• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

2.3. Objek Kajian

2.3.1. Al-Qur‟an Juz 30

Ditinjau dari bahasa, Al-Qur‟an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja

زٔا ؽ

/qara‟a/ -

ٔاز ؽ

/yaqra‟u/ -

ُ ٔازؽ

/qur‟ānan/ yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah di dalam al-qur‟an cetakan DEPAG tahun 2006 yaitu, pada surah Al-Qiyamah ayat 17-18.

/’inna ‘alainā jam’ahū wa qur’ānahū (17) fa’iżā qara’nāhu fattabi’ qur’ānahū/`Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di

dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17).Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu (18).

Ayat diatas menjelaskan secara istilah, Al-Qur‟an diartikan sebagai kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah sendiri dengan perantara malaikat jibril dan membaca dinilai ibadah kepada Allah SWT.

selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Jumlah surat Al-Qur‟an 114 surat dengan jumlah ayat 6666 yang terdiri atas 30 juz.

Ayat-ayat Al-Qur‟an yang turun sebelum hijrah di kota Makkah disebut ayat

al-Makkiyah dan ada pula yang turun sesudah hijrah di kota Madinah disebut ayat

al-Madaniyyah. Sebagian surat atau beberapa ayat diturunkan di medan perang,

tidak di Makkah juga tidak di Madinah, seperti surat Al-Fath diturunkan diantara Makkah dan Madinah menyangkut persoalan Hudaybiyah. Ada yang diturunkan pada waktu malam, dan ada pula yang diturunkan diwaktu siang (Shiddieqy, 1989: 56).

Perbedaan antara al-Makkiy dan al-Madaniy mengikuti perbedaan antara dua masa tersebut. Yang pertama merupakan fase dakwah yang memerlukan pengukuhan akidah dan penjelasan rukun-rukun iman. Sementara itu, yang kedua adalah merupakan fase pembinaan masyarakat dan Negara Islam, yaitu fase yang memerlukan penetapan undang-undang dan pengorganisasian.

Ayat-ayat Makiyyah berciri khas pendek dan singkat guna memudahkan penghafalannya secara sembunyi dalam keadaan serba lemah dan takut dari gangguan kaum musyrikin. Sementara itu ayat-ayat Madaniyyah lebih panjang darinya mengingat di Madinah kekuasaan berada di tangan kaum Muslimin sehingga mereka mendapatkan kebebasan bergerak.

Al-Qur‟an juz 30 merupakan kumpulan dari ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan di awal dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah yang terdiri atas 37 surah, yaitu;

2. An-Naziat, Surah ke-79 berjumlah 46 ayat 3. „Abasa, Surah ke-80 berjumlah 42 ayat 4. At-Takwir,Surah ke-81 berjumlah 29 ayat 5. Al-Infi ār, Surah ke-82 berjumlah 19 ayat 6. Al-Muafifin, Surah ke-83 berjumlah 36 ayat 7. Al-Insyqaq, Surah ke-84 berjumlah 25 ayat 8. Al-Buruj, Surah ke-85 berjumlah 22 ayat

9. A- ariq, Surah ke-86 berjumlah 17 ayat 10. Al-A‟laa,Surah ke-87berjumlah 19 ayat 11. Al-Ghasyiyah, Surah ke-88 berjumlah 26 ayat 12. Al-Fajr, Surah ke-89 berjumlah 30 ayat 13. Al-Balad, Surah ke-90 berjumlah 20 ayat 14. Asy-Syam, Surah ke-91 berjumlah 15 ayat 15. Al-Lail, Surah ke-92 berjumlah 21 ayat

16. Aḍ-ḍuha, Surah ke-93 berjumlah 11 ayat 17. Al-Insyirah, Surah ke-94 berjumlah 8 ayat 18. At-Tīn, Surah ke-95 berjumlah 8 ayat 19. Al-„Alaq, Surah ke-96 berjumlah 19 ayat 20. Al-Qadr, Surah ke-97 berjumlah 5 ayat 21. Al-Bayyinah,Surah ke-98berjumlah 8 ayat 22. Az-Zazalah, Surah ke-99 berjumlah 8 ayat 23. Al-„Adiyat, Surah ke-100 berjumlah 11 ayat 24. Al-Qāri‟ah, Surah ke-101 berjumlah 11 ayat

25. At-Takaṣur, Surah ke-102 berjumlah 8 ayat 26. Al-Ashr, Surah ke-103 berjumlah 3 ayat 27. Al-Humazah, Surah ke-104 berjumlah 9 ayat 28. Al-Fīl, Surah ke-105 berjumlah 5 ayat 29. Al-Quraisy, Surah ke-106 berjumlah 4 ayat 30. Al-Ma‟ūn, Surah ke-107 berjumlah 7 ayat 31. Al-Kauṣar, Surah ke-108 berjumlah 3 ayat 32. Al-Kāfirun, Surah ke-109 berjumlah 6 ayat 33. An-Nashr, Surah ke-110 berjumlah 3 ayat 34. Al-Lahab, Surah ke-111 berjumlah 5 ayat 35. Al-Ikhlas, Surah ke-112 berjumlah 4 ayat 36. Al-Falaq, Surah ke-113 berjumlah 5 ayat 37. An-Naas Surah ke-114 berjumlah 6 ayat

Hanya 6 dari 37 surah yang tergolong madaniyyah, yaitu Al-Bayyinah (98), Al-Zalzalah (99), Al-Fīl (105), An-Nasr (110), Al-Falaq (113) dan An-Nās (114). Pokok kandungan dari Juz 30 sebagian besar tentang Keimanan;Kepastian adanya hari kiamat, Keesaan Allah, kekuasaan-Nya dan kesempurnaan ilmu-Nya, kisah- kisah umat terdahulu serta dalil-dalil tentang pertanggungan jawab manusia pada hari kiamat (Depag RI, 2006). Surah-surah dalam juz 30 ini merupakan kumpulan dari ayat-ayat yang pertama turun pada masa awal islam, isinya lebih mengenai pengukuhan tauhid dan penjelasan rukun-rukun iman. Supaya mudah diterima dan mempermudah dakwah Rasulullah saw terhadap masyarakat mekkah yang sangat menghargai dan memuliakan syair-syair, banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang

menggunakan gaya bahasa yang indah sebagai pengimbang syair-syair arab pada masa itu. Sehingga membahas gaya bahasa dalam Al-Quran juz 30 sangatlah menarik untuk dilakukan, dan peneliti memilih gaya bahasa perbandingan dengan teori Tarigan (1985) sebagai alat analasisnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an sebagai salah satu kitab suci dari berbagai kitab suci yang diwahyukan oleh Allah telah menempati posisi yang tinggi dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan spiritual umat beragama yang menganut agama Islam. Al-Qur‟an itu sendiri dipandang dan dipercayai sebagai sesuatu yang di berikan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai wahyu terbesarnya. Al-Quran merupakan firman Tuhan yang memiliki kemukjizatan dalam berbagai aspeknya, salah satu aspek kemukjizatannya adalah aspek bahasa. Bahasa al-Quran sudah tidak diragukan lagi memiliki nilai sastra yang sangat indah melalui gaya bahasanya. Di dalamnya terdapat keharmonisan dalam pemilihan kata baik dari segi jumlah maupun ketepatan maknanya.

Al-Qur‟an memiliki keindahan uslub, mengandung kabar-kabar dan hukum- hukum serta agama-agama yang telah lalu, menerangkan keadaan-keadaan yang akan terjadi, mempunyai keindahan bahasa (nilai estetik) yang sangat tinggi, dan menjalin kisah-kisah dengan berbagai rupa susunan perkataan (Ash-Shiddieqy, 1987 : 143).

Al-Qur‟an mengandung kaedah-kaedah kebahasaan yang sangat tinggi. Al- Qur‟an banyak menggunakan gaya bahasa yang menjadi bahasan dalam ilmu balaghah ataupun ilmu sastra. Akan tetapi, bukan berarti Al-Qur‟an adalah kitab syair atau kitab khotbah, karena sejatinya karya sastra adalah sebuah karya cipta manusia,

sedangkan Al-Qur‟an adalah sebuah mu‟jizat yang diturunkan Allah kepada nabi- Nya.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan gagasan atau pikiran, dan ide-idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada pihak lain. Bahasa juga digunakan manusia untuk mengungkapkan pengalaman batin dalam bentuk bahasa tulis yang berupa karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam sastra berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari (natural atau ordinary langguage). Dalam sastra, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang telah disiasati, dimanipulasi dan didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil dengan bentuk yang berbeda dengan bahasa sehari-hari (Jabrohim dkk, 2003:10). Selain digunakan untuk mengungkapkan pengalaman batin, bahasa juga dijadikan seorang pembaca untuk mencari baik buruknya sebuah karya sastra.

Karya sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai sebuah karya memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu karya sastra diciptakan dengan mengedepankan aspek keindahan dan keefektifan penyampaian pesan.

Keindahan dalam karya sastra dibangun melalui seni kata atau seni bahasa berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa (Zulfahnur dalam Amalia, 2010 : 1). Terkait dengan pernyataan tersebut, maka membaca sebuah karya sastra akan menarik apabila informasi yang diungkapkan penulis disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik (keindahan). Keindahan itu nampak dari berbagai segi, salah satunya dari segi gaya bahasanya.

Aminuddin (1995:5) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai. Harimurti (dalam Pradopo, 1993:265) pada salah satu pengertiannya tentang gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah efek estetis yang menghasilkan nilai seni.

Sedangkan menurut Tarigan ( 1985: 5) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu:, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan.

Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda yang lain. Menurut Tarigan (1985:7) Gaya bahasa perbandingan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : Perumpamaan, Metafora, Personifikasi, Defersonifikasi, Alegori, Antitesis, Pleonasme/ tautologi, Perifrasis, Prolepsi atau

Antisipasi, dan Koreksio atau epanortosis. Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan hal atau keadaan yang sebenarnya dengan mempunyai maksud tertentu. Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang memakai ciri-ciri atau nama maupun sifat yang ditautkan dengan nama orang atau barang ataupun dengan hal sebagainya. Gaya bahasa perulangan adalah adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata atau frase ataupun bagian kalimat yang dianggap penting memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Pada penelitian ini peneliti membahas tentang gaya bahasa perbandingan dengan mengambil objek Al-Quran juz 30. Peneliti memilih gaya bahasa perbandingan dikarenakan di dalam Al-Qur‟an juz 30 peneliti menemukan penggunaan gaya bahasa perbandingan yang lebih banyak dibandingkan dengan ketiga gaya bahasa lainnya. Sedangkan Peneliti memilih juz 30 sebagai objek penelitian karena di dalam juz 30 terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an yang pertama kali di wahyukan kepada Nabi Muhammad di Mekkah ketika karya sastra yang berupa syair jahiliyah berada dalam posisi puncak dan sangat dihargai oleh masyarakatnya. Al- Quran diturun dengan gaya bahasa yang tinggi yang tidak mampu ditandingi oleh siapapun termasuk penyair-penyair ternama mekkah. Dan hal ini pun di akui oleh musuh-musuh Islam saat itu, seperti ucapan Al Walid bin Mughirah salah seorang tokoh pembesar Quraisy: “Demi Allah, ini bukanlah syair dan bukan sihir serta bukan pula igauan orang gila, dan sesungguhnya ia adalah Kalamullah yang memiliki

sangat tinggi (agung) dan tidak ada yang melebihinya” (Muhammad, 2006: 443). Karna keindahan dalam penggunaan gaya bahasa Al-Qur‟an inilah yang membuat Al qur‟an menempati kemuliaan dan posisi tertinggi di hati Masyarakat Mekkah (Shiddiqy, 1988).

Hal inilah yang membuat ketertarikan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai keindahan gaya bahasa perbandingan yang Allah firmankan dalam Al-Qur‟an pada juz 30. Salah satu contohnya pada surat Al-Qari‟ah ayat ke 5 yaitu,

/wa takūnu al-jibālu kal’ihni al-manfūsyi/ `dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan`.

Ayat ini menggambarkan tentang suasana kacau balau pada hari kiamat yang berupa kehancuran dimana-mana dan akhir dari kehidupan dunia (Arifin, 2012: 799). Gunung dalam ayat ini disamakan dengan bulu yang dihamburkan.

Selain ayatnya yang pendek dan mudah dihafal didalam ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yang berupa perumpamaan: perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dengan menggunakan kata pembanding yaitu kata

ك

/ka/ `seperti` sebagai pembanding dan berfungsi mengumpamakan atau menyamakan

ا اج

/al-jibālu/ `gunung-gunung` dengan

نعه لا

/al’ihni/ `bulu-bulu`.

Selain contoh diatas masih banyak lagi ayat-ayat yang mendorong peneliti untuk mendalami dan membuktikan nilai sastra Al-Qur‟an secara ilmiah dipandang dari gaya bahasa khusus gaya bahasa perbandingan.

Dokumen terkait