Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura, kehutanan, peternakan, perkebunan, dan perikanan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
No Indikator Kinerja Target
Kinerja Realisasi Capaian (%)
1 2 3 4 5 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Produktivitas Kopi Nilai Produksi Kakao Nilai Produksi Tebu
Nilai Produksi Kelapa Dalam Nilai Produksi Kopi
Produksi Perikanan Tangkap Produksi Perikanan Budi Daya Produksi Udang
Produksi Rumput Laut Produksi Bandeng
Produksi Hasil Hutan Kayu Olahan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu
679 Kg/Ha 4.451 Triliun 0.524 Triliun 0,428 Triliun 1.032 Triliun 298.111,6 Ton 3.051.023 Ton 38.630 Ton 2.866.119 Ton 123.280 Ton 212.146 M3 2.309 Ton 606 Kg/Ha 4,354 Triliun 0,369 Triliun 0,538 Triliun 0,893 Triliun 288.671,5 Ton 3.476.544,1 Ton 40.346,2 Ton 3.289.907,7 Ton 126.226,6 Ton 278.566,96 M3 4.741,06 Ton 89,25 97,82 70,41 125,70 86,53 96,80 113,90 104,40 114,80 102,40 131,31 205,30
Berdasarkan pengukuran pencapaian Sasaran Strategis 3 yaitu “Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura,
kehutanan, peternakan, perkebunan, dan perikanan “dengan 35 (tiga puluh lima) indikator kinerja, terdapat 19 (sembilan belas) indikator kinerja yang melebihi target sehingga Capaian Sasaran Strategis 3 sebesar 106,27% atau tercapai dengan kualifikasi Sangat Baik. Sasaran Strategis 3 ini didukung oleh 5 (lima) SKPD yakni Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Kehutanan.
Pencapaian produksi padi tahun 2015 hanya 97,71% disebabkan adanya dampak el nino (kemarau berkepanjangan) yang dimulai pada bulan Juli sampai Desember 2015 sehingga pada bulan Agustus terjadi puso yang sangat besar sekitar 30.300 Ha terutama di sentra produksi padi yaitu Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo. Puso yang terjadi selama tahun 2015 sangat besar dengan total 56.866 Ha. Kondisi kemarau tidak memungkinkan petani melakukan penanaman padi karena tidak tersedianya air sehingga luas tanaman menurun.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
Penanaman padi hanya terjadi di wilayah-wilayah yang mempunyai irigasi, meskipun luasannya sangat kecil. Jika dibandingkan dengan target RPJMD 6.739.078 ton, produksi padi tahun 2015 masih dibawah target yaitu 5.471.807 ton demikian pula dengan target nasional yang mencapai 75.341.886 ton.
Produktivitas padi tahun 2015 hanya 98,33% disebabkan penggunaan benih unggulan padi belum seluruhnya dapat dipenuhi untuk seluruh pertanaman padi di Sulawesi Selatan serta pengaruh dari kondisi fisik tanah dan iklim setempat, sehingga ada wilayah-wilayah yang produktivitas cukup tinggi seperti Kabupaten Sidrap, Pinrang, dan Soppeng yang melebihi rata-rata produktivitas Provinsi, dan ada juga di bawah rata-rata produktivitas Provinsi seperti Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan enrekang yang merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan. Namun Produktivitas padi tahun 2015 merupakan yang tertinggi yang pernah dicapai selama ini. Produktivitas padi tahun 2015 52,41 Kw/Ha masih dibawah target jika dibandingkan dengan target RPJMD yaitu 56,56 Kw/Ha, akan tetapi sudah hampir menyentuh angka target nasional yaitu 53,39 Kw/Ha.
Upaya yang dilakukan dalam rangka mengatasi masalah produksi dan produktivitas padi adalah dengan memaksimalkan penggunaan pompa air terutama untuk wilayah-wilayah yang ada sumber air untuk menyelamatkan pertanaman padi agar tidak puso, menganjurkan kepada petani untuk menanam benih padi varietas umur pendek untuk menyesuaikan ketersediaan air. Melakukan perbaikan saluran irigasi tersier yang banyak mengalami kerusakan serta membangun kantong-kantong air, embung, cekdam, serta pembuatan sumur-sumur dalam untuk menjamin ketersediaan air untuk meningkatkan Intensitas Penanaman (IP) agar dapat menambah luas tanam sehingga dapat meningkatkan produksi padi.
Tahun 2015 produksi jagung sebesar 107,79% melebihi target yang ditetapkan, hal ini disebabkan penanaman jagung banyak dilakukan di akhir tahun 2014 dan awal bulan Januari-Juni tahun 2015 sehingga dampak el nino
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
tidak terlalu dirasakan petani jagung. Petani banyak menanam jagung karena harga yang cukup stabil serta adanya bantuan benih jagung yang cukup banyak yang disalurkan ke petani sehingga menunjang peningkatan produksi jagung di Sulawesi Selatan Tahun 2015. Meski demikian realisasi produksi jagung tahun 2015 sebesar 1.528.414 ton belum sesuai dengan target RPJMD yaitu sebesar 1.712.886 ton, begitupun dengan target nasional yang mencapai 19.605.489 ton.
Produktivitas jagung tahun 2015 sebesar 107,40 % melampaui target, hal ini dikarenakan petani menggunakan benih unggul jagung produktivitas tinggi, baik bantuan Pemerintah maupun yang diusahakan sendiri secara swadaya atau bermitra dengan perusahaan yang menggunakan bahan baku untuk pakan ternak. Jika dibandingkan dengan target RPJMD yaitu 50,43 Kw/Ha produktivitas jagung tahun 2015 telah melampaui target sebesar 51,79 Kw/Ha dan hanya sedikit dibawah target nasional yaitu 51,80 Kw/Ha.
Produksi kedelai tahun 2015 jauh melampaui target yaitu sebesar 133,38%, hal ini disebabkan bantuan kedelai dari Anggaran APBN tahun 2015 yang dialokasikan di Sulawesi Selatan sangat besar khususnya untuk mendukung program swasembada kedelai yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk menghentikan impor kedelai yang cukup besar. Produktivitas kedelai yang cukup tinggi disebabkan penggunaan benih unggul bantuan dari Pemerintah yang menjangkau hampir seluruh pertanaman kedelai di Sulawesi Selatan untuk mensukseskan Program Swasembada Kedelai Nasional. Produksi Kedelai tahun 2015 yaitu sebesar 67.192 ton melampaui target RPJMD sebesar 58.317 ton akan tetapi jika dibandingkan dengan target nasional masih jauh dari target yaitu 960.680 ton. Demikian pula halnya dengan produktivitas kedelai tahun 2015 sebesar 17.67 Kw/Ha sudah melampaui target RPJMD sebesar 15.91 Kw/Ha dan target nasional sebesar 15.65 Kw/Ha.
Pencapaian produktivitas hortikultura tahun 2015 hanya sebesar 98,39% tidak mencapai target kerena data hortikultura yang disajikan belum final dan belum dilakukan pembahasan (pra Asem 2015). Komoditas hortikultura
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
merupakkan gabungan dari beberapa komoditas utama yaitu cabe besar, cabe kecil, bawang merah, jeruk keprok, jeruk siam dan jeruk besar. Pengembangan produktivitas hortikultura harus terus digalakkan karena komoditas hortikultura memiliki nilai jual yang baik dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dari tanaman pangan hal ini terbukti berdasarkan data indikator Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura lebih tinggi dibanding tanaman pangan, data NTP merupakan indikator tingkat kesejahteraan petani dimana nilai yang diterima lebih besar dari nilai yang dikeluarkan. Produktivitas hortikultura tahun 2015 sebesar 136.543 ton masih dibawah target RPJMD sebesar 138.576 ton.
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai provinsi dengan PDRB terbesar diantara provinsi lainnya di di Indonesia Timur menjadi barometer pembangunan di kawasan timur. Sektor pertanian masih memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB di Sulawesi Selatan. Dengan demikian bila perhatian terhadap pembangunan sektor pertanian dapat terus diperhatikan dan ditingkatkan, hal tersebut dapat berpengaruh besar dalam pembangunan Sulawesi Selatan secara menyeluruh. Untuk itu dalam meningkat produksi di sektor pertanian didukung oleh program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dengan beberapa kegiatan yaitu Peningkatan Produksi dan Pengembangan Padi, Peningkatan Produksi dan Pengembangan jagung dan serealia dan Peningkatan Produksi dan Pengembangan kacang-kacangan dan umbi-umbian lainnya dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 27.030.470.000,- yang bersumber dari APBD dan Rp. 187.274.309.000,- dari APBN. Adapun capaian untuk produktivitas didukung oleh beberapa kegiatan yaitu Perbanyakan Benih dan Pengembangan Kelembangan Perbenihan Tanaman Pangan, Peningkatan Produksi dan Mutu Serta Pengembangan Sayuran dan Biofarmaka Peningkatan Produksi dan Mutu Serta Pengembangan Tanaman Buah-Buahan dengan dukungan anggaran sebesar Rp. 35.264.453.000,- yang bersumber dari APBD dan Rp. 160.715.375.000,- yang bersumber dari APBN.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
Capaian populasi sapi potong tahun 2015 hanya sebesar 93,60 % hal ini disebabkan oleh masih tingginya pemotongan sapi betina produktif serta tingginya permintaan sapi potong dari propinsi lain yang melebihi kuota. Populasi sapi perah pencapaiannya di tahun 2015 yaitu hanya sebesar 63,83 % jauh lebih rendah dari target yang ditetapkan, akan halnya capaian populasi kerbau sebesar 99,99% hampir mencapai target.
Kendala-kendala yang dihadapi sehingga tidak tercapainya target sesuai yang diharapkan adalah masih rendahnya pelaporan kelahiran ternak sapi hasil IB sehingga menyebabkan rendahnya uang prestasi jasa kelahiran ternak hasil IB yang diberikan ke peternak, tingginya tingkat pemotongan sapi betina produktif/bunting sehingga berakibat pada menurunnya tingkat pertumbuhan populasi ternak sapi potong yang hanya 5,07% masih jauh dari target pertumbuhan sebesar 9,27%, adanya pengeluaran ternak sapi secara illegal khususnya di wilayah-wilayah perbatasan dan di kabupaten yang memiliki pelabuhan-pelabuhan kecil.
Tahun 2015 capaian populasi kuda mencapai target yaitu sebesar 100% atau sebanyak 181.220 ekor dapat mencapai target, demikian pula dengan capaian populasi ternak kecil yaitu 100,04 % atau sebanyak 1.304.202 ekor dari 1.303.579 ekor yang ditargetkan. Yang dimaksud ternak kecil adalah kambing sebanyak 681.960 ekor, domba sebanyak 623 ekor dan babi sebanyak 621.619 ekor. Untuk target jangka menengah populasi kuda sudah mencapai target sebaliknya target jangka menengah populasi ternak kecil sudah melebihi target.
Pencapaian populasi unggas tahun 2015 yaitu sebesar 145,91% melebihi target yang ditetapkan, demikian pula capaian produksi telur yaitu 115,83 %. Di Sulawesi Selatan terdapat empat jenis unggas unggulan, yaitu ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging dan itik/itik manila. Keempat populasi unggas tersebut terus berkembang secara pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan untuk bahan baku industri. Untuk ayam petelur dan ayam pedaging, sangat berkembang dengan adanya program
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
kemitraan dari perusahaan-perusahaan peternakan dan program pemerintah lainnya. Kabupaten Sidrap merupakan kabupaten sentra ayam petelur, dengan jumlah populasi separoh dari populasi ayam petelur di seluruh Sulawesi Selatan. Di kabupaten ini telah terjadi proses aglomerasi peternakan ayam petelur, sehingga semakin meningkat skala ekonominya. Untuk unggas ayam pedaging, aglomerasi peternakan ayam pedaging justru terjadi di Kabupaten Pangkep. Di Kabupaten Sidrap yang merupakan sentra unggas ayam petelur, terdapat populasi ayam pedaging kurang lebih sebesar 3,9 juta ekor. Kedua kabupaten inilah yang menjadi penyuplai untuk daging dan telur ayam bagi rumah tangga maupun industri di Kota Makassar. Sehingga sangat berpengaruh terhadap stabilitas harga maupun pasokan kedua jenis komoditas tersebut. Perhatian pemerintah diperlukan agar terjaga ketersediaan kedua jenis komoditas tersebut dengan berbagai bentuk kebijakan atau program. Populasi unggas di tahun 2015 sebanyak 95.393.514 ekor melebihi target RPJMD sebesar 65.378.117 ekor dan target nasional yaitu 82.508.728 ekor. Demikian halnya dengan produksi telur di tahun 2015 sebesar 139.119 ton sudah melebihi target jika dibandingkan dengan target RPJMD yaitu 120.103 ton dan target nasional yaitu 118.301 ton.
Tahun 2015 capaian produksi daging sangat tinggi yaitu sebesar 239,48% atau sebesar 118.255 ton, jumlah ini sudah melebihi target jangka menengah (Renstra Dinas Peternakan) yaitu sebesar 49.739 ton bahkan juga telah melampaui target nasional (Dirjen Peternakan) yaitu 40.645 ton. Produksi daging ini meliputi daging Sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, itik, puyuh, dan itik manila, rinciannya dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel III-6
No Jenis Daging Jumlah (Ton)
1 Sapi 16.221
2 Kerbau 3.623
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
No Jenis Daging Jumlah (Ton)
4 Kambing 1.024 5 Domba 0,75 6 Babi 4.174 7 Ayam Buras 26.904 8 Ayam Petelur 8.339 9 Ayam Pedaging 53.370 10 Itik 2.282 11 Kelinci 3,5 12 Puyuh 5,5 13 Itik manila 1.161 Total 118.255
Tahun 2015 capaian produksi susu yaitu sebesar 117,63% atau sebanyak 4.577 ton melebihi target yang ditetapkan yaitu sebanyak 3.891 ton. Capaian ini berhasil melampaui target nasional (Dirjen Peternakan) yaitu sebanyak 1.700 ton.
Sektor peternakan di Sulawesi Selatan telah berkembang dengan cukup signifikan, meskipun demikian pemerintah daerah terus berusaha secara optimal untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyarkat. Hal tersebut mengingat potensi sektor peternakan yang sangat tinggi di Sulawesi Selatan karena didukung oleh faktor lokasi yang luas, faktor iklim yang mendukung/tidak ekstrim dan faktor makanan yang mudah diperoleh, serta faktor-faktor lainnya, sehingga diharapkan sektor peternakan akan terus meningkat. Program yang mendukung yaitu program peningkatan produksi dan populasi ternak dengan berbagai kegiatan yang ikut mendorong peningkatan capaian sektor peternakan antara lain pengembangan Ternak besar, ternak kecil
dan ternak unggas, pengembangan inseminasi buatan pencegahan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
reproduksi, pengembangan UPJA peternakan, dan pengembangan inseminasi buatan. Juga Adanya Program/kegiatan APBN yang turut mendukung keberhasilan pencapaian kinerja yaitu Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat dengan kegiatan Peningkatan Produksi
Ternak, Peningkatan Produksi Pakan Ternak, Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis. Program dan kegiatan tersebut didukung oleh anggaran dengan total sebesar Rp. 20.931.255.825,- Selain itu juga didukung oleh adanya Kelompok tani/ternak di Kab/Kota, Aplikasi tehnologi, SDM Petugas Kab/Kota dan Dinas Peternakan di Kab/Kota.
Upaya yang dilakukan sebagai solusi dalam rangka meningkatkan capaian target adalah melakukan sosialisasi secara intensif kepada kelompok ternak dan peternak mandiri melalui dinas peternakan kabupaten/kota diantaranya sosialisasi terkait insentif kelahiran hasil IB ternak sapi potong, merampungkan Rancangan Perda tentang pengendalian dan pemotongan betina produktif menjadi Perda dan segera melakukan sosialisasi kepada seluruh peternak, RPH dan dinas peternakan kabupaten/kota terutama pada daerah-daerah sentra pengembangan sapi potong seperti Gowa, Sinjai, Wajo, Bone, Pinrang, Bantaeng, Bulukumba, Palopo dan Makassar. Kota Makassar merupakan daerah yang paling tinggi pemotongan betina produktif yang dilakukan di RPH Tamangapa, melakukan kerjasama antara dinas Peternakan Provinsi maupun kabupaten/kota dengan aparat kepolisian dan TNI untuk mencegah pengeluaran ternak secara illegal terutama di wilayah perbatasan seperti wilayah perbatasan antara kabupaten Pinrang dengan kabupaten Polewali Mamasa, kabupaten Luwu Timur dengan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah serta pengeluaran ternak di kabupaten yang memiliki pelabuhan-pelabuhan kecil. Pelarangan Pemotongan Betina Produktif dan Pelarangan Ternak Keluar Masuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
Untuk tahun 2015 pencapaian produksi kakao sebesar 96,53% sedangkan capaian produktivitas kakao sebesar 91,91 % hal ini disebabkan banyaknya tanaman yang sudah tua dan tidal lagi bisa berproduksi. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kakao adalah penerapan bimbingan teknis intensifikasi tanaman kakao terhadap 1.000 orang yang tersebar di kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Palopo, Sidrap, Bantaeng, dan Bone. Pengadaan bibit unggul secara gratis kepada petani yaitu kakao sambung pucuk sebanyak 828.628 pohon atau sekitar 745 Ha. Pemberian pupuk secara gratis kepada petani, pengembangan tanaman kakao yang menunjang produksi yaitu rehabilitasi lahan seluas 3.965 Ha, intensifikasi seluas 17.880 Ha dan peremajaan seluas 1.100 Ha. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) kakao yaitu hama penggerek buah kakao di kabupaten Luwu Utara seluas 260 Ha, Enrekang seluas 400 Ha dan di kabupaten Gowa seluas 10 Ha. Capaian nilai produksi kakao di tahun 2015 sebesar 97,82 % atau sebesar Rp. 4.354.834.511,-
Tahun 2015 capaian produksi tebu sebesar 88,20% dan capaian produktivitas tebu sebesar 93,24 % hal ini disebabkan masih banyak lokasi yang belum tersentuh kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman serta adanya sebagian tanaman yang sudah tua. Upaya yang dilakukan untuk peningkatan produksi dan produktivitas tebu adalah pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas 3.350 Ha berupa perluasan seluas 675,80 Ha, bongkar ratoon seluas 384,64 Ha, rawat ratoon seluas 2.150 Ha, KBD seluas 503,41 Ha dan KBI seluas 146,60 Ha yang dibarengi dengan pengadaan peralatan tebu yang bertujuan untuk meningkatkan produksi gula melalui peningkatan produksi tebu. Capaian nilai produksi tebu di tahun 2015 sebesar 70,41 % atau sebesar Rp. 369.900.000,-
Pencapaian produksi kelapa dalam pada tahun 2015 adalah sebesar 101,10% melebihi target yang telah ditetapkan, demikian pula dengan capaian produktivitas kelapa dalam sebesar 101,56%. Meski demikian tetap dilakukan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
upaya-upaya untuk peningkatan produksi dan produktivitas yaitu pengadaan bibit unggul kelapa dalam sebanyak 40.000 pohon atau 324 Ha, pengadaan pupuk gratis kepada petani, pengembangan tanaman kelapa seluas 1.250 Ha diarahkan dalam bentuk peremajaan yang dilaksanakan di kabupaten Pinrang seluas 300 Ha, Wajo 300 Ha dan Bone 400 Ha sedangkan untuk perluasan kelapa dilaksanakan di kabupaten Bone seluas 25 Ha. Capaian nilai produksi kelapa dalam di tahun 2015 sebesar 125,70 % atau sebesar Rp. 538.016.700,-
Pencapaian produksi kopi tahun 2015 hanya sebesar 80,33% masih jauh dari target yang ditetapkan demikian pula dengan capaian produktivitas kopi tahun 2015 hanya sebesar 89,25 %, hal ini disebabkan waktu panen yang hanya pada bulan Juni dan Juli, tidak sepanjang tahun. Rendahnya produktivitas kopi disebabkan banyaknya tanaman kopi yang sudah tua dan tidak bisa berproduksi lagi. Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan capaian produksi kopi adalah melakukan bimbingan teknis intensifikasi tanaman kopi, pengadaan bibit kopi unggulan kepada petani secara gratis yaitu bibit kopi arabika sebanyak 250.000 pohon atau 156 Ha, membagikan pupuk secara gratis kepada petani, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tanaman kopi (Gowa 2 Ha dan Bantaeng 4 Ha), pengembangan areal produktif tanaman kopi dalam bentuk kegiatan intensifikasi kopi seluas 3.900 Ha yang dialokasikan pada kabupaten Enrekang 1.700 Ha, Tana Toraja 1.000 Ha dan Toraja Utara 1.200 Ha. Capaian nilai produksi kopi di tahun 2015 sebesar 86,53 % atau sebesar Rp. 893.657.776,-
Adapun dukungan terhadap pencapaian di sektor perkebunan adalah adanya program dan kegiatan serta alokasi anggaran yang sangat mendorong tercapaianya target-target capaian di tahun 2015. Program yang mendukung yaitu program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui 11 (sebelas) kegiatan, dengan alokasi anggaran Rp. 30.338.150.929,- dengan realisasi sebesar Rp. 29.735.658.816,- sehingga terjadi efisiensi anggaran sebesar Rp. 602.492.113,-. Program Peningkatan Pasca Panen yang
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
didukung 3 (tiga) kegiatan dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 5.486.470.000,- realisasi sebesar Rp. 4.547.966.000,-
Pencapaian produksi perikanan tangkap tahun 2015 sebesar 96,80% atau sebanyak 288.671,5 ton belum mencapai target yaitu sebanyak 298.111,6 ton hal ini disebabkan karena jumlah produksi perikanan tangkap yang ada saat ini masih merupakan data sementara, untuk itu percepatan penghitungan produksi perikanan tangkap senantiasa dilakukan.
Pencapaian produksi perikanan budi daya, produksi udang, produksi rumput laut dan produksi bandeng untuk tahun 2015 ini melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu untuk capaian produksi perikanan budidaya 113,90% atau sebesar 3.476.544,1 ton melebihi target yang ditetapkan yaitu 3.051.023 ton, capaian produksi udang 104,40% atau sebesar 40.346,2 ton dibandingkan target sebesar 38.630 ton, untuk capaian produksi rumput laut 114,8% atau sebanyak 3.289.907,7 ton melebihi target yang ditetapkan yaitu 2.966.119 ton, capaian produksi bandeng 102,4% atau sebesar 126.226,6 ton melebihi target yaitu sebesar 123.280 ton. Untuk produksi udang, walaupun melampaui target tapi hasil ini menurun jika dibandingkan dengan produksi udang tahun 2014 yang mencapai 43.865 ton hal ini disebabkan karena adanya pengaruh cuaca yang ekstrim yang menyebabkan ketersediaan air untuk proses budidaya menjadi terbatas sehingga terjadi perubahan/pergeseran musim tanam.
Sektor perikanan memegang peranan penting di Provinsi Sulawesi Selatan karena sebagai provinsi kepulauan yang memiliki panjang pantai yang sangat luas sehingga sudah seharusnya pembangunan di sektor perikanan menjadi perhatian pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Pencapaian sektor perikanan ini di dukung oleh beberapa program yaitu program pengelolaan perikanan tangkap dan program perikanan budidaya dengan beberapa kegiatan pendukung yaitu pembinaan dan pengembangan mekanisasi perikanan tangkap, penyusunan data statistik perikanan tangkap, peningkatan sarana dan prasarana perikanan tangkap pengembangan pelabuhan, pengembangan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
teknologi sistem perbenihan ikan air tawar, pengembangan kualitas dan kuantitas komoditas unggulan perikanan (udang dan bandeng), pengembangan kawasan budidaya air tawar, pengembangan sarana dan prasarana budidaya, pengembangan pelayanan usaha komoditas, pengembangan kelompok pembudidaya ikan, penyusunan data statistik perikanan budidaya, pengembangan Laboratorium Kesehatan ikan di Kabupaten Pangkep, pengembangan teknologi sistem perbenihan air payau dan laut. Didukung anggaran dengan total alokasi sebesar Rp. 29.528.484.750,- dengan realisasi sebesar Rp. 27.385.119.703,- dengan demikian terdapat efisiensi anggaran sebesar Rp. 2.143.365.047,-
Tahun 2015 pencapaian produksi hasil hutan kayu olahan yaitu 131,31 % atau sebesar 278.566,96 M3 lebih tinggi dari target yaitu 212.145,66 M3 demikian pula halnya capaian produksi hasil hutan bukan kayu yaitu 205,30 % atau sebesar 4.741,06 M3 dapat melampaui target yang ditetapkan yaitu 2.309,28 M3. Produksi hasil hutan kayu olahan tertinggi di Sulawesi Selatan adalah di kabupaten Bone sebesar 27,4 ribu M3, disusul kabupaten Luwu Timur sebesar 9,9 ribu M3 dan kabupaten Bulukumba sebesar 8,2 ribu M3. Adapun produksi hasil hutan bukan kayu yaitu antara lain sutera alam, lebah madu, rotan, damar dan getah pinus, potensi di Sulawesi Selatan yaitu produksi getah pinus sebesar 1,6 ribu M3 dan yang terbesar dari kabupaten Gowa, sebesar 935,32 M3. Pencapaian indikator kinerja ini didukung oleh Program Peningkatan Usaha Kehutanan dengan beberapa kegiatan yaitu Pengembangan lebah madu, fasilitasi pengembangan sutera alam, pembinaan dan pengendalian produksi hasil hutan, Pembinaan dan Pengendalian Tata Usaha Iuran Kehutanan, Pembangunan dan Pengembangan Hasil Hutan pada Wilayah KPH, Pelayanan dan Pengendalian Perizinan IPHHK dan RPBBI, Pelayanan dan Pembinaan Penatausahaan Hasil Hutan, Pelayanan dan Pembinaan Penatausahaan Hasil Hutan, Pembinaan dan Pengendalian WASGANIS dan GANIS, Pembinaan dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan vi
Pengawasan Peredaran Hasil Hutan, Pengawasan dan Pengendalian Pengolahan Hasil Hutan, dengan total alokasi anggaran sebesar Rp. 3.907.586.375,-
Adapun capaian target indikator kinerja Tahun 2015 jika dibandingkan dengan capaian target tahun 2013 dan 2014 rata-rata meningkat, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III-7
No. Indikator Kinerja
Realisasi Capaian (2013-2015) 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Produksi Padi Produksi Jagung Produksi Kedelai Produktivitas Padi Produktivitas Jagung Produktivitas Kedelai Produksi Hortikultura Populasi Sapi Potong Populasi Sapi Perah Populasi Kerbau Populasi Kuda Populasi Ternak Kecil Populasi Unggas Produksi Daging Produksi Telur Produksi Susu Produksi Kakao Produksi Tebu
Produksi Kelapa Dalam Produksi Kopi