• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran : Meningkatnya Akses dan Mutu Kesehatan

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Umum (Halaman 58-67)

AKUNTABILITAS KINERJA

B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA

4. Sasaran : Meningkatnya Akses dan Mutu Kesehatan

Tabel Pencapaian Sasaran Meningkatnya Akses dan Mutu Kesehatan

No. Indikator Kinerja Capaian Tahun 2013 Target Realisasi % akhir tahun renstra 2018 s/d 2014 trhdp 2018 (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Angka Kematian Bayi 5,1 30 5,92 1,8% 5 1,18% 2. Angka Kematian Ibu 72,80 79,16/100. 000 pddk. 70,16 88,63 100 3. Umur Harapan Hidup 70,84 th. 4. Rasio Posyandu per satuan Balita 14,038%

5. Persentase Penduduk yang memanfaatk an Puskesmas 2,9/100.00 0 pddk. 6. Persentase Cakupan Rumah Memenuhi Syarat Kesehatan 69,39% 7. Rasio Dokter Umum per satuan penduduk 23,270/10 0.000 pddk 8. Rasio Bidan per Satuan Penduduk 53,8/100.0 00 pddk. 9. Cakupan pengguna JKBM 100%

Sumber : Penetapan Kinerja Provinsi Bali, 2014

Dengan adanya program pemerintah Bali yang dilakukan melalaui jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) secara umum, tingkat kesehatan penduduk di Provinsi Bali relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat kesehatan penduduk di beberapa provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain :

Angka Kematian Bayi ( AKB )

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan masyarakat di suatu daerah/negara, selain Angka Kematian Ibu. Di Indonesia Angka Kematian Bayi masih relatif tinggi bila dibanding dengan negara-negara tetangga di Asia maupun di regional Asean. Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah 34/1000 kelahiran hidup (2007) dan 32/1000 kelahiran hidup (2012).

Adapun kasus kematian bayi di Provinsi Bali, dalam 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel Angka Kematian Bayi Tahun 2010-2014

No Kab./Kota Jumlah kasus kematian bayi

2010 2011 2012 2013 2014 1 Buleleng 35 71 89 79 60 2 Jembrana 26 64 51 30 35 3 Tabanan 50 46 41 4 60 4 Badung 87 37 20 20 33 5 Denpasar 19 27 12 12 9

6 Gianyar 60 79 74 65 75

7 Klungkung 71 27 20 26 23

8 Bangli 35 49 28 47 41

9 Karangasem 74 71 86 64 67 Provinsi Bali 457 471 421 347 403 Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali dalam 5 (lima) tahun terakhir (2010-2014) adalah sebagai berikut :

Tabel Angka Kematian Bali Tahun 2010-2014.

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014

Permasalahan yang berkaitan dengan kematian bayi adalah :

1. Penyebab kematian bayi masih didominasi oleh karena BBLR dan asfiksia.

2. Masih adanya disparitas angka kematian bayi antar kabupaten/kota. Upaya yang dilakukan adalah :

1. Pelayanan ante natal care yang berkualitas dan terpadu 2. Meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K

3. Meningkatkan fungsi puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal esensial. 7,18 7,13 6,37 5,1 5,92 30 30 30 30 30 0 5 10 15 20 25 30 35 2010 2011 2012 2013 2014 AKB Target

4. Peningkatan SDM Kesehatan melalui peningkatan ketrampilan dan pelatihan, seperti : Pelatihan penatalaksanaan asfikisa, bayi baru lahir, pelatihan IMD dan Metode Kanguru, Pelatihan BBLR, pelatihan MTBM/MTBS, pelatihan SDIDTK dan lain-lain.

5. Meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita.

6. Meningkatkan pemanfaatan buku KIA.

Angka Kematian Ibu ( AKI )

Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks kemiskinan manusia (IKM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan kualitas sumberdaya manusia, yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal yaitu tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) merupakan nilai gabungan komposit dari 5 (lima) indikator, yaitu : prosentase penduduk dibawah garis kemiskinan, angka buta huruf pada manusia dewasa, proporsi penduduk tidak memiliki akses sarana air bersih, dan prosentase anak dengan berat badan rendah dibanding umur. Kedua indeks tersebut menunjukkan bahwa proporsi penduduk miskin serta tingkat pendidikan dan status kesehatan harus menjadi fokus pembangunan sosial dan ekonomi yang seimbang.

Menyadari bahwa negara-negara di dunia baik negara kaya maupun negara miskin saling bergantung satu sama lain, maka dibuat suatu kesepakatan bersama yang bertujuan meningkatkan derajat kehidupan masyarakat miskin pada tahun 2015, yang dinyatakan sebagai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). MDGs telah disetujui oleh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai penentu untuk mengukur kemanjuan yang telah dibuat dalam Deklarasi Millenium pada tahun 2000. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) sektor kesehatan adalah agenda global sektor kesehatan yang dijabarkan dalam target yang dapat diukur dan kemajuan pelaksanaannya dapat diketahui melalui indikator-indikator yang dapat diferifikasi dan diperbandingkan secara internasional.

Dari indikator kesehatan ditandai oleh Angk Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas.

Oleh sebab itu indikator MDGs untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah AKI, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, demikian juga dengan kesehatan anak yang digunakan adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang cukup berarti dan masih tinggi bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Diperkirakan di dunia setiap tahun terjadi kematian 5 juta persalinan, dan 20.000 diantaranya berakhir dengan kematian akibat sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

Di Indonesia Angka Kematian Ibu saat ini adalah 359/100.000 Kelahiran Hidup (2012) dan pada tahun 2013 mencapai angka 228/100.000 Kelahiran Hidup.

Sedangkan di Provinsi Bali Kasus Kematian Ibu lima tahun terakhir (2010-2014) adalah sebagai berikut :

Kab./Kota Jumlah kasus kematian ibu

2010 2011 2012 2013 2014 Buleleng 12 11 10 9 14 Jembrana 4 5 6 3 2 Tabanan 3 3 9 4 2 Badung 5 8 7 7 3 Denpasar 3 9 10 4 3 Gianyar 3 5 4 6 4 Klungkung 2 3 4 0 2 Bangli 3 5 4 6 2 Karangasem 2 6 9 10 16 Provinsi Bali 37 55 63 49 48 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014

Adapun Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan (2010-2014) dapat dilihat sebagai berikut :

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali sudah mencapai target yaitu kurang dari 100/100.000 Kelahiran Hidup. Namun demikian trend nya masih seperti gergaji naik turun, harapan kita adalah setiap tahunnya dapat diturunkan (melandai). Hal ini tentunya menjadi perhatian kita bersama karena upaya menurunkan angka kematian ibu bukan saja menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi mesti menjadi perhatian kita bersama, karena kematian ibu berhubungan dengan banyak sebab, yang perlu ditanggulangi bersama.

Permasalahan sehubungan dengan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali, antara lain :

1. Masih ada kematian ibu yang terjadi bukan di tempat fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Kemaian ibu masih didominasi oleh sebab kematian langsung obstetri. 3. Penyebab kematian ibu selain oleh penyebab langsung juga penyebab

tidak langsung yang kecenderungannya mulai meningkat.

4. Pelaksanaan PONED dan PONEK masih terkendala dengan SDM, yaitu kurangnya tim baik yang ada di puskesmas maupun di Rumah Sakit Umum Daerah.

5. Belum adanya rumah singgah bagi ibu hamil yang akan melahirkan, utamanya yang tinggal di daerah sulit mengakses fasilitas pelayanan kesehatan.

Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali, serangkaian upaya telah dilaksanakan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali, antara lain :

1. Menerapkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada semua ibu hamil.

2. Memantapkan pelaksanaan PONED di Puskesmas Rawat Inap dan PONEK di semua Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota.

3. Pemenuhan Unit Transfusi Darah pada semua RSUD Kabupaten/Kota.

58,1 83,23 95,33 72,08 70,5 100 100 100 100 100 0 20 40 60 80 100 120 2010 2011 2012 2013 2014 AKI Target

4. Kemitraan Bidan dengan Bidan, yaitu bidan praktek mandiri harus melakukan kemitraan dalam menolong persalinan, yaitu dilakukan oleh bidan senior dan dibantu atau bekerja sama dengan bidan yang lebih yunior, dengan harapan bila dilakukan bersama dapat saling bekerja sama, saling bantu-membantu.

5. Pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas.

6. Pemenuhan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten dan berkualitas, dengan terus mengupayakan pelatihan dan peningkatan ketrampilan dan kompetensi.

7. Meningkatkan pelayanan Ante Natal Care yang berkualitas dan terpadu serta tindakan berencana dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

8. Melakuan monitoring-evaluasi dan superfisi fasilitatif secara berjenjang. 9. Pelaksanaan AMP terus dilakukan pada setiap kasus kematian ibu. 10. Mengupayakan regionalisasi sistem rujukan.

Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Puskesmas

Selama jangka waktu setahun ( dari tahun 2013 – 2014 ), di Provinsi Bali tidak ada penambahan puksesmas sehingga penduduk yang memanfaatkan puskesmas tetap sejumlah 120 puskesmas ( capaian tetap 2,9 )

Persentase Cakupan Rumah Memenuhi Syarat Kesehatan

Kesehatan Lingkungan diselenggarakan melalui upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian yang dilakukan salah satunya di lingkungan Permukiman. Persentase cakupan rumah memenuhi syarat kesehatan tahun 2014 sebesar 89% kondisi ini melebihi dari target 69,39% dikarenakan semakin tingginya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai rumah sehat. Beberapa indikator rumah sehat seperti ketersediaan sanitasi (jamban sehat) dan sarana air bersih juga menjadi syarat penting yang sudah terpenuhi. Selain itu, dilakukan pula pembinaan dan pemantauan rumah sehat oleh sanitarian di puskesmas. Kegiatan terkait upaya peningkatan kesehatan lingkungan rumah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi mencakup pengambilan sampel air bersih untuk mengetahui kualitas sarana air bersih di tingkat rumah tangga, pengambilan sampel tanah di halaman rumah untuk mengetahui risiko kecacingan. Melalui upaya tersebut diharapkan cakupan rumah sehat akan semakin meningkat.

Rasio Dokter Umum Per 100.000 Penduduk Dan Rasio Bidan Per 100.000 Penduduk

Perhitungan Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk adalah salah satu metoda perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan. Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1202/Kep/Menkes/VIII/2003 ditetapkan rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk untuk Dokter Umum 40 per 100.000 penduduk dan bidan 100 per 100.000 penduduk. sedangkan berdasarkan RPJMD Provinsi Bali target rasio Dokter pada tahun 2014 sebesar : 23,770 per 100.000 penduduk dan Bidan 53.8 per 100.000 penduduk dari perhitungan berdasarkan pengumpulan data tahun 2014 pencapaian rasio Dokter 28,92 per 100.000 penduduk (121,7%) dan Bidan 73,27 per 100.000 penduduk (131,9%) namun dari pencapaian tersebut masih terjadi permasalahan dalam penyebaran tenaga yang belum merata disetiap Daerah Kabupaten/Kota. Pencapaian rasio ini bisa karena adanya sinergi antara pemerintah dan swasta dalam pengadaan Tenaga Kesehatan dimana dari pemerintah selain melalui formasi PNS juga dengan upaya pengangkatan tenaga Honor/PTT baik Pusat, Daerah Provinsi dan daerah Kab/Kota. Namun jika dibandingkan dengan kebutuhan berdasarkan standar Rasio Nasional belum mencapai rasio yang ditetapkan yaitu rasio Dokter 40 per 100.000 penduduk (72,30 % dari RPJMD) dan Bidan 100 per 100.000 penduduk (73,27 % dari RPJMD ).

Cakupan Pengguna JKBM

Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Sejalan dengan visi Bali Mandara yaitu “ ali Maju, man, Damai dan ejahtera” dengan salah satu misinya adalah “Mewujudkan ali yang sejahtera dan sukerta lahir batin”. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu strateginya adalah meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Permasalahan

Kemiskinan secara nyata mempengaruhi Aksessibilitas Pelayanan Kesehatan, khususnya menyangkut biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal sehingga tidak terjangkau kebanyakan masyarakat. Terlebih lagi dengan sistem pembayaran yang ditanggung sendiri oleh masyarakat (Out of Pocket), kebanyakan masyarakat tidak sanggup membayar ketika mereka jatuh sakit, apalagi kalau penyakitnya berat dan perlu tindakan operasi, atau menderita penyakit kronis yang memerlukan perawatan jangka panjang seperti hemodialisa, penyakit jantung, kanker, dll. Kalau kondisi ini dibiarkan terus berjalan, tentu akan berdampak pada derajat kesehatan

masyarakat yang pada akhirnya bermuara kepada rendahnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Bali.

Gambaran masyarakat Bali yang telah tercakup dengan Jaminan Kesehatan pada tahun 2010 menunjukan

1. Kelompok masyarakat yang tercakup Jaminan Kesehatan yaitu sejumlah 930.768 (26,76 %) yang terdiri dari peserta Askes PNS 304.262 jiwa, Asuransi komersial 17.032 jiwa, Jamkesmas 533.217 jiwa, ASABRI 9.401 jiwa dan Jamsostek 66.856 jiwa.

2. Kelompok masyarakat yang belum tercakup Jaminan Kesehatan sejumlah 3.277.106 jiwa (73,24 %)

Solusi

Berdasarkan hal tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Bali (Gubernur dan Bupati/Walikota) mengambil kebijakan untuk menaungi masyarakat dengan pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk seluruh Masyarakat Bali.

Tujuan :

a. Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat Bali agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

b. Khusus :

1. Meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapat pelayanan 2. kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit.

3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Bali.

4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparant dan akuntabel.

Sasaran program JKBM adalah penduduk Bali yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bali dan anggota keluarganya, dan belum memiliki Jaminan Kesehatan.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Umum (Halaman 58-67)