• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEARCH AND RESCUE (SAR) DUTY

Dalam dokumen BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI (Halaman 70-74)

Salah satu tugas yang diemban TNI adalah memberikan bantuan dalam bentuk pencarian dan pertolongan kepada korban kecelakaan yang terjadi pada transportasi umum baik berupa transportasi darat, laut, maupun udara. Kegiatan ini dikenal dengan nama Search and Rescue (SAR) merupakan bentuk kerja kelom- pok antara TNI bersama komponen lain dalam masyarakat yang dikoordinir oleh Badan SAR Nasional (Basarnas).

Tugas Basarnas sesuai Perpres No. 99/2007, adalah melaksanakan pembinaan, pengkoor- dinasian dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap manusia dan material

yang hilang atau dikhawairkan hilang atau

menghadapi bahaya dalam pelayaran dan pen- erbangan serta memberikan bantuan dalam

One of the tasks performed by TNI is providing support in the form of search and rescue to ac-

cidents vicims that occur on public transport in land, sea, and air transportaion. This acivity is

known as Search and Rescue (SAR) is a form of teamwork between TNI with other components

in community which is organized by Naional SAR Agency (Basarnas).

Basarnas’s duty according to Presidenial Decree No. 99/2007, is to implement the guid-

ance, coordinaion and control SAR potenial in SAR acivity against human and material that

are missing or feared missing or in danger in

shipping and light as well as provide support in

disasters and other accident in accordance with

SAR naional and internaional regulaions.

SAR within TNI has standard procedure of SAR

TUGAS SEARCH AND RESCUE (SAR)

bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. SAR dilingkungan TNI memiliki prosedur baku tentang operasi SAR sesuai standard nasional maupun internasional, mengacu pada aturan

yang berlaku pada Internaional Mariime Organizaion (IMO) untuk SAR kapal laut dan Internaional Civil Aviaion Organizaion (ICAO)

untuk SAR pesawat udara.

SAR TNI merupakan bagian tak terpisahkan dalam menangani berbagai musibah trans-

portasi yang terjadi di tanah air. Musibah

kecelakaan transportasi darat yang pernah

ditangani im SAR TNI antara lain tabarakan

kereta api di Bintaro, Jakarta pada 19 Oktober 1987 yang menewaskan 156 orang. Ke-

celakaan kereta api di Citayam, Bogor pada 22 November 1993 yang menewaskan 22 orang,

Tabrakan kereta api Argo Anggrek dengan kereta Senja Utama di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah pada 2 Oktober 2010

yang menyebabkan 35 orang meninggal dunia, Tabrakan kereta api Muiara Selatan dengan

kereta api Kutojaya di Stasiun Langensari Banjar Jawa Barat pada 28 Januari 2011 yang menyebabakan 4 orang tewas.

Musibah kecelakaan tranportasi laut yang pernah ditangani im SAR TNI anrata lain ter- bakar dan teggelamnya kapal Tampomas II di

sekitar Kepulauan Masalembo Laut Jawa pada

27 Januari 1981 yang menyebabkan 666 orang

meningal dunia, Kapal Levina I pada 22 Feb-

ruari 2007 yang menewaskan 51 orang, KMP Laut Teduh di iga mil dari Pelabuhan Merak pada 28 Januari 2011yang menyebabkan 13 orang tewas serta kebocoran Kapal TB Cathay II

berbendera Singapura di Selat Durian lima mil dari Pulau Batam pada 4 Juli 2011

Sedangkan musibah kecelakaan transportasi

udara yang pernah ditangani im SAR TNI antara lain : Jatuhnya pesawat Casa 212 BN-2A

di Bandara Juwita Tarakan pada 7 Nopember 2002 yang menyebabkan 7 orang meninggal

operaion according to naional and interna-

ional standards, referring to the rules that apply to the Internaional Mariime Organiza-

ion (IMO) for vessels SAR and the Internaional Civil Aviaion Organizaion (ICAO) for the aircrat SAR.

TNI SAR is an integral part in handling trans-

portaion accident that occurred in the home-

land. Land transport accidents disaster ever handled TNI SAR team includes accident trains in Bintaro, Jakarta on October 19, 1987 which killed 156 people. Train accident in Citayam, Bogor on November 22, 1993 which killed 22 people, Argo Anggrek train collision with a Senja Utama train in Petarukan Staion, Pema-

lang, Central Java on October 2, 2010 which caused 35 people dead, Muiara Selatan train collision with a train Kutojaya in Langensari staion Banjar West Java on January 28, 2011, causing 4 people died.

Sea transport accidents have ever dealt with TNI SAR team, among others, burning and sink-

ing of Tampomas II ship around Masalembo Is-

lands Java Sea on January 27, 1981 that caused 666 people died, Levina I Ship on February 22, 2007 that killed 51 people, KMP Laut Teduh in three miles from the Port of Merak on January 28, 2011 that caused 13 people were killed and leakage of TB Cathay II - Singaporean lagged ship in the Strait of Durian ive miles from

dunia, Pesawat CN 212-200 milik Polri di Ban-

dara Mararena, Papua pada 22 Pebruari 2005

yang menewaskan 15 orang, Pesawat Adam Air

KI-574 jurusan Surabaya-Menado di Majene, Selat Makasar pada 1 Januari 2007 yang

menewaskan 96 penumpang dan 6 awaknya, Pesawat Garuda GA 200 di Yogyakarta pada 7 maret 2007 yang menyebabkan 21 orang tewas.

Jatuhnya pesawat Twin Oter Merpai ber-

nomor registrasi PK-NUP, 29 Maret 1977

membawa 18 orang penumpang dewasa dan 2

anak-anak yang bertolak dari landasan muiara

Palu pukul 11.56 menuju Toli-Toli. 10 jenazah berhasil diketemukan. Untuk menunjang op- erasi pencarian dikerahkan 40 orang pasukan Para Rescue dari Komando Pasukan Gerak

Cepat Angkatan Udara (Kopasgat) dan Perlind- ungan Udara (Linud), 18 penerbang, 17 ahli tehnik pesawat, 14 dokter dan para pesawat, pasukan-pasukan sukarela dari AD, Polri, Han-

sip serta ribuan rakyat, diantaranya 300 orang

dari Kecamatan Tomini dan Tundulako. Dalam usaha pencarian dilibatkan 9 pesawat yaitu 1

Twin Oter dari Merpai, 1 pesawat Fokker 27 TNI AU, 1 pesawat C-130B Hercules TNI AU, 1 pesawat SC-7 Skyuan PK-PSG dari Pelita, 1 pe-

sawat Haeli Allouete III dariIAT, 2 Heli BO-105

PK-PEG danPK-PEE dari Pelita, 1 Heli HU-500

dari Pelita dan 1Puma SA 330 dari Pelita.

Kerja sama antara TNI dan Basarnas dalam operasi SAR selama ini banyak membantu

masyarakat yang terimpa musibah sehingga hal ini menunjukkan secara idak langsung

memperlihatkan profesioanalitas yang dimiliki personel TNI dalam melakukan operasi SAR.

Batam island on July 4, 2011

Whereas air transport accidents that ever handled by TNI SAR team, among others: The fall of Casa 212 aircrat BN-2A in Juwita Tara-

kan Airport on 7 November 2002 which caused 7 people died, CN 212-200 aircrat owned by Naional Police at Mararena airport, Papua on 22 February 2005 that killed 15 people, Adam Air aircrat KI-574 Surabaya-Menado in Ma-

jene, Makassar Strait on January 1, 2007 that killed 96 passengers and 6 crew, Garuda light GA 200 at Yogyakarta on 7 March 2007 which caused 21 people were killed.

The fall of Merpai Twin Oter aircrat regis-

tered number PK-NUP, March 29, 1977 carrying 18 adult passengers and 2 children who are departed from Muiara runway Palu at 11:56 to Toli-Toli 10 bodies found. To support search operaion troops were deployed 40 people The Rescue of Rapid Response Forces Command Air Force (Kopasgat) and Air Protecion (Airborne), 18 pilots, 17 aircrat technical specialists, 14 doctors and the aircrat, volunteer troops from the Army, Police, Hansip well as thousands of people, including 300 people from Tomini District and Tundulako District. In the search eforts involved 9 aircrat that are a Twin Oter from Merpai, a Fokker 27 Air Force planes, a C-130B Hercules aircrat TNI AU an aircrat Skyuan SC-7 PK-PSG from Pelita, a plane Haeli Allouete from IAT III, 2 Heli BO-105 PK-PEG and PK-PEE from Pelita, a HU-500 helicopter from Pelita and 1 Puma SA 330 from Pelita. Cooperaion between by TNI and Basarnas in SAR operaions have been help communiies which afected by disaster, so this is indirectly shows professionalism owned by TNI personnel in performing SAR operaions.

R U A N G

ROOM

9

Dalam dokumen BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI (Halaman 70-74)

Dokumen terkait