• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN PROFIL INFORMAN

4.3 Tingkat Perekonomian Responden

4.3.1 Distribusi Kepemilikan Rumah Berdasarkan Luas Bangunan.

Untuk melihat tingkat perekonomian responden, peneliti menggunakan beberapa indikator untuk melihat perekonomian tersebut, salah satunya dilihat dari luas bangunan dari tabel berikut.

Tabel 4.3.1 No Luas Bangunan ( m2 ) F % 1 0 m2 – 25 m2 - - 2 26 m2 – 50 m2 34 58 3 51 m2 – 75 m2 25 42 4 Di atas 76 m2 - - Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat luas bangunan rumah responden antara 26 m2 – 50 m2 sebanyak 34 orang ( 58% ), dan luas bangunan rumah antara 51 m2 – 75 m2 terdapat 25 orang ( 42% ). Jadi dapat diterangkan bahwa mayoritas masyarakat di Desa Nagori Teluk Lapian memiliki luas bangunan 26 m2 – 50 m2.

4.3.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Lantai Bangunan di Nagori Teluk Lapian.

Selain luas bangunan rumah responden, indikator lain untuk melihat perekonomian responden, juga dapat lilihat dari jenis lantai bangunan rumah yang digunakan. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah ini.

No Jenis Lantai F %

1 Tanah - -

2 Semen 56 95

3 Marmer 3 5

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat mayoritas jenis lantai rumah responden menggunakan semen yaitu terdapat 56 orang (95%), sedangkan selebihnya jenis lantai marmer sebanyak 3 orang ( 5% ) dan yang jenis lantai tanah sudah tidak ada lagi. Dapat diterangkan dari tabel di atas mayoritas jenis lantai bangunan responden adalah semen, hal ini disebabkan harga semen lebih terjangkau dibandingkan dengan harga marmer.

4.3.3 Identitas responden berdasarkan kepemilikan jenis dinding rumah.

Untuk melihat tingkat perekonomian responden juga dapat dilihat salah satu indikator lain berdasarkan kepemilikan jenis dinding rumah. Berikut dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3.3

No Jenis Dinding F %

1 Gedek/Tepas 16 27

2 Papan 29 49

3 Tembok tanpa plaster 14 24

Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat ada 3 jenis dinding rumah yaitu jenis gedek/ tepas, papan dan tembok tanpa plaster. Jika jenis dinding tembok tanpa plaster sebanyak 14 orang ( 24% ), dan jenis dinding gedek/ tepas terdapat 16 orang (27% ), sedangkan jenis dinding papan yaitu terdapat 29 orang ( 49% ). Dalam hal ini dapat diterangkan bahwa jenis rumah responden yaitu tembok tanpa plaster jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki jenis dinding rumah papan ( sudah berusia 15 tahun lebih) dan gedek/tepas.

4.3.4 Identitas responden berdasarkan fasilitas kepemilikan MCK/WC

Tingkat perekonomian pekerja pengrajin batu bata di Nagori Teluk Lapian juga dapat dilihat berdasarkan kepemilikan MCK ( mandi , cuci, kakus ) atau WC ( water closed). Berikut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3.4

No Fasilitas buang air besar F %

1 Iya 12 20

2 Tidak 47 80

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat responden yang tidak memilikiMCK/ WC atau yang masih menumpang pada tetangga terdapat 12 orang ( 20% ), sedangkan yang memiliki fasilitas MCK/WC sendiri tanpa menumpang dengan tetangga sebanyak 47 orang ( 80% ). Dapat digambarkan bahwa mayoritas responden memiliki fasilitas MCK/WC milik sendiri. Berdasarkan data dilapangan, responden yang tidak memiliki fasitas tersebut biasanya mereka akan menumpang pada tetangga, ke parit atau ke kebun.

rumah

Untuk melihat kepemilikan sumber penerangan rumah yang digunakan responden dapat tertera secara rinci pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3.5 No Sumber penerangan F % 1 Lampu teplok - - 2 Lampu petromak - - 3 Listrik 59 100 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh rerponden sudah menggunakan listrik yaitu sebanyak 59 orang ( 100% ). Namun, kepemilikan penerangan rumah menggunakan PLN ini terdiri dari kepemilikan pribadi dan menumpang aliran listri kepada tetangga dengan sistem pembayaran bagi rata. Hal ini disebabkan karena biaya pemasangan listri secara pribadi membutuhkan biaya relatif besar yaitu lebih dari Rp.2.000.000. Seperti penuturan bapak Wagiman, bahwa sumber penerangan yang dimiliki masih menumpang aliran listrik kepada tetangga dengan sistem pembayaran bagi dua. Ini dikarenakan Bapak Wagiman tidak mampu memasang aliran listrik sendiri disebabkan harganya relatif mahal.

4.3.6. Identitas responden berdasarkan sumber air minum

Berdasarkan sumber air minum yang digunakan responden, secara rinci dapat dilihat tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.6 No Sumber air F % 1 Sumur 59 100 2 Sungai - - 3 Air hujan - - Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat seluruh responden menggunakan air sumur sebagai sumber air minum yaitu sebanyak 59 orang ( 100% ). Hal di atas dapat diterangkan bahwa seluruh responden dalam memenuhi kebutuhan air menggunakan air sumur. Berdasarkan observasi peneliti, kondisi sumur yang dimiliki oleh responden sebagian besar adalah sumur tanah.

Untuk melihat bahan bakar yang digunakan responden dalam memasak untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, dapat dilihat keterangan tabel di bawah ini.

Tabel 4.3.7

No Bahan bakar memasak F %

1 Kayu bakar 28 29

2 Kompor minyak tanah - -

3 Gas LPJ 31 42

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Besdasarkan tabel di atas dapat dilihat terdapat 3 jenis bahan bakar untuk memasak yaitu kayu bakar, kompor minyak tanah dan gas LPJ. Responden yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak sebanyak 28 orang ( 29% ), sedangkan untuk gas LPJ yaitu terdapat 31 orang ( 42% ), dan sudah tidak ada lagi responden yang masih menggunakan kompor minyak tanah, hal ini disebabkan harga minyak nahah relatif mahal.

Adapun Gas LPJ yang dimiliki responden bukan merupakan hasil pembelian peribadi, tetapi berasal dari bantuan pemerintah pada tahun 2009. Sedangkan responden yang masih menggunakan kayu bakar karena tidak ingin mengguanakan Gas LPJ dengan alasan takut mengguanakan dan harga gas yang juga relatif mahal ( Rp.18.000 ). Apabila mereka menggunakan kayu bakar, mereka dapat memperoleh dari batang pohon kelapa disekitar rumah mereka.

4.3.8 Identitas responden berdasarkan pendapatan rata – rata dalam satu bulan

Kemampuan perekonomian responden dapat dilihat dari jumlah pendapatan mereka, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.8 No Pendapatan/Bulan F % 1 Rp 300.000 – Rp.700.000 19 32 2 Rp.700.0001 – Rp.1.000.000 21 36 3 Rp. 1.100.001 – Rp.1.500.000 12 20 4 Rp.1.500.001 – Rp. 1.800.000 7 12 5 >Rp.1.800.001 - - Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan sebesar Rp. 300.000 – Rp.700.000 yaitu terdapat 19 orang ( 32% ), responden yang memiliki pendapatan sebesar Rp.700.001 – Rp.1000.000 terdapat 21 orang ( 36% ), dan responden yang memiliki pendapatan Rp.100.001 – Rp.1.500.000 terdapat 12 orang (20%), serta responden yang memiliki pendapatn sebesar Rp.1500.001 – Rp.1.800.000 terdapat 7 orang ( 12% ). Pendapatan rata – rata responden merupakan hasil dari pekerjaan mereka atau upah kerja dalam 1 bulan.

Selain dilihat dari jumlah biaya kredit, untuk melihat besarnya pengeluaran responden juga dapat dilihat dari besarnya jumlah biaya makan dalam 1 bulan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.9 No Jumlah pengeluaran F % 1 <Rp.1.000.000 41 70 2 Rp.1.000.001 – Rp.1.500.000 15 25 3 >Rp.1.500.001 3 5 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden mengeluarkan biaya makan dalam 1 bulan < Rp.1000.000 terdapat 41 orang ( 70% ), sedangkan biaya pengeluaran makan sebesar Rp.1000.001 – Rp.1.500.000 sebanyak 15 orang ( 25 % ), dan biaya pengeluaran makan sebesar > Rp.1.500.001 sebanyak 3 orang ( 5% ).

4.3.10. Identitas responden berdasarkan intensitas konsumsi susu dalam kurun waktu satu bulan

Indikator untuk melihat kemampuan responden dengan mengukur dalam penyempurnaan gizi makanan ( 4 sehat 5 sempurna. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari intensitas responden dalam mengkonsumsi susu ( nabati atau hewani ) dalam kurun waktu satu bulan. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Table 4.3.10

No Membeli/ minum susu F %

1 1 kali 17 29

2 2 kali 6 10

3 3 kali - -

4 Tidak pernah 36 61

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden tidak pernah membeli/minum susu dalam kurun waktu satu bulan terdapat 36 orang ( 61% ), responden yang pernah membeli/minum 1 kali dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 17 orang (29% ), serta responden yang membeli/minum susu 2 kali dalam kurun waktu satu bulan terdapat 6 orang ( 10% ), dan yang pernah membeli/minum susu dalam kurun satu bulan terdapat 36 orang ( 61% ). Namun responden yang memiliki intensitas yang relative kecil 1 dan 2 kali, bahkan yang tidak pernah bukan hanya karena tidak dapat membeli melainkan juga tidak menyukai susu.

4.3.11. Identitas responden berdasarkan intensitas konsumsi daging dalam satu bulan

Identitas lain untuk melihat kemampuan responden dalam menyempurnakan menu makanan mereka dalam kurun waktu satu bulan yaitu berdasarkan intensitas konsumsi daging yang diperoleh secara pribadi. Dalam penelitian ini, daging yang dimaksud adalah daging unggas.

No Makan/membeli daging F % 1 1 kali 10 17 2 2 kali 4 7 3 3 kali - - 4 Tidak pernah 45 76 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat responden yang 1 kali mengkonsumsi daging dalam satu bulan sebanyak 10 orang ( 17%), sedangkan yang 2 kali yang mengkonsumsi daging dalam satu bulan sebanyak 4 orang ( 7% ), dan yang tidak pernah sama sekali mengkonsumsi daging dalam satu bulan sebayak 45 orang (76% ). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak pernah mengkonsumsi daging dalam satu bulan yang diperoleh secara pribadi sebanyak 45 orang (76% ), namun responden sering mengkonsumsi daging disaat ada perayaan persta oleh tetangga atau kerabat.

4.3.12. Identitas responden berdasarkan kemampuan membeli pakaian dalam kurun waktu satu tahun

Kemampuan perekonomian responden dapat dilihat dari seberapa banyak responden dapat membeli pakaian baru sebagai kebutuhan primer dalam kurun waktu 1 tahun. Berikut tabel identitas responden dalam membeli pakaian baru dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 4.3.12 No Membeli baju/pakain F % 1 1 stel 42 71 2 2 stel 12 20 3 3 stel - - 4 Tidak ada 5 9 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa mayoritas responden dapat membeli pakaian baru sejumlah 1 stel dalam kurun waktu 1 tahun sebanyak 42 orang (71%). Hal ini dapat diterangkan bahwa sebagian besar responden hanya membeli pakaian disaat menjelang Hari Raya Idul Fitri, bahkan ada 5 responden ( 9% ) yang tidak membeli pakaian dalam kurun waktu 1 tahun. Hal ini disebabkan karena responden lebih mementingkan kebutuhan pakaian bagi anak atau keluarganya. Pembelian pakaian ini banyak dilakukan di pajak tradisional karena harganya relatif lebih murah.

4.3.13. Identitas responden berdasarkan kemampuan dalam memperoleh akses pengobatan.

Kemampuan perekonomian responden juga dapat dilihat dalam akses pengobatan. Di Nagori Teluk Lapaian ini, masyarakat pada umumnya berobat kebidan desa untuk segala jenis penyakit kecuali penyakit yang parah dan perlu penanganan operasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Akses Berobat F %

1 Rumah sakit 11 19

2 Klinik ( Bidan Desa ) 48 81

3 Alternatif - -

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atasdapat digambarkan bahwa responden memperoleh akses pengobatan di rumah sakit terdapat 11 orang ( 19% ). Responden yang memperoleh akses pengobatan di rumah sakit adalah responden yang memiliki penyakit parah seperti kanker rahim, dan usus buntu. Adapun biaya pengobatan yang dikeluarkan berasal dari bantuan bersama dengan anak – anak mereka. Sedangkan yang dapat memperoleh akses pengobatan di klinik atau bidan desa terdapat 48 orang ( 81% ), dengan jenis penyakit darah tinggi, batuk, demam, luka, anemia dan laian – lain.

Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang berobat ke rumah sakit sebanyak 14 orang ( 24% ), sedangkan yang berobat ke Klinik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan yang berobat ke rumah sakit yaitu sebanyak 45 orang ( 76% ) dan yang masih berobat ke paranormal sudah tidak ada lagi responden yang berobat dengan paranormal. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden jika sakit berobat di klinik, disamping biaya berobat yang lebih murah jika dibandingkan di rumah sakit.

4.3.14. Identitas responden berdasarkan kepemilikan aset kekayaan

Kemampuan perekonomian responden juga dapat dilihat dari kepemilikan aset kekayaan baik itu berupa tabungan uang maupun barang – barang berharga serta kepemilikan lahan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.14 No Jenis Kekayaan F % 1 Sepeda motor 43 73 2 Emas 1 2 3 Hewan Ternak 10 17 4 Ladang/ Sawah 5 8 5 Tabungan Uang - - Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas, kepemilikan aset kekayaan berupa sepeda motor terdapat 43 orang ( 73% ), dan responden yang memiliki hewan ternak terdapat 10 responden (17%), sedangkan responden yang memiliki ladang /sawah sebanyak 5 responden ( 8%), serta yang memiliki emas sebagai tabungannya hanya 1 responden ( 2% ). Hal ini dapat diterangkan bahwa mayoritas responden memiliki tabungan atau kekayaan berupa sepeda motor. Selain itu responden juga ada yang memiliki kekayaan hewan ternak seperti ayam (1 – 10 ekor ) dan sapi ( 1 – 4 ekor ), namun sebagian besar responden tidak menjadikan hewan ternak ayam sebagai aset kekayaan hanya untuk dikonsumsi dan akan dijual apabila dalam keadaan terdesak. Responden yang memiliki aset kekayaan berupa ladang atau sawah merupakan hak milik pribadi dengan luas berkisar ( 250 m2 - 2800 m2 ).

Kemampuan responden dalam perekonomian dapat dilihat dari jumlah tanggungan keluarga. Hal ini diindikasikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin banyak jumlah tanggungan yang dikeluarkan. Berikut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3.15

No Jumlah anggota keluarga F %

1 2 orang 17 29

2 3 orang 27 46

3 > 3 orang 10 17

4 Tidak ada 5 8

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang yaitu terdapat 17 responden ( 29% ), dan yang memiliki tanggungan sebanyak 3 orang yaitu terdapat 27 responden ( 46% ) serta selebihnya untuk tanggungan > 3 orang yaitu terdapat 10 responden ( 17% ). Hal ini dapat diterangkan bahwa mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan anggota keluarga sebanyak 3 orang.

4.3.16. Identitas responden berdasarkan jumlah anak/keluarga yang dibiayai pendidikannya.

Kemampuan perekonomian responden juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak atau keluarga yang ditanggung pendidikannya. Hal ini diindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan, sehingga ini dapat dijadikan indikator kemampuan responden.

Tabel 4.3.16 No Jumlah anak/orang F % 1 1 orang 26 44 2 2 orang 17 29 3 3 orang 2 4 4 ≥4 orang - - 5 Tidak ada 14 23 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam pendidikan sebanyak 1 orang yaitu terdapat 26 responden ( 44% ), dan yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang sebanyak 17 responden ( 29% ), serta yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 14 responden ( 23% ). Dari tabel di atas dapat diterangkan bahwa minimnya biaya yang harus dikeluarkan responden dalam bidang pendidikan.

Besarnya biaya pengeluaran responden juga dapat dilihat dari besarnya biaya sekolah seluruh anak dalam 1 bulan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.17

No Biaya sekolah anak F %

1 <Rp.100.000 26 44 2 Rp.100.000 – Rp.200.000 14 24 3 Rp.200.001 – Rp.250.000 4 6 4 >Rp.250.001 1 2 5 Tidak ada 14 24 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas mayoritas responden mengeluarkan biaya sekolah seluruh anak sebesar < Rp.100.000 perbulan yaitu terdapat 26 orang ( 44% ), sedangkan responden yang mengeluarkan biaya sekolah seluruh anak sebesar Rp.100.000 – Rp.200.000 perbulan yaitu terdapat 14 orang ( 24% ), dan responden yang mengeluarkan biaya seluruh anak sebesar Rp.200.001 – Rp.250.000 yaitu terdapat 4 orang ( 6% ), serta responden yang mengeluarkan biaya seluruh anak sebesar >Rp.250.001 terdapat 1 orang ( 2% ), sedangkan responden yang tidak mengeluarkan biaya sekolah sama sekali sebanyak 14 orang ( 24% ), hal ini karena responden tidak memiliki anak yang sekolah sehingga responden tidak mengeluarkan biaya untuk hal tersebut.

4.3.18. Identitas responden berdasarkan kendaraan sepeda motor kredit. Kemampuan perekonomian responden dilihat dari kepemilikan kendaraan yang dibeli secara tunai maupun kredit. Dalam penelitian ini, diindikasikan pembelian secara tunai dianggap mampu secara ekonomi dibandingkan pembelian secara kredit. Kendaraan dalam penelitian ini adalah sepeda motor. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.3.18

No Kendaraan masih kredit F %

1 Iya 4 7

2 Tidak kredit 39 66

3 Tidak memiliki 16 27

Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa responden yang memiliki sepeda motor kredit sebanyak 4 orang ( 7% ), sedangkan yang memiliki kendaraan yang sudah tidak kredit terdapat 39 orang ( 66% ), serta yang tidak memiliki terdapat 16 orang ( 27% ). Hal ini dapat diterangkan bahwa mayoritas responden memiliki kendaraan yang tidak kredit, namun demikian kondisi sepeda motor mereka sudah tidak terlalu bagus karena sudah digunakan lebih dari 7 tahun dan modelnya tidak seperti tipe model terbaru sepeda motor saat ini.

Berdasarkan data mengenai identitas responden yang memiliki kendaraan kredit di atas, terlihat bahwa terdapat ketidakmampuan responden untuk membeli sepeda motor secara tunai. Berikut adalah tabel identitas responden berdasarkan besarnya biaya cicilan kredit. Tabel 4.3.19 No Jumlah cicilan F % 1 Rp.300.000 – Rp.400.000 - - 2 Rp.400.001 – Rp.500.000 1 2 3 Rp.500.001 – Rp.600.000 1 2 4 > Rp.600.000 2 3 5 Tidak ada 55 93 Jumlah 59 100

Sumber: Data lapangan, September 2012.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki biaya cicilan kredit sebesar Rp.400.001 – Rp.500.000 dan cicilan kredit Rp.500.001 – Rp.600.000 masing – masing hanya ada 1 orang ( 2% ), sedangkan untuk biaya cicilan kredit sebesar > Rp.600.000 terdapat 2 orang ( 3% ). Dari tabel di atas dapat diterangkan bahwa besarnya jumlah cicilan kredit responden perbulannya lebih dari Rp.400.000.

Dokumen terkait