• Tidak ada hasil yang ditemukan

/każżabat samūdu biṭaghwāhā, `iżimba’asa `asqāhā, faqālalahum rasūlu allahi

nāqata allahi wa suqyāhā, fakażżabūhu fa’aqarūhā fadamdama ‘alaihim

rabbuhum biżambihim fasawwāhā, wa lā yakhāfu‘uqbāhā/ `(kaum) Tsamud telah

mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya" Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, Maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah), Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu`.

Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai kisah kaum Tsamud yang mendustakan Rasul-Rasul mereka yang disebabkan karena adanya kesewenang- wenangan dan melampau batas dalam diri mereka, maka Allah menimpakan kedustaan dalam diri mereka terhadap petunjuk dan kenyakinan yang dibawa oleh Rasul mereka kemudian Allah mengadzab mereka dengan kehancuran (Muhammad, 2006: 483)

Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan keadaan kaum tsamud yang melampaui batas kemudian Allah mebinasakan mereka dan menyama-ratakan dengan tanah. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.

3.15 Surah Al-Lail (92)

Surah Al-Lail merupakan surah ke 92 yang terdiri atas 21 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai usaha- usaha manusia yang berlainan dan juga balasan yang kan didapat dari hasil usaha-

usahanya tersebut; kekuasaan Allah memberikan kemudahan dan kesukaran atas usaha-usaha yang dikerjakan manusia (Ashshiddiqi, 1422 H; 1066).

Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu alegori 7 ayat. Berikut penjabarannya:

1. Gaya bahasa alegori yang terdapat pada ayat 5-7 dan 8-11 yaitu: a. ayat 5-7 (menceritakan orang-orang bertaqwa dan balasannya)

/fa`ammā man `a’ṭā wattaqā, wa saddaqa bil-ḥusnā, fasanuyassiruhū lilyusrā /

`adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah`.

Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai balasan Allah kepada orang-orang yang bersedekah, dan memberikan hartanya ke jalan Allah serta bertaqwa maka kelak Allah akan memudahkan jalannya menuju surga sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka buat ketika hidup didunia (Muhammad, 2006: 486)

Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan orang yang memberikan hartanya dijalan

Allah dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik dengan

baginya jalan yang mudah yang bermaksud menyamakan jalan yang mudah

dengan memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa serta membenarkan

pahala yang terbaik. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis

parabel.

/wa `ammā man bakhila wastaghnā, wa każżaba bil-husnā, fasanuyassiruhū

lil’usrā, wa mā yughnī ‘anhu māluhū `iżā taraddā/ `Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa`.

Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai balasan Allah kepada orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala dan dosa maka kelak Allah akan menyulitkan jalannya menuju hidayah serta penyesalan atas harta yang di agung-agungkannya (Muhammad, 2006: 486)

Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang menceritakan dan menggambarkan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup dengan baginya jalan yang sukar yang bermaksud menyamakan jalan yang sukar dengan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala

terbaik. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.

3.16. Surah Aḍ-ḍuhā (93)

Surah Aḍ-ḍuhā merupakan surah ke 93 yang terdiri atas 11 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai Allah sekali-kali tidak meninggalkan Nabi Muhammad isyarat dari Allah bahwa kehidupan dan dakwah beliau akan bertambah baik dan berkembang; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang yang meminta-minta dan perintah untuk selalu bersyukur (Ashshiddiqi, 1422 H: 1069).

Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis 3 ayat. Berikut penjabarannya:

1. Gaya bahasa antitesis yang terdapat pada ayat 6, 7 dan 8 yaitu: a. ayat 6

/`alam yajidka yatīmān fa`awā/ `bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu`

Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan kepada Nabi Muhammad agar selalu menyantuni dan memelihara serta melindungi para anak yatim sebagaimana dahulu Allah melindungi beliau melalui kakek beliau Abdul Muthalib dan paman beliau Abu Thalib (Muhammad, 2006: 493)

Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata

يماخ ي

/yatīmān/ `seorang yatim` dan

ِ َ ػٔا

/fa`awā/ ` melindungimu`. Kata

يماخي

/yatīmān/ `seorang yatim` dan

ِ َ ػٔا

/fa`awā/ ` melindungimu` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.

b. ayat 7

/wa wajadaka ḍāllān fahadā/ `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang

bingung, lalu Dia memberikan petunjuk`.

Ayat ini menjelaskan sekaligus mengingatkan Nabi Muhammad agar senantiasa memberikan pertolongan kepada semua orang baik yang diminta maupun tidak diminta. Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat. (Muhammad, 2006: 494)

Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata

ضال

/ḍāllān/ `seorang yang bingung` dan

د ِ ٍ ؼ

/fahadā/ `maka Dia memberikan petunjuk`. Kata

ضال

/ḍāllān/ `seorang yang bingung` dan

د ِ ٍ ؼ

/fahadā/ `maka Dia memberikan petunjuk` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.

c. ayat 8

/wa wajadaka ‘ā`ilān fa`aghnā/ `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang

kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan`.

Ayat ini menjelaskan sekaligus mengingatkan Nabi Muhammad saw agar senantiasa membantu orang-orang yang kekurangan dengan meringankan beban dan memberikan keperluan mereka sebagaimana dahulu Allah memberikan kecukupan dan kedudukan (Muhammad, 2006: 494)

Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang terdapat pada kata

ؿاػاع

/‘ā`ilān/ `seorang yang kekurangan` dan

ّ ىغؼ ٔا

/fa`aghnā/ `lalu Dia memberikan kecukupan`. Kata

ؿاػاع

/‘ā`ilān/ `seorang yang kekurangan` dan

ّ ىغؼ ٔا

/fa`aghnā/ `lalu Dia memberikan kecukupan` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.

Dokumen terkait