• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran Penelitian Lanjutan

Dalam dokumen Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa (Halaman 144-200)

METODE PENELITIAN

ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

A.4. Perbedaan Partisipan I dan II

2. Saran Penelitian Lanjutan

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian lanjutan, adalah sebagai berikut:

a. Karena hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan layaknya penelitian lainnya, peneliti dengan tema yang serupa diharapkan mampu meneliti lebih banyak partisipan sehingga dapat memberikan hasil temuan yang lebih baik.

b. Untuk memperkaya hasil penelitian dengan tema yang serupa, peneliti dapat mengganti karakteristik partisipan misalnya ketunaan akibat peristiwa traumatik / bukan karena faktor keturunan.

c. Untuk memperkaya hasil penelitian, peneliti dengan tema serupa dapat lebih menspesifikkan kategori remaja yang akan diteliti (remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir) mengingat perbedaan kondisi psikologis yang muncul pada setiap kategori.

d. Disarankan pada peneliti dengan teman serupa agar memaksimalkan proses rapport agar tumbuh rasa saling percaya antara partisipan atau keluarga partisipan dengan peneliti dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini akan memaksimalkan proses pengambilan data serta data yang diperoleh lebih luas dan mendetail.

e. Disarankan pada peneliti dengan tema serupa agar dapat menggunakan tehnik observasi sebagai alat pengumpul data tambahan, hal ini terkait dengan gambaran kehidupan partisipan sehari-hari ditengah-tengah keluarga sehingga membawa kepada pemahaman penghayatan persepsi kebermaknaan diri partisipan yang lebih baik.

Lampiran 2 : Informed Consent Lampiran 3 : Verbatim Partisipan I Lampiran 4 : Verbatim Partisipan II Lampiran 5 : Koding Partisipan I Lampiran 6 : Koding Partisipan II

Lampiran 7 : Rekonstruksi Data Partisipan I Lampiran 8 : Rekonstruksi Data Partisipan II

I. Data Keluarga Partisipan - Nama Ayah : - Usia : - Pekerjaan : - Nama Ibu : - Usia : - Pekerjaan : - Jumlah Anak :

II. Data Diri Partisipan

- Nama :

- Usia :

- Pekerjaan :

- Urutan kelahiran :

III. Riwayat ketunadaksaan

a. Apa penyebab terjadinya ketunadaksaan?

b. Bagaimana riwayat perkembangan fisik partisipan pada masa kecil, masa kanak-kanak, dan sampai pada masa remaja (masa kini)?

c. Bentuk keterbatasan fisik apa saja yang dialami partisipan?

d. Bagaimana reaksi partisipan terhadap ketunadaksaan yang dialami? e. Apakah partisipan sudah menerima kondisi ketunadaksaannya?

IV.Keluarga

a. Bagaimana reaksi keluarga terkait kondisi ketunadaksaan yang dialami partisipan? b. Apakah keluarga sudah menerima kondisi ketunadaksaan partisipan ?

a. Seberapa sering partisipan terlibat dalam acara keluarga? b. Bagaimana reaksi orang lain ketika partisipan hadir disitu ?

c. Apakah partisipan berpikir bahwa orang lain tidak mengiraukan kehadiran partisipan atau sebaliknya, mereka akan memberikan reaksi positif, seperti menyapa atau memberikan senyuman ?

d. Apakah partisipan mengikuti kegiatan diluar rumah?

e. Seberapa penting kegiatan itu bagi partisipan dan mengapa ?

f. Ketika sedang berada di rumah, apa biasanya yang partisipan lakukan? g. Apakah partisipan terlibat dalam interaksi dengan orang tua ?

h. Bagaimana hubungan partisipan dengan keluarga ? (orang tua & saudara kandung)

2. Importance

a. Apakah partisipan pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan / masalah terkait dengan kondisi partisipan saat ini ?

b. Seperti apa pengalaman/masalah itu ?

c. Bagaimana reaksi partisipan terhadap pengalaman/masalah tersebut ? d. Seberapa jauh hal tersebut berpengaruh terhadap diri partisipan ?

e. Bagaimana partisipan memandang dirinya sendiri terkait pengalaman/masalah itu? f. Bagaimana reaksi keluarga ketika partisipan mengalami hal tersebut ?

g. Dukungan apa yang diberikan keluarga saat itu, dan seberapa berarti dukungan itu bagi partisipan ?

i. Apa harapan keluarga terhadap partisipan, misalnya dalam hal pendidikan ataupun pekerjaan partisipan kelak ?

j. Pencapaian / prestasi apa yang pernah partisipan raih hingga saat ini ? k. Apa bentuk apresiasi keluarga saat itu ?

3. Reliance

d. Apakah keluarga pernah meminta bantuan kepada partisipan? e. Bagaimana perasaan partisipan saat itu ?

f. Apakah partisipan berpikir bahwa partisipan mampu mengerjakannya? g. Jika ada diskusi dalam keluarga, apakah partisipan juga dilibatkan ? h. Apakah keluarga pernah meminta saran kepada partisipan

i. Jika ya, misalnya dalam bentuk apa?

j. Apakah partisipan pernah berpikir bahwa partisipan dapat memberikan manfaat dalam lingkungan ataupun bagi orang lain ?

Judul Penelitian : Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa Peneliti : Desy Christina M

NIM : 091301042

Saya yang bertandatangan di bawah ini, dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Saya telah diminta dan telah menyetujui untuk diwawancarai sebagai responden dalam penelitian mengenai gambaran family matters pada remaja tunadaksa.

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya. Dengan demikian saya menyatakan kesediaan saya dan tidak berkeberatan memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya.

Saya mengerti bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian saja.

Medan, September 2013

Iter (R) : “Apa penyebab yang membuat Lanang mengalami kecacatan ini?”

Itee (I) :”Ya itu kan akibat..eee..kena gula dari bapak, turun ke Lanang yang menyebabkan dibawah lutut itu busuk ..jadi gak bisa ya gimana ya, gak bisa berfungsi lagi, gak bisa bergerak lagi, yaudah akhirnya diamputasi, dipotong, dan dibuang sebagian yang dibawah lutut itu.”

R :”Nah, apa-apa saja yang kena selain lutut?”

I :”Yang kena, eh ini (sambil menunjuk tangan kiri), jari sebelah kiri,empat,selain itu jempol kaki kiri..dah itu aja kak..”

R :”Jadi waktu kecil perkembangan sama kayak orang normal ya?” I :”Enggak kak, beda. Kakinya satu besar satu kecil gitu. Busuk dia.” R :”Kalo belajar berjalannya gimana?”

I :”Itu sama kayak yang lain kak, cuman pas udah pinter berjalan itu udah berbeda.”

R :”Diamputasi usia berapa?”

I :”Dua minggu.”

R :”Jadi kalo kondisi seperti ini, apalah kegiatan yang susah Lanang lakukan?” I :”Ya berolahraga lah kak.”

R :”Kalo yang sehari-hari?”

I :”Kalo yang sehari-hari enggak ada kak”.

R :”Jadi, kapanlah Lanang tahu atau menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari fisik Lanang sendiri?”

I :”Dari sejak SD lah kak..” R :”Dari usia berapa ya?”

I :”Enam tahun..”

R :”Kalo Lanangingat waktu itu gimana?”

I :”Ya ada rasa gengsi gitu sama orang yang sempurna, ada rasa,ee apa iri gitu lihat orang itu begitu..gitu lah kak.”

I :”Karena udah dinilai sama orang diluar sana,dan tahu dari orang itu juga..” R :”Jadi orang tua gak ngasih tahu?”

I :”Enggak kak.”

R :”Sampai usia berapa orang tua gak ngasih tahu?”

I :”Usianya kira-kira delapan atau sembilan tahun gitu lah kak.” R :”Berarti Lanang beraktivitas gitu ajalah ya?”

I :”Iya,anggap aja kayak orang sempurna gitu.”

R :”Nah, jadi dulu pada saat masa anak-anak jalannya kayak biasa gitu atau gimana?”

I :”Eee, pake tongkat..” R :”Dari usia ?”

I :”Dari usia lima tahun..” R :”Setelah itu, masukusia SD?”

I :”SD pake sepeda ke sekolahnya, kalo kayak biasa pake tongkat.”

R :”Oke, masuk SMP?”

I :”Kalo SMP kelas tiganya baru pake kaki palsu, pas kelas satu dan dua masih pake tongkat dan sampek SMA sekarang lah kak..”

R :”Nah, kemarin reaksi Lanang sendiri gimana pas menyadari kondisi Lanang mengalami kecacatan fisik seperti ini?”

I :”….ya terima ajalah kak. Dah dikasih Tuhan kayak gini..ya udah..apalagi mau dibilang.”

R :”Apa yang membuat Lanang menerimanya? I :”Yaa..eee..apa ya..(diam sejenak)..semangat …” R :”Semangat dari?”

I :”Semangat dari orang tua, teman-teman semua..yang ngasih…pokoknya yang ngasih semangatlah., biar saya bisa maju gitu walaupun keadaan kayak gini..”

I :”Gak lagi..”

R :”Kalo ngomongi tentang tradisi didalam keluarga, kita kan sering ngumpul -ngumpul dengan keluarga, biasanya dalam keluarga ini kumpul-kumpulnya dalam acara apa?” I :”dalam acara wirid gitu, arisan keluarga, idul fitri..”

R :”Nah, Lanang kalo ada acara keluarga sering ikut gak?”

I :”Sering..”

R :”Saat itu pernah berpikir gak kalo keberadaan Lanang nanti ditolak orang?” I :”eeee,pernah..”

R :”gimana bisa diceritakan gak pas ngerasa gitu?”

I :”Yah..pas ngerasa gitu kan, pas ngeliat cewek, misalnya mau dekati gitu, takut, takut gitu gak diterima atau dicela gitu..”

R :”Kalo didalam acara keluarga merasa begitu?” I :”Enggak begitu?”

R :”Jadi meskipun acara keluarga diadakan diluar, juga gak pernah berpikir begitu?” I :”Enggak begitu..”

R “Berarti da sama sekali merasa bahwa semua keluarga udah menerima keadaan Lanang?”

I :Iya kak..”

R :”Nah pernah punya pengalaman ditolak gak, maksudnya reaksi orang itu kayaknya negatif sama Lanang?”

I :”Pernah..sama teman sekolah, sama teman bermain, sama teman dekat ginilah..” R :”Oh berarti kalo sama keluarga enggak ya..dan kalo ada acara keluarga Lanang ikut ajalah ya?”

I :”Iya kak..”

R :”Lanang ikut kegiatan diluar rumah gak?”

I :”Karena merasa kurang bisa gitu untuk jalani kegiatan itu, merasa kurang sanggup, kurang..fisiknya kurang memadai, aturannya …….masih sempurna tapi kan gak bisa juga awak pikirkan gitu?”

R :”Oh,berarti hanya karena merasa tidak mampu ajalah ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Tapi kalau keinginan dari diri sendiri?” I :”Sebenarnya mau sih.”

R :”Maunya ikut apa?”

I :”Maunya ikut,eee, latihan bola gitu..eee..silat,ya sejenis itulah kak.” R :”Berarti Lanang itu banyak menghabiskan waktu dirumah?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo dirumah biasanya ngapain?”

I :”Belajar, nonton TV, main komputer..itulah kak.”

R :”Kalau interaksi dengan orang tua atau sama kakak gimana?”

I :”Kurang kak.”

R :”Kenapa kira-kira?”

I :”(sambil berpikir)..Ya, eeee..karena gak ada yang mau dibicarainlah kak..hehe”. R :”Lanang itu terbuka gak sih sama keluarga?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kalau lagi ada masalah?”. I :”Enggak juga kak”.

R :”Kenapa?”

I :”Yak karena takut nyusain gitu.”

R :”Pernah ngomongin hal yang pribadi sama orang tua, sama kakak, atau sama abang misalnya.”

R :”Yang membuat gak nyaman itu apa?”

I :”Ya kayak ada ngerasa ganjal gitu, mau ngungkapin aja tapi gak bisa diungkapin.”

R :”Kalo ngerasa gak nyaman kenapa gak coba diungkapin aja?” I :”Ya itu tadi lah kak takut nyusahin orang tua.”

R :”Oh, biasanya masalah apa yang Lanang simpan?”

I :”Ya itu tadilah kak, yang cela-celaan itu,masalah sekolah.” R :”Masalah sekolah apa?”

I :”Biasanya ya tentang uang sekolah gitu kak, ya dipanggil guru, disuruh panggil orang tua. Gak Lanang bilang tapi, Lanang selesain sendirilah”.

R :”Loh, tapi kan harus dibayar”.

I :”Iya bilangnya sama abang ajalah kak gak sama mamak”.

R :”Oh oke.Kalo hubungan Lanang dengan kakak Lanang gimana?” I :”Eee..dekat.”

R :”Dekat nya bagaimana?”

I :”Ya sering bercanda-bercanda sering cerita apa gitu, pokoknya dekatlah.” R :”Kalo sama abang.”

I :”Sama abang kurang karena sering diluar gitu, jarang pulang gitu.”

R :”Sama mamak?”

I :”Sama mamak kurang juga”.

R :”Kenapa?”

I :”Ya karena mamak jarang dirumah juga, kerja kan, jadi jarang komunikasi lah”. R :”Mamak bukannya dirumah?”

I :”Ya kalo ada kerjaan kan entah dari orang ada apa-apa kan keluar gitu, pulang sekolah mamak jemput kakak, paling malam ajalah.”

I :”Hmm..apa ya dalam hal sering- sering cerita gitu, kurang komunikasi gitu kak.” R :”Bukannya mamak orangnya terbuka ya?”

I :”Iya memang kak, tapi jarang-jarang cerita aja gitu kak.”

R :”Karena apa?”

I :”Karena takut nyusahin tadi lah kak.” R :”Bapak meninggal usia berapa?” I :”Usia 30 tahun kak.”

R :”Waktu itu Lanang kelas berapa?”

I :”Kelas 3 SD”.

R :”Gimana hubungan sama bapak?” I :”Deket kak dibandingin sama mamak.”

R :”Jadi pas bapak meninggal gimana perasaan Lanang waktu itu?” I :”Ya..kayak gak terima aja gitu kak, pengennya selalu sama.” R :”Kalo disekolah Lanang banyak temannya gak?”

I :”Banyak.”

R :”Masalah apa yang pernah Lanang alami atau hal yang tidak enak ketika gabung ama teman-teman.”

I :”Dicela.”

R :”Apa kata mereka?”

I :”Ya, „Kau ngapain gabung-gabung sama kami, kau gak punya kaki, kakimu puntung‟ yaudah gitulah kak.”

R :”Jadi Lanang bilang apa?”

I :”Yaudah gak dijawab pergi ajalah kak.” R :”Itu kejadiannya waktu kapan?”

I :”Ya..(diam sejenak)..gak taulah bilangnya gimana kak..(diam), bisa dibilang sakit hatilah kalo bisa dibilang…gitulah kak.”.

R :”Lanang orangnya percaya diri gak?” I :”Percaya diri?”

R :”Kenapa bilang percaya diri?”

I :”Ya karena Lanang yakin, Lanang bisa sukses dari mereka, dengan kekurangan seperti ini kenapa gak bisa sukses.”

R :”Kalo dalam pergaulan sama temen-temen percaya diri gak?” I :”Percaya diri”.

R :”Kalo sama cewek?”

I :”Kurang kak..hehe (sambil tertawa)”. R :”Udah pernah pacaran?”

I :”Udah kak”.

R :”Kapan?”

I :”SMP kelas 3 kak?”

R :”Oya, tapi sekarang udah gak lagi?” I :”Enggak kak.”.

R :Oh, bertahan berapa lama?” I :”8 bulan kak..hahaha (tertawa)”

Iter (R) :”Bisa diceritakan gak, apakah Lanang pernah mengalami pengalaman yang tidak enak, terkait dengan kondisi ini?”.

Itee (I) :”Pernah. Tentang ..(berpikir sejenak), gimana dibilang ya, eeee, diejekin gitu.” R :”Peristiwanya kapan?”

I :”SD kak.”

R :”SMP, SMA gak ada?”.

I :”Gak ada kak.”

R :”Bagaimana reaksi Lanang waktu itu?” I :”Menerima apa adanya lah kak.” R :”Menerima maksudnya?”

I :”Terima aja apa yang dibilang.”

R :”Gak melawan?”

I :”Enggak.”

R :”Apa reaksi orang tua saat itu?”

I :”Ya mamak pasti marah..hahaha (sambil tertawa kecil).” R :”Marahnya gimana?”

I :”Ya, didatangin gitu orang itu, ya dimarah-marahi lah.”

R :”Nah, tadi kan Lanang bilang temen – temen ngejekin. Seberapa jauh lah hal itu mempengaruhi Lanang?”

I :”Sempat juga sih patah semangat (nada suara rendah),ya kenapa aku berbeda dari orang itu, kenapa aku begini.”

R :”Dukungan apa yang diberikan dari keluarga kepada Lanang?” I :”Semangat, motivasi kak.”

R :”Biasanya semangat dan motivasi dalam hal apa?”

I :”Emm,gimana yah, misalnya motivasi untuk maju, dengan keadaan seperti ini bukan penghalang untuk menjadi sukses (nada suara meninggi), gitulah kak.”

atau apakah keluarga memberikan kebebasan kepada Lanang?”

I :”Membebaskan kak.”

R :”Bagaimana Lanang memandang hal itu?”

I :”Ya pandangan Lanang sendiri sih nanggapinya sih bagus.” R :”Nah, prestasi apa yang pernah Lanang capai sampai saat ini.” I :”Belum ada sih.”

R :”Apakah hal itu mempengaruhi diri Lanang?”

I :”Enggak.”

R :”Oke..kalo dirumah tugas Lanang apa?”

I :”Kerjai tugas dari sekolah, beres-beresin rumah, tempat tidur, itulah.”

R :”Oh, jadi tugasnya dirumah kerjain tugas sekolah, beres-beresin rumah, tempat tidur, trus ada lagi?”

I :”Misalnya ada pakaian kotor nyuci.” R :”Oh pakaian kotor Lanang yang cuci?”

I :”Iya kak.”

R :”Ada merasa kesulitan dalam mengerjakannya?” I :”Gak ada kak..”

R :”Oya, menikmati peran itu kah?”

I :”Iya kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Ya asik aja ngerjain itu kak, haha (sambil tertawa).” R :” haha (tertawa), asik misalnya ngerjain apa?”

I :”Ya nyuci gitu kak, haha (tertawa).” R :”Selain itu apa lagi?”

I :”(berpikir sejenak)..gak ada sih.”

R :”Semua tugas Lanang berarti bisa dilakukan?”

I :”Iya kak.”

R :”Ada masalah dalam melakukan tugas itu?”

I :”Gak ada kak.”

R :”Oke. Biasanya kalo mamak, atau keluarga, atau abang, atau kakak Lanang itu pernah gak minta bantuan sama Lanang?”

I :”Pernah.”

R :”Dalam hal apa?”

I :”Disuruh gitu kak, keluar gitu, beli apa, disuruh ambilin apa gitu.” R :”Hmm, Lanang bisa melakukannya?”

I :”Bisa kak.”

R :”Bagaimana perasaan Lanang ketika ada orang lain meminta bantuan Lanang?” I :”Mau sih bantunya kak, gak merasa keberatan, itu aja sih.”

R :”Oke. Ada gak satu pekerjaan dimana Lanang berpikir bahwa Lanang gak bisa ngerjain itu?”

I :”Sejauh ini sih bisa dilakuin kak?”

R :”Nah, kalau dirumah itu sering diskusi-diskusi keluarga gak?”

I :”Sering.”

R :”Biasanya tentang apa?”

I :”Masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah keuangan gitu lah kak.” R :”Biasanya kalo lagi ngobrol-ngobrol gitu semuanya ngumpul?”

I :”Ngumpul kak.”

R :”Lanang pernah kasih saran tentang masalah-masalah yang dihadapi atau keluarga yang meminta saran Lanang, atau bagaimana?”

R :”Kalau sering, berarti ada dong satu waktu tidak berpikir seperti itu?” I :”Enggak sih kak.”

R :”Oh gitu. Oke, sekarang coba Lanang ungkapkan tentang siapa Lanang dalam pandangan Lanang sendiri.”

I :”Sejauh ini bisa dibilang..eee.bisa dibilang baik, bisa dibilang enggak.” R :”Baik dalam hal apa?”

I :”Dalam hal (berpikir sejenak), ada sih yang dalam kerjaan itu yang gak bisa dilakuin, misalnya kayak,ee, kemaren sih sempat pengen masuk ke audio video itu yang tentang listrik-listrik itu kak,kendalanya itu gak bisa disitu, tentang-tentang listrik, memang kepikiran juga kesitu kan, tapi gak bisa. Sempat putus asa juga sih, soalnya dulu pernah kepikiran disitu. Itu aja sih.”

R :”Oh jadi tidak bisa. Perasaan Lanang bagaimana?”

I :”Ya gimana ya, bisa dibilang,eee, nyesal juga sih karena gak bisa, karena yang di cita-citain gak bisa dijalani, gak bisa untuk mencapainya.”

R :”Apa yang Lanang sesalkan?” I :”Itu tadi kak karena gak bisa.”

R :”Apakah itu salah Lanang makanya gak bisa?” I :”Enggak juga sih (tertawa kecil)”

R :”Enggak kan.Berarti salah siapa? Ada yang disalahkan disitu?” I :”Gak ada sih kak?”

R :”Iya, berarti gak ada yang perlu disesalkan kan, hanya karena mungkin kondisinya yang tidak memungkinkan.”

R :”Ngomong-ngomong tadi tentang audio video, itu tentang apa tadi?” I :”Tentang kelistrikan kak.”

R :”Oh. Itu disekolah sekarang ada?”

I :”Ada kak.”

R :”Oh. Berarti bisa disimpulkan bahwa Lanang sebenarnya ingin ke audio video daripada yang komputer dan jaringan. Oke, berarti tidak dapat karena kondisi yang seperti ini ya.”

I :”Iya kak.”

R :”Oke, coba bisa ceritain tentang diri Lanang? Misalnya „aku ini orangnya seperti ini, atau seperti itu‟ gitu.”

I :”Saya ini orangnya pemalu, sabar, eee, sejauh itu aja sih kak.”

R :”Terus?”

I :”Pendiam, susah bersosialisasi gitu sih kak.” R :”Kenapa susah bersosialisasi?”

I :”Ya karena liat keadaan gini kak, takut ada yang gak nerima,..”

R :”Terus?”

I :”Itu aja sih kak.”

R :”Nah, Lanang itu orangnya percaya diri gak?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Dengan keadaan seperti inilah kak.”

R :”Oke,karena keadaan Lanang yang seperti ini. Kemaren Lanang pernah bilang kalau Lanang sudah menerima kondisi Lanang yang sekarang ini, tetapi Lanang tidak percaya diri. Bisa diceritakan kenapa bisa seperti itu?”

I :”Kalo sama temen-temen biasa-biasa sih percaya diri. Tapi kalo sama temen baru, kenalan gitu, itu rasanya kurang gitu, kayak gak diterima aja gitu.”

R :”Itu dari pikiran sendiri ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Tapi belum pernah ngalamin pengalaman ditolak sama lingkungan kan?” I :”Iya belum kak.”

R :”Oke, takut ditolak gitu ya.”

I :”Iya kak.”

R :”Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

I :”(diam sejenak). Sejauh ini belum sih, belum ada yang bisa dibanggain.”

R :”Kenapa?”

I :”(diam sejenak) belum ada yang bisa dicapai kak. Gitu sih kak.” R :”Apa yang bisa membuat Lanang bangga dengan diri Lanang?”

I :”Terutama membahagiakan orang tua sih (diam sejenak), itu sih yang utama.” R :”Apakah ada hal yang lain yang bisa membuat Lanang bangga, atau adakah syarat Lanang untuk membuat Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

I :”Naikkan orang tua haji.”

R :”Terus?”

I :”Terus berguna buat orang, itu aja sih kak.” R :”Oke. Sudah menerima kah kondisi saat ini?”

I :”Sudah kak.”

R :”Apakah yang membuatmu yakin bahwaLanang nerima kondisi saat ini?”

I :”Yang membuat yakin,eee, liat-liat orang disekitar juga lah kak, ada yang lebih dari Lanang gini, ada yang lebih kurang dari Lanang gitu.”

R :”Lanang liatnya tiap hari?”

I :”Gak tiap hari sih kak. Misalnya ada ngumpul-ngumpul, ada wirid gitu, rupanya ada yang lebih (kurang) dari Lanang.”

R :”Sejauh ini Lanang percaya kalo Lanang bisa mencapai cita-cita?” I :”(berpikir sejenak) percaya kak.”

R :”Kenapa?”

R :”Semangat dari siapa?” I :”Dari diri sendiri.”

R :”Oke, berarti semangat itu sudah ada dalam diri Lanang sehingga Lanang yakin bisa mendapatkan yang Lanag mau.”

I :”Iya.”

R :”Cita-citanya apa?” I :”Ahli komputer.”

R :”Tujuan hidupnya jadi apa?” I :”Berguna untuk semua orang.”

R :”Kira-kira bisa didapatkan dua hal ini?” I :”Insyaallah bisa.”

R :”Lanang punya sahabat?”

I :”Dekat kak?”

R :”Iya dekat.”

I :”Enggak kak.”

R :”Disekolah?”

I :”Enggak. Teman biasa-biasa ajalah kak.” R :”Berapa orang kira?”

I :”Kurang lebih 20 gitulah kak.”

R :”Temannya itu cuman teman „say hello‟ aja?”

I :”Iya kak.”

R :”Pengen punya sahabat?” I :”Pengen sih.”

diem, main handphone.”

R :”Tidak bergabung dengan teman yang lain?” I :”Kadang-kadang sih gabung.”

R :”Kalo gabung biasanya kalian ngapain?” I :”Ya kumpul-kumpul gitu aja sih kak.” R :”Dilingkungan rumah gak ada teman juga?”

I :”Enggak kak.”

R :”Merasa kesepian?”

I :”Enggak.”

R :”Kenapa?”

I :”Yah gak ngerasa aja kak.”

R :”Oke, berarti kalo dirumah sama kelurga aja, kalo disekolah sama temen, tapi temen biasa. Dan kalo kakak bisa ambil kesimpulan Lanang itu susah bersosialisasi karena kondisi Lanang saat ini. Kalo sebenarnya Lanang itu punya keinginan gak untuk bersosialisasi?”

I :”Punya kak.”

R :”Oke, karena kondisi yang akhirnya membuat Lanang susah bersosialisasi ya. Berarti sifat pendiam itu juga sebenarnya karena kondisi juga yang menyebabkan, bisa dikatakan seperti itu?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo bisa digali, sebenarnya sifat Lanang itu seperti apa ya?” I :”Suka bercanda orangnya kak.”

R :”Dan suka bersosialisasi juga?” I :”Sebenarnya suka.”

R :”Tapi itu tidak terjadi karena kondisi tadi ya?”

I :”Iya kak.”

Partisipan I, Wawancara 3

Iter (R) :”Kemaren Lanang bilang bahwa Lanang itu susah untuk bersosialisasi, nah alasanya kenapa?”

Itee (I) :”Karena keadaan. Karena malu juga dengan keadaan..jadi susah bersosialisasi kak.”

R :”\ Kenapa harus malu?” I :”Karena keadaan ini kak.”

R :”Alasan lain selain keadaan, ada lagi dek?”

R :”Gak ada kak.”

:”Oke, berarti hal yang membuat Lanang susah bersosialisasi adalah hanya karena keadaan ya dek.”

I :”Iya kak.”

R :”Lanang sejauh ini sudah menerima kondisi Lanang atau ada fase dimana kadang nerima kadang enggak, atau sudah sepenuhnya kah menerima, atau bagaimana?”

I :”Ya kalau dibilang sudah nerima, ya sudah nerima kak (nada suara rendah).”

Dalam dokumen Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa (Halaman 144-200)