• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3.6 Tujuan Penelitian, Jenis Data dan Metode Analisis

4.2.5 Sejarah Kepemilikan Lahan Usahatan

Pemilihan tanahumumnya tanah-tanah sawah di daerah ini adalah merupakan hak milik. Tanah hak milik ini (tanah rakyat) pada umumnya tidak mempunyai sertifikat hak milik sesuai undang-undang agraris, oleh karena pemilihan hak atas tanah ini sudah turun temurun.

Apabila terjadi transaksi peralihan hak milik dari satu orang ke pihak lain misalnya terima pusaka, jual beli, hilah dan sebagainya cukup dengan membuat surat di atas materai dan diketahui oleh Kepala Kampung serta Camat/Kepala Pemerintahan setempat. Dengan demikian peralihan hak milik atas tanah dipandang sudah sah. Pada umumnya petani di Kabupaten Aceh Utara memiliki sawah berkisar antara 0,25 Ha sampai 1 Ha. Dan tidak ada perorangan ataupun badan-badan lain yang memiliki sawah yang luas-luas

Kepemilikan lahan di Aceh dapat kita telusuri dari asal usul lahan/tanah milik petani. Bagaiman asal usul lahan petani/penduduk diuraikan sebagai berikut

Hak milik atas lahan di daerah penelitian dapat diperoleh penduduk melalui beberapa cara :

1. Membuka tanah baru, pada mulanya dimulai dengan membubuhi tanda berupa pagar, yang berarti bahwa tanah itu akan dibuka. Menurut adat Aceh setiap tanaman harus dilindungi dengan pagar yang terdiri atas tiga buah tiang yang ditanam secara tegak lurus, disebut jeuneurob. Tanah yang dibuka tersebut

80,4 19,5 0 20 40 60 80 100

Tidak ada usaha lain di luar pertanian ada usaha lain di luar pertanian

Pe

rs

hanya dibolehkan bagi orang Islam saja. Pembukaan itu tidak dibatasi, karena tanah mati itu sangat luas, dengan catatan tanah yang dibuka itu harus benar- benar dikerjakan. Adapun yang berhak memberikan izin untuk membuka tanah yang mati itu kepada seseorang adalah keucik, kepala mukim dan panglima sagoe atau uleebalang di wilayah mereka yang bersangkutan. Selain itu, Sultan Aceh juga dapat memberikan hak kepada seseorang untuk membuka tanah yang belum digarap menurut kewajaran. Hak pembukaan atas tanah dapat dianggap hilang kembali apabila bekas-bekas pembukaan itu sudah tidak ada lagi, begitu pula bekas-bekas hutan yang ditebang, dibakar atau dibersihkan sudah tidak dikenali lagi. Terdapat suatu ketentuan di masyarakat bahwa tanah-tanah yang tidak dikerjakan lebih dari enam bulan karena pemiliknya tidak mau mengerjakannya lagi, maka tanah itu dapat diberikan kepada orang lain yang sungguh-sungguh menghendakinya untuk dikerjakan.

2. Peunulang, menurut adat Aceh, setiap anak laki-laki yang baru memasuki jenjang perkawinan, ia tinggal di rumah keluarga istrinya. Setelah beberapa tahun perkawinan berlangsung, kepada suami-istri ini dianjurkan untuk berdiri sendiri atau disebut dengan peumeukleh. Biasanya sebelum hal itu dilakukan, pihak orang tua istri telah mempersiapkan harta pemberian berupa tanah untuk anak perempuannya. Pada saat harta itu diberikan, dihadiri oleh famili, keucik dan tokoh masyarakat. Pemberian harta itu diberikan secara simbolis kepada si suami karena dialah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan tanah itu. Apabila terjadi penceraian maka tanah itu akan kembali kepada pihak istri, kecuali apabila istri meninggal maka tanah itu akan menjadi harta warisan.

3. Warisan, orang tua yang memiliki harta berupa tanah biasanya apabila usianya telah lanjut maka tanah itu diberikan menurut perkara agama kepada ahli warisnya, yang disebut dengan peurae. Warisan itu juga dapat terjadi apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta, maka semua ahli waris mendapat bahagian sesuai dengan hukum waris Islam. Harta benda milik orang yang meninggal itu dibagi (dipeurae) kepada ahli warisnya, di antaranya adalah tanah apabila meninggalkan tanah.

4. Bloe-publoe, jual beli pada zaman dahulu dilakukan dengan upacara tertentu baik berdasarkan syariat Islam maupun adat. Untuk jual beli biasanya harus dipenuhi tiga syarat, yaitu : hadirnya pimpinan gampong dari pihak penjual, adanya saksi paling sedikit dua orang, dan peusambot (penyerahan) oleh yang menjual dan harus disambot (disambut) oleh pembelinya. Untuk itu, terlebih dahulu keucik memberitahukan kepada hadirin tentang transaksi yang akan terjadi. Setelah terjadi ijab-qabul dengan harga yang sudah disepakati, keucik bertanya kepada hadirin, apakah mereka itu jelas mendengar semuanya itu, lalu si pembeli membayar dengan tunai maka selesailah urusan jual-beli tanah itu.

5. Hibah, hak atas tanah dapat juga diperoleh melalui hibah, yang pelaksanaannya hampir sama dengan peunulang, namun dalam bentuk yang lebih luas, tidak hanya terbatas terhadap anak tetapi dapat juga kepada orang lain sesuai dengan yang diinginkan oleh yang menghibah.

39

Tabel 9 Hak milik atas lahan di daerah penelitian Istilah Uraian

Membuka tanah baru

Adapun yang berhak memberikan izin untuk membuka tanah yang mati itu kepada seseorang adalah keucik, kepala mukim dan panglima sagoe atau

uleebalang di wilayah mereka yang bersangkutan

Peunulang Pemberian dari pihak orang tua istri yang telah mempersiapkan harta pemberian berupa tanah untuk anak perempuannya yang diserahkan kepada suaminya sebagai kepala keluarga.

Warisan orang tua yang memiliki harta berupa tanah biasanya apabila usianya telah lanjut maka tanah itu diberikan menurut perkara agama kepada ahli warisnya, yang disebut dengan peurae

Warisan itu juga dapat terjadi apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta, maka semua ahli waris mendapat bahagian sesuai dengan hukum waris Islam

Bloe- publoe

jual beli pada zaman dahulu dilakukan dengan upacara tertentu baik berdasarkan syariat Islam maupun adat

Hibah hak atas tanah dapat juga diperoleh melalui hibah

Sebagai aturan main (kelembagaan lahan di Aceh Utara) maka ada beberapa pengaturan yang tidak tertulis namun sudah menjadi hukum atau kebiasaan dalam hal kepemilikan dan sewa lahan di lokasi penelitian (Aceh). Satu mah sama dengan tiga rante atau sama dengan 1600 m2, jika dikonpersi kedalam hektar maka sama dengan 0,16 ha. Kemudian untuk luas lahan enam rante maka istilahnya adalah kupang atau sama dengan 2400 m2 jika dikompersikan ke hektar sama dengan 0,24 ha. Ukuran mah digunakan juga dalam sistem pengupahan dan sewa meyewa di daerah penelitian Pilihan kelembagaan lahan pada usahatani tanaman pangan bagi para petani dapat berimbas kepada biaya produksi, penggunaan input dan pemeliharaan atau konservasi lahan.

Tabel 10Ukuran luasan lahan dan berat dalam berbagai satuan

Sebutan Aceh Rante m2 Hektar

1 mah 3 rante 1200 m2 0,16 ha

1 Kupang 6 rante 2400 m2 0,24 ha

1 Gunca 200 Kg

Dokumen terkait