• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN KERJA MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI

Dalam dokumen Laporan Tata Kelola Perusahaan (Halaman 191-194)

(Termasuk Insider Trading) Bank memiliki Kebijakan Conflict Management yang

SATUAN KERJA MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI

kebijakan Manajemen Risiko Terintegrasi berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan.

2. Mengkaji dan melakukan koordinasi atas hasil evaluasi penerapan manajemen risiko terintegrasi termasuk laporan profil risiko terintegrasi atau laporan lainnya yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen risiko terintegrasi.

Pengaturan mengenai Tata Tertib KMRT juga diatur lebih lanjut dalam Kerangka Acuan atau Term of Reference (TOR) KMRT.

Dalam melaksanakan fungsinya, KMRT didukung oleh SKMRT yang berkoordinasi dengan satuan kerja yang melaksanakan fungsi manajemen risiko pada masing-masing LJK anggota Konglomerasi Keuangan.

Realisasi Aktivitas Manajemen Risiko Terintegrasi tahun 2017 antara lain sebagai berikut:

1. SKMRT mengkoordinasi penyampaian Laporan Profil Risiko Terintegrasi dari masing-masing LJK kepada regulator setiap semester. Laporan ini disampaikan terlebih dahulu kepada KMRT untuk memperoleh rekomendasi, sebelum disetujui oleh Komite Manajemen Risiko (KMR) di EU.

2. SKMRT bersama dengan Unit Strategy & Finance menyampaikan Laporan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum setiap semester kepada regulator. Laporan ini disampaikan terlebih dahulu kepada KMRT untuk memperoleh rekomendasi, sebelum disetujui oleh KMR di EU.

3. Bank sebagai Entitas Utama mengembangkan sistem informasi berbasis teknologi untuk mendukung proses penilaian profil risiko dan permodalan terintegrasi yang terkoneksi dengan seluruh LJK dalam konglomerasi keuangan CIMB Indonesia. 4. Koordinasi pelaksanaan fungsi manajemen risiko

terintegrasi oleh EU kepada LJK dilakukan melalui rapat yang dilakukan secara berkala dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko masing-masing LJK. 5. Masing-masing LJK menyampaikan laporan atas

kejadian signifikan yang terjadi di masing-masing LJK yang dapat mempengaruhi profil risiko Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan. Laporan ini disampaikan kepada KMRT melalui Sekretaris KMRT sebagaimana diatur dalam Prosedur Manajemen Risiko Terintegrasi.

SATUAN KERJA MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI

Dalam menjalankan tugasnya, KMRT didukung oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi (SKMRT) yang menjalankan fungsi koordinasi atas satuan kerja manajemen risiko dari masing-masing LJK yang tergabung dalam Konglomerasi Keuangan CIMB Indonesia.

Wewenang dan tanggung jawab SKMRT antara lain meliputi:

1. Memberikan masukan kepada Komite Manajemen Risiko Terintegrasi dan Komite Manajemen Risiko Entitas Utama antara lain dalam hal penyusunan serta pelaksanaan dari kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko Terintegrasi.

2. Memberikan informasi kepada KMRT atas hal-hal yang perlu ditindaklanjuti, termasuk jika terjadi pelampauan atau kejadian yang signifikan di masing-masing LJK yang dapat berpengaruh terhadap konglomerasi keuangan secara keseluruhan.

3. Melakukan pemantauan risiko pada konglomerasi keuangan berdasarkan hasil penilaian profil risiko masing-masing LJK maupun profil risiko secara terintegrasi.

4. Menyusun dan mengkaji ulang keakuratan metodologi penilaian profil risiko.

5. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko terintegrasi secara berkala kepada Direktur Manajemen Risiko di Bank sebagai EU, KMRT dan KMR di Bank sebagai EU sebelum disampaikan ke regulator.

Struktur Organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi

Laporan Profil Risiko Terintegrasi

Unit Manajemen Risiko Terintegrasi

EU

Direktur Utama

Direksi Lainnya Manajemen RisikoDirektur

Dewan Komisaris

Unit Manajemen

Risiko PT CNAF Unit Manajemen Risiko PT CSI Unit Manajemen Risiko PT CPAM Laporan Profil Risiko Terintegrasi Rekomendasi Direksi Komite Manajemen Risiko Terintegrasi Koordinasi

SKMRT melakukan proses pemantauan atas penerapan manajemen risiko secara terintegrasi. Hasil dari proses pemantauan atas eksposur risiko ini selanjutnya dilaporkan dan evaluasi oleh KMRT dan dilaporkan ke KMR EU. Sejalan dengan upaya SKMRT untuk memenuhi ketentuan dari regulator mengenai implementasi manajemen risiko terintegrasi, sepanjang tahun 2017 ini berikut merupakan beberapa hal yang telah dilakukan:

1. Melakukan kaji ulang kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang menjadi pedoman dan acuan dalam pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi.

2. Melakukan kaji ulang atas metodologi yang digunakan dalam proses penilaian self assessement profil risiko masing-masing Entitas.

3. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko terintegrasi secara berkala kepada KMRT dan KMR di EU, untuk selanjutnya disampaikan kepada regulator.

4. Menyampaikan laporan atas kejadian signifikan yang terjadi di masing-masing LJK kepada KMRT dan KMR di EU.

Penjelasan terkait implementasi manajemen risiko terintegrasi juga dapat dilihat pada bagian Laporan Tinjauan Pendukung Bisnis – Manajemen Risiko. KEBIJAKAN TRANSAKSI INTRAGRUP

Risiko transaksi intragrup merupakan salah satu risiko yang wajib dikelola dalam rangka penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi. Risiko transaksi intragrup timbul akibat adanya ketergantungan suatu entitas baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap entitas lainnya dalam satu Konglomerasi Keuangan dalam rangka pemenuhan kewajiban perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis baik yang diikuti perpindahan dana dan atau tidak diikuti perpindahan dana.

Risiko transaksi intragrup antara lain dapat timbul dari: 1. Kepemilikan silang antar LJK dalam Konglomerasi

Keuangan.

2. Sentralisasi manajemen likuiditas jangka pendek. 3. Jaminan, pinjaman, dan komitmen yang diberikan

atau diperoleh suatu LJK dari LJK lain dalam Konglomerasi Keuangan.

4. Eksposur kepada pemegang saham pengendali, termasuk eksposur pinjaman dan off-balance sheet seperti jaminan dan komitmen.

5. Pembelian atau penjualan aset kepada LJK lain dalam satu Konglomerasi Keuangan.

6. Transfer risiko melalui reasuransi.

7. Transaksi untuk mengalihkan eksposur risiko pihak ketiga di antara LJK dalam satu konglomerasi keuangan.

Risiko transaksi intragrup diidentifikasi, dikelola dan dilaporkan secara berkala bersamaan dengan pelaporan profil risiko terintegrasi. Hingga akhir tahun 2017, profil risiko transaksi intragrup masih dinilai rendah (low) dimana signifikansi transaksi intragroup terhadap total aset Konglomerasi Keuangan masih tidak signifikan. Ketergantungan antar LJK anggota Konglomerasi Keuangan juga dinilai masih sangat

rendah atau terbatas, diantaranya terlihat dari tidak adanya sentralisasi manajemen likuiditas, dukungan intragrup tidak mengikat, operasional transaksi di mana satu Perusahaan bertindak dengan atau atas nama perusahaan lain dalam satu Konglomerasi Keuangan sangat rendah, serta pembelian atau penjualan aset intragrup tidak material. Dari sisi dokumentasi dan kewajaran transaksi, dokumentasi perjanjian transaksi intragrup sangat memadai dan seluruh transaksi dilakukan berdasarkan prinsip armth’s length. Selain itu, eksposur kepada pemegang saham pengendali terhadap total modal dan eksposur yang timbul dari penempatan aset nasabah kepada perusahaan lain dalam satu Konglomerasi Keuangan juga tidak signifikan.

Dalam proses manajemen risiko transaksi intragroup, EU telah melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko komposisi dan kewajaran transaksi antar anggota Konglomerasi Keuangan. Secara berkala, Unit Strategy & Finance dan SKMR melakukan pemantauan terhadap risiko komposisi transaksi intragrup untuk memastikan kepatuhan limit, seperti Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan prinsip kewajaran transaksi. Dalam rangka pengawasan aktif, Dewan Komisaris dan Direksi menerima laporan secara berkala terkait transaksi intragrup. Kebijakan dan prosedur yang memadai untuk mengelola transaksi intragrup telah disusun di masing-masing LJK. Di EU, kebijakan tersebut diantaranya yaitu Kebijakan Manajemen Risiko (Terintegrasi), Kebijakan terkait Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), dan Kebijakan Penyertaan Modal Anak Perusahaan. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab juga telah diatur dengan baik dibawah wewenang Direktur Strategi & Keuangan.

Adapun pelaksanaan kaji ulang independen dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) sesuai dengan skala usaha dan kompleksitas transaksi intragrup.

KEBIJAKAN PENERAPAN TATA KELOLA SYARIAH

Dalam dokumen Laporan Tata Kelola Perusahaan (Halaman 191-194)