• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUKU PANDUAN 8 MUSEUM BHAKTI TNI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN

MUSEUM BHAKTI TNI

THE GUIDE BOOK OF BHAKTI TNI MUSEUM

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia

Pusat Sejarah

Headquarters of the Indonesian National Defense Forces

Center for TNI History

BUKU P

ANDU

AN M

U

S

E

U

M

B

H

A

K

T

I T

N

I

T

H

E

G

U

ID

E

B

O

O

K

O

F

B

H

A

K

T

I T

N

I M

U

S

E

U

(2)

Kembangkan terus sayapmu demi

kejayaan Tanah Air tercinta ini.

Jadilah Perwira sejati dan pembela

Tanah Air.

Marsekal TNI. S. Soeryadarma

Develop and hold your wing for

glory of this beloved country.

Be a true oficer and defense

Motherland.

(3)

Judul/ Title : Buku Panduan Museum Bhaki TNI

The Guide Book Of Bhaki Tni Museum

Penyuning/Editor :

Arisik : Johntefon & Risman Marah ISBN :

Diterbitkan : Pusat Sejarah TNI, Jakarta Isi : xvii + 86 Halaman Ukuran : 155 mm x 210 mm

Kertas : Art Paper 100mg Cetakan : Pertama, Desember 2011

(4)

BUKU PANDUAN

MUSEUM BHAKTI TNI

THE GUIDE BOOK OF BHAKTI TNI MUSEUM

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia

Pusat Sejarah

(5)

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH

KATA SAMBUTAN KEPALA PUSAT SEJARAH TNI

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira terbitnya Buku Panduan Museum Bhaki TNI. Buku ini diharapkan akan menjadi bahan informasi yang relaif lengkap bagi pengunjung mengenai isi dan materi Museum Bhaki TNI.

Museum Bhaki TNI merupakan salah satu museum dalam jajaran Pusat Sejarah TNI (Pusjarah TNI) menyajikan visualisasi berbagai kisah pengabdian TNI kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara lain dimaksudkan untuk memberikan informasi yang benar tentang kiprah TNI dalam ikut serta secara akif membangun tanah air tercinta. Selain itu keberadaan Museum Bhaki TNI ini juga diharapkan sebagai sarana pelestarian dan pewarisan jiwa patrioisme prajurit kepada generasi muda guna menghadapi tantangan ke depan yang lebih kompleks sehingga pada saatnya nani mereka siap dan berhasil menjalankan tugas negara yang diembannya.

Kepada im penyusun buku ini, saya sampaikan ucapan terimakasih dan selamat atas hasil karyanya, mudah-mudahan maksud dan tujuan yang terkandung dalam penyajian buku ini dapat tercapai.

Akhirnya, semoga Buku Panduan Museum Bhaki TNI ini dapat memberikan kemudahan dan bermanfaat bagi kita untuk mengenal lebih dekat isi dan materi Museum Bhaki TNI.

Jakarta, Nopember 2011 Kepala Pusat Sejarah TNI

(6)

HEADQUARTERS OF THE INDONESIAN NATIONAL MILITARY CENTER FOR TNI HISTORY

ADDRESS BY CHIEF OF THE CENTER FOR INDONESIAN NATIONAL MILITARY HISTORY

With thanksgiving praise presence of Almighty God, I warmly welcome the publicaion of Bhaki TNI Museum Handbook. The book is expected to be relaively complete material informaion for visitors on the content and materials Museum of Bhaki TNI.

Bhaki TNI Museum is one museum in the ranks of TNI History Center (Pusjarah TNI) presents the visualizaion of various stories to the military service of the Republic of Indonesia (NKRI), among others, are meant to provide correct informaion about the gait TNI paricipated acively in building the homeland beloved. Besides the existence of Bhaki TNI Museum is also expected as a means of preservaion and inheritance warrior spirit of patrioism to the young generaion to face the challenges ahead are more complex so that in ime they are ready and managed to run the duty of the state was adoping.

To the drating team of this book, I would like to thank and congratulate him on his work, hopefully the intent and objecives contained in the presentaion of this book can be achieved.

Finally, hopefully Bhaki TNI Museum Handbook can provide convenience and beneicial for us to know beter the content and materials Museum of Bhaki TNI.

Jakarta, November 2011 Head of Military History

(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Kata Sambutan Kapusjarah TNI

(Address by the Chief of the Center for Indonesian Naional Military History) ... iv, v

Datar Isi (Contents) ... viii

DenahLokasi Museum Bhaki TNI (The Map of the Bhaki TNI Museum) ... x

Penerangan Umum (Public Informaion) ... xi

Selayang Pandang Museum Bhaki TNI (Overview) .... xiii

I. RUANG 1 : Prolog (Prologue) ... 1

a. Panji-Panji TNI (Banners TNI) b. Visi dan Misi TNI (Vision & Mission TNI) II. RUANG 2 : Operasi Militer (Military Operaion) ... 3

a. Operasi Trikora (Trikora Operaion) ... 4

b. Operasi Dwikora (Dwikora Operaion) ... 9

c. Operasi Seroja (Seroja Operaion) ... 12

III. RUANG 3 : Operasi Penumpasan Pemberontakan Bersenjata (Armed Insurgency) ... 15

a. Penumpasan Gerakan 30 September/PKI (Annihilaion of 30th September/ Indonesian Communist Party Movement) ... 16

b. Mengatasi GPK Aceh (Subjudgaing the Rebellion of Free Aceh Movement) ... 19

c. Mengatasi Kerusuhan Ambon (Overcoming Ambon Riots) ... 23

IV. RUANG 4 : Tugas-Tugas Internasional (Internaional Duies) ... 25

V. RUANG 5 : Membantu Pemerintah di Daerah (Assising the Government in Local Areas) ... 29

a. Operasi Jembatan Udara (Air Bridge Operaion) ... 32

b. Bhaki Sosial Keluarga Berencana Terpadu (Social Acivity Integrated Family Planning) ... 34

c. Bhaki Sosial TNI Membantu Korban Bencana (Social Acivity of TNI Assist Disaster Vicims) ... 35

d. Bidang Pendidikan (Educaion) ... 36

e. Penghijauan (Go Green) ... 36

f. Bhaki Sosial Bunaken (Social Service Bunaken) ... 37

(10)

VI. RUANG 6 : Membantu Kepolisian dalam Tugas Kamibmas

(Help the Police in Keeping Public Order and Security) ... 39

Pengamanan VVIP (Securing of the VVIP) ... 41

VII. RUANG 7 : Penanggulangan Akibat Bencana Alam (Natural Disaster Atermath Responses) ... 43

a. Banjir Bandang di Wasior (Flash Flood in Wasior) ... ... 45

b. Semburan Lumpur Lapindo (Lapindo Mudlow in Sidoarjo) ... 47

c. Gempa Bumi di Sumatera Barat (Earthquake in West Sumatera) ... 48

d. Tanah Longsor di Ciwidey (Landslide in Ciwidey, West Java) ... 50

VIII. RUANG 8 : Tugas Search and Rescue (SAR) (Search and Rescue (SAR) Duty) ... 51

IX. RUANG 9 : Pengamanan Pelayaran dan Penerbangan (Shipping and Flight Security) ... 55

X RUANG 10 : Mengamankan Wilayah Perbatasan (Secure Border Area) ... 59

XI RUANG 11 : Pencitraan TNI (Imaging TNI) ...... 63

a. Ekspedisi Mount Everest (Mount Everest Expediion) ...... 64

b. Tim Aerobaik Elang Biru (Aerobaic Team "Elang Biru") ...... 65

c. Tim Aerobaik Jupiter (Aerobaic Team "Jupiter") ...... 66

d. Tim Aerobaik Thunder (Aerobaic Team "Thunder") ...... 66

e. Sail Bunaken 2009 (Sail Bunaken) ...... 68

f. Arung Samudera 95 (Ocean Whitewater '95) ...... 70

XII. RUANG 12 : Alutsista TNI (Main Equipment and Weapon Systems of the Indonesian Naional Army) ... . 71

XIII. RUANG 13 : Peran TNI Dalam Reformasi Nasional (The Role of the Indonesian Naional Military in the Naional Reformed) ... 75

(11)

DENAH LOKASI MUSEUM BHAKTI TNI

(12)

Lokasi:

Museum Bhaki TNI berada di lokasi Markas Besar TNI , Cilangkap, Jakarta Timur

Telpon:

021 8459 5912

Email:

www.sejarahtni.mil.id

Hari dan Jam Buka:

Museum Bhaki TNI dibuka untuk umum seiap hari Senin sampai Jumat mulai pukul 09.00 sampai dengan 14.00 WIB, kecuali hari

Sabtu dan Minggu

Biaya Masuk:

Pengunjung Museum Bhaki TNI idak dipungut biaya (grais)

Sarana yang lain:

1. Bagi pengunjung rombongan (minimal 50 orang) disediakan tenaga pemandu (guide)

Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. 2. Tersedia fasilitas parkir, toilet

Locaion:

The Bhaki TNI Museum is located in the headquarters of the Indonesian Naional

Military, Cilangkap, East Jakarta

Phone:

021 8459 5912

Email:

www.sejarahtni.mil.id

Hours:

The Bhaki TNI Museum opened to public everyday from 08.30 to 16.00 except on

Monday

Admission:

Free of Charge

Other Faciliies:

1. English and Indonesian speaking guides are available for the group

(minimum 50 people) 2. Parking area

PENERANGAN UMUM

(13)
(14)

Indonesian Naional Army (TNI) as a power of naional defense of The Republic of

Indonesia (NKRI) shall carry out the Indonesia’s defense policy in upholding state sovereignty, defending territorial integrity, protecing the safety of the naion, running military operaions for war (Operasi Militer untuk Perang (OMP)) and military operaions other than war (Operasi Militer Selain Perang (OMSP)), and also paricipaing acively in regional and internaional peacekeeping mission. Since its birth in the revoluion era unil now, TNI has always taken a real role in building and securing NKRI from all kinds of threats, challenges, obstacles, and the exist interferences.

As an instrument of the country in defense system, TNI always and coninuously gives protecion for the existence and sovereignty of NKRI from many bad eforts of outside or inside paries who want to divide even dissolve the integrity of NKRI. At the relaively young age, TNI has been faced with threats and challenges that makes TNI becomes more mature, wise, and inally successes in managing and solving all threats and challenges so on. In the period of 1961-1962, TNI succeeded in managing Trikora Operaion where the enemy forces who want to disrupt territorial integrity of NKRI could be defeated. In the period of 1963-1966, TNI succeeded in managing Dwikora Operaion to blockade foreign forces that would disrupt the Indonesian struggle towards a beter future. Entering 1965-1968, TNI succeeded in thwaring and crushing the eforts of Indonesian Communist Party (PKI) that wanted to change the ideology and form of the state. Then in period of 1975, TNI carried out Seroja Operaion to help the people in Portuguese

Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP), serta ikut secara akif dalam tugas perdamaian regional dan internasional. Sejak kelahirannya, pada masa revolusi hingga kini, TNI selalu mengambil peran secara nyata dalam membangun dan mengamankan NKRI dari segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang ada.

Sebagai alat negara di bidang pertahanan, TNI secara terus-menerus melakukan perlindungan dan bhakinya bagi eksistensi dan keberadaan NKRI dari berbagai upaya pihak tertentu baik dari luar maupun dari dalam negeri yang ingin memecah-belah bahkan membubarkan keutuhan NKRI. Di usianya yang relaif masih muda TNI sudah dihadapkan dengan ancaman dan tantangan yang justru membuat TNI menjadi lebih dewasa dan bijaksana sehingga akhirnya TNI berhasil mengatasi segala ancaman dan tantangan yang ada. Pada periode 1961-1962, TNI berhasil melaksanakan Operasi Trikora sehingga kekuatan musuh yang akan mengganggu keutuhan wilayah NKRI bisa digagalkan. Pada periode 1963-1966, TNI berhasil menggelar Operasi Dwikora guna menghalau kekuatan-kekuatan asing yang akan mengganggu jalannya perjuangan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Memasuki tahun 1965-1968, TNI berhasil menggagalkan dan menumpas

upaya-SELAYANG PANDANG MUSEUM BHAKTI TNI

(15)

Timor who wanted to join with NKRI. Besides conducted the military operaions, TNI also conducted an armed movement crackdown carried out by a group of ciizens who act against the legiimate government of Indonesia. In 1995-1996, TNI carried out operaions to free hostages in Mapanduma. Prior to the tsunami in 2004, TNI conducted marial law in the territory of Aceh Special Region.

Besides military operaions inside of the country, TNI also acively and coninuously carried out internaional assignments. Those are not only as evidence of internaional recogniion for the existence of TNI, but also as the implementaion of mandate in The Opening of The State Consituion 1945, which is “paricipaing in the establishment peace of world”. The implementaion of this internaional assignment began since the sending of the irst Garuda Coningent (Konga I) to Egypt in 1957 unil recently (2011) TNI has sent the thirty third Garuda Coningent (Konga XXXIII).

upaya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang akan merubah ideologi dan bentuk negara. Memasuki periode 1975, TNI melaksanakan Operasi Seroja guna membantu rakyat di Timor Portugis yang ingin bergabung dengan NKRI. Selain melaksanakan tugas operasi militer, TNI juga melaksanakan penumpasan gerakan bersenjata yang dilakukan oleh sekelompok warga negara yang berindak melawan pemerintahan Republik Indonesia (RI) yang sah. Pada tahun 1995-1996, TNI melaksanakan Operasi Pembebasan Sandera di Mapanduma. Sebelum terjadi Tsunami tahun 2004 TNI melaksanakan Darurat Militer di wilayah Daerah Isimewa Aceh.

(16)

As the implementaion of basic duty that has been mandated in the law of Indonesia number 34 year 2004, TNI conducts job of assising local governments in developing and advancing infrastructure in the region of Indonesia as well as in health, educaion and social welfare. Those duies are realized with the special programs that coninuously executed by TNI such as Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) which conducted by Army, Suryabhaskara Jaya which conducted by Navy, and the Pelangi Nusantara which conducted by Air Force.

The duty in assising the Indonesian Police for security and public order is implemented in the form of mass riots tackling, demonstraions security, and terrorism prevenion eforts. VVIP security duty is performed by securing the President and his family as well as Vice President and his family. The natural disaster miigaion jobs are performed by forming a task force which directly deployed in disaster area such as landslides, loods, volcanic erupion, earthquakes, forest ires, and tsunami.

Search and Rescue (SAR) operaion is conducted in order to help the vicims of accidents from land, sea and the air. Shipping and aviaion security duies are carried out to prevent the eforts of certain groups who want to make endanger of safety life, goods, or natural resources. The acions are by doing piracy countermeasures ships and aircrat, the prevenion of illegal logging, illegal ishing, and illegal mining. Meanwhile the task in securing border area and vital objects are implemented by forming a task force who immediately deployed in border areas and naional vital objects.

Besides military operaions of war and military operaions other than war, TNI also carries out adventurous expediion aciviies in order to obtain new data and experience that will

(17)

greatly useful for the future. The examples of those expediions are Mount Everest Expediion, Arung Samudera 95, Sail Bunaken 2009, Elang Biru Aerobaics, and Bukit Barisan Expediion.

During its jobs, TNI has been equipped by the main weaponry system (defense equipment) from the domesic and abroad. Historically TNI’s defense equipment faced various condiions such as very simple condiion where the main weaponry system only relies on the war relics from Japan and the Netherlands. TNI has ever faced a very proud condiion in 1962, where the main weaponry system was the largest and most modern weaponry in Southeast Asia. Unil now the condiions of TNI defense equipments dynamically changing along with the inancial capacity of Indonesia. The era of reformaion was blowing hard into all sectors of naional living in the end of 1998. In line with that, TNI also arranged a reposiion for its jobs and duies in the naional living. The TNI’s reposiioning is possible for TNI as an instrument of the country in defense system accordance with Law Number 34 Year 2004.

jiwa ataupun kerugian material dan kekayaan negara seperi penanggulangan pembajakan kapal laut dan pesawat udara, pencegahan illegal logging, illegal ishing, dan illegal minning. Sedangkan tugas mengamankan wilayah perbatasan dan objek vital

(18)

R U A N G

ROOM

1

PROLOG

PROLOGUE

VISI TNI

VISION TNI

MISI TNI

(19)

VISI TNI

TERWUJUDNYA PERTAHANAN NEGARA YANG TANGGUH VISION TNI

ESTABILISHMENT OF A STRONG NATIONAL DEFENSE

MISI TNI

MENJAGA KEDAULATAN DAN KEUTUHAN WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI) SERTA KESELAMATAN BANGSA

MISION TNI

(20)

R U A N G

R O O M

2

OPERASI MILITER

MILITARY OPERATION

TRIKORA

TRIKORA OPERATION

DWIKORA

DWIKORA OPERATION

SEROJA

(21)

Konferensi Meja Bundar (KMB) yang

berlangsung di Den Haag Belanda dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 September 1949 antara pihak Indonesia dengan Belanda

menyepakai bahwa pelaksanaan penyelesaian

masalah Irian Barat akan dilaksanakan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan, namun

dalam kenyataannya pihak Belanda idak

memenuhi kesepakatan tersebut sehingga pihak Indonesia akhirnya menempuh jalan lain dengan Operasi Militer guna membebaskan

wilayah Irian Barat.

Pada 19 Desember 1961, di Alun-alun Lor Yogyakarta, Presiden RI Soekarno mencanangkan Operasi Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang berisi:

1. Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua buatan Belanda Kolonial

2. Kibarkan Merah Puih di Irian Barat Tanah

Air Indonesia

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air Bangsa.

Sebagai realisasi TRIKORA, Pemerintah Indonesia membentuk Komando Mandala yang bertugas melaksanakan operasi militer guna menghadapi kekuatan militer Belanda di

Irian Barat. Dalam iniltrasi dan penyusupan melalui laut terjadi perisiwa Pertempuran

Round Table Conference or known as Konferensi Meja Bundar (KMB) held in Den Haag, Netherlands as of August 23rd to September 2nd, 1949 between Indonesia and

the Dutch had agreed that the setlement of

West Irian problem would be accomplished

one year ater the transfer of sovereignity, but as a mater of fact the Dutch did not comply with the agreement, that eventually Indonesia

should take up another way by means of

Military Operaion to free the West Irian

territory.

As at December 19th, 1961, at Alun-alun Lor (northern Square) Yogyakarta, Indonesian

President, Sukarno proclaimed Operaion

Trikora (Tri Commands of the People) consisted of:

1. Foil the forming of Colonial Dutch’s Puppet State of Papua.

2. Flag The Red and White in West Irian that belongs to motherland of Indonesia.

3. Be ready for general mobilizaion to defend

the independence and the unity of our

Naional Homeland!

To realize the TRIKORA, Indonesian government established “Komando Mandala” having the duty to launch military acion to ight Dutch military force in West Irian. During iniltraion and sea penetraion, The famous Batle of Aru

TRIKORA

(22)

Laut Aru pada 15 Januari 1962 antara kesatuan TNI AL dengan kesatuan militer Belanda yang mengakibatkan tenggelamnya Motor Torpedo Boat (MTB) RI Macan Tutul dan gugurnya Komodor Yosaphat Sudarso beserta anak buah

kapal secara ksatria.

Tahapan Operasi Trikora:

1. Tahapan Poliik Damai berlangsung sejak tahun 1950-1957. Klaim nasional atas Irian

Barat melalui berbagai perundingan bilateral

antara RI-Belanda, dengan perantara PBB. 2. Tahapan Poliik Konfrontasi dalam bidang ekonomi yang diperluas pada bidang poliik

dan militer, berlangsung sejak tahun

1958-1960.

3. Tahapan Poliik Tekanan dimulai sejak

tanggal 19 Desember 1961 dengan

Komando Presiden RI berupa Trikora. Pada

tahap ini operasi militer terbatas sudah

dimulai.

4. Tahapan Poliik Kekerasan dimulai sejak tanggal 28 Mei 1962. Presiden/Pangi APRI

(Angkatan Perang Republik Indonesia) memutuskan untuk melancarkan operasi militer secara terbuka ke Irian Barat, yang

dikenal dengan Keputusan Jakarta. 5. Tahapan Poliik Pengamanan, dimulai sejak

tanggal 15 Agustus 1962, yaitu tercapainya

persetujuan New York sampai Irian Barat

diserahkan kembali oleh Belanda kepada RI

melalui perantara PBB.

Pengerahan Kekuatan Operasi Trikora Komponen Angkatan:

1. ADLA (Angkatan Darat Mandala) 2. ALLA (Angkatan Laut Mandala) 3. AULA (Angkatan Udara Mandala) 4. Kepolisian Negara RI

5. Komando Pertahanan Udara Gabungan

Pelaksanaan Kampanye Operasi Trikora: A. Fase Iniltrasi

1. Iniltrasi Lewat Laut Pra Mandala

a. Satuan Iniltrasi Pengintai diberangkatkan

11 dan 13 Maret 1962

Sea broke out on 15 January 1962 between RI Marine Corps with Dutch military force causing the sinking of Motor Torpedo Boat (MTB) RI Macan Tutul and the killing of Commodore Yosaphat Sudarso and his crews.

Phases of Operaion Trikora:

1. Amicable Setlement during 1950-1957. Naional claim upon West Irian was

discussed through various bilateral negoitaions between the RI-the Dutch, with

UNO as mediator.

2. Poliics of Confrontaion in economic sector, expanded to poliics and military sectors, held during 1958-1960.

3. Poliics of Pressures as of Desember

19th,1961 with the President’s command

of Operaion Trikora. In this phase limited military operaion was commenced. 4. Poliics of Stringency as of May 28th 1962.

The President /Highest Commander of APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia)

decided to launch an open military acion to

West Irian, known as Decree of Jakarta.

5. Poliics of Security, as of August 15th 1962,

with the signing of New York Agreement declaring that West Irian shall be handed

back by the Dutch to RI with UNO as mediator.

Mobilizaion of Operaion Trikora Force

Components: 1. ADLA (Mandala Army) 2. ALLA (Mandala Marine Corps)

3. AULA (Mandala Air Force)

4. State Police of RI

5. Consolidated Air Defence Command

The Campaign of Operaion Trikora:

A. Iniltraion Phase

1. Pre Mandala Sea Iniltraion

a. Iniltraion Surveillance Unit, dispatched on

11 and 13 March 1962

b. Guerrilla troops 300 (PG-300), dispatched on 18 dan 20 March 1962. The troops

(23)

b. Pasukan Gerilya 300 (PG-300)

diberangkatkan 18 dan 20 Maret 1962. Pasukan terdiri atas Putera Irian Barat. c. Pasukan Gerilya 400 (PG-400) berkekuatan

39 personel diberangkatkan Maret 1962

d. Pasukan Gerilya 500 (PG-500) berkekuatan

87 personel, diberangkatkan Maret 1962

e. Pasukan Gerilya 600 (PG-600) berkekuatan 31 personel diberangkatkan Maret 1962. 2. Operasi-operasi Angkatan Laut Mandala. Operasi Show of Force, Operasi Cakra,

Operasi Lumba-lumba

3. Iniltrasi Lewat Udara. Operasi Banteng

Ketaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil, Operasi Naga, Operasi

Rajawali, Operasi Lumbung, Operasi Jatayu

B. Fase Eksploitasi

1. Operasi Jayawijaya 2. Operasi Khusus

Susunan Komando Teringgi (KOTI Pembebasan

Irian Barat (Pemirbar) dan Komando Mandala:

a. Panglima Besar KOTI : Presiden Soekarno b. Wakil Panglima Besar : Jenderal

A.H. Nasuion d. Kepala Staf Umum : Kolonel Ahmad Tahir e. Kepala Sekretariat : Mayor CKH Parwis Nasuion, SH

Kekuatan Pasukan Dalam Operasi Trikora:

1. Angkatan Darat

Adapun kekuatan Angkatan Darat Mandala melibatkan semua satuan darat yang berada di daerah Mandala itu (Indonesia bagian

c. Guerrilla troops 400 (PG-400) consisted of

39 personnels dispatched on March 1962

d. Guerrilla troops 500 (PG-500) consisted of 87 personnels, dispatched on March 1962 e. Guerrilla troops 600 (PG-600) consisted of

31 personnels dispatched on March 1962.

2. Mandala Navy Seal Operaion. Show of Force operaion, Cakra Operaion, Dolphin Operaion

3. Air Iniltraion. Operaion Banteng Ketaton (Wounded Bulls), Operaion Garuda (Eagle), Operaion Serigala (Fox), Operaion

Kancil (Mouse Deer), Operaion Dragon, Operaion Eagle, Operaion Lumbung (Rice

Barn), Operaion Jatayu

B. Exploitaion Phase

1. Operaion Jayawijaya 2. Special Operaion

Composiion of Highest Command (Komando Teringgi, KOTI) of West Irian Liberaion

(Pembebasan Irian Barat, Pemirbar) and Mandala Commando:

Structure of Mandala Commando: a. Mandala Commander : Mayor General

Soeharto

b. Deputy Commander I : Sea Commodore Sudomo

c. Deputy Commander II : Air Commodore

Leo Waimena

d. Chief of General Staf : Colonel Ahmad Tahir

e. Chief Secretary : Mayor CKH

Parwis Nasuion, SH

Armed Forces in Operaion Trikora:

1. Army Forces

(24)

Timur), yakni Kodam XIII/Merdeka, Kodam XIV/ Hasanuddin, Kodam XV/Paimura, dan Kodam XVI/Udayana. Di samping itu dikerahkan

satuan tempur antara lain terdiri atas satu Divisi Infantri, dua Brigade Para Linud, satu Detasemen Pasukan Khusus, dan Satuan

Bantuan Tempur lainnya. Mulai medio 1962

hingga medio 1963 pengerahan pasukan dari Angkatan darat terdiri dari 73 batalyon infanteri, Satu RTP Brimob, Satu Yon Zikon, Dua Ki Zipur, Satu Ki Tank, Tujuh Rai Arsu, dan Enam

Rai Armed.

2. Angkatan Laut

Kekuatan ALRI yang terlibat dalam Trikora yaitu

Angkatan Tugas Amphibi-17 (ATA-17) melipui

satuan unsur kapal dan satuan pasukan pendarat, terdiri dari: 2 kapal destroyer, 2 fregat, 2 corvet, 4 kapal selam (6 kapal selam cadangan), 2 kapal torpedo, 12 kapal torpedo

cepat, 4 kapal penyapu ranjau, 6 LST, 2 AKA/

APA, 3 salvage, 2 tanker, 3 kapal rumah sakit,

1 skuadron kapal transport (melipui kapal evakuasi, HQ Ship dan kapal untuk cadangan).

Adapun nama-nama kapal perangnya, antara lain: RI Multatuli, RI Sultan Iskandar Muda

(DD), RI Siliwangi (DD), RI Imam Bonjol (FF), RI Suropai (FF), RI Paimura (FF), RI Hasanuddin (FF), RI Harimau (MTB), RI

Beruang (MTB), RI Anoa (MTB), dan RI Macan

Kumbang (MTB). Sedangkan 4 nama kapal selam yang digunakan yaitu: RI Candrarasa, RI Nagarangsang, RI Trisula, dan RI Nagabanda.

Disamping itu, kekuatan ALRI dibantu oleh 1 brigade pengembangan Pasukan Armada Tugas (Paskomartu)

3. Angkatan Udara

Kekuatan Tempur (KT) AURI pada masa

Trikora terdiri atas: KT Senopai terdiri atas: Pesawat IL-28 Ilyusin, pesawat buru sergap Mig-17, pesawat pembom B-25 Mitchel, pesawat pembom B-26 Invader, pesawat

Mandala Area (Eastern of Indonesia) consist of Regional Military Command (Kodam) XIII/Merdeka, Regional Military Command (Kodam) XIV/Hasanuddin, Regional Military

Command (Kodam) XV/Paimura, and

Regional Military Command (Kodam) XVI/ Udayana. Besides that, Indonesian Army of

Mandala also deploy several combat units such as 1 Infantry Division, 2 Airborne Brigades, 1 Special Force Detachment and another combat/administraive services. Staring in the middle of 1962 unil the middle of 1963, the

deployment of Indonesian Army troops consist

of 73 Infantry Batalion, 1 RTP Mobile Brigade, 1 Construcion Engineering Batalion, 2 Combat Engineering Company, 1 Tank Company, 7 Ani Air Raid Arillery Batery, and 6 Field Arillery Batery.

2. General Marine Corps

ALRI strength involved in Trikora Amphibious Task Force-17 (ATA-17) comprised ship

elementary unit and landing forces unit,

consising of: 2 destroyer boats, two frigates, two corvets, 4 submarines (6 submarine

backup), 2 torpedo boats, 12 fast torpedo boats, 4 minesweepers, six LSTs, 2 AKA /

APA, 3 Salvage, 2 tankers, 3 hospital ships,

one squadron of transport ship (including

evacuaion ship, HQ Ship and stand-by ships). Whereas the gunboats are given the names

of: RI Multatuli, RI Sultan Iskandar Muda

(DD), RI Siliwangi (DD), RI Imam Bonjol (FF), RI Suropai (FF), RI Paimura (FF), RI Hasanuddin (FF), RI Harimau (MTB), RI Beruang (MTB), RI

Anoa (MTB), and RI Macan Kumbang (MTB). Whereas the name of 4 submarines were: RI Candrarasa, RI Nagarangsang, RI Trisula, and

RI Nagabanda. In addiion, ALRI troops were

(25)

angkut C-47 Dakota dan C-130 Hercules, pesawat intai Albatros/Catalina. KT Baladewa terdiri atas: 6 buah pesawat angkut C-47/ Dakota. KT Bimasaki terdiri atas: 4 pesawat pembom B-25 Mitchel, 2 pesawat pembom B-26 Invader, 6 pesawat pembom P-51 Mustang, 1 pesawat ampibhi Catalina. KT Sorong terdiri atas: pesawat pembom P-51 Mustang.

Operasi TRIKORA melibatkan seluruh kesatuan militer Indonesia dalam jumlah yang sangat besar dan telah memaksa pihak Belanda untuk melanjutkan perundingan damai dengan

Indonesia. Pada tanggal 20 Maret 1962, di Washington DC diadakan perundingan

lanjutan antara Indonesia dengan Belanda atas

dorongan pihak Amerika Serikat (AS). Dalam perundingan itu berhasil disepakai formulasi

penyelesaian masalah sengketa Irian Barat

antara Indonesia dengan Belanda.

Akhirnya pada 31 Desember 1962, Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Persatuan

Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Naions Temporary Execuive Authority (UNTEA). Pada 1 Mei 1963 pukul 12.30 waktu setempat,

bendera PBB diturunkan dan kekuasaan atas Irian Barat diserahkan sepenuhnya kepada

pemerintah Indonesia.

Catatan:

Jumlah korban dalam Operasi Trikora:

Angkatan Darat 124 orang, Angkatan Laut 30

orang, Angkatan Udara 136 orang, Kepolisian

74 orang, dan Sukarelawan 12 orang.

3. Air Force

Combat Force (KT) AURI during the Trikora consisted of: KT Senopai which consisted of: IL-28 Ilyusin Aircrat, Mig-17 hunter aircrats, bomber B-25 Mitchel, bomber B-26 Invader, transporter C-47 Dakota and C-130 Hercules, surveillance aircrat Albatros/Catalina. KT Baladewa consisted of: 6 transport aircfrats C-47/Dakota. KT Bimasaki consisted of:

4 bombers B-25 Mitchel, 2 bombers B-26

Invader, 6 aircrat bombers P-51 Mustang, 1 ampibhi aircrat Catalina. Sorong Aircrats

consisted of: bombers P-51 Mustang.

Operaion Trikora involved all Indonesian

military forces in a tremendous number and

had forced the Dutch to coninue peaceful negoitaion with Indonesia. On 20 March 1962, in Washington DC, an advanced negoitaion

between Indonesia and The Dutch was held

with the support of United States. The meeing had agreed a resoluion to West Irian dispute

between both countries.

Finally on 31 December 1962, The Dutch assigned The West Irian to United Naions through United Naions Temporary Execuive Authority (UNTEA). On 1 May 1963 at 12.30 local ime, UNO Flag was descended and the authority over West Irian was fully given to The Indonesian Government.

There were many Indonesian Defense Force personnels and volunteers who killed in acion when Indonesia military operaion occurred,

consist of:

(26)

Konfrontasi antara Indonesia dengan

Persekutuan Tanah Melayu berawal dari niat

Perdana Menteri (PM) Tengku Abdul Rahman yang didukung penuh oleh Inggris untuk

membentuk Federasi Malaysia yang wilayahnya melipui Semenanjung Malaka (Persekutuan

Tanah Melayu dan Singapura) dan sebagian

besar Kalimantan Utara (Serawak, Sabah dan Brunai) pada tanggal 16 September 1963.

Niat pembentukan itu ditentang Indonesia

dan Piliphina. Indonesia berpendapat bahwa pembentukan Federasi Malaysia merupakan

usaha kolonial dan Imperialisme baru di

wilayah Asia Tenggara karena bertentangan dengan poliik Indonesia yang ani Kolonialisme

dan Imperialisme serta bertentangan dengan prosedur PBB yang membahayakan

kawasan Asia Tenggara, khususnya perjuangan Revolusi Indonesia. Pada 17 September 1963,

Pemerintah Indonesia memutuskan hubungan

diplomaik dengan Persekutuan Tanah Melayu.

Perundingan antara Indonesia dengan Malaysia menemui jalan buntu, sehingga pihak Indonesia menempuh jalan militer

guna menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia. Pada apel besar Sukarelawan, 3

Mei 1964 di Jakarta, Presiden RI Soekarno

mencanangkan Operasi Dwi Komando Rakyat (DWIKORA) yang berisi : Perhebat ketahanan

DWIKORA

DWIKORA OPERATION

Confrontaion between Indonesia and Malay

Alliance (Persekutuan Tanah Melayu) was started when Malaysia Prime Minister Tengku

Abdul Rahman having the full support from

the Britain, intended to establish Malaysia

Federaion whose territory covers Malacca

Peninsula (Malay Alliance and Singapore) and major part of North Kalimantan (Serawak, Sabah and Brunai) on 16 September 1963.

Such iniiaive was opposed by Indonesia

and Philippine. Indonesia argued that the

formaion of Malaysia Federaion was a

colonial enterprise which represent some sort of new Imperialism in Southeast Asia, since

Indonesia holds the spirit of ani Colonialism

and Imperialism, and since it was contradict the UN procedures, and may endanger the Southeast Asia region, especially the struggle

of the Indonesian Revoluion. On 17 September 1963, the Government of Indonesia broke of diplomaic relaions with the Malay Alliance. Negoiaions between Indonesia and Malaysia came to an impasse, that eventually Indonesian military took military acions to thwart the formaion of Malaysia Federaion.

In the great rally of Volunteers, on 3 May, 1964 in Jakarta, President Sukarno proclaimed

Operaion Dwikora (Two Commands of The

(27)

Revolusi Indonesia dan Bantu perjuangan Revolusioner Rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai.

Selain mengerahkan para sukarelawan,

Pemerintah Indonesia membentuk Komando Tugas dan Satuan Tugas Militer

guna menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia. Komando Tugas dan Satgas dibentuk

Indonesia antara lain : Komando Siaga (KOGA) merupakan komando gabungan antar

angkatan. Komando ini dibentuk berdasarkan

the strength of Indonesian Revoluion and help the People’s Revoluionary struggle in

Malaya, Singapore, Sabah, Sarawak and Brunei.

In addiion to mobilizing volunteers, the Government of Indonesia had also formed Task Force Command and the Military Task Force in order to thwart the formaion of Malaysia Federaion. Task Force Command and Task Forces formed by Indonesia, among

others were: Standby Commando (Komando Kopral KKO Usman anggota kesatuan Batalyon III KKO-AL. nama aslinya

adalah Djamain bin Haji Moh. Ali. Usman adalah nama samaran untuk melaksanakan tugas sebagai Sukarelawan Dwikora. Ia gugur di iang gantungan di Changi Singapura, pada tanggal 17 Oktober 1968 sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan dalam melaksanakan tugas Operasi Dwikora. Kopral KKO Usman dimakamkan di TMP Kalibata dan sebagai penghargaan pangkatnya dinaikkan satu ingkat menjadi Sersan Anumerta KKO.

Marines Corporal unitary member Usman III Batalion Marines-Navy. real name is Djamain bin Haji Mohammad. Ali. Usman is a pseudonym to carry out duies as a Volunteer Dwikora. He died on the gallows in Changi Singapore, on October 17, 1968 as the Heroes of Independence in performing duies Defender Operaion Dwikora. Marines Corporal

Usman was buried in the TMP Kalibata and as a tribute was promoted

to sergeant posthumously one level Marines.

Prako Harun anggota KKO AL. nama aslinya Tohir bin Sahid. Ia bersama Usman masuk Team Brahmana I Sukarelawan Dwikora. Harun nama samaran untuk melaksanakan tugas sebagai sukarelawan Dwikora. Ia gugur di iang gantungan di Changi Singapura pada tanggal 17 Oktober 1968 dalam tugas Operasi Dwikora sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Prako Harun dimakamkan di TMP Kalibata dan sebagai penghargaan pangkatnya dinaikkan menjadi Kopral Anumerta KKO. Harun Prako members of Marines. Tohir bin Sahid real name. He and Usman in. I Volunteer Team Dwikora Brahmins. Aaron pseudonym

to carry out duies as a volunteer Dwikora. He died on the gallows in Changi Singapore on October 17, 1968 in the Operaions task Dwikora

(28)

KPT/Pres/Pangi ABRI/Koi No 32/Koi 1964, tanggal 2 Juni 1964. Komando Mandala Siaga

(KOLAGA) merupakan komando pelaksana

Operasi-operasi DWIKORA, Penguasa Pelaksana DWIKORA Daerah (PEPELRADA), Satgas-satgas

Militer dan Komando Ganyang Malaysia

(KOGAM).

Operasi DWIKORA dilaksanakan melalui tahap propaganda, iniltrasi, sabotase dan

pembentukan kantong-kantong gerilya di

wilayah perbatasan. Dalam tahap sabotase iga orang anggota KKO AL (Marinir) yakni Sersan Dua KKO Djanain alias Usman bin Haji

Muhammad Ali, Kopral Satu KKO Tohir alias Harun bin Said dan Gani bin Arup berhasil

melaksanakan tugas sabotase di Changi Singapura pada 9 Maret 1965 pukul 03.07 dini hari. Dalam perjalanan kembali ke Pangkalan

Aju, dua orang prajurit KKO AL tertangkap pada 10 Maret 1965 dan kemudian pada 17 Oktober

1968 dijatuhi hukuman mai oleh Pemerintah Singapura. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia melalui Keppres No : 050/TK/1968

tanggal 17 Oktober 1968 menganugerahi gelar

Pahlawan Nasional.

Operasi militer secara isik berangsur-angsur dihenikan sejak dilaksanakan perundingan Bangkok pada 29 Mei – 19 Juni 1966.

Konfrontasi dengan pihak Malaysia berakhir, setelah ditandatangani “Jakarta Accord” pada

11 Agustus 1966.

Catatan: Jumlah korban dalam Operasi

Dwikora: Angkatan Darat 90 orang, Angkatan Laut 109 orang, Angkatan Udara 144 orang,

Kepolisian 45 orang, dan Sukarelawan 118 orang.

Siaga, Koga) is a joint command between the

exising forces. This Commando was formed

by KPT / President / Highest Commander of

Naional Armed Forces (ABRI) / Koi 32/Koi No. 1964, dated 2 June 1964. Mandala Quick

Response Commando (KOLAGA) is a commando

to execuing Dwikora operaions, Execuive of

Dwikora Authority Area (PEPELRADA), military task forces and Crush Malaysia (Ganyang Malaysia) Military Commando (KOGAM).

Operaion DWIKORA was launched through propaganda, iniltraion, sabotage and the forming guerilla enclaves in frontline areas.

In sabotage phase three personnels of KKO AL

(Marinir) that is Sergeant Two KKO Djanain

alias Usman bin Haji Muhammad Ali, Copral One KKO Tohir alias Harun bin Said and Gani bin Arup succeeded to perform a sabotage at

Changi Singapore on 9 March 1965 at 03.07

o’clock early in the morning. On their way back to Pangkalan Aju, two soldiers of KKO

AL were captured on 10 March 1965 and on 17 October 1968 were condemned to hang by the Government of Singapore. For their services, The Indonesian Government by virtue of Presidenial Decree No : 050/TK/1968 dated 17 October 1968 had granted them the itle of Naional Heroes.

The military operaions were ceased gradually ater the signing of Bangkok Agreement on 29 May – 19 June 1966. Confrontaion with Malaysia was inally ended, ater the signing

of “Jakarta Accord” on 11 August 1966.

There were many Indonesian Defense Force personnels and volunteers who killed in acion when Indonesia military operaion occurred,

consist of:

Dwikora Operaion: 90 Indonesian Army personnels, 109 Indonesian Navy personnels, 144 Indonesian Air Force personnels, 45

Indonesian Police personnels, and 118

(29)

Menjelang akhir 1975 pemerintah Portugis meninggalkan daerah jajahannya di Timor Portugis, sehingga suasana kacau balau karena terjadi persaingan antar kelompok dan

partai-partai poliik saling berebut kekuasaan. Pada 28 November 1975, Freilin secara

sepihak memproklamasikan berdirinya Negara

Republik Demokraik Timor Timur di bawah

pimpinan Presiden Xavier Da Amaral dan

Perdana Menteri Nicolau Lobato. Tindakan sepihak Freilin tersebut mendapat reaksi keras dari lawan-lawan poliiknya, sehingga

mereka akhirnya sepakat melahirkan “Deklarasi Balibo” pada 30 November 1975 yang berisi kesepakatan untuk bergabung dengan Republik

Indonesia. Tanggal 1 Desember 1975, rakyat

Timor Portugis di pengungsian Atambua (NTT) melaksanakan rapat raksasa dan bertekad

bergabung dengan Indonesia.

Dampak kekacauan di Timor Portugis sangat berpengaruh terhadap keamanan dalam

negeri Indonesia terutama di wilayah NTT. Guna mencegah terjadinya kondisi yang idak

diharapkan Pemerintah Indonesia melakukan pembicaraan dengan pihak Australia dan Amerika Serikat untuk membahas masa

depan dan keamanan di Timor Portugis. Dari hasil pembicaraan tersebut disepakai Operasi Seroja pada 7 Desember 1975.

SEROJA

SEROJA OPERATION

Towards the end of 1975 the Portuguese’s withdrawal was leaving their colony in Portuguese Timor, leaving a chaos due to struggling groups and poliical paries compeing to seize poliical power. On 28 November 1975, Freilin unilaterally proclaimed the founding of the Democraic

Republic of East Timor under the leadership of

President Xavier Da Amaral and Prime Minister Nicolau Lobato. Freilin’s unilateral acion got strong reacion from their poliical opponents, that they were forced and inally agreed “The Balibo Declaraion” on 30 November 1975 staing an agreement to join the Republic of Indonesia. As of 1 December 1975, the people of Portuguese Timor temporarily living

as refugees in the camp of Atambua (Nusa

Tenggara Timor Province) conducted a rally and proclaimed their intenion to integrate

with Indonesia.

Impact of the turmoil in Portuguese Timor was

very much inluenial on Indonesian domesic

security, especially in Eastern Nusa Tenggara region which is included to Indonesian territory.

In order to prevent undesirable circumstances, the Indonesian Government held a series

(30)

Operasi Seroja merupakan operasi militer gabungan skala besar yang dibantu berbagai

unsur pendukung partai poliik di Timor Portugis (UDT, Apodei, KOTA dan Trabalista)

untuk merebut dan menduduki kota-kota atau daerah-daerah di Timor Portugis yang diduduki

Freilin. Operasi Seroja berhasil dilaksanakan dengan baik sehingga Freilin terdesak dan

mengundurkan diri ke pedalaman dari

daerah-daerah yang diduduki.

Semakin kuatnya keinginan rakyat Timor Portugis untuk bergabung dengan Indonesia,

maka pada 15 Juli 1976 dalam sidang MPR/

DPR menyetujui RUU masuknya Timor Portugis

ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanggal 17 Juli 1976 Presiden RI Soeharto menetapkan UU No. 7 tahun 1976

tentang Pengesahan Penyatuan Timor Portugis

ke dalam wilayah NKRI dan pembentukan

Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur sebagai propinsi ke-27 serta mengangkat Dos Reis

Araujo sebagai Gubernur dan Francisco Lopes da Cruz sebagai Wakil Gubernur.

Setelah era perang dingin berakhir, maka

terjadi perubahan pengaruh dan kepeningan di kawasan Asia Tenggara, khususnya masalah demokraisasi dan Hak Azasi Manusia (HAM)

yang berpengaruh pada persoalan Timor Timur di dunia internasional, oleh sebab itu Pemerintah Indonesia menyikapinya

dengan bijaksana. Bergulirnya era reformasi,

mengakibatkan munculnya keinginan Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah keberadaan Propinsi Timor Timur

secara lebih realisis. Akhirnya Pemerintah

Indonesia mengusulkan untuk memberikan status khusus dengan otonomi luas di Timor

Timur sebagai solusi memecahkan konlik di daerah tersebut.

Status khusus dengan otonomi luas kepada

Timor Timur rupanya idak diminai, sehingga

desakan dunia internasional kepada Indonesia

the launching of Operaion Seroja as at 7 December 1975.

Operaion Seroja is a great scale military operaion supported by various poliical paries in Portuguese Timor (UDT/ Timorese Democraic Union, Apodei/ Popular Democraic Associaion of Timor, KOTA and Trabalista) to seize and to occupy ciies and

areas of Portuguese Timor retained by the

Freilin. Operaion Seroja had succeededthat the Freilin was surpressed and retreated to

hinterland of the occupied areas.

Even stonger moivaion of the people of

Portugese Timor to integrate with Indonesia

lead to the approval of a bill as at 15 July 1976 regarding the integraion of Portugese Timor

to Unitary State Republic of Indonesia (NKRI).

On 17 July 1976 President Soeharto sipulated The Law No. 7 year 1976 on The Approval of Portuguse Timor Integraion to the territory

of Unitary State Republic of Indonesia and the

establishment of Level I Region Province of East Timor as 27th province of Indonesia and appointed Dos Reis Araujo as the Governor and Francisco Lopes da Cruz as Deputy Governor. The cessaion of cold war era has brought some changes to poliical interests in Southeast Asia, paricularly in relaion to the issues of democraizaion and Human Rights which afect the quesion of East Timor as an internaional issue. The Government of Indonesia should respond any reacions wisely. The rise of reformaion era had made the Government of Indonesia to be willingly to solve the problem of East Timor Province in more realisic manner. Finally, the Government proposed to give special status with broad autonomy to East Timor Province as soluion to stop the coninuing conlicts in the area.

Special status with wide-range autonomy

(31)

untuk penyelesaian masalah Timor Timur

semakin kuat, terutama dari PBB dan Australia. Menyadari peningnya stabilitas nasional dan

adanya berbagai penilaian serta pandangan

negaif terhadap langkah Indonesia di Timor

Timur, maka pada 27 Januari 1999, Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas mengumumkan opsi kedua untuk menyelesaikan masalah

Timor Timur. Opsi Kedua yang merupakan hasil

dari Sidang Kabinet Paripurna bidang Polkam

yang dipimpin oleh Presiden RI B.J Habibie

menyatakan Pemerintah RI memutuskan

bahwa apabila opsi penyelesaian pertama

ditolak oleh mayoritas masyarakat Timor Timur, maka Pemerintah Indonesia akan mengembalikan penyelesaian rakyat Timor Timur kepada rakyat Indonesia, melalui Sidang Umum MPR agar Timor Timur dapat berpisah dari NKRI secara terhormat, baik-baik dan

damai.

Sedangkan dari pihak Ani integrasi merasa bahwa opsi kedua merupakan langkah yang semesinya dilakukan Indonesia. Sebagai

realisasi diterimanya opsi kedua maka

pada 5 Mei 1999 di Markas PBB New York

ditandatangani persetujuan jajak pendapat penentuan nasib Timor Timur antara Menlu RI Ali Alatas dengan Menlu Portugis Jaimee Gama

dan Sekjen PBB Koi Anan.

Setelah melalui tahap pendahuluan maka jajak pendapat penentuan nasib Timor Timur dilaksanakan pada 30 Agustus 1999, dengan

hasil bahwa sebagian besar rakyat Timor Timur ingin berdiri sendiri dan lepas dari NKRI.

Sehingga sejak saat itu permasalahan di Timor

Timur sudah bukan lagi menjadi bagian wilayah NKRI.

Catatan:

Jumlah korban dalam Operasi Seroja: Angkatan

Darat 2970 orang, Angkatan Laut 153 orang,

Angkatan Udara 31 orang, Kepolisian 162

orang, dan Sukarelawan 1607 orang.

stronger, especially that of United Naions

and Australia. Recognizing the importance

of naional stability and the existence of various assessments and negaive view to any

measures taken by Indonesia with respect

to East Timor Problem, then on 27 January 1999, Minister of Foreign Afairs Ali Alatas announced second opion to solve the problem of East Timor. This second opion, which was the result of Plenary Conference in Poliical and Security Afairs, led by President BJ Habibie declared that the Government of Indonesia had decided that if the irst setlement opion

rejected by the majority of East Timorese,

then the resoluion shall be handed back to

the people of Indonesia, represented by the

General Assembly of MPR (People Consultaive

Assembly) so that East Timor may be separated from NKRI honorably and peacefully.

While ani integraion party felt that the second opion was a step truly demanded

from Indonesia. The acceptance of the second

opion led to the signing of approval to hold

a polling regarding the fate of East Timor

between Minister of Foreign Afairs Ali Alatas with Jaimee Gama Portuguese Foreign Minister and UN Secretary General Koi Anan, on May 5,

1999 at UN Headquarters in New York.

Ater going through some preliminary stages, the polling was held 30 August 1999, evidencing the result that most East Timorese

wanted to stand alone and be separated from the Unitary State Republic of Indonesia. Since then, the problems of East Timor are no longer

part of Indonesia’s naional concern.

(32)

R U A N G

R O O M

3

OPERASI PENUMPASAN PEMBERONTAKAN BERSENJATA

ARMED OPERATIONS INSURGENCY

PENUMPASAN GERAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER/ PKI

ANNIHILATION OF 30 SEPTEMBER / INDONESIAN COMMUNIST PARTY MOVEMENT

MENGATASI GPK ACEH

SUBJUGATING THE REBELLION OF FREE ACEH MOVEMENT

MENGATASI KERUSUHAN AMBON

(33)

Tanggal 30 September 1965, Gerakan 30 September (G 30/S) yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan kudeta terhadap pemerintah RI. Dini hari 1 Oktober 1965, PKI melakukan penculikan

dan pembunuhan enam orang perwira inggi

dan satu perwira pertama Angkatan Darat. Setelah mendengar informasi penculikan dan pembunuhan tersebut, Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (PANGKOSTRAD) Mayor Jenderal Soeharto mengumpulkan stafnya di Markas Kostrad di jalan Merdeka Timur, Jakarta untuk membahas dan mempelajari kejadian tersebut.

Setelah mendengar pengumuman dari pimpinan Gerakan 30 September / PKI Letkol Untung melalui Radio Republik Indonesia (RRI) pukul 07.00 WIB, maka situasinya menjadi jelas bahwa yang melakukan pemberontakan dan penculikan adalah PKI yang bertujuan menggulingkan dan merebut kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah.

Berdasarkan keyakinan tersebut Pangkostrad

mengambil indakan untuk mengatasi keadaan

antara lain mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat dan menetralisir

PENUMPASAN GERAKAN 30 SEPTEMBER/ PKI

A

NNIHILATION OF 30 SEPTEMBER /

INDONESIAN COMMUNIST PARTY MOVEMENT

On 30 September 1965, 30 September

Move-ment (G 30/S) ploted by Indonesian Commu

-nist Party (PKI) launched a coup de’tat against the Indonesian government. In the early morn

-ing of 1 October 1965, PKI kidnapped and as

-sassinated six Indonesian Army generals and 1 irst oicer of Naional Army. Being informed of such kidnapping and assassinaion, The Com

-mander of Army Strategic Reserve Commando (PANGKOSTRAD) Mayor General Soeharto gathered his stafs at Kostrad headquarter on Jalan Merdeka Timur, Jakarta to discuss and to fully observe the situaion.

Having heard the announcement of the leader of 30 September / PKI Movement, Liutenant Colonel Untung on Radio Republik Indonesia (RRI) at 07.00 western Indonesia Time, the situ

-aion was geing clear that the ploter of this acion and kidnapping was the Communists Indonesian Party (PKI) aimed to overthrow and to seize the power from the legal Government of Republic of Indonesia.

Upon the facts, The commander took acions to temporarily occupy the posiion as Army leader to control situaion and to neutralize the exist

(34)

pasukan yang berada di sekitar Istana Merdeka. Tindakan lain yang di ambil oleh Pangkostrad adalah memanggil Komandan Pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk memimpin pasukannya mengambil alih Gedung Telekomunikasi di jalan Merdeka Selatan dan Gedung RRI di jalan Merdeka Barat dari tangan pemberontak. Ditegaskan oleh Pangkostrad dalam melaksanakan tugas harus meminimalkan jatuhnya korban dengan cara menghindari terjadinya kontak senjata.

Pasukan RPKAD dalam waktu yang singkat berhasil merebut kembali Gedung Telekomunikasi dan RRI, sehingga komunikasi dengan daerah-daerah dapat berfungsi kembali. Pangkostrad selaku pimpinan sementara Angkatan Darat menyampaikan pidato pada 1 Oktober 1965 pukul 22.00 WIB di Studio RRI Jakarta yang menyatakan bahwa pada 1 Oktober 1965 di Jakarta telah terjadi perebutan kekuasaan oleh gerakan yang menamakan dirinya Gerakan 30 September dengan cara melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap pejabat teras TNI AD.

Guna mengatasi dan memulihkan keamanan dalam negeri, Pangkostrad melakukan Operasi Penumpasan Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI). Selanjutnya dilakukan operasi pembebasan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur yang diduga digunakan sebagai basis para pemberontak,

Istana Merdeka. Another acion taken was to recall the Commander of Army Para Com

-mando Regiment (RPKAD) Colonel Sarwo Edhie Wibowo to lead his troops to take over Gedung Telekomunikasi (Telecommuncaion Hall) on Jalan Merdeka Selatan and RRI Hall on Jalan Merdeka Barat from the hands of the rebels. The Commander ordered that in performing the duies they should minimize the number of died vicims and avoiding gunires.

RPKAD Troops was able to to seize the Telecom

-municaion Hall and RRI Hall in a very short ime, that the communicaion with the locals outside the capital city may funcion normally again. The commander of Kostrad acing as the interim leader of army / infantry addressed a speech on 1 October 1965 at 22.00 Western Indonesia Time at RRI studio in Jakarta, declar

-ing that as at 1 October 1965 in Jakarta a coup d’etat had been ploted by a group naming themselves as 30 September Movement tho

-rugh kidnappings and assassinaion of some prominent army generals.

In order to overcome and restore security in the country, the Strategic Reserve Command held the annihilaion operaion of 30 Septem

(35)

dengan kekuatan pasukan RPKAD, Yon 328 Kujang/Siliwangi, 1 Kompi Tank dan 1 Kompi

Kavaleri. Dalam waktu relaif singkat Pangkalan

Udara Halim Perdanakusuma dapat direbut kembali.

Operasi penumpasan dilanjutkan ke Lubang Buaya Pondok Gede yang diperkirakan sebagai basis Gerakan 30 September. Atas bantuan Agen Polisi Sukitman ditemukan lokasi tempat penyiksaan para korban penculikan. Kemudian pasukan di bawah pimpinan Mayor C.I. Santoso menemukan sumur tua tempat disembunyikannya jenazah. Namun karena hari menjelang malam dan peralatan belum memadai, Komandan RPKAD Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo memutuskan untuk menunda pengangkatan jenazah.

Pengangkatan jenazah baru dilakukan pada 4 Oktober 1965 oleh pasukan RPKAD dan Kesatuan Intai Pasukan Amphibi (KIPAM) yang dipimpin Kapten KKO Winanto dan disaksikan langsung Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto.

Setelah jenazah Letjen A. Yani, Mayjen Suwondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Harjono, Brigjen Donald Izacus Panjaitan, Brigjen Sutojo Siswomihardjo

dan Letu Pierre Andreas Tendean berhasil diangkat, selanjutnya dioutopsi di RSPAD, sebelum disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

Pada 5 Oktober 1965 ketujuh jenazah putra terbaik bangsa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara kebesaran militer dan mendapat gelar Pahlawan Revolusi selanjutnya menjadi Pahlawan Nasional.

Upaya penumpasan sisa-sisa kekuatan G 30S/ PKI dilanjutkan di Jawa dan luar Jawa. Dengan

kesadaran inggi TNI bersama rakyat berhasil

menggagalkan kudeta PKI sebagai wujud keterpanggilan untuk menyelamatkan bangsa

dan negara Indonesia sesuai jaidirinya sebagai

prajurit Sapta Marga.

a Cavalry Company. In a relaively short ime Halim Perdanakusuma Airbase was successfully recaptured.

The operaion was coninued to Lubang Buaya, Pondok Gede. The area was esimated as the basis of 30 September Movement. Due to the assistance of Police Agent Sukitman the locaion, where the vicims (abductees) were tortured, may be ideniied. The troops under Major C.I. Santoso found the old disused well where the dead bodies were thrown down. However, it was very late in the aternoon (almost night) and as the equipment was insuicient, Special Forces Commander Col. Inf Sarwo Edhie Wibowo decided to postpone the liting of the bodies.

The liting of the dead bodies were eventually made on 4 October, 1965 by Special Forces troops and Amphibious Force Surveillance Unit (KIPAM) led by Captain KKO Winanto and wit

-nessed by Strategic Reserve Army Commander Major General Suharto.

Ater the body of Lieutenant General A. Yani, Maj. Suwondo Parman, Maj. R. Soeprapto, Major General M.T. Harjono, Brigadier General Donald Izacus Panjaitan, Brig Sutojo Siswomihardjo and First Lieutenant Andrew Pierre Tendean were successfully removed, the

bodies were brought to Army hospital labora

-tory at The Army Headquarters for autopsy, before their burial.

On 5 October 1965 the seven corpses of the best sons of the naion were buried at Kalibata Heroes Cemetery with great military ceremony. They received the itle as Revoluionary Heroes which lastly became Naional Heroes.

(36)

Dalam upaya memisahkan diri dari NKRI, Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) Aceh pimpinan Hasan Tiro mendeklarasikan Negara Aceh Merdeka di Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, pada 1976 dan sejak saat

itu mereka mulai melakukan indak kekerasan

yang mengganggu keamanan masyarakat. Dalam upaya mempengaruhi rakyat, mereka

menyebarkan pamlet berisi hasutan agar

rakyat membenci pemerintah dan mendukung Gerakan Aceh Merdeka (GAM) serta

mengibarkan bendera GAM.

Untuk mengatasi GAM, Kodam I / Iskandar Muda membentuk Komando operasi Gajah

Saki dan Satuan Seingkat Kompi (SSK) yang

ditempatkan di Komando Distrik Militer / Kodim 0102 (Pidie), Kodim 0103 (Aceh Utara), Kodim 0104 (Aceh Timur), di samping aparat teritorial yang sudah ada di Kodim-kodim tersebut. Khusus untuk menghadapi tokoh-tokoh GAM, ABRI melaksanakan operasi Sandi Yudha dengan menerjunkan pasukan khusus yang tergabung dalam Tim

Nanggala XVI dengan meniik beratkan

operasi intelijen dengan pendekatan territorial

yakni mengerahkan rakyat berparisipasi

menghancurkan GAM.

Operasi militer ini berhasil menghancurkan GAM pada bulan Maret 1982. Namun GAM berhasil melakukan rekonsolidasi tahun 1982

In order to separate from the Unitary State RI, Free Aceh Rebellion Movement leader, Hasan Tiro, declared “The Free Aceh State” in District Tiro, Pidie, in 1976 and since then they began to commit violence that disrupt public security. To inluence local people, they distributed pamphlets containing incitement to hate the government and to support the newly established Free Aceh Movement (GAM) and to wave the GAM lag.

To subdue GAM, Kodam I/ Iskandar Muda has formed Gakah Saki operaion Command and Companies placed in Military District Com

-mand / Kodim 0102 (Pidie), Kodim 0103 (North Aceh), Kodim 0104 (East Aceh), in addiion to territorial authoriies that already exist in those Kodims. Speciically to deal with GAM leaders, armed forces performed operaions with Sandi Yudha special forces that consist of members of Team Nanggala XVI with the priority to perform intelligence operaion using territorial approach. The latest means: to mobilize people to take part in crushing Free Aceh Movement. The military operaion was successful in destroying GAM in March 1982. But GAM managed to survive and reconsolidate them

-selves during 1982 – 1989, taking advantage from social disparity among Aceh people. Therefore, although GAM seemed to have been disappeared from the poliical stage for

MENGATASI GPK ACEH

(37)

– 1989 dengan memanfaatkan kesenjangan sosial masyarakat Aceh. Oleh karena itu meskipun GAM seolah hilang dari panggung

poliik selama 6 tahun namun pada tahun

1989 – 2004 GAM muncul kembali dengan melakukan serangkaian penyerangan terhadap pos-pos aparat keamanan dan pembunuhan terhadap penduduk setempat.

Dalam upaya mengatasi GAM yang semakin brutal, sejak tahun 1989 – 1999 pemerintah menggelar operasi Jaring Merah. Namun sebelum operasi Jaring Merah berhasil melumpuhkan GAM terjadi Reformasi dan jatuhnya pemerintahan Orde Baru, sehingga

dalam menangani gerakan separais termasuk GAM dan idak lagi menggunakan pendekatan

keamanan.

Pada masa pemerintahan Presiden Bj.

Habibie, Operasi Jaring Merah dihenikan

sejak 7 Agustus 1998 dan hukum yang berlaku di Aceh bukan lagi Daerah Operasi Militer

(DOM) namun menjadi Terib Sipil. Seiring

ditetapkan TAP No. VI/MPR/Tahun 2000,

ABRI bergani nama menjadi TNI dan Polri terpisah dari TNI sehingga indakan militer hanya dapat dilakukan bila keputusan poliik

untuk penggunaan militer telah ditetapkan pemerintah.

Pada masa pemerintahan Presiden

Abdurrahman Wahid melakukan serangkaian dialog dengan GAM, akhirnya pada bulan Mei 2000 menandatangani MOU di Geneva Swis

yang ininya : Sejak 12 Mei 2000 – 15 Januari

2001 pemerintahan Presiden Abdurrahman

Wahid dan GAM menyepakai Status Jeda

Kemanusiaan (gencatan senjata) untuk Aceh dengan memberikan bantuan Keamanan dan Kemanusiaan menuju situasi damai di Aceh.

Selang dua hari setelah Status Jeda Kemanusiaan ditandatangani, ternyata

kesepakatan itu dikhianai dan kekerasan

di Aceh kembali terjadi. Menghadapi pengkhianatan GAM, tanggal 6 – 9 Januari

nearly 6 years but in 1989 to 2004 GAM had re-emerged with a series of atacks to security outposts and killings of local people.

To subjugate more brutal acions of GAM, during 1989 - 1999 the government held an operaion called The Red Net. But before the operaion was totally accomplished, the Reform broke out causing the fall of New Order, and thereater security approach is no longer taken as soluion to eliminate separaist move

-ments, such as GAM.

During the era of President BJ. Habibie, Opera

-ion Red Net was ceased as of 7 August 1998 and Aceh no longer borne the status as Military Operaional Zone (DOM) but rather having the status of Civil Order. In line with the sipula

-ion of TAP VI / MPR / Year 2000, ABRI was renamed to become TNI and Police was sepa

-rated from the military that a military acion can only be done ater a poliical decision has been set by the government.

During the era of President Abdurrahman Wa

-hid, a series of dialogues were conducted with GAM, inally in May 2000 an MOU was signed in Geneva, Switzerland, which in essence de

-clared that : Since May 12, 2000 - January 15, 2001 the government of President Abdurrah

-man Wahid and GAM agreed to Hu-manitarian Interval /Pause Status (ceaseire) to Aceh in order to provide aid to Security and Humanitar

-ian assistance towards peaceful condiion in Aceh.

Two days ater Humanitarian Ceaseire Status was signed, the deal was betrayed and violence outbreaks took place once again in Aceh. Fac

Referensi

Dokumen terkait

taraf signifikan 0,05 diperoleh probabilitas signifikan 0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan gain ternormalisasi atau peningkatan kemampuan pemecahan

 Suara huruf yang bersifat ismat dilaksanakan tersekat-sekat kerana hurufnya dikeluarkan  jauh dari bahagian pinggir lidah atau

Uji hambat adhesi merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibodi poliklonal IgY pili Shigella dysentriae 95 kDa dalam menghambat proses adhesi antara

Perilaku kestabilan arah kendaraan teoritis dan aktual saat pengereman pada jalan menurun dibelokan dengan radius belok 30,15 m menghasilkan bahwa kendaraan mengalami skid belakang

Perilaku mahasiswa dalam penggunaan alat perlindungan diri mendapat presentase tertinggi pada perilaku yang kurang baik (80%) yaitu sekitar 36 responden tidak

Jika tidak ada pembangunan apartemen d i kota terpilih , digantikan dengan sam pel developer rumah.. Ta r get sam pel untuk tiap-tiap kota: 3 sam pel untuk developer rumah dan 2 sam

Pada penelitian ini metode yang diusulkan adalah pencarian model yang sesuai sebagai model, dengan tingkat akurasi yang tebaik. Untuk medapatkan hasil performance , dengan

• Semua beban yg dikeluarkan dlm rangka impor komoditi sampai komoditi tiba di gudang pembeli adalah merupakan unsur harga pokok.. • Dg kata lain, harga pokok meliputi harga faktur