DAFTAR PUSTAKA
Akhdlori, Imam. 1989. Ilmu Balaghah. Bandung: PT. Alma‟arif
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2005. Bandung : CV. Penerbit Diponegoro.
Al Khuli, Muhamamad Ali. 1982. A Dictionary Of Theoritical Linguistics. Libanon
Librairi Du Liban
Al-Jarim, Ali, Mustafa Usman, 1977. Balaghah Al-Wadhihati. Mesir : Darul Ma‟afir. Ardy, dkk. 2010. Pedoman Baku EYD Terbaru. Yogyakarta : Pustaka Widyatama
Departemen Agama RI. 2000. Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan terjemahannya. Bandung : CV. Diponegoro
DEPAG. 2009. Al-Qur’an dan Sejarahnya. Bandung : CV. Diponegoro.
Djoko, Rahmat Pradopo, dkk. 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : PT. Hanim Gita Graha Widya.
Kamil, Sukran. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta : Rajawali Pers.
Keraf, Gorys. 1980. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Luxemburg, Jan Va, dkk. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Majas Dalam Al-Qur’an (Kajian Terhadap Al-Qur‟an Terjemahan Juz 30) Dalam Jurnal
LiNGUA, 2004.
Munawwir, dkk. 1999. Kamus Al-Bisri: Indonesia Arab/ Arab Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Progresif.
Muhamad, 2006. Tafsir Ibnu Katsir jld 8. Pustaka Imam Syafii.
Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusasteraan Arab Pengantar Teori dan Terapan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Nuruddin pada Buku Alfun Laila Wa Lailatin. Medan : Fakultas Ilmu Budaya USU.
Shiddiqie, M Hasbi. 1989. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung : PT. Angkasa.
Wahyuddin, Yuyun. 2007. Menguasai Balaghah Cara Cerdas |Berbahasa. Yogyakarta : Nurma Media Idea.
Wellek, Renne & Austin Warren, 1977. Teori Kesusasteraan. Jakarta : PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Al-Qur‟an juz 30 merupakan kumpulan dari ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan di awal dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah yang terdiri atas 37 surah yang di mulai dari surah An-Naba hingga surah An-Nas. Jumlah keseluruhan ayat yang terdapat dalam juz 30 adalah 564 ayat. Gaya bahasa perbandingan banyak terdapat dalam Al-Qur‟an juz 30, Berikut penjelasannya:
3.1. Surah An-Naba‟ (78)
Surah an-Naba‟ merupakan surah ke 78 yang terdiri atas 40 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Pokok-pokok isinya mengenai keimanan: penegasan Allah terhadap pengingkaran orang-orang Musyrik terhadap adanya hari berbangkit dan ancaman Allah terhadap sikap mereka; kekuasaan-kekuasaan Allah yang terlihat dalam alam sebagai bukti adanya hari berbangkit; peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari berbangkit; azab yang diterima orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta kebahagiaan yang diterima orang-orang mu‟min di hari kiamat; penyesalan orang kafir di hari kiamat (Assiddiqi, 1422 H: 1013).
Pada surah ini peneliti menemukan 5 macam gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio 2 ayat, metafora 3 ayat, personifikasi 1 ayat, alegori 12 ayat dan Pleonasme 1 ayat, Berikut penjabaran gaya bahasa perbandingan :
/’amma yatasā’alūn ‘anin-nabāil ‘aẓīm ‘alażī hum fīhi mukhtalifūn kallā saya’lamūn śumma kallā saya’lamūn/`Tentang Apakah mereka saling bertanya- tanya. Tentang berita yang besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali- kali tidak. kelak mereka akan mengetahui.
Ayat diatas menjelaskan tentang pengingkaran orang musyrik terhadap hari kiamat. Oleh karena itu Allah membuat ancaman yang keras. (Muhammad, 2006: 379).
Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata
ل م
/kallā saya’lamun/ `sekali-kali tidak‟ yang merupakankecaman terhadap orang-orang kafir Mekah yang mengingkari hari kiamat. b. ayat ke 5
/’amma yatasā’alūn ‘anin-nabāil ‘aẓīm ‘alażī hum fīhi mukhtalifūn kallā
saya’lamūn śumma kallā saya’lamūn/`Tentang Apakah mereka saling bertanya- tanya. Tentang berita yang besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali- kali tidak. kelak mereka akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.
Ayat diatas juga menjelaskan tentang pengingkaran orang musyrik terhadap hari kiamat. Oleh karena itu Allah membuat ancaman sekali lagi sebagai kecamanan yang tegas. (Muhammad, 2006: 379).
Pada ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata
ل م
/kallā/ `sekali-kali tidak‟ yang merupakan penegasan, danpenguat terhadap pendapat orang-orang kafir Mekah yang mengingkari hari berbangkit dan hari kiamat.
a. ayat ke 7
/wal-jibāla `autādā/ `dan gunung-gunung sebagai pasak`,
Menurut Muhammad (2006: 379) ayat ini menjelaskan Allah telah menjadikan gunung-gunung itu sebagai pasak yang Dia pancangkan dan tancapkan serta tetapkan sehingga menjadi diam dan tidak mengguncangkan para penghuni yang berada di atasnya.
Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
اداح َ ٔا
/`autādā/ `pasak-pasak`. Maksud dari ayat diatas bukanlah
pasak-pasak yang biasa digunakan sebagai penopang yang kuat pada bangunan melainkan bahasa kias untuk menyebutkan gunung-gunung dikarenakan sebagai penopang agar tidak menggoncangkan para penghuni yang ada di atasnya.
b. ayat ke 10
/wa ja’alnā laila libāsā/ `dan Kami jadikan malam sebagai pakaian`.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang kegelapan malam yang menutupi alam sehingga membuat orang-orang tenang sebagaimana pakaian menutupi tubuh manusia.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
ظا
ابى
ػػ و
ا
/`al-laiala libāsā/ `malam sebagai pakaian`. Maksud dari ayat diatas bukanlah yang sebenarnya, melainkan bahasa kias dari kegelapan malam yang menutupi alam. Jadi malam itu disebut sebagai pakaian karena malam itu gelap menutupi alam sebagaimana pakaian menutupi badan manusia.c. ayat ke 13
/wa ja’alnā sirājān wa hājān/ `dan Kami jadikan pelita yang amat terang`.
Menurut Muhammad (2006: 380) Ayat ini menjelaskan mengenai matahari yang bersinar terang ke seluruh alam yang sinarnya menyinari seluruh penghuni bumi. Sedangkan menurut Zakaria (2012: 751) matahari di langit berfungsi sebagai pelita yang sempurna.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang matahari dilangit berfungsi sebagai pelita yang sempurna karena sinarnya yang amat terang menyinari seluruh penghuni bumi.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
جاا َ ٌ
أجاس ظ
/sirājān wa hājān/ `pelita yang amat terang`.menyatakan matahari. Jadi matahari itu disebut pelita yang amat terang dikarenakan mampu menerangi alam semesta sebagaimana pelita menerangi kegelapan dalam rumah.
3. Gaya bahasa personifikasi, yang terdapat pada ayat 20
/wa suyyirati al-jibālu fakānat sarābā/ `dan dijalankanlah gunung-gunung Maka menjadi fatamorganalah ia`.
Menurut Muhammad (2006: 380) ayat di atas menjelaskan anggapan atau khayalan manusia yang melihat bahwa ia (gunung) merupakan sesuatu padahal bukan apa-apa. Dan setelah semuanya hilang ia tidak lagi dapat dipandang serta sama sekali tidak berbekas. Sedangkan menurut Zakaria (2012: 751) ayat di atas menjelaskan gunung-gunung yang keras akan lenyak seperti fatamorgana yang tidak berwujud sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang kekuasaan Allah atas anggapan manusia yang melihat bahwa gunung itu keras dan kokoh, padahal gunung tersebut akan lenyap seperti fatamorgana yang tidak berbekas.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu Personifikasi yang terletak pada kalimat
أ ب أ ىجث
/suyyirati al-jibālu/ `dijalankanlah gunung-gunung`. Adapun kata
ث
/suyyirati/ `dijalankanlah` berarti tegak bergerak
أ ب أ ىج
/al-jibālu/ `gunung-gunung` diperlakukan seperti sifat/sikap yang dimilikimanusia yaitu mempunyai kaki untuk bergerak dan berjalan.
4. Gaya bahasa Alegori, yang terdapat pada ayat 21-26 dan 31-36 yaitu: a. ayat ke 21-26 (menceritakan mengenai neraka)
/`inna jahannama kānat mirṣādā, liṭṭāghīna ma`abā, laabiśīna fīhā `aḥqābā, lā yażūqūna fīhā bardā walā syarābā, `illā ḥamīmān wa ghassāqā, jazā`a wifāqā/ `Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, Selain air yang mendidih dan nanah, Sebagai pambalasan yang setimpal`.
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai balasan Allah terhadap orang-orang yang melampaui batas dengan banyak melakukan maksiat, membangkang dan menentang para Rasul serta berbuat dzalim sewenang-wenang kelak mereka akan masuk neraka jahannam sebagai tempat kembali yang menyakitkan (Muhammad, 2006: 382) .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan neraka jahannam dengan tempat yang
menyakitkan dengan air yang mendidih dan nanah, sebagai balasan atas perbuatan
orang-orang yang berbuat dosa ketika hidup di dunia. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
/`inna lilmuttaqīna mafāzā, hadā`iqa wa `a’nābā, wa kawā’iba `atrābā, wa
ka`sān dihāqā, lā yasma’ūna fīhā laghwan walā kiżżābā, jazā`an min rabbika
‘aṭā`an ḥisābā/ `Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat
kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) Perkataan dusta.Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak`.
Seperti ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat ini menjelaskan mengenai balasan Allah terhadap orang-orang yang bertaqwa kelak mereka akan masuk surga dengan segala fasilitas yang menakjubkan dan menentramkan jiwa sebagai tempat kembali yang menyenangkan (Muhammad, 2006: 382) .
Pada ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan kemenangan (surga) dengan tempat yang
menyenangkan dengan kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang
sebaya, gelas-gelas yang penuh (berisi minuman) sebagai balasan bagi orang-
orang yang bertaqwa. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
5. Gaya bahasa Pleonasme, yang terdapat pada ayat 40
/`innā `anżarnākum ‘ażābān qarībān yauma yanẓuru al-mar`u mā qaddamat
yadāhu wa yaqūlul-kāfiru yālaitanī kuntu turābā/ `sesungguhnya Kami telah
Ayat ini menjelaskan mengenai perintah agar manusia memilih jalan yang benar kepada Tuhannya akan tetapi orang-orang kafir memilih jalan yang salah dengan banyak melakukan dosa ketika hidup di dunia dan gambaran mengenai penyesalan orang-orang kafir dihari penghisaban (Muhammad, 2006: 387)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan pleonasme yang terdapat pada kata
ياد ي
/yadāhu/ `dengan tangannya sendiri` yang merupakan penguatanterhadap kata sebelumnya yaitu
جمدؽ
ما
/mā qaddamat/ `apa yang telah diperbuat`yang menurut peneliti ketika seseorang berbuat sesuatu sudah pasti menggunakan tangan.
3.2. Q.S. Surah An-Nāzi‟āt (79)
Surah an-Nāzi‟āt merupakan surah ke 79 yang terdiri dari 46 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai; 1. keimanan: penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang-orang Musyrik terhadapnya; manusia dibagi 2 golongan di akhirat; manusia tidak dapat mengetahui kapan terjadinya hari kiamat; serta 2. Kisah mengenai nabi musa a.s dengan Fir‟aun (Assiddiqi, 1422 H: 1018).
Pada surah ini peneliti menemukan 3 macam gaya bahasa perbandingan yaitu Alegori 20 ayat, Dipersonifikasi 1 ayat, Antitesis 1 ayat, Perumpamaan 1 ayat, Berikut penjabarannya :
/yauma tarjufu ar-rājifah, tatba’uhā ar-rādiyah, qulūbun yauma`iżin wājifah, `abṣāruhā khāsyiyah yaqūlūna `a`inna lamardūdūna fii al-ḥāfirah, `a`iżā kunnā
‘iẓāmān nakhirah, qālū tilka `iżaa karratun khāsirah, hiyā zauratun wāḥidah,
fa`izā hum bissāhirah/ `pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, Pandangannya tunduk. (orang-orang kafir) berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula, Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila Kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?"Mereka berkata: "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan". Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi`.
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai keadaan orang-orang kafir ketika permulaan datangnya hari kiamat dan hari berbangkit yang selalu mereka ingkari dan dustakan, mereka menyangka bahwasanya setelah mereka meninggal dunia itu adalah akhir dari segalanya (Muhammad, 2006: 390)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan hari kiamat dan hari kebangkitan dengan pandangan tertunduk, ketakutan dan kegelisahan hati sebagai penyesalan orang-orang kafir dahulu karna mendustakan hari kebangkitan. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
/hal atāka ḥadīśumūsā, iżnādāhurabbuhū bil-wadil al-muqaddasi tuwā, iżhab ilā fir’auna `innahū ṭaghā, faqul hallaka ilā antazakkā, wa `ahdiyaka `ilā rabbika
fatakhsyaa, fa`araahul `ayatal kubraa, fakazzaba wa ‘ashaa, summa `adbara
yas’ā, fahasyara fanādā, faqāla `ana rabbuka al-`a’lā, fa`akhażahu allahu nakālal `akhirati wal `ūlā, `inna fī żālika la’ibratan limanyakhsyā / `Sudah
sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa; "Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas, Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya? Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian Dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka Dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai kisah fir‟aun yang tidak mau menerima dakwah Nabi Musa a.s untuk menyembah Allah sebagai Tuhan semesta alam, bahkan fir‟aun berlagak sombong dan mengaku dirinya sebagai tuhan yang wajib disembah, kemudian Nabi Musa memperlihatkan mukjizat yang besar sebagai pertanda kekuasaan Allah namun fir‟aun tetap mendustakannya sehingga Allah mengazab fir‟aun di dunia dan akhirat (Muhammad, 2006: 391-392)
sewenang-wenang dan tidak mau beriman kepada Allah walaupun sudah
diperlihatkan kekuasaan-Nya lewat mukjizat nabi Musa. Dari ciri-ciri diatas maka
ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
2. Gaya Bahasa Antitesis yang terdapat pada ayat 29
/wa `aghtasya lailahā wa `akhraja duhāhā/ `dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang`.
Ayat ini menjelaskan mengenai kekuasaan Allah yang menjadikan malam dan siang silih berganti dengan keseimbangan yang sempurna, yaitu malamnya gelap gulita dan siangnya terang benderang (Muhammad, 2006: 393) .
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata
ٍاييى
ٔأغ طػ
/„agṭasya lailahā/ `malamnya gelap gulita` danٔأ
ج
ح ٍا
/akhraja ḍuḥāhā/`siangnya terang benderang`. Kata
ٍاييى
ٔأغ طػ
/‘agṭasya lailahā/ `malamnya gelap gulita` dan
ح ٍا
ٔأ
ج
/akhraja ḍuḥāhā/`siangnya terang benderang` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.
3. Gaya bahasa Metafora yang terdapat pada ayat 32
Pada ayat-ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu
dipersonifikasi yang terletak pada kata
ٔا ظ ٍا
/`arsāhā/ `dipancangkan-Nya`.
Pada ayat ini gunung yang merupakan benda yang sangat besar seolah kecil seperti kayu atau tongkat sehingga dapat dipancangkan.
4. Gaya bahasa Perumpamaan yang terdapat pada ayat 46
/ka`annahum yauma yaraunahā lam yalbaśū `illā ‘asyiyatan `au duḥāhā/ `Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa bagaikan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari`.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan manusia ketika bangkit dari kubur mereka menuju padang masyar, mereka merasa kehidupan didunia itu sangat sebentar sekali seakan-akan dalam pandangan mereka kehidupan dunia itu hanya satu sore atau sepanjang pagi saja (Muhammad, 2006: 396) .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan jenis perumpamaan yaitu pada kata
نم ٔا
/ka`anna/ `bagaikan` sebagai pembanding dan berfungsi mengumpamakan atau menyamakan kehidupan mereka di dunia denganٔا َ
عؽي ت
ح ٍا
/‘asyiyyatan au ḍuḥāhā/ `waktu sore atau pagi hari`.3.3. Surah „abasa (80)
yang diberi dakwah; cercaan Allah kepada manusia yang tidak mensyukuri nikmatNya ( Ashshiddiqi, 1422 H: 1023).
Pada surah ini peneliti menemukan 4 macam gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi 1 ayat, metafora 2 ayat, koreksio 2 ayat, antisipasi 1 ayat, Berikut penjabarannya :
1. Gaya bahasa Dipersonifikasi pada ayat 1
/’abasa wa tawallā/ `Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling`,
Ayat ini menjelaskan perilaku Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang mendakwahi para pembesar kaum Qurays, kemudian tiba-tiba datang seorang buta yaitu Ibnu Ummi Maktum meminta agar Rasulullah mengajarkan ilmu agama kepadanya, karena Rasulullah pada saat itu sedang sibuk berdakwah kepada pembesar kaum Qurays maka rasulullah bermuka masam dan berpaling terhadap Ibnu Ummi Maktum (Muhammad, 2006: 398)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terdapat pada kata
طبع
/`abasa/ `Dia (Muhammad) bermuka masam`. Padaayat ini muka yang merupakan salah satu anggota tubuh manusia seolah masam yang merupakan kata sifat yang biasa dipakai untuk menyatakan rasa pada suatu makanan. Dari ciri tersebut maka ayat diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi.
/wa mā yudrika la’allahū yazzakkā/ `Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya`,
Menurut Muhammad (2006: 398) ayat ini menjelaskan mengenai pencapaian kesucian dan kebersihan dalam dirinya. Sedangkan menurut zakaria (2012: 398) mengatakan yang dimaksud dalam ayat ini adalah bimbingan rohani tidak dapat diukur dengan kedudukan sesorang.
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
م صي
/yazzakkā/ `membersihkan diri`. Maksud ayat diatas
bukanlah yang sebenarnya yaitu membersihkan diri; menghilangkan kotoran maupun najis yang melekat di badan agar badan menjadi bersih melainkan bahasa kias untuk menyatakan bertaubat. Jadi bertaubat itu disebut membersihkan diri dikarenakan merupakan perbuatan menghilangkan diri dari segala dosa sebagaimana membersihkan diri dari kotoran maupun najis yang melekat di badan.
b. Ayat ke 7
/wa mā‘alaika `allā yazzakkā/ `Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak
membersihkan diri`.
Pada ayat ini juga mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
م صي
/yazzakkā/ `membersihkan diri`. Maksud ayat diatasbukanlah yang sebenarnya yaitu membersihkan diri; menghilangkan kotoran maupun najis yang melekat di badan agar badan menjadi bersih melainkan bahasa kias untuk menyatakan bertaubat. Jadi bertaubat itu disebut membersihkan diri dikarenakan merupakan perbuatan menghilangkan diri dari segala dosa sebagaimana membersihkan diri dari kotoran maupun najis yang melekat di badan.
3. Gaya bahasa koreksio yang terdapat pada ayat 11 dan 23 yaitu: a. Ayat ke 11
/`kallā `innahā tażkirah/ Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-
ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan`,
Ayat ini menjelaskan bahwasanya surat atau wasiat agar berlaku sama kepada seluruh ummat manusia dalam menyampaikan ilmu baik antara orang mulia maupun hina (Muhammad, 2006: 398)
Pada ayat-ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata
ل م
/kallā/ `sekali-kali jangan‟ yang merupakan penegasan,perbaikan dan sanggahan terhadap perbuatan Rasulullah pada waktu itu ketika berdakwah hanya melayani pembesar-pembesar Quraisy yang diharapkannya masuk Islam dan mengabaikan orang lain.
/kallā lammā yaqḍi mā’akmarahu/ `Sekali-kali jangan; manusia itu belum
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya`.
Ayat ini menjelaskan mengenai Allah berfirman sekali-kali masalahnya tidak seperti apa yang dikatakan orang kafir bahwa dia telah menunaikan hak Allah atas dirinya baik berkenaan dengan dirinya maupun harta bendanya (Muhammad, 2006: 401) .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali jangan`, yang merupakanpenegasan, perbaikan dan sanggahan terhadap manusia yang tidak tahu hakikat dirinya dan beranggapan telah melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah. 4. Gaya bahasa antisipasi yang terdapat pada ayat 17
/qutila al-`insānu mā `akfarah/ `Binasalah manusia; Alangkah Amat sangat
kekafirannya`
Ayat ini menjelaskan mengenai akibat yang akan diterima jenis manusia yang suka berbuat dusta, karena terlalu banyak mendustakan hari berbangkit tanpa sandaran yang jelas, bahkan hanya menjauhi saja tanpa didasari ilmu (Muhammad, 2006: 401)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang terletak pada kalimat
عاوؿإا
و
/qutila al-`insānu/ `Binasalah manusia`. Dalamyaitu dengan suatu kebinasaan. Dari ciri tersebut maka ayat ini termasuk gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi.
3.4. Surah A - akwir (81)
Surah A - akwir merupakan surah ke 81 yang terdiri dari 29 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai keadaan hari kiamat, penegasan atas kenabian Muhammad, Al-qur‟an sebagai petunjuk bagi umat manusia yang menginginkan hidup lurus, serta suksesnya manusia dalam mencapai kehidupan yang lurus itu tergantung kepada taufik Allah (Ashshiddiqi, 1422 H: 1027).
Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi 1 ayat, Berikut penjabarannya :
1. Gaya bahasa dipersonifikasi yang terdapat pada ayat 1
/`izaa asy-syamsu kuwwirat/ `Apabila matahari digulung`,
Menurut Muhammad, (2006: 407) ayat ini menjelaskan mengenai menjadi gelapnya langit, berarti menggulung sebagain dari matahari dengan sebagian lainnya lalu tertutup dan menghilang sehingga sinarnya pun akan sirna, sedangkan menurut Zakaria (2012: 407) matahari itu besar dan tidak ada yang mampu untuk menggulungnya kecuali Allah.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terdapat pada kata
ثم ُز
/kuwwirat/ `digulung`. Pada ayat ini matahari yang
atau sorban yang dapat digulung. Dari ciri tersebut maka ayat diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi.
3.5. Surah Al-Infi ar (82)
Surah Al-Infiar merupakan surah ke 82 yang terdiri dari 19 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai Peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari kiamat; peringatan terhadap manusia agar tidak terpedaya sehingga durhaka kepada Allah; adanya malaikat yang selalu menjaga dan mencatat segala amal perbuatan manusia; pada hari kiamat manusia tidak dapat menolong orang lain; hanya kekuasaan Allah lah yang berlaku pada waktu itu (Ashshiddiqi, 1422 H: 1031).
Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio 1 ayat, Berikut penjabarannya :
1. Gaya bahasa Koreksio yang terdapat pada ayat 9
/kallā bal tukażżibūna biddīn/ `bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu
mendustakan hari pembalasan`.
Ayat ini menjelaskan sebenarnya yang membuat orang-orang kafir menentang Allah dan melawanNya dengan berbuat maksiat itu adalah kedustaan yang ada di hati mereka terhadap hari kiamat, pembalasan dan perhitungan (Muhammad, 2006: 417)
perbaikan dan sanggahan terhadap perbuatan manusia yang tidak hanya durhaka saja melainkan juga mendustakan hari pembalasan.
3.6. Surah Al-Mu afifīn (83)
Surah Al-Mutafifin merupakan surah ke 83 yang terdiri dari 36 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai ancaman Allah terhadap orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang, keadaan orang-orang yang durhaka dan orang-orang yang berbakti pada hari kiamat, serta sikap-sikap orang-orang kafir terhadap orang mukmin di dunia dan balasannya di akhirat (Ashshiddiqi, 1422 H: 1034).
Pada surah ini peneliti menemukan 3 macam gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi 2 ayat, koreksio 4 ayat, alegori 10 ayat, Berikut penjabarannya: 1. Gaya bahasa antisipasi yang terdapat pada ayat 1 dan 10:
a. ayat ke 1
/wailul-lilmuṭaffifīn allażīna 'iżā aktālū ʻalā annāsi yastaufūn// `kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi`.
Ayat ini menjelaskan mengenai kebiasaan penduduk madinah yang sangat buruk dalam hal timbangan yaitu ketika mereka menerima takaran dari orang lain mereka meminta lebih sedangkan ketika mereka memberikan takaran mereka selalu mengurang-ngurangi takaran, lalu Allah memperingatkan mereka mengenai akibat dari perbuatan tersebut (Muhammad,2006: 421) .
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang
bagi orang-orang yang curang`, yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di ayat ini adalah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Dalam ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari kecurangan manusia yaitu dengan suatu kecelakaan yang besar.
b. Ayat ke 10
/wailun yauma`izin lilmukażżibīn/ `kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan`,
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan orang-orang kafir pada hari kiamat kelak digiring menuju apa kepada apa yang telah dijanjikan Allah bagi mereka yang berupa sijjin dan adab yang menghinakan(Muhammad, 2006:423)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang terdapat pada kalimat
هيبرنميى
رم ُ ي
وي َ
/wailun yauma’iẓin lilmukaẓẓibīn/
`kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan`. Dalam ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari mendustakan hari pembalasan yaitu dengan suatu kecelakaan yang besar.
2. Gaya bahasa koreksio yang terdapat pada ayat 7, 14, 15 dan 18: a. ayat ke 7
Ayat ini menjelaskan bahwasanya tempat kembali dan tempat tinggal orang-orang yang durhaka adalah neraka sijjin yaitu tempat yang sempit (Muhammad, 2006: 422)
Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang terdapat pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali jangan` untuk menegaskan danmelarang berbuat curang dan durhaka terhadap Allah swt. Dari ciri tersebut maka ayat diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis koreksio.
b. Ayat ke 14
/kallā bal rāna ‘alā qulūbihim mā kānū yaksibūn/ `sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka`.
Ayat ini menjelaskan mengenai anggapan dan perkataan orang-orang kafir bahwa Al-Qur‟an itu hanya cerita-cerita orang terdahulu semata, karena dosa-dosa itu sehingga menutupi seluruh bagian hati yang akhirnya membuat hati mereka mati (Muhammad, 2006: 424)
Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang terdapat pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak` yang merupakan penegasan,perbaikan dan sanggahan terhadap pendapat orang-orang kafir Mekah yang mengatakan Al-qur‟an hanya cerita orang-orang terdahulu semata.
c. Pada ayat 15
/kallā `innahum ‘an rabbihim yauma`iżin lamaḥjūbūn/ `Sekali-kali tidak
Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka`.
Ayat ini menjelaskan mengenai pada hari kiamat orang-orang kafir mempunyai kedudukan dan menempati sijjin dan kemudia pada hari itu mereka akan mendapat adzab serta terhalang dari melihat Rabb, Pencipta mereka (Muhammad, 2006: 424)
Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang terdapat pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak` yang merupakan penegasanterhadap orang-orang kafir kelak pada hari kiamat mereka akan terhalang dari melihat Allah.
d. Ayat 18
/kallā `inna kitābal-`abrāri lafī ‘illiyyīn/ `sekali-kali tidak, Sesungguhnya kitab
orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin`.
Ayat ini menjelaskan bahwasanya semua amal perbuatan orang-orang berbakti tercatat di langit di sisi Allah (Muhammad, 2006: 426)
Pada ayat ini juga terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang terdapat pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak yang merupakan penegasan,perbaikan dan sanggahan bahwasanya semua amal perbuatan akan di catatat dan disimpan dengan sebaik-baiknya.
/`innal-`abrāra lafī na’īm ‘alāl-`arā`iki yanẓurūna ta’rifu fī wujūhihim
naḍratanna’īm yusqauna mir-raḥīqim-makhtūm khitāmuhū miskun wafī żālika
falyatanā fasil-mutanāfisūn wa mizājuhū min tasnīm ‘ainān yasyrabu bihāl-
muqarrabūn/ `Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga), Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), Laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah`.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan orang-orang yang berbakti kepada Allah ketika hidup di dunia dengan balasan kenikmatan yang besar yaitu surga yang didalamnya terdapat segala macam fasilitas yang menakjubkan dan menyenangkan (Muhammad, 2006: 426)
Pada ayat-ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan kenikmatan yang besar (surga) dengan
(duduk) di atas dipan-dipan, wajah yang penuh dengan kesenangan dan
kenikmatan, minuman dari khamar murni yang dicampur dari tasnim (yaitu) mata
air yang didekatkan kepada Allah yang dilak dengan kesturi sebagai balasan
untuk orang-orang yang berbakti kepada Allah ketika hidup di dunia. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
/`innallażīna `ajramū kānū minallażīna `āmanū yaḍḥakūn wa `iżā marrū bihim
yataghāmazūn wa `iżā qalabū `ilā `ahlihimun qalabū fakihīn wa `iżā ra`auhum
qālū `inna hā`ūlā`i laḍāllūn wa mā `ursilū ‘alaihim ḥāfiżīn/ `Sesungguhnya
orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat",Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
Ayat ini menjelaskan mengenai perilaku orang-orang yang berdosa dan munafiq dengan berpura-pura beriman kepada Allah ketika di dekat orang-orang beriman dan mengatakan bahwasanya orang-orang beriman tersebut adalah orang yang sesat ketika tidak bersamanya (Muhammad, 2006: 428)
Pada ayat-ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan orang-orang yang berdosa dengan saling
mengedip-ngedipkan matanya ketika di depan orang beriman namun ketika
melihat dari jauhan mereka mengatakan orang mukmin benar-benar sesat. Dari
ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.7. Surah Al-Insyiqaq (84)
mendapat kebahagiaan dan ada pula yang mendapat kesengsaraan; tingkat-tingkat kejadian dan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat (Ashshiddiqi, 1422 H: 1039).
Pada surah ini peneliti menemukan 4 macam gaya bahasa perbandingan yaitu personifikasi 1 ayat, alegori 7 ayat, koreksio 1 ayat, antitesis 2 ayat, Berikut penjabarannya:
1. Gaya bahasa Personifikasi yang terdapat pada ayat 4
/wa `alqat mā fiihā wa takhallat/ `dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya
dan menjadi kosong`.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan hari kiamat yang mana bumi akan mengeluarkan mayat-mayat yang berada di dalamnya sehingga bumi benar-benar kosong dari mereka (Muhammad, 2006: 432)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu personifikasi yang terletak pada kalimat
ٍايؼ
ما
ج أىق
/wa `alqat mā fiihā/ `dan memuntahkan apa
yang ada di dalamnya. Adapun kata
ج أىق
/wa `alqat/ `dan memuntahkan` berarti
hidup, mempunyai perut dan mulut. Dalam ayat ini bumi diperlakukan seperti sifat/sikap yang dimiliki manusia yaitu mempunyai perut dan mulut sehingga dapat berbuat seperti memuntahkan.
2. Gaya bahasa Koreksio yang terdapat pada ayat 7-9 dan 10-13 yaitu: a. ayat 7-9 (menceritakan tentang hari penghisaban bagi orang beriman)
/fa`ammā man `ūtiyā kitābahū biyamīnih fasaufa yuḥāsabu ḥisābān yasīrān wa
yanqalibu `ilā `ahlihī masrūrān/ `adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanannya, Maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, Dan Dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira`.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan hari penghisaban yang mana pada hari itu manusia dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang diberikan catatan amalnya dari sebelah kanan dan yang diberikan dari sebelah kiri/belakang, dan kemudahan pada hari itu bagi orang-orang yang mendapat catatan amalnya dari sebelah kanan (Muhammad, 2006: 432)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan orang yang diberi kitabnya dari
sebelah kanan dengan pemeriksaan yang mudah dan kembali kepada kaumnya
dengan gembira. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
b. ayat 10-13 (menceritakan tentang hari penghisaban bagi orang kafir)
/wa `ammā man `ūtiya kitābahū wa rā`a ẓahrihī fasaufa yad’ū subūrān wa yaṣlā
sa’īrān `innahū kāna fī `ahlihī masrūrān/ `adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,Maka Dia akan berteriak: "Celakalah aku".Dan Dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya Dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir)`.
Pada ayat-ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan orang yang diberi kitabnya dari
belakang dengan berteriak celakalah aku dan akan dimasukkan kedalam api yang
menyala-nyala. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3. Gaya bahasa koreksio yang terdapat pada ayat 15
/balā `inna rabbahū kāna bihī basīrān/ `Bukan demikian, Sesungguhnya
Tuhannya selalu melihatnya`.
Ayat ini menjelaskan bahwasanya memang benar, Allah akan mengembalikan semua manusia sebagaimana Dia telah memulainya serta memberi balasan atas amal perbuatan yang baik maupun yang buruk, karna sesungguhnya Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui (Muhammad, 2006: 433)
Pada ayat ini juga terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang terdapat pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak` yang merupakan penegasan,perbaikan dan sanggahan bahwasanya memang benar Allah akan mengembalikan serta member balasan atas apa yang telah diperbuat manusia ketika hidup di dunia. 4. Gaya bahasa Antitesis yang terdapat pada ayat 23 dan 24 yaitu:
a. ayat 23
/wa allahu `a’lamu bimā yū’ūn/ `padahal Allah mengetahui apa yang mereka
Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah mengetahui apa yang orang-orang kafir kerjakan dan pikirkan baik yang tersembunyi dalam hati maupun yang terlihat, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui dan kelak mereka akan melihat sendiri apa yang sudah mereka sembunyikan (Muhammad, 2006:435).
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata
يمعٔا
ه
/`allahu `a’lamu/ `Allah mengetahui` danن ُ ع ُ ي
بما
/bimā yū’ūn/ `apa yang mereka sembunyikan`. Kata
يمعٔا
ه
/`allahu `a’lamu/ `Allah mengetahui` danن ُ ع ُ ي
بما
/bimā yū’ūn/ `apa yang mereka sembunyikan`. merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.b. ayat 24
/fabasysyirhum bi’ażābin `alīm/ `maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih`,
Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah telah menyiapkan bagi orang-
orang kafir Adzab yang sangat pedih kelak di akhirat yang selalu mereka dustakan
ketika hidup di dunia (Muhammad, 2006:436) .
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata
م ٌ بؽ س
/fabasysyirhum/ `maka berilah kabar gembira` danبار ب
`maka beri kabar gembiralah` dan
مي ٔأى
بارب
/bi’ażābin `alīm/ `dengan adzab yang pedih` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.
3.8. Surah Al-Buruj (85)
Surah Al-Buruj merupakan surah ke 85 yang terdiri dari 22 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai sikap dan tindakan-tindakan orang kafir terhadap orang yang mengikuti seruan para Rasul; bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah; isyarat dari Allah bahwa orang-orang kafir mekkah akan ditimpa adzab sebagaimana kaum fir‟aun dan tsamud telah ditimpa adzab; jaminan Allah terhadap kemurnian Al-qur‟an (Ashshiddiqi, 1422 H:143).
Pada surah ini peneliti menemukan 4 macam gaya bahasa perbandingan yaitu Antisipasi 1 ayat, Metafora 1 ayat, Alegori 1 ayat. Berikut penjabarannya: 1. Gaya bahasa Antisipasi yang terdapat pada ayat 4
/qutila `aṣḥābu al-`ukhdūd/ `binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit`,
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang terdapat pada kalimat
د َ دٔ
ٔأ حأ ب
و
/ Qutila ‘aṣḥābul-‘ukhdūd / `Binasa danterlaknatlah orang-orang yang membuat parit`. Dalam ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari perbuatan orang-orang yang membuat parit yaitu dengan suatu kebinasaan.
2. Gaya bahasa Metafora yang terdapat pada ayat 9
/`allazī lahū mulkus-samāwāti wal-`ardi wa allahu ‘alā kulli syai`in syahīdun/
`yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu`.
Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah adalah pemilik seluruh langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantaranya (Muhammad, 2006: 439)
Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
ضا ٔلز
َ
ث ُ مىا
ؿيم
/mulkus-samāwāti wal-`ardi/ `kerajaan
langit dan bumi`. Maksud dari ayat diatas bukanlah yang sebenarnya, yaitu mempunyai kerajaan melainkan bahasa kias untuk kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi. Jadi kerajaan dalam ayat ini adalah kekuasaan Allah.
3. Gaya bahasa Alegori yang terdapat pada ayat 11
/`innallażīna `āmanū wa ‘amilūṣ-ṣāliḥāti lahum jannātun tajrī min taḥtihāl-
Ayat ini menjelaskan mengenai ganjaran bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh ketika hidup di dunia kelak di akhirat mereka akan masuk ke dalam surga yang terdapat sungai-sungai yang mengalir dibawahnya dan itu merupakan suatu ganjaran yang sangat menguntungkan (Muhammad, 2006: 443).
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan surga dengan sungai yang mengalir sebagai balasan untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.9. Surah A - ariq (86)
Surah At-Tariq merupakan surah ke 86 yang terdiri dari 17 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai tiap-tiap jiwa selalu dipelihara dan diawasi Allah; merenungkan asal kejadian diri sendiri yaitu dari air mani akan menghilangkan sifat sombong dan takabbur; Allah kuasa menghidupkan manusia kembali pada hari kiamat; Al-qur‟an adalah pemisah antara yang hak dan yang batil (Ashshiddiqi, 1422 H: 1047).
Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu alegori 3 ayat. Berikut penjabarannya:
1. Pada ayat 5-7
/falyanẓuril-`insānu mimma huliq, khuliqa min mā`in dāfiq, yakhruju min baini
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia tentang asal muasal dirinya yang lemah yang darinya dia diciptakan yaitu dari air mani yang keluar secara terpancar dari seorang laki-laki dan seorang perempuan sehingga lahirlah seorang anak dari keduanya dengan izin Allah. Ayat ini sekaligus sebagai bimbingan baginya agar mengakui akan adanya hari kebangkitan, karena Allah mampu mengawali penciptaan pasti Dia mampu pula mengembalikannya (Muhammad, 2006: 446)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan penciptaan manusia dengan air yang
terpancar sebagai suatu kebenaran asal-muasal penciptaan manusia. Dari ciri-ciri
diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.10. Surah Al-A‟lā (87)
Surah Al-A‟laa merupakan surah ke 87 yang terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai perintah Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya. Nabi Muhammad sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya. Jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup dunia dan akhirat. Allah menciptakan menyempurnakan ciptaan-Nya menentukan kadar-kadar, member petunjuk dan melengkapi keperluanya sehingga tercapai tujuannya (Ashshiddiqi, 1422 H: 1050).
Pada surah ini peneliti menemukan 2 macam gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi dan metafora 1 ayat. Berikut penjabarannya:
/qad `aflaḥa man tazakkā/ `sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri`
Ayat ini menjelaskan mengenai balasan yang akan didapat bagi orang yang membersihkan diri dengan sebuah keberuntungan, maksud membersihkan diri yaitu bertaubat dan menjauhkan diri dari akhlak yang tercela dan selalu menta‟ati apa yang diturunkan Allah kepada Rasulullah (Muhammad, 2006: 453)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang terletak pada kalimat
خيؼٔا
دؽ
/qad `aflaḥa/ `sesungguhnya beruntunglah`. Dalam
ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari perbuatan orang-orang yang membersihkan diri yaitu dengan suatu keberuntungan. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi.
Pada ayat ini juga mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
م صح
/tazzakkā/ `membersihkan diri`. Maksud ayat diatas3.11. Surah Al-Ghasiyah (88)
Surah Al-Ghosyiyah merupakan surah ke 88 yang terdiri atas 26 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai keterangan mengenai orang kafir pada hari kiamat dan adzab yang dijatuhkan kepada mereka; keterangan tentang orang beriman serta keadaan surge yang diberikan kepada mereka sebagai balasan; perintah untuk memperhatikan kajaiban ciptaan Allah; perintah kepada Rasulullah untuk memperingatkan kaumnya kepada ayat-ayat Allah karena beliau adalah pemberi peringatan dan bukanlah seorang yang berkuasa atas keimanan mereka (Ashshiddiqi, 1422 H: 1053).
Pada surah ini peneliti menemukan 2 macam gaya bahasa perbandingan yaitu Alegori 15 ayat dan Dipersonifikasi 4 ayat. Berikut penjabarannya:
1. Gaya bahasa alegori yang terdapat pada ayat 2-7 dan 8-16 yaitu: a. ayat 2-7
/wujūhun yauma`iżin khāsyi’ah, ‘āmilatun nāṣibah, taṣlā nārān ḥāmiyah, tusqā
min ainin `āniyah, laisa lahum ta’āmun `illā min darī’/ `banyak muka pada hari
itu tunduk terhina, Bekerja keras lagi kepayahan, Memasuki api yang sangat panas (neraka), Diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, Yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
yang dihinakan sehingga mereka merasakan kepayahan di dalam neraka dengan adzab dan kebinasaan (Muhammad, 2006: 456)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan orang kafir pada hari kiamat dan
hari kebangkitan dengan pandangan tunduk terhina, bekerja keras lagi
kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air)
dari sumber yang sangat panas, mereka tiada memperoleh makanan selain dari
pohon yang berduri yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan
lapar. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
b. ayat 8-16
/wujuhun yauma`izin nā’imah, lisa’īhā rāḍiyah, fī jannatin ‘āliyah, lā tasma’u
fīhā lāghiyah, fīhā ‘ainun jāriyah, fīhā sururum marfū’ah, wa `akwābun
maudū’ah, wanamāriqu masfūfah, wazarāyu mabśuśah/ `Banyak muka pada hari
itu berseri-seri, Merasa senang karena usahanya, Dalam syurga yang tinggi, Tidak kamu dengar di dalamnya Perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, Dan gelas- gelas yang terletak (di dekatnya), Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, Dan permadani-permadani yang terhampar`.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan, menggambarkan serta melambangkan surga sebagai tempat yang
menyenangkan terdapat mata air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan,
gelas-gelas yang didekatkan, bantal-bantal yang tersusun dan permadani yang
terhampar sebagai balasan untuk orang-orang mukmin. Dari ciri-ciri diatas maka
ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
2. Gaya bahasa dipersonifikasi yang terdapat pada ayat 8, 18, 19 dan 20 yaitu: a. ayat 8
/wujuhun yauma`iżin nā’imah/ `banyak muka pada hari itu berseri-seri`,
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan orang-orang yang beriman ketika dihari kiamat mendapatkan kenikmatan karena amal ibadahnya ketika di dunia sehingga dapat dikenali (Muhammad, 2006:457).
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terdapat pada kata
م تع وا
/nā’imah/ `berseri-seri`. Pada ayat ini muka yangmerupakan salah satu anggota tubuh manusia seolah berseri-seri yang merupakan kata sifat yang biasa dipakai untuk menyatakan taman, rumah, ruangan yang indah. Dari ciri tersebut maka ayat diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi.
b. ayat 18
Ayat ini menjelaskan mengenai kekuasaan Allah melalui penciptaan dan penempatanya yang merupakan sindirin Allah terhadap orang-orang kafir agar mereka menyadari akan kelemahan mereka sehingga tidak layak bagi mereka menyombongkan diri dan tidak mau beriman kepada Allah (Muhammad, 2006:458)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terletak pada kata
جعؼز
/rufi’at/ `ditinggikan`. Dalam ayat ini langit yang
merupakan suatu benda yang sangat besar dan tidak dapat dijangkau keseluruhan seolah benda kecil yang dapat dipegang dan ditinggikan seperti atap atau genteng.
c. ayat 19
/wa `ilal jibāli kaifa nuṣibat/ `Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan`
Ayat ini menjelaskan mengenai kekuasaan Allah yang menjadikan gunung- gunung tertancap kuat sehingga benar-benar kokoh dan tangguh agar bumi beserta penghuninya tidak menjadi goya, dan di dalamnya diberi berbagai manfaat dan barang tambang (Muhammad, 2006:458)
Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terletak pada kata
جب و
/nuṣibat/ `ditegakkan`. Dalam ayat ini gunung-gunung yang merupakan salah satu benda yang sangat besar dan tidak dapat dijangkau keseluruhan seolah benda kecil yang ringan seperti kayu atau tongkat yang dapat dijangkau dan ditegakkan.
/wa `ilāl-`ardi kaifa suṭiḥat/ `Dan bumi bagaimana ia dihamparkan`
Ayat ini menjelaskan mengenai kekuasaan Allah agar manusia berfikir bagaimana bumi itu dibentangkan, dihamparkan, dan dipanjangkan (Muhammad, 2006:458)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi yang terdapat pada kata
ج ط ح
/suṭiḥat/ `dihamparkan`. Pada ayat ini bumi yangmerupakan salah satu benda yang sangat besar dan tidak dapat dijangkau keseluruhan seolah benda kecil seperti tikar atau karpet yang dapat dijangkau dan dihamparkan. Dari ciri tersebut maka ayat diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi.
3.12. Surah Al-Fajr (89)
Pada surah ini peneliti menemukan 2 macam gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio 2 ayat dan pleonasme 1 ayat. Berikut penjabarannya:
1. Gaya bahasa koreksio yang terletak pada ayat 17 dan 21 yaitu : a. ayat 17
/fa’ammāl ‘insānu ‘iżā mābtalāhurabbuhū fa’akramahū fayaqūlu rabbī ‘akraman wa ‘ammā ‘iżā mābtalāhu faqsdara ‘alaihi rizqahū fayaqūlu rabbī ‘ahānan kallā bal lā tukrimūnal yatīm/‟adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.
Ayat menjelaskan mengenai sanggahan Allah terhadap orang-orang yang beranggapan bahwa jika Allah meluaskan rizki ataupun membatasi rizki kepadanya maka itu adalah suatu penghormatan ataupun penghinaan baginya, padahal tidak demikian melainkan itu semua adalah sebuah ujian atau cobaan baginya (Muhammad, 2006: 468)
Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak` untuk menegaskan bahwasanyakebanyakan manusia lupa ketika diberi kekayaan dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya. Dari ciri tersebut maka ayat diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis koreksio.
b. ayat 21
/wa ta’kulūnat turāśa ‘aklāllammā wa tuḥibbūnal mālaḥubbānḥammā kallā‘iżā
dukkatil ‘arḍu dakkā dakkā/`dan kamu memakan harta pusaka dengan cara
mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil). Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan berturut-turut`.
Ayat ini menjelaskan mengenai larangan Allah terhadap berbuat memakan harta pusaka maupun benda dengan mencampur baurkan yang halal dan haram serta mencintainya dengan kecintaan yang berlebihan, mereka beranggapan dengan mempunyai harta benda tersebut hidup akan bahagia dan sejahtera (Muhammad, 2006: 468)
Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang terletak pada kata-kata
ل م
/kalla/ `sekali-kali tidak` untuk menegaskan danmelarang memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil) dan larangan mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Dari ciri tersebut maka ayat diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis koreksio.
2. Gaya bahasa Pleonasme yang terdapat pada ayat 24
/faḍkhulīfī‘ibādī/ `maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku`,
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu pleonasme: pemakaian kata yang berlebihan, kalimat itu terlihat pada kalimat
ّ دؼ
/faḍkhulī fī/ `maka masuklah ke dalam` yang menurut peneliti ketika seseorang hendak masuk sudah pasti ke dalam. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan jenis pleonasme.3.13. Q.S. Surah Al-Balad (90)
Surah Al-Balad merupakan surah ke 90 yang terdiri atas 20 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan; janganlah manusia terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda yang banyak; beberapa peringatan Allah kepada manusia atas nikmat yang telah Allah berikan (Ashshiddiqi, 1422 H:1060)
Pada surah Al-Balad peneliti tidak menemukan ayat-ayat yang mengandung gaya bahasa perbandingan.
3.14. Surah Asy-Syam (91)
Surah Asy-Syam merupakan surah ke 91 yang terdiri atas 15 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai kisah kaum tsamud yang telah dihancurkan Allah karena kedurhakaannya, kekuasaan Allah dalam hal apapun; Allah memberitahukan kepada manusia jalan ketakwaan dan jalan kekafiran; manusia mempunyai kebebasan memilih diantara keduanya (Ashshiddiqi, 1422 H: 1063)
1. Gaya bahasa antisipasi dan metafora yang terdapat pada ayat 9 dan 10 yaitu: a. ayat 9
/qad `aflaḥa man zakkāhā/ `sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya`.
Ayat ini menjelaskan mengenai balasan yang akan didapat bagi orang yang membersihkan diri dengan sebuah keberuntungan, maksud membersihkan diri yaitu bertaubat dan menjauhkan diri dari akhlak yang tercela dan selalu menta‟ati apa yang diturunkan Allah kepada Rasulullah (Muhammad, 2006: 482)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan antisipasi yaitu pada kalimat
خيؼٔا
دؽ
/qad aflaḥa/ ’Sesungguhnya beruntunglah`. Dalam ayat ini Allah
menyebutkan dahulu akibat dari perbuatan orang-orang yang membersihkan diri yaitu dengan suatu keberuntungan. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi.
Pada ayat ini juga mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
مٍا
/zakkāhā/ `membersihkan dirinya`. Maksud ayat
diatas bukanlah yang sebenarnya yaitu membersihkan dirinya; menghilangkan kotoran maupun najis yang melekat di badan agar badan menjadi bersih melainkan bahasa kias untuk menyatakan bertaubat. Jadi bertaubat itu disebut
membersihkan diri dikarenakan merupakan perbuatan menghilangkan diri dari
b. Ayat 10
/wa qad khāba man dassāhā/ `dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotori dirinya`.
Ayat ini menjelaskan mengenai balasan yang akan didapat bagi orang yang mengotori dirinya dengan sebuah kerugian, maksud mengotori diri yaitu banyak melakukan dosa dan maksiat dan tidak mau menta‟ati perintah Allah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad (Muhammad, 2006: 482)
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang terdapat pada kalimat
خيؼٔا
دؽ
/wa qad khāba/ `dan Sesungguhnya merugilah`.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari perbuatan orang-orang yang mengotori dirinya yaitu dengan suatu kerugian. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi.
Pada ayat ini juga mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
ظٍا
/dassāhā/ `mengotori dirinya`. Maksud ayat diatas
bukanlah yang sebenarnya yaitu mengotori dirinya; melekatkan kotoran maupun najis ke badan sehingga badan menjadi kotor dan bernajis melainkan bahasa kias untuk menyatakan berbuat dosa/musyrik dan maksiat. Jadi berbuat dosa itu disebut mengotori diri dikarenakan merupakan perbuatan melekatkan diri dari segala dosa sebagaimana mengotori diri dari kotoran maupun najis di badan.
/każżabat samūdu biṭaghwāhā, `iżimba’asa `asqāhā, faqālalahum rasūlu allahi
nāqata allahi wa suqyāhā, fakażżabūhu fa’aqarūhā fadamdama ‘alaihim
rabbuhum biżambihim fasawwāhā, wa lā yakhāfu‘uqbāhā/ `(kaum) Tsamud telah
mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya" Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, Maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah), Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu`.
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai kisah kaum Tsamud yang mendustakan Rasul-Rasul mereka yang disebabkan karena adanya kesewenang- wenangan dan melampau batas dalam diri mereka, maka Allah menimpakan kedustaan dalam diri mereka terhadap petunjuk dan kenyakinan yang dibawa oleh Rasul mereka kemudian Allah mengadzab mereka dengan kehancuran (Muhammad, 2006: 483)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan kaum tsamud yang melampaui batas kemudian Allah mebinasakan mereka dan menyama-ratakan dengan tanah. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.15 Surah Al-Lail (92)
usahanya tersebut; kekuasaan Allah memberikan kemudahan dan kesukaran atas usaha-usaha yang dikerjakan manusia (Ashshiddiqi, 1422 H; 1066).
Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu alegori 7 ayat. Berikut penjabarannya:
1. Gaya bahasa alegori yang terdapat pada ayat 5-7 dan 8-11 yaitu: a. ayat 5-7 (menceritakan orang-orang bertaqwa dan balasannya)
/fa`ammā man `a’ṭā wattaqā, wa saddaqa bil-ḥusnā, fasanuyassiruhū lilyusrā /
`adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah`.
Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai balasan Allah kepada orang-orang yang bersedekah, dan memberikan hartanya ke jalan Allah serta bertaqwa maka kelak Allah akan memudahkan jalannya menuju surga sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka buat ketika hidup didunia (Muhammad, 2006: 486)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan orang yang memberikan hartanya dijalan
Allah dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik dengan
baginya jalan yang mudah yang bermaksud menyamakan jalan yang mudah
dengan memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa serta membenarkan
pahala yang terbaik. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis
parabel.
/wa `ammā man bakhila wastaghnā, wa każżaba bil-husnā, fasanuyassiruhū lil’usrā, wa mā yughnī ‘anhu māluhū `iżā taraddā/ `Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa`.
Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai balasan Allah kepada orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala dan dosa maka kelak Allah akan menyulitkan jalannya menuju hidayah serta penyesalan atas harta yang di agung-agungkannya (Muhammad, 2006: 486)
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup dengan baginya jalan yang sukar yang bermaksud menyamakan jalan yang sukar dengan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala
terbaik. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.16. Surah Aḍ-ḍuhā (93)
Surah Aḍ-ḍuhā merupakan surah ke 93 yang terdiri atas 11 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai Allah sekali-kali tidak meninggalkan Nabi Muhammad isyarat dari Allah bahwa kehidupan dan dakwah beliau akan bertambah baik dan berkembang; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang yang meminta-minta dan perintah untuk selalu bersyukur (Ashshiddiqi, 1422 H: 1069).
1. Gaya bahasa antitesis yang terdapat pada ayat 6, 7 dan 8 yaitu: a. ayat 6
/`alam yajidka yatīmān fa`awā/ `bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu`
Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan kepada Nabi Muhammad agar selalu menyantuni dan memelihara serta melindungi para anak yatim sebagaimana dahulu Allah melindungi beliau melalui kakek beliau Abdul Muthalib dan paman beliau Abu Thalib (Muhammad, 2006: 493)
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata
يماخ ي
/yatīmān/ `seorang yatim` danِ َ ػٔا
/fa`awā/ ` melindungimu`. Kataيماخي
/yatīmān/ `seorang yatim` dan
ِ َ ػٔا
/fa`awā/ `melindungimu` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.
b. ayat 7
/wa wajadaka ḍāllān fahadā/ `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
bingung, lalu Dia memberikan petunjuk`.
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata
ضال
/ḍāllān/ `seorang yang bingung` danد ِ ٍ ؼ
/fahadā/ `maka Dia memberikan petunjuk`. Kata
ضال
/ḍāllān/ `seorang yang bingung` danد ِ ٍ ؼ
/fahadā/ `maka Dia memberikan petunjuk` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.
c. ayat 8
/wa wajadaka ‘ā`ilān fa`aghnā/ `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan`.
Ayat ini menjelaskan sekaligus mengingatkan Nab