• Tidak ada hasil yang ditemukan

SECURE BORDER AREA

Dalam dokumen BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI (Halaman 78-83)

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.499 pulau,

terletak di antara dua Samudera yaitu

Samudera Hindia dan Samudera Pasiik, serta

terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Benua Australia. Wilayah Indonesia berbatasan wilayah laut dengan sepuluh Negara (India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Philipina, Palau, Australia, PNG dan Timor Leste), sedangkan perbatasan

darat dengan iga negara (Malaysia, PNG,

Timor Leste).

TNI sebagai komponen utama di bidang pertahanan melaksanakan tugasnya mengamankan wilayah NKRI, termasuk di wilayah perbatasan dari rongrongan yang akan mengganggu eksistensi NKRI. Dalam melaksanakan tugas Pengamanan Wilayah

Indonesia as the world’s largest archipelagic

naion consists of 17,499 islands lies between two of Indian Ocean and Paciic Ocean, and lies between two coninents, namely Asia and Australia. Indonesia area is bordering sea area with ten countries (India, Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnamese, Filipinos, Palau, Australia, PNG and Timor Leste), while the land borders with three countries (Malaysia, PNG, Timor Leste).

TNI as a major component in the defense sector performing their duies to secure the NKRI, including in border areas of undermining that would interfere with the existence of NKRI. In carrying out the task of secure border area, TNI set up and commissioned Task Force in the border area both on land,

Formulaion of TNI duty in the border area

MENGAMANKAN WILAYAH PERBATASAN

Perbatasan, TNI menyiapkan dan menugaskan Satuan Tugas (Satgas) di wilayah

perbatasan baik di darat, di laut, maupun di udara.

Formulasi tugas TNI di wilayah perbatasan disusun atas dasar kebijakan terwujudnya pemantapan batas antar negara dan pengelolaan lintas sektoral guna membangun wilayah perbatasan dalam rangka menjaga dan memelihara, serta meningkatkan

kesejahteraan dan keamanan masyarakat di perbatasan.

Wilayah-wilayah yang selama ini menjadi tanggung jawab TNI dalam

melaksanakan Pengamanan Wilayah Perbatasan terdiri dari pulau-pulau kecil terdepan (terluar) baik yang berpenduduk

maupun idak berpenduduk dan wilayah

perbatasan dengan negara tetangga. Pulau- pulau kecil terluar yang berpenduduk adalah Pulau Miangas, Marore, Marampit, Fani, dan Pulau Bras. Pulau-pulau kecil

prepared on the policies base of realizaion of boundaries between countries stabilizaion and to build crosssectored management of border areas in order to preserve and maintain, and improve people welfare and safety at the border.

The areas which have been responsibility of TNI in implemening Secure Border Area consists of outer small islands (outer), both are populated or not populated and border areas with neighboring countries. Outermost small islands that are Miangas island, Marore, Marampit, Fran, and Bras island.

Outermost small uninhabited islands are Rondo island, Berhala, Nipah, Dana Rote, Fanildo, Sekatung, and Batek Island. Indonesia’s outer border sea area needed basis point (base point) to measure and determine the boundaries of sea territorial, Exclusive Economic Zone (ZEE) and coninental shelf. Land area is bordering with Malaysia, PNG and Timor Leste, following the limit state sovereignty on land, while air

terluar idak berpenduduk adalah Pulau Rondo,

Berhala, Nipah, Dana Rote, Fanildo, Sekatung, dan Pulau Batek.

Perbatasan terluar wilayah laut Indonesia

membutuhkan iik dasar (base point) untuk

mengukur batas wilayah serta menentukan wilayah laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE) dan landas koninental. Wilayah darat

berbatasan dengan negara Malaysia, PNG

dan Timor Leste, mengikui batas kedaulatan

negara di darat, sedangkan batas wilayah udara ditetapkan berdasarkan hukum internasional. Dalam mengamankan wilayah perbatasan

mariim maupun darat, pola pengamanan

dilaksanakan dengan menghadirkan unsur-

unsur TNI. Di wilayah mariim (perairan)

dengan menghadirkan unsur unsur TNI AL dalam bentuk operasi laut. Di wilayah darat yang berbatasan dengan negara tetangga maupun pulau pulau kecil terdepan dengan patroli dan menempatkan personel pasukan TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU

yang ditugaskan pengamanan dari iniltrasi

kelompok tertentu yang akan memanfaatkan wilayah perbatasan untuk suatu tujuan tertentu yang dapat membahayakan negara. Keberhasilan Pengamanan Wilayah Perbatasan memberi dampak bagi keutuhan wilayah NKRI

dan bermanfaat bagi penduduk yang inggal di

wilayah perbatasan.

Beberapa tugas pengamanan wilayah perbatasan laut yang dilaksanakan TNI di antaranya pengusiran Kapal Ferry Lusitania

Expresso yang melakukan provokasi poliik di

Dili, Timor Timur oleh Satgas Aru Jaya Armada

Timur (Armaim) dengan menggunakan KRI

Ki Hajar Dewantoro pada 17 Februari 1992. Sedangkan pada 3 Juli 2003, pesawat F-16

Fighing Falcon TNI AU berhasil mengusir

pesawat F-18 Hornet US dari wilayah udara sebelah barat kawasan laut Pulau Bawean, Jawa Timur.

borders are set according to internaional law. In securing the mariime and land border areas, the patern of security is implemented by presening TNI elements. In the mariime area (waters) security is implemented by presening TNI AL (Navy) element in the form of marine operaion. In the area of land that borders with neighboring countries and small islands leading to the patrol and by placing troop personnel TNI AD (Army), TNI AL (Navy), or TNI AU (Air Force) assigned to secure of iniltraion of certain groups that would uilize the border region for a speciic purpose which may endanger the country. The success of Securing Border Area gives efect to the territorial integrity of NKRI and beneicial for populaions living in the border area. Several sea border security tasks performed by TNI include expulsion of Ferry Lusitania Expresso that poliical provocaion in Dili, East Timor by the Task Force’s Eastern Fleet Aru Jaya (Armaim) using the KRI Ki Hajar Dewantoro on February 17, 1992. Meanwhile, on July 3, 2003, the F-16 Fighing Falcon Air Force managed to repel the F-18 Hornet U.S aircrat from airspace west sea area Bawean Island, East Java.

R U A N G

ROOM

11

PENCITRAAN TNI

IMAGING TNI

EKSPEDISI TNI TNI EXPEDITION

TIM AEROBATIK “ELANG BIRU”

AEROBATIC TEAM “ELANG BIRU”

TIM AEROBATIK JUPITER

AEROBATIC TEAM JUPITER

TIM AEROBATIK THUNDER

AEROBATIC TEAM THUNDER

SAIL BUNAKEN

SAIL BUNAKEN

ARUNG SAMUDERA ‘95

Climbing the world’s highest mountain peak of Mount Everest led by Lt. Col. Inf Pramono Edhi Wibowo a team of 30 people comprising members of TNI and nature lovers Wanadri.

Climbing goal is to hoist the red and white lag

in the world’s highest peak, so that the name of Indonesia recorded and parallel to other countries that have conquered the highest mountain in the world.

The expediion team is divided into two groups,

namely the North Team (via Tibet) and South

Team (Nepal), in order to anicipate extreme weather condiions in the Himalayas. If there is

a storm in the North line of the southern path then the team is expected to reach the summit of Mount Everest, and vice versa.

On March 12, 1997, Expediion Team began its

ascent from the south path. When it reached

an alitude of 5300 meters Expediion Team

set up a command post in order to conduct the

evaluaion and further plan.

Finally, climbing to Mount Everest peak carried out by 3 (three) climbers, namely Asmujiono,

Misrin and Iwan Seiawan. On 26 April 1997,

Asmujiono successfully hoist the Red and White Flag in the world’s highest peak of Mount Everest with a height of 8500 meters above sea level. The success of Ascent of Mount Everest

Expediion Team welcomed by the whole

people of Indonesia because it indicates that Indonesia is able to face challenges such as other countries in the world.

Pendakian puncak gunung teringgi di dunia

Mount Everest dipimpin Letnan Kolonel Inf

Pramono Edhi Wibowo dengan im berjumlah

30 orang terdiri dari anggota TNI dan pencinta

alam Wanadri. Tujuan pendakian ingin mengibarkan bendera merah puih di puncak teringgi dunia, agar nama Indonesia tercatat dan sejajar Negara-negara lain yang pernah menaklukkan gunung teringgi di dunia. Tim Ekspedisi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Tim Utara (lewat Tibet) dan Tim Selatan (Nepal), dengan tujuan menganisipasi keadaan cuaca yang ekstrim di Pegunungan Himalaya. Jika terjadi badai di jalur Utara maka im dari jalur selatan diharapkan bisa mencapai puncak Mount Everest, demikian juga sebaliknya.

Pada 12 Maret 1997, Tim Ekspedisi mulai melaksanakan pendakian dari jalur selatan. Keika mencapai keinggian 5.300 meter Tim

Ekspedisi mendirikan posko guna melakukan

evaluasi dan rencana lanjutan.

Akhirnya pendakian ke Puncak Mount Everest dilaksanakan 3 (iga) pendaki, yakni Asmujiono, Misrin dan Iwan Seiawan. Pada 26 April 1997, Asmujiono berhasil mengibarkan Bendera Merah Puih di Puncak teringgi dunia Mount Everest dengan keinggian 8.500 meter dari

permukaan laut. Keberhasilan Tim Ekspedisi Pendakian Mount Everest disambut gembira

oleh seluruh Rakyak Indonesia karena hal

itu menandakan bahwa Indonesia mampu

menghadapi tantangan seperi Negara-negara

lain di dunia.

Dalam dokumen BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI (Halaman 78-83)

Dokumen terkait