• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV MENGUAK TABIR MENYONGSONG ASA DI BENJINA

4.5. Sayur Asem atau Tomyum?

Banyaknya ABK asing28 di Benjina yang sebagian besar berasal dari Thailand juga merupakan salah satu akibat dari berdirinya PBR. Walaupun mereka adalah tenaga kerja asing yang berstatus ilegal, namun mereka ternyata bebas untuk keluar dan masuk Benjina tanpa

28Secara kuantitas tidak diketahui jumlah pasti tenaga kerja asing tersebut, jadi penyebutan ‘banyak’ memang bersifat relatif. Namun dapat dibayangkan jika puluhan kapal pencari ikan berukuran besar diisi oleh ABK asing setidaknya 20 orang maka jumlahnya sudah ratusan.

hambatan. Interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan ABK asing baik dari Thailand mapun negara lain seperti Myanmar dan Kamboja berupa hubungan klien dalam hal ekonomi. Hubungan patron-klien yang lebih intim terjalin antara para pekerja asing dengan para wanita pekerja seks (WPS) di Benjina.

Keberadaan WPS dan germo di Benjina, merupakan salah satu dampak dari masifnya pendatang dari luar Benjina yang berharap mencari kehidupan yang lebih baik. “Cari uang di Benjina mudah” kata beberapa orang dari WPS tersebut. Rupiah yang diterima di Benjina memang akan berlipat ganda jika dibandingkan rupiah yang mereka di tempat lain, misalnya saja di Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru. Godaan rupiah dengan jumlah yang jauh lebih besar dan mudah didapat tersebut, menjadi penarik perhatian banyak WPS atau pihak lain yang ingin mendapatkan keuntungan bisnis dalam jumlah besar.

Berlipat-lipatnya keuntungan tersebut didapat dari kantong para ABK asing. Mereka dianggap memiliki bayaran yang lebih tinggi daripada nelayan lokal, dan karena itu pula mereka dikenakan tarif yang lebih besar daripada masyarakat lain di Benjina. Misalnya saja ketika ABK asing memakai jasa WPS, mereka akan dikenakan tarif lebih mahal oleh WPS atau germo. Sama halnya jika para ABK asing tersebut berbelanja ke pasar tradisional, barang apapun yang mereka beli dipastikan akan lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan harga yang dikenakan untuk masyarakat biasa. Karena alasan itulah, ada anggapan jika mencari uang di Benjina lebih mudah jika dibandingkan dengan mencari uang di tempat lain.

Seorang informan perempuan bernama AA (27 tahun) yang berdarah Tepa, berkata jika cara mencari uang yang jauh lebih mudah dan lebih menguntungkan adalah dengan melakukan kawin kontrak

dengan Tekong29 atau nahkoda kapal asing. Posisi tekong berada di atas ABK asing, dan tentu saja posisinya lebih prestisius serta memiliki pendapatan jauh lebih besar.

“tekong itu kasih uang ke istri itu tiap trip30. Satu kali trip itu bisa puluhan juta. Jadi ada tekong yang minta tolong deng kakak untuk carikan dorang istri to. Jadi kakak kasih kenal deng perempuan bugis, cantik. Tekong mau, mereka sms-sms begitu, lalu ketemu, cocok. Lalu itu sudah mereka tinggal sama-sama. Dorang seng menikah, tinggal sama-sama saja, macam kawin kontrak begitu. Itu yang perempuan su ada suami deng anak juga di Tual, tapi dong bilang ada butuh uang to, jadi mau saja bikin begitu deng tekong. Sekarang dorang kos di kakak pung mama mantu. Dong pung suami seng tau”

Ada 2 hal yang dapat dicermati dari beberapa gambaran di atas. Pertama adalah relasi patron-klien yang ternyata tidak hanya mencakup relasi perniagaan dalam arti yang sebenarnya. Namun juga berlaku dalam hal memenuhi kebutuhan biologis manusia akan seks yang didapatkan dengan memberikan imbalan uang. Tekong, ABK asing, atau bisa jadi ABK lokal memiliki kuasa untuk itu. Kedua, ‘perjodohan’ yang dilakukan AA tanpa disadari merupakan transaksi seks yang disepakati oleh kedua pihak. Hubungan seks dan tinggal bersama tanpa pernikahan tersebut, secara kasar lazim disebut dengan ‘kumpul kebo’. Menariknya, praktek semacam itu tanpa

29

Tekong adalah sebutan untuk nahkoda kapal. Istilah tersebut kemungkinan berasal

dari Bahasa Melayu karena dijumpai dalam KBBI, tekong berarti nahkoda, juragan (kkbi.web.id/tekong)

30Trip kemungkinan besar berasal dari bahasa inggris yang berarti perjalanan. Dalam

konteks percakapan di atas pun, trip juga diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan kapal saat mencari ikan. Lamanya sekitar 2 atau 3 bulan untuk satu kali

disadari disetujui oleh AA sebagai ‘mak comblang’, yang berstatus masyarakat biasa, tanpa ada rasa keberatan.

Pelacuran dan promiskuitas memiliki keterkaitan yang begitu erat, dapat diibaratkan seperti sesuatu yang serupa tetapi tidaklah sama. Dari sudut pandang peneliti, pelacuran adalah perilaku seks bebas yang dapat dilakukan dengan siapa saja dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan. Sedangkan promiskuitas adalah perilaku seks bebas yang dapat dilakukan dengan siapa saja, dan tidak bertujuan untuk mendapatkan imbalan, namun lebih kepada mendapatkan kepuasan pribadi atau cinta.

Menurut Encyclopaedia Britannica (dalam Truong 1992: 15), pelacuran dikarakteristikkan oleh 3 unsur utama yaitu pembayaran, promiskuitas, dan ketidakacuhan emosional. Peneliti sepakat dengan 3 karakteristik di atas dan hal tersebut juga yang peneliti temukan di Benjina. Namun ada satu hal yang terlihat kabur dengan pengertian tersebut jika dikaitkan dengan konteks pelacuran di Benjina. Ada trend promiskuitas yang juga sebenarnya ‘berbayar’, yaitu trend kawin kontrak yang sebagian besar dilakukan oleh WPS dengan ABK asing31.

Biasanya hubungan tersebut dilakukan berdasarkan

kesepakatan terlebih dahulu dan melalui persetujuan dari germo pemilik rumah karaoke tempat WPS bekerja. Mengapa harus melalui persetujuan germo? Karena WPS yang masih berada di dalam lingkungan rumah karaoke masih dianggap sebagai tanggungjawab germo sepenuhnya. Germo juga harus tahu dengan siapa WPS menjalin hubungan spesial atau menjalin kasih. Hal ini penting bagi germo, karena menjalin hubungan kasih walaupuntidak dilarang tetapi

31

Status WPS dalam hal ini bersifat subyektif karena sebagian besar dari WPS yang telah melakukan kawin kontrak dan tinggal di luar rumah karaoke, merasa tidak lagi berstatus sebagai WPS.Di luar trend perilaku kawin kontrak tersebut ada juga yang melakukan promiskuitas yang berdasarkan perasaan suka sama suka, dan hal itu bukan hanya dilakukan oleh WPS atau ABK asing, tetapi juga masyarakat lokal.

dianggap sebagai pengganggu konsentrasi utama bagi WPS saat bekerja.

Tidak jarang WPS akan terlilit hutang kepada germo karena malam-malam yang dilalui bersama kekasih saat bermalam di rumah karaoke kerap kali ditanggung oleh si perempuan. Intinya adalah si laki-laki menginap dan melakukan hubungan seks secara cuma-cuma. Tetapi banyak juga ditemukan laki-laki yang menjalin hubungan kasih dengan WPS pun dapat menjadi laki-laki yang murah hati untuk memberi banyak materi. Hal ini tidak hanya berlaku untuk laki-laki asing dengan status tekong saja, tetapi juga laki-laki dengan status ABK, atau laki-laki yang berstatus sebagai masyarakat Benjina.

Tekongseperti menjadi idola kaum perempuan di Benjina baik perempuan dari kalangan masyarakat biasa ataupun perempuan yang berprofesi sebagai wanita pekerja seks (WPS). Imej tekong yang berdompet tebal dan secara hierarki menempati posisi tertinggi dalam sebuah kapal, menjadi nilai prestisius. Setidaknya ada 2 hal yang bisa didapat jika seorang perempuan menikah atau melakukan kawin kontrak dengan seorang tekong. Pertama, secara finansial si perempuan akan mendapatkan uang berlebih tanpa perlu kerja keras, karena setiap bulan akan ada jatah uang yang jumlahnya tidak sedikit. Kedua, si perempuan akan memiliki posisi yang prestisius di mata masyarakat karena seorang tekong tidak akan memilih perempuan biasa-biasa saja untuk menjadi pasangannya. Tekong akan memilih perempuan yang menarik secara fisik.

Terlepas dari cara tekong memilih pasangan, fenomena seperti di atas ternyata tidak hanya berlaku untuk perempuan dari Suku Jawa saja. Perempuan dari Suku Aru atau suku lainnya di Benjina pun banyak yang melakukan praktik seperti itu. Sebagian kecil dari hubungan tersebut memang telah disyahkan secara agama dan negara, namun hubungan yang hanya berlandaskan kepentingan ekonomi atau berdasarkan hubungan suka sama suka tanpa ikatan pernikahan pun jamak terjadi. Sebagian besar hal tersebut dilakukan

dengan tekong asing, terutama dari Thailand, walaupun ada juga yang dilakukan dengan ABK asing32. Maka dari itu janganlah heran jika banyak ditemukan anak-anak hasil dari kawin campur antara perempuan Indonesia (baik Jawa atau Aru), dengan laki-laki Thailand (atau ABK asing dari negara lain) yang berlalu lalang di Benjina.

Promiskuitas, kumpul kebo, atau hubungan seks yang dilakukan tanpa pernikahan nampaknya sudah menjadi hal yang dianggap biasa kini. Ada pergeseran nilai atau norma di Benjina. Dahulu ketika DGS belum masuk ke Benjina, praktik semacam itu menjadi hal yang jarang ditemui. Adat Suku Bangsa Aru melarang keras adanya bentuk perzinahan karena dianggap sebagai perbuatan amoral. Sanksinya pun tidak main-main, yaitu berupa sanksi denda dan sanksi sosial. Bergesernya nilai tersebut dimungkinkan juga karena pengaruh besar bisnis prostitusi yang secara tidak langsung telah memberi contoh jika komitmen untuk hidup bersama antara laki-laki dan perempuan juga bisa dilandasi oleh kepentingan bisnis atau uang, dan bukan melulu karena perasaan cinta kasih.

Ketika ada WPS yang akan melakukan kawin kontrak dan keluar dari rumah karaoke, maka persetujuan dari germo merupakan suatu keharusan. Dari sudut pandang laki-laki yang mengeluarkan WPS dari rumah karaoke, peristiwa semacam ini biasa disebut dengan ‘kasih keluar’. Konteks ‘kasih keluar’ tidak hanya berlaku untuk WPS yang akan keluar dari rumah karaoke untuk melakukan kawin kontrak, tetapi juga WPS yang keluar dari rumah karaoke karena akan tinggal bersama dengan pasangan mereka (baik kekasih maupun suami).

32

Perlu dibedakan antara tekong asing dengan ABK asing. Tekongasing adalah

pimpinan dari ABK asing. Tekong asing selalu berkebangsaan Thailand, sdangkan ABK bisa berasal dari Thailand, Myanmar, dan Kamboja. Meskipun sama-sama orang asing, namun Tekong adalah sosok yang dipandang memiliki kuasa serta uang melebihi para ABK.

Pihak laki-laki yang akan ‘kasih keluar’ WPS dari rumah karaoke harus menebus sejumlah uang kepada germo tempat WPS tersebut bekerja, termasuk hutang-hutang ke pihaknya33. Hal ini dilakukan agar germo tidak mengalami kerugian secara finansial akibat kepergian salah satu pekerjanya. Keluarnya WPS dari rumah karaoke juga harus diketahui oleh pihak RT dan polsek setempat. WPS tersebut akan didata dan dicatat juga dengan siapa mereka akan melakukan kawin kontrak. Jika diketahui bahwasanya laki-laki yang telah ‘kasih keluar’ WPS dan selanjutnya berniat untuk mengajak ‘kawin’ adalah laki-laki asing, maka pihak kepolisian akan berupaya memberi pengertian tentang resiko yang akan didapatkan jika mereka memutuskan untuk menjalin hubungan dengan warga negara asing. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh BO;

“polisi akan mendata dan memberi tahu apa sih resikonya kalau mereka kawin dengan orang asing. Kalau tidak punya anak sih nggap apa-apa ya, tapi kalau sampai ada anak itu yang bikin repot. Nanti status anaknya bagaimana, apa lagi nanti kalau bapaknya pulang ke negaranya bagaimana, dan sekarang ternyata itu terjadi betulan kan. Orang Thailand, Birma banyak yang punya anak di sini, besok mereka pulang semua, lalu itu anak-anaknya bagaimana”

Bukan lagi menjadi rahasia umum, jika sebagian besar tekong atau ABK asing yang ada di Benjina sudah menikah dan memiliki anak di negara asal mereka masing-masing. Bahkan ada yang menyebut jika sedikit dari mereka juga telah memiliki cucu. Hal tersebut diprediksi

33

Tidak semua hubungan kawin kontrak antara WPS berakhir dengan keluarnya WPS dari rumah karaoke. Ada sebagian kecil WPS yang tetap tinggal di rumah karaoke meskipun dia telah melakukan kawin kontrak dengan orang asing. Hal tersebut terjadi karena rumah karaoke tersebut juga merangkap fungsi sebagai rumah sewa (kos)

dari usia mereka yang telah lanjut. Jauh dari keluarga dan bekerja

dengan beban yang berat tampaknya membuat mereka

membutuhkan hiburan untuk mengusir penat dan sepi. AM, seorang WPS pernah bercerita jika kebanyakan pelaut yang jauh dari keluarga sering kali berbuat demikian.

“nggak cuma orang Thailand mbak yang kayak gitu. Lha nggak usah jauh-jauh, orang sini lho.. kalau habis melaut misal sebulan, dapet uang ya terus main ke sini. Kan habis kerja berat to mbak. Ada yang bilang kan kalok kerja kayak gitu nggak ada istirahatnya. Tiap hari liatnya laut sama ikan hahahaha.. makanya udah nyampek daratan, punya uang ya udah cari hiburan. Sini kan hiburannya ya cuma kayak gini ini kan mbak. Cuma biasanya kalok orang sini yang main sama pramuria ya yang duda atau masih jomblo mbak. Kalok yang dah punya anak istri itu paling sembunyi-sembunyi”

Peneliti menanggapi pernyataan AM dengan mengajukan pertanyaan, “lalu kalau orang sini yang sembunyi-sembunyi itu bisa ketauan istrinya nggak mbak?”. AM menjawab;

“bisa mbak. Makanya dulu ada yang nglabrak pramuria kan mbak, suaminya main sama pramuria tapi istrinya tau. Istrinya marah-marah terus datang ke lokasi. Kalau saya sih prinsipnya, nggak mau main kalau sama orang sini yang udah punya istri, kalau duda atau jomblo ya nggak apa-apa. Kasihan lah. Gimana pun kan kita ini kan pendatang mbak, ya jangan cari masalah kalok bisa”

Pernyataan AM tersebut sekali lagi telah menarik perhatian peneliti, karena secara tidak langsung dia telah memberikan batasan kepada dirinya sendiri tentang mana yang dapat mendatangkan masalah baginya, dan mana yang tidak. Peneliti kemudian tergelitik untuk bertanya, “kalau ada orang sini yang sudah punya istri tapi

tetep datang kesini menurut mbak itu salah siapa?”. AM kembali menjawab;

“ya sebenarnya salah suaminya mbak, lha wong udah punya istri kok ngapain kesini. Kalok pramuria kan cuma di sini-sini aja, nggak nyamperin laki-laki ke rumahnya terus nyuruh kesini kan..’

Pernyataan tersebut berbeda dengan IS yang juga seorang WPS. Dengan pertanyaan yang sama, IS menjawab;

“itu salah istrinya lah mbak. Lha wong laki-laki itu maunya istrinya cantik dan pinter ngasih serpis (memberi servis) yang baik. Kalok nggak gitu ya pasti lari suaminya. Aku lho mbak pernah didatengin istrinya orang. Dia maki-maki terus aku maki balik. Aku bilang kalok itu salahmu, bukan salah beta. Makanya jadi istri yang pinter ngurus suami, yang cantik, yang pandai nyerpis (menservis). Lha nyalahin pramuria kan yo salah to mbak? Pramuria kan di sini-sini aja, mau datang monggo nggak datang yo monggo”

Dokumen terkait