• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran : Peningkatan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Umum (Halaman 91-102)

Pengemb. Buah2an (Ha)

9. Sasaran : Peningkatan Ketentraman, Ketertiban, dan Keamanan

2.7 Sasaran : Peningkatan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Pembangunan infrastruktur jalan mendapat perhatian serius Pemerintah Provinsi Bali, sebab ketersediaan prasarana jalan yang baik dan berkualitas menjadi syarat mutlak dalam upaya memajukan perekonomian Pulau Bali. Lebih dari itu, jalan yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan sektor pariwisata. Menyadari hal tersebut, pada tahun anggaran 2013 ini Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas PU mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 164,96 Milyar untuk penanganan infrastruktur jalan.

Alokasi dana sebesar itu antara lain dimanfaatkan untuk pemeliharaan jalan provinsi sebesar Rp. 71,81 milyar lebih atau sebesar 43,53 persen, peningkatan jalan sebesar Rp. 88,01 milyar lebih atau 53,35 persen. Dana juga dialokasikan untuk perencanaan dan pengawasan tehnik jalan dan jembatan Rp. 4,54 milyar lebih serta koordinasi dan pemeliharaan peralatan sebesar Rp. 589,3 juta.

Tidak semua jalan di Bali ini statusnya Jalan Provinsi. Ada juga jalan nasional dan kabupaten. Sesuai dengan data Dinas PU Bali, panjang ruas jalan provinsi hingga saat ini 860, 53 KM dan tersebar di sembilan kabupaten/kota. Dari total ruas jalan provinsi tersebut, sepanjang 35,505 KM dilakukan peningkatan jalan, sementara sisanya mendapat pemeliharaan rutin.

Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan dapat dibedakan atas jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Panjang jaringan jalan arteri di Bali sampai tahun 2012 adalah jalan Arteri 419,89 km, jalan kolektor I 169,53 Km dan Kolektor II 462 km dan jalan lokal 421,07 km. Berdasarkan jenis permukaan, seluruh panjang jalan nasional telah beraspal, dan jalan Provinsi yang beraspal 875,57 km, jalan tanah 7,50 km, sedangkan jalan kabupaten yang beraspal 5332,30 Km, jalan kerikil 175,09 km dan 458,34 Km jalan tanah. Dengan kondisi topografi daerah Bali yang banyak terdapat aliran sungai, maka agar prasarana jalan menjadi satu kesatuan sistem jaringan, prasarana jalan tersebut memerlukan adanya bangunan jembatan.

Jumlah seluruh jembatan sampai dengan tahun 2013 sebanyak 826 buah dengan panjang bentang jembatan 15.984,78 meter, terdiri dari jembatan nasional 222 buah dengan panjang bentang 5.211,24 meter, jembatan provinsi 137 buah dengan panjang bentang 3.503,70 meter dan jembatan kabupaten 467 buah dengan panjang bentang 7.269,84 meter.

Pencapaian prioritas Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Bali Tahun 2013 disampaikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.28 Pencapaian Sasaran Peningkatan Pembangunan Insfrastruktur Wilayah Indikator Capaian 2011 Realisasi 2012 Target 2013 Realisasi 2013 1 2 3 4 5 Penanganan Kondisi Jalan - Mantap - Tidak mantap 673,37 km 187,16 km 80,42 persen 19,58 persen 774,477 km 84,053 km 684,37 Km 176,16 Km Prasana Irigasi 223.130 km 2.072,95 km 295,320 km 12,228 Km - Saluran pembawa Pantai terabrasi 184 km 181,70 km 87,54 km 0,409 Km Penumpang Transbagita 205.101 org 626.051 org 647.485 org 801.829 org

Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011, 2012 dan 2013 RPJMD Provinsi Bali diolah

Bali sebagai Pulau Dewata salah satu Destinasi Pariwisata dan tempat berlangsungnya Event Internasional menuntut semua pihak untuk memperhatikan Kondisi Infrastruktur sebagai salah satu upaya Meningkatkan pertumbuhan Ekonomi dan mempercepat Pertumbuhan Ekonomi dan salah satu cara yang paling sederhana untuk mengangkat Citra Bangsa Sehingga ada beberapa Isu Infrastruktur yang harus direspon diantaranya : Kondisi Jalan Yang Belum Mantap, Volume Lalu Lintas, dan Over Weight (Kelebihan Tonase)

Permasalahan Pokok Volume Lalu-Lintas Jalan Provinsi di Bali antara lain beberapa Ruas Jalan Provinsi telah mengalami Tingkat Pelayanan Jenuh

diantaranya Jalan Hasanudin-Jalan Udayana, Jalan Surapati, Jalan Gunung Agung-Gunung Sanghyang dan lain-lain. sehingga program-program pendukung manajemen dan rekayasa lalu-lintas menjadi skala yang cukup prioritas untuk mengurangi kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas Jalan Provinsi. Terbatasnya Pengembangan Sub Sistem Jaringan dgn Pertumbuhan Kendaraan yang jauh lebih pesat akan menimbulkan Degradasi Level Of Service, untuk itu Sistem Angkutan Umum Massal (AUM) kami berikan perhatian khusus sebagaimana kota-kota Metropolitan Lainnya di Dunia. Beban lalu-lintas yang didukung beberapa Jalan Provinsi di Bali melebihi daya dukung jalan, sehingga menyebabkan Kerusakan Dini, sehingga Sub Sistem Kelembagaan yang ada perlu diperkuat serta peningkatan kesadaran para penyedia jasa (Pemilik Kendaraan/Sopir/Perusahaan) perlu untuk ditingkatkan.

Jalan yang direncanakan dengan Beban Gandar 8 Ton selanjutnya menerima Beban Gandar 16 Ton, akan menyebabkan Umur Rencana Menjadi 1/16 dari Umur Rencana Standar yang direncanakan. Akibatnya terjadi Kerusakan Dini maka Biaya pemeliharaan menjadi 16 Kali dari Biaya Standar. Permasalahan Pokok Jalan di Bali, antara lain : Kebutuhan biaya Penanganan Jalan cukup besar, dan bila terjadi keterlambatan penanganan kerusakan kecil (pemeliharaan rutin) akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah sehingga harus ditangani dengan Jenis Penanganan yang lebih tinggi (Pemeliharaan Berkala maupun Peningkatan Jalan). Beban lalu-lintas yang didukung sepanjang Jalan Provinsi di Bali melebihi daya dukung jalan sehingga menyebabkan Kerusakan Dini, dengan angka pertumbuhan lalu lintas yang jauh melampaui pertumbuhan jaringan menyebabkan LHR menjadi semakin tinggi, berakibat tingkat pelayanan menjadi menurun (V/C ratio mendekati 1,0)

Secara Umum dari 819 Paket Kontrak yang harus ditangani oleh Dinas PU dan Dinas Perhubungan telah sesuai dengan Schedulle yang direncanakan, meskipun ada 3 paket Kontrak yang gagal Tender akibat sanggahan banding yang disetujui oleh PA yaitu Paket pengadaan Alat di UPT Bali Selatan dan Bali Utara serta Paket Pengadaan Halte Bus Portable dan E – Ticketing System pada Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi.

Layanan transportasi publik Trans SARBAGITA diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di kawasan metropolitan (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Dengan layanan berkualitas dan harga terjangkau, masyarakat diharapkan mulai beralih ke angkutan massal ini. Sebagaimana diketahui, Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali memberikan pengaruh sangat besar kepada kabupaten sekitarnya yaitu Badung, Gianyar dan Tabanan yang membentuk satu kesatuan geografis dan ekonomis atau biasa disebut Metropolitan SARBAGITA.

Jumlah penduduk di wilayah SARBAGITA mencapai 1.886.162 jiwa dengan pergerakan orang keluar masuk Bali sebanyak 21.702.308 orang atau mencapai 59.458 orang/hari dalam kurun waktu 12 tahun terakhir. Penomena tersebut tak dibarengi dengan pelayanan angkutan umum yang baik. Sehingga sebagian besar pergerakan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Alhasil penggunaan kendaraan pribadi mencapai 91,20 persen dengan kenaikan rata-rata 10,69 persen tiap tahunnya. Sementara penambahan infrastruktur jalan hanya sekitar 1,99 persen tiap tahunnya. Kondisi inilah yang menimbulkan kamacetan lalu lintas di pusat kota dan juga ruas jalan penghubung lintas antar kawasan bawahan.

Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali terus melakukan berbagai upaya untuk mengurai kemacetan lalu lintas yang terjadi pada sejumlah ruas jalan di kawasan SARBAGITA. Selain penambahan dan peningkatan kualitas infrastruktur jalan, Pemerintah Provinsi Bali juga berupaya menyediakan transportasi publik yang memadai dengan meluncurkan trans SARBAGITA. Secara resmi mulai beroperasi pada 18 Agustus 2011, untuk tahap awal Trans SARBAGITA menyediakan 15 armada melayani rute Batubulan, Gianyar menuju Nusa Dua, Badung serta kondisi pada tahun 2013 sudah tersedia 25 armada.

Rute awal ini disebut juga Koridor 1 yang melalui Batubulan-Sanur-Dewa Ruci-Sentral Parkir Kuta-Sunset Road-Batubulan-Sanur-Dewa Ruci-Kedonganan-Bualu-BTDC PP. Secara bertahap, Pemerintah Provinsi Bali terus meningkatkan pelayanan bagi masyarakat pengguna anggkutan Trans SARBAGITA.

Terhitung mulai Jumat, 10 Agustus 2012, Trans SARBAGITA mulai mengoperasikan armadanya untuk melayani koridor 1 yang melalui trayek GOR Ngurah Rai – GWK. Koridor 1 akan melayani penumpang dari GOR Ngurah Rai (halte SMAN 7 Denpasar) hingga halte GWK secara PP. Pengoperasian koridor 1 didukung 10 bus sedang dengan kapasitas 20 penumpang duduk dan 15 berdiri, hingga semester I tahun 2013 Trans SARBAGITA telah mengoperasikan Pelayanan Bus di 2 Trayek Utama dengan beberapa Trayek Pengumpan/Feeder oleh Kabupaten/Kota yang dilalui. Pengoperasian koridor I dan II didukung 15 Bus Besar dan 10 Bus Sedang.

Dari jumlah tersebut, yang dioperasikan setiap harinya 22 buah, sedangkan 3 bus disiapkan untuk cadangan. Jam operasinya mulai pukul 05.00 Wita hingga 21.00 Wita. Dipilihnya jenis bus sedang ini, terkait dengan rute dalam kota yang akan dilewati Trans SARBAGITA koridor 1 dan untuk koridor 2 mengoperasikan Bus Besar dengan kapasitas 50 Penumpang. Mulai beroperasinya koridor 1 dan 2 ini mampu memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat pengguna jasa angkutan umum.

Selain itu, pengoperasian Trans SARBAGITA pada koridor satu dan dua juga diharapkan mampu menekan penggunaan kendaraan pribadi. Dengan demikian, kemacetan yang biasa terjadi di sejumlah ruas jalan akan bisa dikurangi Trans SARBAGITA beroperasi tiap hari mulai pukul 05.00 wita hingga 21.00 wita, sesuai jadwal dengan headway keberangkatan setiap 15 menit. Bus Trans SARBAGITA hanya menaikkan-menurunkan penumpang di halte yang telah disediakan selama 60 detik. Dengan tarif Rp. 3.000 untuk dewasa dan Rp. 2.500 untuk anak-anak, masyarakat bisa menikmati layanan transportasi yang nyaman.

Pembangunan urusan pekerjaan umum sangat penting dalam menggerakkan perekonomian daerah dan nasional melalui pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar dalam upaya mendorong percepatan terwujudnya kesejahteraan serta keadilan bagi masyarakat. Pembangunan infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan prasarana dasar yang dapat mempermudah akses masyakarat. Memenuhi kebutuhan dan minat masyarakat akan kebutuhan transportasi serta mendukung kelanjutan Jaringan Trayek, UPT. Trans Sarbagita pada tahun 2014 berencana untuk melaunching Trayek Sanur - Petitenget dengan asumsi bantuan bus dari Kementerian Perhubungan dapat terealisasi pada Tahun 2013 atau awal 2014.

Dalam RPJMD Bali tahun 2008-2013, program-program yang ditetapkan untuk menunjang kebijakan pembangunan urusan pekerjaan umum yaitu :

1. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya;

2. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan SDA lainnya;

3. Penyediaan dan pengelolaan air baku;

4. Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.

Program Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya, dilaksanakan melalui kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangan provinsi pada khususnya. Sampai dengan tahun 2012, jaringan irigasi kewenangan provinsi tercatat sepanjang 1.412.032 Km, diantaranya dalam kondisi baik sepanjang 1.063.388 Km (75,31 persen) dan dalam kondisi rusak sepanjang 348.644 Km (24,69 persen). Kondisi ini lebih baik dari kondisi tahun 2011, dimana jaringan irigasi dalam kondisi baik sepanjang 1.056.284 Km (74,80 persen), dan kondisi rusak sepanjang 355.748 Km (25,19 persen).

Kondisi jaringan irigasi yang membaik ini disebabkan karena telah dilaksanakannya rehab pada 6 (enam) Daerah Irigasi (DI), yaitu: DI Tiyingtali

Kabupaten Buleleng, DI Palasari Kabupaten Jembrana, DI Caguh Kabupaten Tabanan, DI Gerana Kabupaten Badung, serta DI Tungkub Kabupaten Tabanan/Badung. Disamping itu, juga dilakukan pemeliharaan berkala jaringan irigasi yang telah dibangun di 8 (delapan) Kab./Kota kecuali Kabupaten Karangasem.

Tabel 3.29 Kondisi Jaringan Irigasi Kewenangan Provinsi Tahun 2012

No Uraian Kondisi (Km)

Panjang Baik Rusak Rasio Ket.

1 Jaringan Primer 129.688 116.269 13.419 89,53 2 Jaringan Sekunder 355.528 263.099 92.429 74,00 3 Jaringan Tersier 926.816 760.139 166.677 82,02 Jumlah 1.412.032 1.063.388 348.644 75,31 Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013

Dari data diatas, dapat ditunjukkan hanya 75,31 persen jaringan irigasi dapat berfungsi secara optimal. Perbandingan antara panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya (Rasio jaringan irigasi) kewenangan provinsi sampai dengan tahun 2012 baru mencapai 53,20 persen yang terdiri dari : jaringan primer 985.562 Km, jaringan sekunder 1.259.819 Km, dan jaringan tersier 2.996.799 Km, serta dengan luas budidaya (luas fungsional) 98.533 Ha. Luas lahan budidaya menurun dari tahun 2010 seluas 100.412 Ha. Hal ini menunjukkan jaringan irigasi yang tersedia belum dapat memberikan pelayanan secara optimal yang disebabkan luas lahan budidaya (luas fungsional) tidak berimbang dengan panjang jaringan irigasi, tingkat kerusakan jaringan, serta terbatas/berkurangnya pasokan air baku. Perkembangan rasio jaringan irigasi di Provinsi Bali ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.30 Rasio Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2012

No Uraian Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jaringan Primer 985.562 985.562 985.562 985.562 985.562 2 Jaringan Sekunder 1.259.819 1.259.819 1.259.819 1.259.819 1.259.819 3 Jarigan Tersier 2.996.799 2.996.799 2.996.799 2.996.799 2.996.799 4 Luas Budidaya (Luas Fungsional) 100.412 100.412 98.533 98.533 94.150 5 Rasio 52,21 52,21 53,20 53,20 56,00

Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012.

Dalam rangka pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya, pada tahun 2013 pemerintah Provinsi

Bali telah melakukan kegiatan pemeliharaan Embung Tembok Kab. Buleleng, Embung Pura Gae, Embung Ban dan Embung Tukad Mantri di Kab. Karangasem, serta pemeliharaan Danau Buyan. Sedangkan dalam rangka penyediaan dan pengelolaan air baku, pemerintah Provinsi Bali telah berkontribusi dalam penyediaan lahan lanjutan untuk pembangunan Bendungan Titab di Kab. Buleleng yang ditargetkan untuk melayani 3 (tiga) kecamatan, yakni Kecamatan Busungbiu, Seririt, dan Gerokgak. Terkait dengan program pengendalian banjir, pada tahun 2013 telah dilakukan kegiatan pembangunan pengamanan pantai di Desa Penyaringan, Kab. Jembrana dan Pengamanan Pantai Gerombong di Kab. Karangasem

Perumahan

Pembangunan urusan perumahan dilaksanakan melalui program dan kegiatan ke-Cipta Karya-an. Adapun program-program yang ditetapkan dalam RPJMD Bali tahun 2008-2013 untuk menunjang kebijakan pembangunan urusan perumahan, yaitu :

1. Bedah rumah,

2. Pengembangan perumahan dan permukiman,

3. Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

Pemerintah Provinsi Bali telah mencanangkan program bedah rumah dengan melaksanakan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat kurang mampu. Pada tahun 2012 telah dilakukan bedah rumah sebanyak 1.945 unit dengan anggaran mencapai 38,90 milyar rupiah, yang meningkat dari tahun 2011 sebanyak 1.636 unit dengan anggaran sebesar 38,72 milyar rupiah. Program bedah rumah ini juga menyertakan keterlibatan dari LSM dan peran serta pihak swasta dalam wujud CSR. Realisasi bedah rumah yang bersumber dari CSR pada tahun 2012 mencapai 557 unit, yang meningkat dari tahun 2011 sebanyak 522 unit dengan anggaran mencapai 10,44 milyar.

Realisasi cakupan pelayanan air minum Provinsi Bali sampai tahun 2012 baru mencapai 59,71 persen yang terdiri dari cakupan wilayah perkotaan 62,83 persen dan perdesaan 52,82 persen. Hal tersebut meningkat dari tahun 2011 sebesar 59,18 persen yang terdiri dari cakupan perkotaan 62,02 persen dan perdesaan 52,22 persen. Untuk dapat mewujudkan target MDGs sebesar 75,00 persen pada tahun 2015, sangat dibutuhkan kerja keras dari segenap elemen terkait. Perkembangan cakupan pelayanan air minum Provinsi Bali sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah.

Tabel 3.31 Perkembangan Cakupan Pelayanan Air Minum Provinsi Bali.

No Uraian Tahun

1 Perkotaan 59,25 62,02 62,83

2 Perdesaan 49,81 52,22 52,82

3 Rata-rata 56,57 59,18 59,71

Target - - 63,86

Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih telah dikembangkan sistem penyediaan air baku Telagawaja di Kabupaten Karangasem. Sampai tahun 2013 sudah dilakukanPengembangan SPAM di Desa Manukaya Anyar, Kec. Tampaksiring, Kab. Gianyar, Pengembangan SPAM di Dusun Mekayu Desa Lalang Linggah Kec. Selemadeg Barat Kab. Tabanan, SPAM Telagawaja di Kec. Selat Kab. Karangasem, SPAM Guyangan di Kec. Nusa Penida, Kab. Klungkung, Pembangunan SPAM di Desa Toya Mule, Kec. Kintamani, Kab. Bangli, SPAM di Br. Galih Ukir, Desa Padangan Kec. Pupuan Kab. Tabanan, Pembangunan SPAM Penet Unit Distribusi dan SPAM Petanu serta Pengawasan Pembangunan SPAM Petanu di Denpasar. Untuk sistem air minum regional mulai tahun 2012 dilaksanakan pembangunan sistem peyediaan air minum Petanu 300 lt/dt untuk melayani kebutuhan air minum Kab. Gianyar, Kota Denpasar, dan Kab. Badung.

Penataan Ruang

Bali merupakan satu kesatuan ruang, mecakup ruang daratan, laut, dan udara, dengan cakupan luas ruang daratan kurang lebih 563.666 Ha, merupakan satu kesatuan ekosistem pulau kecil merupakan bagian dari satu kesatuan ruang besar yaitu ruang wilayah negara Republik Indonesia. Dalam konteks nasional, Bali merupakan sebuah pulau kecil yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki keunggulan komparatif dari segi keunikan budaya dan keindahan alam, yang merupakan modal dasar bagi Bali dalam menyelenggarakan pembangunan wilayahnya. Keunikan budaya dan alam tersebut telah menempatkan Bali sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di Indonesia dan Dunia dan dinyatakan sebagai pulau terindah di dunia.

Pesatnya pembangunan di Bali akibat tumbuhnya sektor pariwisata membutuhkan upaya-upaya pengendalian agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan, baik fisik maupun sosial-budaya. Rencana tata ruang dan dokumen perencanaan lainnya diharapkan bisa mewujudkan konsep satu kesatuan tata ruang yang dinamis dan dapat mengantisipasi tuntutan perkembangan pembangunan mengarah kepada pelestarian lingkungan sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana yang berintikan unsur-unsur nilai keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan lingkungannya. Implementasi dari falsafah tersebut untuk menjaga

keberlanjutan pembangunan, karena semua kegiatan manusia membutuhkan ruang.

Bali telah memiliki rencana tata ruang sejak tahun 1988 dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 6 Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Kemudian diubah pada tahun 1995 dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 Tahun 1996, tentang Perubahan Terhadap Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 6 Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Tingkat I Bali, yang kemudian diubah lagi dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 Tahun 1999, terutama menyangkut jumlah kawasan pariwisata. Selama kurun berlakunya Peraturan Daerah tersebut telah terjadi berbagai perkembangan kebijakan baru yang belum diakomodasi, sehingga kembali dilakukan perubahan menjadi Perda Nomor 3 Tahun 2005. Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengakibatkan Perda Nomor 3 tahun 2005 diubah kembali/dilakukan penyesuaian menjadi Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 yang ditetapkan pada tanggal 28 Desember 2009.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Provinsi Bali yang berkualitas, aman, nyaman, produktif, berjatidiri, berbudaya Bali, berwawasan lingkungan dan berlandaskan Tri Hita Karana dengan: (1) terwujudnya keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, (2) terwujudnya keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, (3) terwujudnya keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya Bali akibat pemanfaatan ruang, (4) terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, (5) terwujudnya keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah kabupaten/kota dan kegiatan antarsektor, selain itu adalah terwujudnya pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap mitigasi dan adaptasi bencana.

Sejak Perda Nomor 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029, sebagai operasional dari perda tersebut telah disusun berupa materi teknis dan raperda yang selanjutnya akan dibahas menjadi perda. Beberapa materi teknis sebagai rencana rinci sampai tahun 2011 telah tersususn sebanyak 18 (delapan belas) Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi telah disusun dokumen akademis meliputi :

b. RTR Kawasan tempat suci Pura Besakih,

c. RTR Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Ayung, d. RTR Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih, e. RTR Kawasan strategis Pariwisata Candidasa, f. RTR Kawasan strategis Pariwisata Air Sanih,

g. RTR Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Tanah Lot h. RTR Kawasan Pariwisata Ubud,

i. RTR Kawasan Teluk Benoa,

j. RTR Kawasan Industri Pengambengan, k. RTR Kawasan Pelabuhan Tanah Ampo, l. RTR Kawasan DAS Tukad Penet, m. RTR Kawasan DAS Tukad Pakerisan, n. RTR Kawasan DAS Tukad Yeh Ho, o. RTR Kawasan DAS Tukad Ayung, p. RTR Kawasan DAS Tukad Petanu,

q. RTR Kawasan Kawasan Strategis Provinsi Terpadu dan Lintas pada 4 (empat) kabupaten (Tabanan, Badung, Buleleng dan Bangli) dan

r. arahan peraturan zonasi sistem provinsi.

Dalam mendukung pelaksanaan penataan ruang yang baik diperlukan peta sebagai alat untuk memudahkan interprestasi spasial. Hingga akhir tahun 2012 peta berupa raser dan vektor. Peta raster berupa peta citra satelit resolusi tinggi seluruh Bali, sedangkan peta vektor/peta garis dengan skala 1:25000 dan 1:250000 untuk seluruh Bali. Untuk memudahkan dalam mendukung membuat keputusan dan penampilan peta tersebut telah dibangun sebuah aplikasi yang berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) yang selanjutnya untuk kegiatan tahun berikutnya diharapkan dapat mendukung sistem informasi penataan ruang.

Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali Nomor 31 Tahun 2012 tentang Program Legislasi Daerah (Prolegda) Provinsi Bali Tahun 2013 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali, sebanyak 3 (tiga) Raperda sudah diagendakan dalam program legislasi yaitu: RTR Kawasan strategis Pariwisata Candidasa di Kabupaten Karangasem, RTR Kawasan Strategis Pariwisata Air Sanih di Kabupaten Buleleng keduanya sebagai kawasan strategis provinsi. Sedangkan Raperda Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi merupakan tindaklanjut amanat Pasal 36 ayat (3) huruf b, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang.

Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 78 Ayat (4) huruf c, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sampai akhir Tahun 2012, semua raperda kabupaten/kota tentang rencana tata

ruang wilayah kabupaten/kota telah mendapatkan Rekomendasi Gubernur dan Persetujuan Substansi dari Menteri Pekerjaan Umum sebagai persayaratan sebelum pembahasan di DPRD Kabupaten/Kota.

Dalam melaksanakan kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi rencana tata ruang wilayah provinsi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, kelembagaan penataan ruang diperlukan dalam menunjang penyelenggaraan penataan ruang. Pemerintah Provinsi Bali telah membetuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi Bali berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 231/02-C/HK/2012 tertanggal 16 Pebruari 2012 tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi Bali. Semua pemerintah kabupaten/kota juga telah membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) mengacu ketentuan Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

Sebagai upaya mewujudkan kualitas ruang yang semakin baik yang didukung dengan sumberdaya manusia yang memadai sampai tahun 2012 telah dilaksanakan Bimbingan Teknis Penataan ruang dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait yang termasuk dalam anggota BKPRD Provinsi Bali dan BKPRD kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ditugaskan dalam bidang penataan ruang.

Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menentapkan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) Kabupaten/kota dan sebanyak 4 (empat) kabupaten sedang dalam proses penetapan perda. Status dan kemajuan penyesuaian rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 3.32 Status dan Kemajuan Penyesuaian Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota per Desember 2012

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Umum (Halaman 91-102)