• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1.3 Sektor Informal di Pedesaan

pada 2 Mei 2012, pukul 14.30 Wib.

Menurut Peet ( Bourne dan Simmon, 1918:463 pada Jayadinata dan Pramandika 2006:116 ), ada 5 hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan:

1. Pemilik alat produksi misalnya tanah, oleh pengusaha/penggarap ( dapat secara koperasi )

2. Sifat pengembangan ekonomi harus dipilih supaya penduduk dapat memperoleh pendapatan yang cukup dengan modal dari bantuan pemerintah.

3. Diusahakan adanya disentralisasi industri ke daerah pedesaan, yang berguna juga untuk melestarikan berbagai unsur sosial budaya lokal.

4. Pengembangan dilakukan dengan perencanaan sosial ekonomi yang komprehensif dan dinamis.

5. Mengikutsertakan partisipasi dan pengalaman penduduk dalam pelaksanaan rencana.

2.1.3 Sektor Informal di Pedesaan

Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart ( 1971 ) dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar tenaga terorganisasi. Sektor informal, yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Dengan

kata lain, sektor informal merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, sulit dicacah, dan sering dilupakan dalam sensus resmi, serta merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan - aturan hukum. Aktifitas - aktifitas informal tersebut ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki; Bersandar pada sumber daya lokal; Usaha milik sendiri; Operasinya dalam skala kecil; Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif. ( Teakoes. 2009. SektorInformal:PermasalahandanUpayaMengatasinya.(Online)

)

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengatakan untuk mempercepat penanggulangan pengangguran dan kemiskinan adalah dengan memperluas kesempatan kerja di sektor informal. Perluasan tersebut dilakukan dalam kesepakatan kerja di sektor informal di pedesaan, sehingga mampu menjadi tulang punggung perekonomian bangsa. Penciptaan wirausaha baru sebagai salah satu pemecahan permasalahan ketenagakerjaan melalui penciptaan kerja sektor informal akan berimplikasi terhadap terciptanya kesempatan berusaha, sehingga dapat menyerap masyarakat penganggur dan setengah penganggur yang diarahkan kepada optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya lokal. Pemberdayaan sektor informal tersebut dilakukan berdasar pada lebih tingginya kemampuan sektor informal dalam menyerap tenaga kerja. Dalam penyerapan tenaga kerja, sektor informal menyerap 37% dari seluruh jumlah orang yang bekerja dan sektor informal mampu menyerap 63%. Karena sebanyak 60 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan sebagian besar bekerja di sektor informal. Adapun langkah yang akan dilakukan dalam hal ini adalah dengan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan padat karya dengan memberikan kesempatan kerja dan

sepi panen melalui jenis kegiatan usaha yang bersifat produktif dan berkelanjutan.((Mildan, Muhammad. 2010. Perluas Sektor Informal di Pedesaan Kurangi Pengangguran.(Online)(

Wib.

2.1.3.1 Jenis - jenis Sektor Informal

Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sah; terdiri atas:

a. Kegiatan - kegiatan primer dan sekunder: pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain - lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar: perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

c. Distribusi kecil - kecilan: pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi: pinjam - meminjam, pengemis.

e. Jasa yang lain: pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain - lain.

2. Tidak sah; terdiri atas :

a. Jasa-kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan lain-lain.

b. Transaksi-pencurian kecil ( pencopetan ), pencurian besar ( perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain - lain.

2.1.3.2 Ciri – ciri Sektor Informal

Adapun ciri- ciri dari sektor informal di Indonesia, yaitu meliputi:

a. menggunakan fasilitas ataukelembagaan yang tersedian secara formal. b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha.

c. Polakegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja. d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah

tidak sampai ke sektor ini.

e. Unit usaha Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa berganti - ganti dari satu sub-sektor ke sub-sektor lain.

f. Teknologi yang digunakan masih tradisional.

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil. h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar

hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

i. Pada umumnya unitusaha termasuk kelompok one man enterprise, dan kalau ada pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri.

lembaga keuangan tidak resmi.

k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota atau desa berpenghasilanrendah atau menengah.( Iradewa. Peran sektor informal di Indonesia.(Online)

Jenis pekerjaan disektor informal yang ada di pedesaan misalnya seperti, pengrajin gerabah yang terdapat di kota Kendal, Jawa Timur. Meskipun gerabah ini terbuat dari tanah liat namun permintaan dan peminatnya sangat tinggi di pasaran. Pada masa – masa yang lalu sebelum ada barang- barang plastik, gerabah menjadi primadona yang dihasilkan di kota Kendal, tepatnya di Kampung Kunden. Barang – barang yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup beragam, sesuai dengan keahlian dan tenaga yang dibutuhkan agar sesuai dengan permintaan pasar. Setiap pengrajin tidak selalu sama keahliannya,sehingga hasil produksinya juga akan berbeda. Pada umumnya mereka membuat barang seperti: paso, cowek, pot tanaman hias, gentong, padasan, kendil, jembangan, daringan, anglo dan bong, baik yang diproduksi sehari- hari maupun yang diproduksi berdasarkan pesanan atau musiman. Disisi lain sektor informal di pedesaan yaitu pengusaha pengrajin batu bata yang dilakukan Zainur, warga Kampung Panjang Kecamatan Talawi, Batu Bara. Beliau berani berspekulasi dengan menanamkan modal besar untuk memulai usaha pembuatan batu bata yang berlokasi di desa itu, tepatnya di depan kantor Balai Desa setempat.Usaha yang ditekuninya ini baru sekitar empat bulan, tetapi sudah mempekerjakan warga setempat sebanyak 15 orang. Di samping membuka lapangan pekerjaan, Zainur mengaku usaha yang baru dirintisnya ini cukup prospek dan bahkan potensial membuatnya menjelma sebagai pengusaha muda. Zainur menjelaskan, kelancaran usahanya juga didukung ketersediaan bahan baku tanah liat untuk pembuatan batu bata mudah didapat. "Di Batu Bara, ada

beberapa desa, di antaranya kampung Mangke, Kecamatan Lima Puluh, dan Desa sentang Kecamatan Tanjung Tiram. Produksi batu bata ini masih memang skala kecil, sebab dalam sehari dirinya hanya mampu memproduksi batu bata sebanyak 8.000 sampai 9.000. Jika dikalkulasikan omsetnya diperkirakan sekitar Rp.3.000.000 sampai Rp.5.000.000 juta dalam sehari. Harga batu bata yang dijual berpariasi, untuk ukuran kecil Rp 320, sedangkan untuk yang berukuran sedang harganya Rp 500. Dari harga itu sudah termasuk ongkos antar barang. Namun, usaha Zainur tidak terus menerus berjalan mulus, karena banyak kendala ketika cuaca tidak bersahabat. Kalau saat musim hujan, tidak memproduksi. Sebab, tempat pembakaran basah dan kayu bakarnya pun ikutbasah, dan tentu tidak bisa menjemur. (Harian Andalas.senin,30 April 2012. Zainur Ciptakan Lapangn Kerja Lewat Batu Bata.(Online) pukul 12.15 Wib)

Dokumen terkait