 12.099.000 3 974.400

11 Jaya Abadi Furniture 786 37.042.000 41 18.519.000 20 3.184.000 0 2 763.200

12 CV. Sentosa 368 17.894.000 35 15.809.000 27 4.298.000 2 649.600 1 2.750.000

13 Meubel Rapi 472 22.910.000 24 10.840.000 56 89.152.000 0

14 Kokoh Furniture 258 12.523.000 16 7.227.000 78 12.417.000 1 324.800 2 763.200

15 Maju Bersama 349 16.940.000 21 9.485.000 62 9.870.000 0

16 Andi Furniture 145 7.038.300 8 3.613.000 34 5.412.800 2 649.600 1 2.440.000

17 Mebel Dua Saudara 275 13.348.000 22 9.937.000 0 0 1 381.600

18 Maman Furniture 182 8.834.000 16 7.227.000 24 3.820.000 0 19 Fajar Furniture 246 11.940.000 17 7.678.000 33 5.253.000 2 649.600 1 380.000 20 Restu Bunda 298 14.478.000 20 9.034.000 43 6.845.000 0 21 Endes Jaya 154 7.475.000 34 15.357.000 34 5.412.000 1 324.800 22 Mahega Furniture 168 8.657.000 28 12.647.000 22 3.502.000 0 1 350.000 1 2.350.000 23 Menara Ulin 86 4.174.000 13 5.872.000 18 2.865.000 0 24 Putra Mandomai 146 7.234.000 23 10.389.000 31 4.935.000 2 649.600 1 375.000 25 Empat Sekawan Furniture 86 4.572.000 24 10.840.000 20 3.184.000 0 1 365.000 26 Sahabat Furniture 64 3.106.000 25 11.292.000 26 4.139.000 1 324.800 Total 11453 526.265.000 927 485.768.000 1472 238.437.000 36 11.726.000 35 13.351.000 15 37.548.000

Setara kayu gergajian (m3) 57,2 45,8 58,8 3,6 3,5 2,2

Setara kayu bulat (m3) 114,4 91,6 117,6 7,2 7,0 4,4

Lampiran 8 Rencana pemenuhan bahan baku Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Kota Palangka Raya tahun 2008.

Asal Kerjasama Bahan Baku

Stock Kayu Bulat Thn 2007

Stock Kayu Olahan Thn 2007 No. Nama Perusahaan Lokasi

Industri Jenis Industri

Kapasitas Produksi Ter-

pasang (Thn) Asal V (m3) Btg V (m3) Keping V (m3)

Keterangan

1 Berkat Karya Abadi Pahandut Seberang Penggergajian kayu 1.500 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 1.000 11 36.0 0 0 Aktif

2 CV. Budi Insan Pahandut Seberang Penggergajian kayu 2.700 m3 (2 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 750 145 368.2 400 3.6 Aktif

3 CV. Budi Insan I Pahandut Seberang Penggergajian kayu 2.500 m3 (2 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 750 0 0 0 0 Aktif

4 CV. Mandiri Terusan Kudung Penggergajian kayu 2.500 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas Subur Makmur - 199 1.129 27.630 497 Belum menyerahkan buku RPBBI 5 UD. Dwi Putra

Desa Tanjung Pinang Penggergajian kayu 1.000 m3 (2 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 500 35 193.8 0 0 Aktif

6 Sumber Usaha Pahandut Seberang Penggergajian kayu 1.500 m3 (2 unit Bandsaw) PT. Sari Ramin Sunjaya 400 74 231.8 435 4.7 Aktif 7 CV. Norhayatie Pahandut Seberang Penggergajian kayu 1.500 m3 (2 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 750 3 22.5 470 4.4 Aktif

8 Tiga Sekawan Pahandut Seberang Penggergajian kayu 2.400 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 750 7 75.7 320 2.8 Aktif

9 Karya Bersama Pahandut Seberang Penggergajian kayu 1.700 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas

Lampiran 8 (Lanjutan).

Asal Kerjasama Bahan Baku

Stock Kayu Bulat Thn 2007

Stock Kayu Olahan Thn 2007 No. Nama Perusahaan Lokasi

Industri Jenis Industri

Kapasitas Produksi Ter-

pasang (Thn) Asal V (m3) Btg V (m3) Keping V (m3)

Keterangan

10 Lima Keluarga Pahandut Seberang Penggergajian kayu 1.500 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas Subur Makmur dan CV. Tangkasiang 600 - - - - Aktif 11 PT. Molki Jaya Bhakti Pahandut Seberang Penggergajian kayu 2.500 m3 (1 unit Bandsaw) Kopermas

Subur Makmur 1.200 - - - - Aktif

21.300 7.700 489 2.126,7 29.725 516,9

Lampiran 9 Estimasi perhitungan kayu illegal yang beredar di Palangka Raya tahun 2006

Dokumen terkait