A. Teori yang Mendukung
5. Sejarah Perkembangan Kurikulum
Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia telah mengalami sepuluh kali
perubahan kurikulum dari tahun 1945 sampai tahun 2014. Pertama, Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia dengan mengunakan
istilah “Rencana Pelajaran”. Kurikulum hanya memuat 2 hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis- garis besar pengajarannya.
Pembelajaran yang diajarkan lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara, dan bermasyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran
kesenian, dan pendidikan jasmani (Trianto, 2009). Produk yang peneliti
kembangkan hampir sama muatannya dengan kurikulum 1947, bedanya produk
ini lebih menekankan pada kebiasaan atu kejadian sehari-hari. Kesenian dan
pendidikan jasmani hanyan sebaai tambahan pembelajaran. Produk yang
dikembangkan juga mengutamakan pendidikan watak atau sekarang disebut
dengan pendidikan karakter.
Kedua, Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini lahir karena adanya UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar- Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah.
Kurikulum ini masih relative sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum
ini termasuk kurikulum dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated curriculum) (Suparlan, 2011). Berbeda dari kurikulum ini, produk yang peneliti kembangkan menggunakan pembelajaran terpadu atau mata pelajaran yang tidak
terpisah- pisah. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bersama- sama (terpadu)
dalam satu tema yang didalmnya berisi beberapa subtema dan didalam satu
subtema berisi enam muatan pembelajaran yang dipadukan. Agama tidak
termasuk dalam muatan pembelajaran yang dipadukan.
Ketiga, kurikulum 1952 merupakan rencana pelajaran lebih rinci lagi pada setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah “Rencana Pelajaran Terurai 1952”. Rencana Pelajaran 1958 merupakan penyempurnaan dari Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini di setiap mata pelajaran diajarkan oleh satu orang
guru dan silabus untuk mata pelajarannya sangat jelas sekali (Trianto, 2009).
Produk yang peneliti kembangkan juga akan memakai satu guru kelas, bedanya
(PJOK) dan Agama. Silabus sudah dibuat oleh Pemerintah, sehingga guru tinggal
mengembangkan dari yang sudah ada sebagai acuan pembuatan RPP.
Keempat, Rencana Pelajaran 1964 merupakan penyempurnaan dari kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, dalam kurikulum ini terdapat
pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida (Suparlan, 2011). Produk yang
peneliti kembangkan juga mengacu pada kurikulum ini yaitu pada pembagian
kelompok tersebut, bedanya kelompok tersebut dimasukkan dalam kompetensi
untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Kompetensi yang dipakai oleh
peneliti adalah Kompetensi Inti berupa spiritual, sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Kelima, Kurikulum 1968. Kurikulum ini, untuk pertama kali istilah
“Kurikulum” digunakan di Indonesia (Suparlan, 2011). Adanya kurikulum 1968 bertujuan untuk menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus,
pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 bersifat correlate subject curriculum, yang artinya materi tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang
studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada 3 kelompok besar yaitu pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Materi pelajarannya hanya
teoritis tidak mengkaitkan hal-hal faktual di lingkungan. (Trianto, 2009). Produk
yang peneliti kembangkan lebih menekankan pada hal-hal faktual di lingkungan
atau kebiasaan pada kehidupan sehari- hari, beda halnya pada kurikulum ini yang
lebih menekankan pembelajaran secara teori. Kesimpulannya bahwa pada
Keenam, Kurikulum 1975. Kurikulum ini lahir sebagai tuntutan ketetapan MPR Nomor IV/ MPR/ 1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan
“membentuk manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai
bidang”. Kurikulum ini juga dikenal dengan format yang rinci (Suparlan,
2011:90). Kurikulum 1975 terdiri dari 7 unsur pokok yaitu dasar, tujuan, dan
prisip; struktur program kurikulum; GBPP (Garis Besar Pokok Pembelajaran);
sistem penyajian; sistem penilaian; sistem bimbingan dan penyuluhan; serta
pedoman supervisi dan administrasi. Metode, materi, dan tujuan pelajarannya
tertuang secara gamblang dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang kemudian lahir rencana pelajaran setiap satuan bahasan (Trianto,
2009). Produk penelitian yang akan dikembangkan adalah berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPH). Rencana pelajaran pertama kali
dilakukan pada kurikulum 1975. Bedanya dengan produk penelitian yang
dikembangkan, pada kurikulum 1975 rencana pelaksanaan disusun pada setiap
muatan pembelajaran sedangkan pada produk cukup satu RPPH yang yang
digunakan untuk semua muatan pembelajaran terkecuali Agama.
Ketujuh, Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Kurikulum ini berlaku berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomer 0461/ U/ 1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan
Kurikulum. Kurikulum 1984 memiliki 4 aspek yang disempurnakan, yaitu: (1)
pelaksanaan PSPB, (2) penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum, (3)
pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antara ranah
keruntutan belajar yang disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing
siswa (Suparlan, 2011:90). Posisi siswa pada kurikulum ini sebagai subyek belajar
dan mulai menerapkan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yaitu mengamati,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan (Trianto, 2009). Aspek
yang digunakan oleh peneliti hampir sama dengan aspek kurikulum 1984. Peneliti
juga memperhatikan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, hanya saja pada
ranah afektif dikembangkan menjadi 2 yaitu aspek spiritual dan sosial. Cara
belajar siswa pada produk penelti hampir sama dengan kurikulum ini pada aspek
empat, hanya saja produk peneliti menggunakan metode ilmiah yaitu berupa
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan. Secara umum hampir sama kurikulum 1984 dengan produk
penelti, hanya saja ada sedikit pengembangan.
Kedelapan, Kurikulum 1994. Pendidikan dasar pada kurikulum ini dipatok menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kurikulum, kurikulum 1994
berusaha menyatukan kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum
1984 dengan tujuan pendekatan proses. Zahara Idris dan Lisma Jamal berpendapat
bahwa kurikulum ini memberlakukan muatan lokal serta penyempurnaan tiga
kemampuan dasar, membaca, menulis, dan menghitung yang fungsional (Trianto,
2009). Produk peneliti tidak lagi menggunakan pembelajaran muatan lokal, tetapi
muatan nasional. Tiga kemampuan dasar (membaca, menulis, menghitung) sudah
tertuang dalam setiap muatan pembelajaran namun ditekankan pada beberapa
muatan pembelajaran agar dapat memahami konsep lebih mendalam. Pendekatan
integratif atau pendekatan berbasis tema. Pendekatan ini siswa aktif, dan guru
hanya sebagai fasilitator.
Kesembilan, Kurikulum 2004. Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Kurikulum 2004 biasanya dipanggil menjadi kurikulum
“Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), sehingga pada kurikulum sudah berbasis kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap dalam kebiasaan ketika berpikir dan bersikap
(Trianto, 2009). Kurikulum KBK memiliki empat komponen yaitu Kurikulum dan
Hasil Belajar (KHB), Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Trianto, 2009).
Produk yang dikembangkan juga menggunakan berbasis kompetensi, hampir
sama dengan kurikulum ini. Perbedaannya kompetensi yang digunakan adalah
terpadu, yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan beberapa kompetensi dari
beberapa muatan pembelajaran yang dipadukan. Pendekatan yang peneliti
gunakan adalah pendekatan saintifik atau metode ilmiah, pendekatan tematik
integrative atau berbasis tema, sedangkan penialaian yang digunakan adalah
penilaian auntentik atau penilaian aspek yang dikembangkan.
Kesepuluh, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara
publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi sasaran proyek.. Kurikulum ini biasa dikenal dengan nama Kurikulum KTSP, yang mana tujuan pada pendidikan
dasar meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
2009). Standar kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan kurikulum ini yang dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan) (Sanjaya, 2010). Komponen produk yang peneliti
kembangkan hampir sama dengan kurikulum ini hanya saja ada sedikit perubahan,
yaitu produk menggunakan pembelajaran terpadu untuk semua mata
pelajarannya.
Paparan diatas menunjukkan bahwa perubahan kurikulum dari tahun ke
tahun dapat menjadi tolak ukur kekurangan dari kurikulum sebelumnya.
Perkembangan kurikulum diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan yang
dihadapi bangsa yaitu terkait arus globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan budaya, dan perkembagan pendidikan di tingkat
internasional. Adanya penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dimaksudkan
agar terwujudnya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.