ABSTRAK
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS 1 SD PADA
SUBTEMA “KEGIATAN MALAM HARI”
Erlin Novitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini berawal dari penerapan kurikulum 2013. Peneliti melakukan wawancara kepada 12 guru di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika guru memerlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti juga melakukan wawancara kepada 5 siswa di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika siswa memerlukan kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi metode permainan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Tradisional Kelas I SD pada Subtema “Kegiatan Malam Hari”.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau R&D yang mengadopsi model pengembangan menurut Borg & Gall dan model pengembangan menurut Sugiyono yang dimodifikasi menjadi lima tahapan. Lima tahapan tersebut meliputi: (1) Studi pendahuluan yaitu kajian kepustakaan dan analisis data. (2) Pembuatan produk yaitu pembuatan RPPH berbasis permainan tradisional kelas 1 subtema gemar menggambar. (3) Validasi poduk dilakukan oleh 12 validator. Hasil validasi mendapatkan skor rata-rata produk sebesar 90,14 dari skala 100 yang menunjukkan kualitas “Amat Baik”. (4) Instrumentasi uji coba terbatas yaitu menyusun pengembangan instrumen kuesioner tanggapan siswa, instrumen pedoman wawancara terhadap guru, dan instrumen tes sebagai pretest dan
posttest. (5) Uji coba terbatas yaitu mengujicobakan RPPH secara terbatas yang
dilakukan di SDN SB. Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa penerapan RPPH berbasis permainan tradisional berdampak pada naiknya hasil belajar peserta didik dengan persentase sebesar 62%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berupa RPPH berbasis permainan tradisional dapat membuat guru terbantu dalam menyusun RPPH. Siswa juga tertarik dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan tradisional.
Kata kunci : Research and Development, RPPH, Permainan Anak, Subtema
ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLAN (RPPH) BASED ON CHILDREN GAMES FOR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL ON “NIGHT ACTIVITY” SUBTHEME
Erlin Novitasari Sanata Dharma University
2015
This study started with the implementation of 2013 curriculum. The author interviewed 12 teachers in 5 elementary schools and discovered that teachers required Daily lesson Plan (RPPH). The author also interviewed 5 students in 5 elementary schools and discovered that students required lessons which accommodate game method. Therefore, the author was compelled to conduct a development research titled The Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) Based on Children Games for The First Grade of Elementary School on “Night Activity” Subtheme.
This study was a development research or R&D which adopted Borg & Gall’s development model and Sugiyono’s development model which were modified into five stages. The five stages were: (1) Preliminary study which was literature study and data analysis. (2) Product making which was Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games for the first grade on “night activity” subtheme. (3) Product validation by 12 validators and produced a average score of 90,14 out of 100 which showed “Very Good” quality. (4) Instrumentation of limited trial which was making student questionnaire instrument, interview guide instrument for teachers, and pretest and posttest instruments. (5) Limited trial by conducting limited Daily Lesson Plan (RPPH) test in SDN J. The result of limited trial showed that the implementation of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games increase students’ learning outcome by 62%.
Research result showed that RPPH based on children games helped teachers in Daily Lesson Plan (RPPH). Students were also interested and excited to follow lessons which used children games method.
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN
ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA
“KEGIATAN MALAM HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Erlin Novitasari NIM : 111134245
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN
ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA
“KEGIATAN MALAM HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Erlin Novitasari NIM : 111134245
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran
untuk skripsi yang peneliti lakukan.
2. Orang tuaku tercinta, Subardi dan Yantiningsih yang selalu setia
menemanikku dan memberikan dukungan dalam mengerjakan
skripsi ini.
3. Saudara-saudaraku tesayang, Ari Nur Widayat beserta istri,
Bayu, Rizky, Reza dan Bagus yang selalu memberiku semangat
dan doa setiap hari.
4. Sahabat saya Danan dan Eka yang telah bersedia membantuku
v MOTTO
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
-Schopenhauer-Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
-Andrew Jackson.
-Lossing-vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2015
Penelit,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Erlin Novitasari
Nomor Mahasiswa : 111134245
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS I SD PADA SUBTEMA “KEGIATAN MALAM HARI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Januari 2015
Yang Menyatakan,
viii ABSTRAK
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS 1 SD PADA
SUBTEMA “KEGIATAN MALAM HARI”
Erlin Novitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini berawal dari penerapan kurikulum 2013. Peneliti melakukan wawancara kepada 12 guru di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika guru memerlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti juga melakukan wawancara kepada 5 siswa di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika siswa memerlukan kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi metode permainan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Tradisional Kelas I SD pada Subtema “Kegiatan Malam Hari”.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau R&D yang mengadopsi model pengembangan menurut Borg & Gall dan model pengembangan menurut Sugiyono yang dimodifikasi menjadi lima tahapan. Lima tahapan tersebut meliputi: (1) Studi pendahuluan yaitu kajian kepustakaan dan analisis data. (2) Pembuatan produk yaitu pembuatan RPPH berbasis permainan tradisional kelas 1 subtema gemar menggambar. (3) Validasi poduk dilakukan oleh 12 validator. Hasil validasi mendapatkan skor rata-rata produk sebesar 90,14 dari skala 100 yang menunjukkan kualitas “Amat Baik”. (4) Instrumentasi uji coba terbatas yaitu menyusun pengembangan instrumen kuesioner tanggapan siswa, instrumen pedoman wawancara terhadap guru, dan instrumen tes sebagai pretest dan posttest. (5) Uji coba terbatas yaitu mengujicobakan RPPH secara terbatas yang dilakukan di SDN SB. Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa penerapan RPPH berbasis permainan tradisional berdampak pada naiknya hasil belajar peserta didik dengan persentase sebesar 62%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berupa RPPH berbasis permainan tradisional dapat membuat guru terbantu dalam menyusun RPPH. Siswa juga tertarik dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan tradisional.
Kata kunci : Research and Development, RPPH, Permainan Anak, Subtema
ix ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLAN (RPPH) BASED ON CHILDREN GAMES FOR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL ON “NIGHT ACTIVITY” SUBTHEME
Erlin Novitasari Sanata Dharma University
2015
This study started with the implementation of 2013 curriculum. The author interviewed 12 teachers in 5 elementary schools and discovered that teachers required Daily lesson Plan (RPPH). The author also interviewed 5 students in 5 elementary schools and discovered that students required lessons which accommodate game method. Therefore, the author was compelled to conduct a development research titled The Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) Based on Children Games for The First Grade of Elementary School on “Night Activity” Subtheme.
This study was a development research or R&D which adopted Borg & Gall’s development model and Sugiyono’s development model which were modified into five stages. The five stages were: (1) Preliminary study which was literature study and data analysis. (2) Product making which was Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games for the first grade on “night activity” subtheme. (3) Product validation by 12 validators and produced a average score of 90,14 out of 100 which showed “Very Good” quality. (4) Instrumentation of limited trial which was making student questionnaire instrument, interview guide instrument for teachers, and pretest and posttest instruments. (5) Limited trial by conducting limited Daily Lesson Plan (RPPH) test in SDN J. The result of limited trial showed that the implementation of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games increase students’ learning outcome by 62%.
Research result showed that RPPH based on children games helped teachers in Daily Lesson Plan (RPPH). Students were also interested and excited to follow lessons which used children games method.
Keywords : Research and Development, RPPH, Children Games, “Night
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Alloh SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayatnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA
“KEGIATAN MALAM HARI”.
Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Sarjana
Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka ucapan terimakasih pantas peneliti ucapkan kepada :
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
3. Christiyanti Aprinatusti, S.Si., M.Pd. Wakil Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I yang dengan
sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran,
dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing II yang
membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D, selaku dosen yang telah memberikan
xi
7. Kepala Sekolah SDN J yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Wali kelas IB SDN J yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
9. Keluarga SDN J yang telah banyak membantu berproses untuk menjadi
seorang guru.
10. Para ahli yang telah melakukan uji keterbacaan dan uji validitas terhadap
penelitian yang tidak dapat saya sebut satu per satu.
11. Dosen dan para ahli yang telah menjadi validator ahli terhadap RPP-H
yang saya kembangkan.
12. Teman-teman penelitian kolaboratif: Cornel, Boni, Eka, Rini, Vita, Dias, Evan, Cahya, Mentari, Tere, Lely, Vian, Frida, dan Ari.
13. Teman-teman PGSD angkatan 2011.
14. Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebut
satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia
pendidikan. Terima Kasih.
Yogyakarta, 23 Januari 2015
Peneliti,
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK… ... viii
ASTRACT.. ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalalah... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat penelitian... 9
G. Spesifikasi Produk yang diharapakan... 10
xiii
Halaman
BAB II... 144
LANDASAN TEORI ... 144
A. Teori yang Mendukung ... ...144
1. Belajar ... 144
2. Belajar Konstruktivisme ... 155
3. Prestasi Belajar... 18
4. Kurikulum ... 18
5. Sejarah Perkembangan Kurikulum ... 19
6. Kurikulum 2013 ... 25
7. Perangkat Pembelajaran... 36
8. Pembagian Materi ... 43
9. Permainan ... 44
B. Hasil Penlitian yang Relevan ... 49
C. Kerangka Berfikir... 57
D. Pertanyaan penelitian ... 59
BAB III ... 60
METODE PENELITIAN... 60
A. Jenis penelitian ... 60
B. Setting penelitan... 61
1. Objek Penelitian... 61
2. Subjek Penelitian ... 61
3. Lokasi Penelitian... 62
4. Waktu Penelitian... 62
xiv
Halaman
D. Teknik Pengumpulan Data... 70
1. Kuesioner ... 70
2. Wawancara... 71
3. Observasi... 72
4. Dokumentasi ... 73
E. Instrumen Penelitian... 73
1. Lembar Kuesioner... 73
F. Pedoman wawancara... 77
G. Pedoman Observasi ... 80
H. Dokumentasi ... 81
1. Kajian Literatur ... 81
2. Dokumentasi Nilai Siswa... 81
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 83
1. Validitas Instrumen... 83
2. Reliabilitas Instrumen ... 86
J. Ringkasan Instrumen Penelitian... 88
K. Teknik Analisis Data... 88
1. Hasil Kuesioner... 89
2. Hasil Wawancara ... 92
3. Hasil Observasi ... 93
4. Hasil Dokumentasi... 93
L. Jadwal Penelitian... 95
BAB IV ... 96
xv
Halaman
A. HASIL PENELITIAN... 96
1. Rumusan Masalah Penelitian... 96
2. Pertanyaan Penelitian... 96
3. Prosedur Penyusunan RPPH Berbasis Permainan Anak Kelas 1 SD Subtema “kegiatan malam hari” ... 110
4. Penyusunan Instrumen Validasi... 132
5. Validasi soalPretestdanPosttest... 133
6. Uji Coba Produk ... 137
B. PEMBAHASAN ... 146
BAB V... 155
PENUTUP... 155
A. Kesimpulan ... 155
B. Keterbatasan Penelitian... 157
C. Saran ... 157
DAFTAR REEFERENSI... 159
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Masalah guru kelas 1 terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 4
1.2 Analisis kebutuhan siswa kelas 1 SD... 5
3.1 Kisi-kisi penilaian RPPH ... 74
3.2 Kisi-kisi penilaian Silabus ... 75
3.3 Kisi-kisi kuesioner tanggapan siswa ... 77
3.4 Kisi-kisi wawancara kepada guru ... 78
3.5 Kisi-kisi wawancara siswa ... 78
3.6 Kisi-kisi wawancara guru terhadap uji coba terbatas ... 79
3.7 Kisi-kisi topik diskusi dalam FGD ... 79
3.8 Kisi-kisi observasi kemampuan melaksanakan pembelajaran ... 80
3.9 Kisi-kisi soal untukpretestdanposttest ...82
3.10 Penjelasan instrumen yang digunakan dalam penelitian ... 85
3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 87
3.12 Ringkasan Instrumen Penelitian ... 88
3.13 Tabel Kriteria Peringkat Kualitas RPPH ... 91
3.14 Jadwal penelitian ... 95
4.1 Hasil pengumpulan data kuesioner penilaian silabus ... 100
4.2 Kriteria Penilaian Silabus ... 100
4.3 Hasil pengumpulan data kuesioner penilaian RPPH ... 101
4.4 Kriteria Penilaian RPPH ... 101
4.5 Hasil wawancara guru ... 102
4.6 Hasil wawancara siswa ... 104
4.7 Hasil observasi ... 105
4.8 Tabel Kriteria Penilaian Silabus ... 105
4.9 Nilai hasil observasi 5 SD di Yogyakarta ... 106
4.10 Hasil pengumpulan data kuesioner penilaian silabus, RPPH dan ... 108
4.11 Kriteria peringkat kualitas RPPH ... 108
4.12 HasilFocus Group Disscussion ... 110
xvii
Halaman
4.14 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 1 ... 118
4.15 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 1 ... 119
4.16 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 2 ... 120
4.17 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 2 ... 121
4.18 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 3 ... 122
4.19 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 3 ... 123
4.20 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 4 ... 124
4.21 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 4 ... 125
4.22 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 5 ... 126
4.23 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 5 ... 127
4.24 Rekapitulasi validasi kuantitatif pembelajaran 6 ... 128
4.25 Rekapitulasi validasi kualitatif pembelajaran 6 ... 129
4.26 Rekapitulasi nilai RPPH ... 130
4.27 Hasil kuesioner siswa ... 132
4.28 Kualifikasi nilai RPPH ... 132
4.29 Rekapitulasi Hasil uji coba Instrumen tes ... 134
4.30 Kisi-kisipretestdanposttest ...135
4.31 Uji reliabilitas ... 137
4.32 Kriteria koefisien reliabilitas ... 137
4.33 Pelaksanaan uji coba terbatas ... 138
4.34 Daftar nilai presentase kenaikanpretestdan posttesr... 142
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 BaganLiterature Map... 55
3.1 Bagan langkah-langkah penelitian R&D menurut Sugiyono 2014... 63
3.2 Bagan langkah pengembangan produk menurut Borg&Gall 2013 ... 65
3.3 Bagan tahap penelitian pengembangan ... 67
3.4 Rumus korelasi point biserial ... 86
3.5 Rumus Uji Reliabilitas ... 87
3.6 Rumus penskoran validasi RPPH ... 90
3.7 Rumus penskoran validasi silabus ... 90
3.8 Rumus penskoran kuesioner siswa ... 92
3.9 Rumus penghitungan observasi ... 93
3.10 Rumus telaah RPPH ... 94
3.11 Rumus penskoran tes ... 94
3.12 Rumus rata-rata ... 94
3.13 Rumus peningkatan nilaipretestdanposttest...95
4.1 Rumus penilaian RPPH ... 116
4.2 Presentase kenaikan peningkatan nilaipretestdanposttest...142
4.3 Diagram presentase kenaikanpretestdanposttest...143
4.4 Diagram Rerata nilai siswa ... 143
4.5 Kegiatan permainan dhakon ... 150
4.6 Kegiatan permainan dhakon ... 151
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan
pendahuluan. Pendahuluan tersebut terdiri dari: latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah,
manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.
A. Latar Belakang
Pendidikan dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan dan kesuksesan
seseorang dimasa depan, begitu pula dengan keberhasilan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam proses
pembelajaran. Siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kedalaman atau kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1). Pendidikan
merupakan instrumen penting dalam pembangunan bangsa, baik sebagai
pengembang dan peningkatan poduktivitas nasional, maupun sebagai pembentuk
karakter bangsa. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak-anak sesuai
dengan alam dan masyarakat (Ki Hajar Dewantara, 1977 dalam Wibowo, 2013).
Artinya, pendidikan yang baik adalah usaha yang dilakukan untuk membawa
manusia keluar dari kebodohan dan memahami perannya di masa yang akan
datang. Dengan kata lain pendidikan yang baik merupakan pendidikan yang
memahami perannya di masa yang akan datang. Pendidikan harus membekali
Siswa dengan aneka keterampilan yang sangat dibutuhkan sesuai tuntutan zaman.
Untuk mencapai pendidikan yang baik, tak lepas dari peran suatu kurikulum.
Daniel Tanner dan Laurekl Tanner, 1975 (dalam Sanjaya, 2010)
menyatakan bahwa “kurikulum adalah suatu perencanaan yang berisi tentang
petunjuk belajar dan hasil belajar yang diharapkan”. Pendapat ini juga sejalan
dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan aturan
tentang isi dan bahan pengajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Isi dan bahan pengajaran yang dimaksud
adalah susunan dan bahan ajar untuk mencapai tujuan penyelenggaraan suatu
pendidikan. Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yaitu mempersiapkan siswa agar mereka dapat hidup di masyarakat
luas berupa nilai-nilai, akhlak mulia dan pengalam yang dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan bakat dan minatnya. Pada dasarnya kurikulum
merupakan komponen penting bagi penunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Di Indonesia telah mengalami banyak pergantian kurikulum demi
memajukan pendidikan di Indonesia. Dari tahun 1945 sampai 2012, Indonesia
sudah mengalami sepuluh kali pergantian kurikulum menurut Suparlan (2011).
Perubahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan pada
kurikulum yang berlaku sebelumnya. Saat ini kurikulum juga mengalami
perubahan yakni dengan menggunakan kurikulum baru, kurikulum 2013.
Permendikbud No.57 Tahun 2014. Kurikulum 2013 menurut (Fadillah, 2014)
merupakan suatu kurikulum yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran
dengan tujuan meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skill dan
hard skill. Siswa berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ciri utama dalam
kurikulum ini adalah mengembangkan pendidikan karakter, menggunakan
pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu dan penilaian otentik.Pendidikan
karakter merupakan pendidikan yang mengharapkan siswa memiliki hubungan
baik dengan Tuhan, manusia, dan lingkungannya Akbar (2013). Pendekatan
dalam pembelajaran yang digunakan adalah saintifik dan tematik. Pendekatan
saintifik merupakan sebuah proses pembelajaran yang didalamnya memenuhi
metode ilmiah Kemendikbud (2014). Pernyataan tersebut diperjelas oleh Prastowo
(2014) yang menyatakan kegiatan pembelajaran tematik disebut juga pendekatan
tematik terpadu yaitu di dalam satu pembelajaran berisi beberapa muatan
pembelajaran yang digabungkan. Tematik terpadu adalah menyatukan wujud
menjadi suatu tema tertentu. Ciri lain dari kurikulum 2013 adalah menggunakan
model penilaian otentik. Penilaian autentik merupakan kegiatan penilaian
terhadap siswa yang berfokus pada nilai hasil dan nilai proses dengan
menggunakan instrumen penilaian sesuai kompetensi yang akan dicapai
(Kunandar: 2014). Pentingnya kurikulum 2013 ini terlihat dari ciri-ciri yang ada
pada kurikulum, untuk itu keberhasilan dari kurikulum ini tak lepas dari peran
guru memahami ciri dan elememn perubahan dari kurikulum tersebut.
Pemerintah mengadakan pelatihan kepada guru demi keberlangsungan dari
pendidikan. Data yang diperoleh dari Kemendikbud (2013), sebanyak 61.074 guru
telah menerima pelatihan. Jumlah itu terdiri atas 572 orang struktur nasional,
4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran. Namun kenyataannya para guru
masih merasa kebingunan akan implementasi kurikulum 2013. Kurikulum 2013
ini masih sangat perlu untuk diadakan pelatihan- pelatihan intensif terhadap guru
atau semua guru dan pemerintah harus berani mengeluarkan dana yang besar
untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan ini (kompasiana, 30 Desember 2013)
Permasalahan yang muncul dari kurangnya pemahaman guru terhadap
kurikulum 2013 pada saat pelatihan, berdampak pada implementasi kurikulum
2013 di sekolah. Masalah ditemukan peneliti pada saat melakukan penggalian
data pada lima sekolah dasar di kota Yogyakarta, yaitu SDN N, SD KG, SDN
SB, SDN J, dan SDK BJB. Penggalian data tersebut berupa wawancara yang
dilakukan pada guru dan siswa kelas satu Sekolah Dasar. Peneliti memilih guru
kelas satu karena pada saat melaksanakan kegiatan PPL sebagian guru kelas satu
banyak bertanya kepada peneliti mengenai RPPH kurikulum 2013, sehingga
peneliti tertarik untuk mendalami masalah pada guru kelas 1. Lima sekolah dasar
tersebut dipilih melalui Focus Group Disscussion (FGD). Masalah yang
ditemukan peneliti terkait dengan implementasi kurikulum 2013 dapat dilihat
pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Masalah terkait implementasi kurikulum 2013
SD N N SD K G SDN J SDN SB SDK BJB
Guru kelas 1 belum bisa membuat RPPH kurikulum 2013, masih terpaku dengan RPPH KTSP
Tabel 1.1 menjelaskan tentang penemuan awal yang ditemukan di lapangan.
Hasil penemuan awal menunjukkan bahwa terdapat permasalahan yang paling
krusial terkait penerapan kurikulum 2013 yaitu terletak pada Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Hal ini nampak pada hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas I dari kelima SD tersebut. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa guru telah menerapkan kurikulum 2013 sejak
tahun ajaran 2014/2015. Guru-guru tersebut merasa masih bingung dengan
implementasi kurikulum 2013. Kebingungan yang dirasakan oleh guru disebabkan
kurangya sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah. Sosialisasi yang diberikan
hanya berupa diklat yang dilaksanakan selama 10 hari. Permasalahan terkait
RPPH ini menjadi sangat penting karena RPPH memuat metode dan tujuan yang
digunakan guru sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pentingnya suatu RPPH juga dinyatakan oleh Husanah&Yanur (2013) bahwa
perencanaan pembelajaran menjadi penting karena hal tersebut memuat berbagai
kegiatan yaitu memilih, menetapkan dan mengembangkan metode agar hasil
pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Permasalahan lain juga muncul dari
siswa itu sendiri. Masalah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara siswa pada
tabel 1.2.
Tabel 1.2
Masalah yang Dialami Siswa dalam Pembelajaran
Siswa Kelas 1
SD N N
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa siswa memiliki rasa senang untuk bermain,
sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran dengan tahap
perkembangan siswa. Peneliti memperkuat hasil wawancara dengan melakukan
observasi kelas di SDN N, SD KG, SDN SB, SDN J, dan SDK BJB. terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas I. Peneliti menemukan
permasalahan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru kelas I terkait
implementasi Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut nampak pada metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu masih pada ceramah, diskusi,
penugasan. Metode tersebut berdampak pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa.
Data mengenai kesulitan guru tersebut didukung dengan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti dari lima SD. Hasil Observasi pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa guru dari kelima SD tersebut
cenderung mengajar dengan cara tradisional, metode yang digunakan yaitu
ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas. Hal tersebut berakibat pada
aktivitas siswa, yaitu siswa cenderung lebih cepat bosan ketika pembelajaran
sedang berlangsung, sehingga siswa kurang aktif dan memilih untuk mengalihkan
perhatian agar tidak bosan dengan cara bermain bersama teman sebangkunya.
Aktivitas bermain siswa pada saat pelajaran berlangsung merupakan hal wajar
dan tidak dapat disalahkan begitu saja. Bermain dikatakan wajar sebab siswa kelas
I berada pada masa dimana kegiatan bermain sangat dominan. Menurut Peraturan
mendikbud No.81A Tahun (2014) guru dapat melakukan pengembangan dalam
penyusunan RPPH demi tercapainya tujuan belajar dengan melihat kemampuan
kebutuhan siswa tersebut dapat dijadikan pengembangan dari permasalahn guru
untuk menyusun RPPH berbasis permainan anak. Permasalahan yang ditemukan
menunjukkan bahwa kebutuhan akan penyusunan RPPH diharapkan oleh guru
sedangkan kebutuhan akan permainan diharapkan oleh siswa.
Permainan merupakan suatu alat bagi anak yang dijadikan cara untuk
menjelajahi dunianya, dari hal yang tidak diketahui sampai yang diketahui dan
dari yang tidak bisa apa-apa menjadi mampu melakukan (Semiawan, 2002).
Permainan itu sendiri sesuai dengan tahap perkembangan siswa kelas satu yaitu
pada tahap operasional konkret. Tahap operasioanal konkret terjadi pada usia
tujuh sampai dua belas tahun dengan aspek utama yang dilihat adalah
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang dapat membantu mereka
dalam memaknai pengalaman (Aunurrahman, 2011). Hal ini akan mempengaruhi
pada peningkatan prestasi belajar siswa. Permainan juga dapat membantu dalam
pembentukan karakter siswa, seperti yang dinyatakan Sumintarsih (2005) bahwa
permainan berperan dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa permainan dapat digunakan sebagai pengembangan
dalam pembuatan rencana pembelajaran.
Melihat pada hasil analisis masalah yang telah dilakukan oleh peneliti,
mengindikasikan bahwa hal krusial yang dibutuhkan guru dan siswa adalah RPPH
berbasis permainan anak. Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis
B. Identifikasi Masalalah
Peneliti menemukan adanya masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan kurikulum 2013. Identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru dari
kelima SD yang diteliti menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam
penerapan kurikulum 2013 pada kegiatan belajar mengajar. Perangkat
pembelajaran yang digunakan banyak yang belum dimengerti salah satunya yaitu
pada penyusunan RPPH. Penyusunan RPPH yang dirasa sulit bagi guru adalah
pada bagian penyusunan rubrik penilaian RPPH. Kesulitan lain juga ditemukan
oleh peneliti yaitu terletak pada metode pembelajaran. Guru mengalami kesulitan
pada metode pembelajaran yang akan digunakan terkait dengan pendekatan
tematik dan saintifik, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
menjadi kurang menarik.
C. Batasan Masalah
Fokus pengembangan ini adalah pada Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti hanya akan membatasi masalah pada:
1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) untuk kelas
I, tema kegiatanku, subtema “kegiatan malam hari”.
2. Permainan yang dipakai dalam pembelajaran dibatasi pada 3 pembelajaran,
yaitu pada pembelajaran dua, empat dan lima. Pembelajaran dua
menggunakan permainan “dhakon”, pembelajaran empat menggunakan
permainan “kucing-kucingan”, dan pembelajaran lima menggunakan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dari pengembangan ini adalah bagaimana model Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD pada subtema
“kegiatan malam hari”?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD
pada subtema “kegiatan malam hari”.
F. Manfaat penelitian
Pengembangan dengan menggunakan R & D memiliki banyak manfaat yang
cukup besar, baik bagi guru, siswa, sekolah, maupun peneliti.
1. Guru
Membantu guru dalam menyusun RPPH yang lebih kreatif, salah satunya
dengan memberikan unsur permainan didalamnya.
2. Siswa
Membantu siswa dalam memahami suatu materi yang diberikan oleh guru,
dan memberikan semangat belajar bagi siswa.
3. Sekolah
Menambah referensi bagi sekolah dalam mengembangkan rencana
4. Peneliti
Memperoleh pengalaman baru dalam menyusun RPP-H berbasis permainan
anak sebagai salah satu perangkat pembelajaran pada Tema “Kegiatanku”
SubTema “kegiatan malam hari” kelas 1 sekolah dasar.
G. Spesifikasi Produk yang diharapakan
Adapun spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti meliputi:
1. Perangkat pembelajaran berupa RPPH pada subtema “Kegiatan Malam
Hari” sebanyak 6 pembelajaran.
2. RPPH disusun berdasarkan kurikulum 2013.
3. Indikator pembelajaran pada RPPH disusun dengan menggunakan kata
kerja operasional.
4. Tujuan pembelajaran pada RPPH memuat unsure A,B,C,D (Audience,
Behavior, Condition, Degree).
5. Penelitian ini mengembangkan produk berupa RPPH berbasis permainan
anak yang mengakomodasikan 3 permainan pada pembelajaran 2,
pembelajaran 4, dan pembelajaran 5.
6. Produk yang dikembangkan bertujuan untuk memfasilitasi guru agar
mudah dalam mendesain perangkat pembelajaran kurikulum 2013,
khususnya RPPH berbasis permainan.
7. RPPH disusun dengan menggunakan pendekatan tematik integrative,
8. Produk yang dikembangkan memuat proses ilmiah 5M (mengamati,
menanya, menalar, mencoba, mengomunikasikan) sebagai ciri dari
pendekatan saintifik.
9. Rubrik penilaian disusun dengan memuat diskriptor yang memudahkan
guru dalam menilai sikap spiritual, sosial, dan keterampilan.
10. RPPH menggunakan mudel pembelajaran inovatif yaitu model discovery
learningdancontextual learning.
11. RPPH yang disusun berdasarkan teori konstruktivisme, teori Vygotsky,
dan teori Piaget.
12. RPPH menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
H. Definisi Operasional
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dalam penyusunan desain RPPH
berbasis permainan anak kelas 1 sekolah dasar pada subtema Anggota Keluargaku
adalah:
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan pendukung keberhasilan suatu
kurikulum. Perangkat pembelajaran juga digunakan dalam mengelola
pembelajaran di kelas.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP dan tindak lanjut
tahun 2004, dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang diterapkan secara terpadu.
3. Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memiliki
5 pengalaman belajar didalamnya. Lima pengalaman belajar tersebut adalah
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi / eksperimen,
mengasosiasikan / mengolah informasi dan mengkomunikasikan.
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian adalah suatu pedoman yang
dirancang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan
secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus.
5. Tema Kegiatanku
Tema kegiatanku merupakan tema ke tiga dalam semester ganjil di kelas
satu SD. Tema ini menggunakan topik kegiatan di pagi hari sampai malam
hari yang di hubungkan dengan materi pelajaran.
6. Permainan Anak
Permainan anak adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, biasanya
dilakukan anak-anak tanpa paksaan dan dengan perasaan senang.
7. Permainan “dhakon”
“dhakon” adalah permainan yang dimainkan oleh 2 orang, menggunakan
berukuran lebih besar. Permainan ini menggunakan biji-bijian untuk
bermain.
8. Permainan “Kucing – kucingan”
Permainan “kucing-kucingan” ini menirukan gerakan kucing ketika sedang
berebut suatu benda, dan diakhiri dengan menyanyikan “Dha guwang
kucing gering”. Permainan ini dapat melatih ketangkasan dan kecekatan
anak dalam olah fisik. Permainan ini membutuhkan lima orang pemain.
Permainan ini dilakukan dengan cara membuat garis sepanjang 2,5 meter
saling bersilang tegak lurus.
9. Permainan“puzzle”
Permainan ini mengajak anak untuk menyusun suatu gambar yang isebut
dengan “puzzle”. Permainan ini dapat digunakan kapan saja dengan
kelompok tak terbatas. Peralatan yang digunakan hanyalah amplop yang
14 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas tentang landasan teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian. Pemahasan tentang landasan teori terdiri
dari empat bagian yaitu teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitan.
A. Kajian Teori
Teori yang mendukung memaparkan tentang belajar, prestasi belajar, teori
belajar konstruktivisme, kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia,
kurikulum 2013, pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu, pembagian
materi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, lembar kerja
siswa, dan permainan anak
1. Belajar
Belajar diperlukan bagi perkembangan seorang anak. Seseorang yang
belajar berarti ia melakukan suatu usaha sadar untuk memenuhi kebutuhannya
(Mulyasa, 2013). Burton dalam Anurrahman (2012) merumuskan pengertian
belajar sebagai perubahan perilaku individu melalui komunikasi antar individu
yang diperoleh dari pengalaman dilingkungannya. Sejalan dengan pendapat
Aunurrahman, Belajar juga dapat dikatakan suatu aktivitas atau proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian
(Suyono & Hariyanto, 2012). Pengertian belajar yang telah dipaparkan oleh para
memperoleh pengetahuan. Peneliti menyimpulkan pengertian belajar menurut
beberapa ahli yaitu bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan memperbaiki perilaku
yang diperoleh dari pengalaman di lingkungannya. Belajar tidak hanya sekedar
aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, sebab belajar memiliki teori-teori yang
mendasarinya.
2. Belajar Konstruktivisme
Konstruksivisme merupakan pandangan terhadap indivudu bahwa
masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang
mereka pelajari dan pahami dengan sendirinya. (Bruning, dkk dalam Schunk,
2012). Pengertian tersebut didukung oleh Suyono & Hariyanto (2012) yang
menganggap konstruksivisme merupakan sebuah filosofi pembelajaran bahwa
melalui pengalaman, seseorang dapat membangun dan mengkostruksi
pengetahuan serta pemahaman tentang dunia tempat tinggal mereka. Menurut
Tugde & Scrimsher dalam (Schunk, 2012) kegiatan pembelajaran pada teori
konstruktivisme lebih banyak menempatkan penekanan pada kegiatan di
lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan. Siswa mampu mempelajari,
membentuk dan mengkonstruksikan pemahaman mereka sendiri melalui
pengalaman pada dunia sekitar mereka. Teori kosntruksivisme sangat didukung
oleh teori Piaget dan teori Vygotsky.
Teori belajar Piaget menekankan pada struktur kognitif anak. Piaget
mengungkapkan bahwa perkembangan anak yang baik akan membangun
Kognitif anak akan meningkat sesuai dengan perkembangan usia anak. Menurut
Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan
yang teratur. Piaget dalam (Suryono & Hariyanto, 2012) mengelompokkan empat
tahap perkembangan kognitif seorang anak, yaitu tahap sensormotorik
(berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun), praoperasional (sekitar usia
2 – 7 tahun), operasi konkrit (berlangsung sekitar 7 – 11 tahun), dan operasi
formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya). Belajar akan lebih berhasil jika
disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif anak. Perkembanngan
kognitif anak akan berjalan melalui serangkaian tahapan tetap. Masing-masing
tahapan tersebut ditentukan oleh sebagaimana besar anak melihat dunia luar
mereka (Schunk, 2012). Teori Piaget dapat membantu guru dalam pengajaran di
kelas. Guru dapat memahami level atau tahapan perkembangan kognitif siswa,
untuk menemukan cara dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Kegiatan
pembelajaran yang memberikan interaksi sosial akan berrmanfaat. Menurut Tudge
& Scrimsher (2003) dalam Schunk (2012), Perkembangan kognitif siswa dapat
berlangsung melalui interaksi sosial, berupa lingkungan sosial sebagai sumber
utamanya. Penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan
kognitif anak, didukung oleh teori Vygotsky.
Schunk (2012) mengungkapkan Vygotsky dianggap sebagai seorang yang
pionir dalam teori konstruktivisme. Vygotsky menekankan lingkungan sosial
sebagai penentu perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman
sebaya akan meningkatkan perkembangan intelektual. Sesuai dengan konsep ZPD
yang dilakuakan siswa sendiri dengan apa yang dapat dilakukan siswa dengan
bantuan orang lain (Sitepu, 2012). Teori konstruktivisme, Piget, dan Vygotsky
tersebut mengembangkan adanya model- model dalam pembelajaran. Sitepu
(2012) berpendapat bahwa model pembelajaran seperti discovery learning,
problem based learning, experiential learning, contextual learning, cooperative
learning, dan colaboratif learning dikembangkan atas dasar pemikiran dari teori
konstruktivisme dan teori pendukung konstruktivisme (teori Piaget dan
Vygotsky). Peneliti menyimpulkan bahwa teori belajar Piaget adalah
perkembangan anak yang lebih ditekankan pada kognitif anak melalui
pengalaman lingkungannya, sedangkan teori belajar Vygotsky adalah
perkembangan anak yang lebih ditekankan pada lingkungan sosial.
Pendapat tersebut mendukung peneliti untuk memilih teori belajar
konstruktivisme. Teori konstruksivisme dipilih karena sesuai dengan kurikulum
2013 yang dipakai oleh pendidikan saat ini. Konstruksivisme berasumsi bahwa
guru sebaiknya tidak mengajar, dalam aratian guru dituntut untuk membangun
situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat aktif didalamnya. Siswa
perlu diarahkan untuk dapat mengatur diri sendiri dan berperan aktif di dalam
pelajaran dengan menentukan tujuan, perkembangan belajar siswa, dan
mengevaluasi siswa (Schunk, 2012), sehingga model- model pembelajaran yang
dikembangkan oleh konstruktivisme merupakan bagian dari kurikulum 2013.
Teori belajar konstruktivisme sangat mendukung produk penelitian yang dibuat
tepat dan menggunakan benda- benda yang nyata, serta materi dalam produk lebih
ditekankan dari kehidupan sehari- hari di lingkungan sosial mereka.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam
suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang dinyatakan dengan nilai menurut
Chosiyah (dalam Nurcahya: 2013). Muhibbin (2003) juga berpendapat
bahwa“aspek untuk menilai prestasi belajar ada 3 yaitu aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotor”. Aspek kognitif merupakan aspek aspek yang
berkaitan dengan tingkat intelegensi (IQ), dapat dilihat dari kemampuan berpikir
seseorang. Aspek kedua adalah afektif berkaitan dengan tingkat kecerdasan emosi
seseorang, dapat dilihat dari ketelitian siswa, tanggung jawab siswa, kerjasama
siswa dan lain-lain. Aspek yang terakhir merupakan aspek psikomotor yang lebih
menekankan pada aktifitas atau gerak fisik yang dilakukan sesorang. Aspek ini
ditunjukkan oleh siswa dengan keterampilan atau unjuk kerja siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung (Azwar, 2013).
Berdasarkan pendapat diatas diartikan bahwa prestasi belajar adalah suatu
hasil yang dicapai oleh individu melalui serangkaian kegiatan dinyatakan dalam
bentuk nilai yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Kurikulum
Elemen terpenting dalam dunia pendidikan salah satunya adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh bagi
komponen- komponen lain (Sitepu, 2012). Kurikulum merupakan sebuah
melainkan juga berisi evaluasi untuk pencapapaian tujuan, dan implementasi
dokumen yang nyata (Sanjaya, 2008). Dokumen perencanaan dalam kurikulum
merupakan usaha sekolah untuk memberikan konstribusi dalam mewujudkan
berkembangnya potensi dari siswa (Kemendikbud, 2014). Kegiatan- kegiatan
dalam perencanaan kurikulum yang dilaksanakan baik di dalam kelas, di halaman,
di luar sekolah atau semua kegiatan dapat mempengaruhi perkembangan
kepribvadian siswa yang diharapkan oleh pendidikan (Trianto, 2009). Adanya
kurikulum akan membantu proses perkembangan pendidikan di Indonesia agar
terwujud suatu kehidupan bangsa yang cerdas. Dari beberapa teori daitas, peneliti
menyimpulkan bahwa kurikulum adalah komponen penting bagi dunia pendidikan
yang berisi tujuan, materi, strategi, serta dokumen nyata untuk mewujudkan
tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut, pendidikan di Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan
kurikulum.
5. Sejarah Perkembangan Kurikulum
Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia telah mengalami sepuluh kali
perubahan kurikulum dari tahun 1945 sampai tahun 2014. Pertama, Rencana
Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia dengan mengunakan
istilah “Rencana Pelajaran”. Kurikulum hanya memuat 2 hal pokok yaitu daftar
mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis- garis besar pengajarannya.
Pembelajaran yang diajarkan lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara, dan bermasyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran
kesenian, dan pendidikan jasmani (Trianto, 2009). Produk yang peneliti
kembangkan hampir sama muatannya dengan kurikulum 1947, bedanya produk
ini lebih menekankan pada kebiasaan atu kejadian sehari-hari. Kesenian dan
pendidikan jasmani hanyan sebaai tambahan pembelajaran. Produk yang
dikembangkan juga mengutamakan pendidikan watak atau sekarang disebut
dengan pendidikan karakter.
Kedua, Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini lahir karena adanya UU
Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar- Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah.
Kurikulum ini masih relative sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum
ini termasuk kurikulum dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
curriculum) (Suparlan, 2011). Berbeda dari kurikulum ini, produk yang peneliti
kembangkan menggunakan pembelajaran terpadu atau mata pelajaran yang tidak
terpisah- pisah. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bersama- sama (terpadu)
dalam satu tema yang didalmnya berisi beberapa subtema dan didalam satu
subtema berisi enam muatan pembelajaran yang dipadukan. Agama tidak
termasuk dalam muatan pembelajaran yang dipadukan.
Ketiga, kurikulum 1952 merupakan rencana pelajaran lebih rinci lagi pada
setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah “Rencana Pelajaran Terurai
1952”. Rencana Pelajaran 1958 merupakan penyempurnaan dari Rencana
Pelajaran 1950. Kurikulum ini di setiap mata pelajaran diajarkan oleh satu orang
guru dan silabus untuk mata pelajarannya sangat jelas sekali (Trianto, 2009).
Produk yang peneliti kembangkan juga akan memakai satu guru kelas, bedanya
(PJOK) dan Agama. Silabus sudah dibuat oleh Pemerintah, sehingga guru tinggal
mengembangkan dari yang sudah ada sebagai acuan pembuatan RPP.
Keempat, Rencana Pelajaran 1964 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, dalam kurikulum ini terdapat
pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida (Suparlan, 2011). Produk yang
peneliti kembangkan juga mengacu pada kurikulum ini yaitu pada pembagian
kelompok tersebut, bedanya kelompok tersebut dimasukkan dalam kompetensi
untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Kompetensi yang dipakai oleh
peneliti adalah Kompetensi Inti berupa spiritual, sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Kelima, Kurikulum 1968. Kurikulum ini, untuk pertama kali istilah
“Kurikulum” digunakan di Indonesia (Suparlan, 2011). Adanya kurikulum 1968
bertujuan untuk menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus,
pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 bersifat correlate subject curriculum, yang artinya materi
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang
studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada 3 kelompok besar yaitu pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Materi pelajarannya hanya
teoritis tidak mengkaitkan hal-hal faktual di lingkungan. (Trianto, 2009). Produk
yang peneliti kembangkan lebih menekankan pada hal-hal faktual di lingkungan
atau kebiasaan pada kehidupan sehari- hari, beda halnya pada kurikulum ini yang
lebih menekankan pembelajaran secara teori. Kesimpulannya bahwa pada
Keenam, Kurikulum 1975. Kurikulum ini lahir sebagai tuntutan ketetapan
MPR Nomor IV/ MPR/ 1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan
“membentuk manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai
bidang”. Kurikulum ini juga dikenal dengan format yang rinci (Suparlan,
2011:90). Kurikulum 1975 terdiri dari 7 unsur pokok yaitu dasar, tujuan, dan
prisip; struktur program kurikulum; GBPP (Garis Besar Pokok Pembelajaran);
sistem penyajian; sistem penilaian; sistem bimbingan dan penyuluhan; serta
pedoman supervisi dan administrasi. Metode, materi, dan tujuan pelajarannya
tertuang secara gamblang dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang kemudian lahir rencana pelajaran setiap satuan bahasan (Trianto,
2009). Produk penelitian yang akan dikembangkan adalah berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPH). Rencana pelajaran pertama kali
dilakukan pada kurikulum 1975. Bedanya dengan produk penelitian yang
dikembangkan, pada kurikulum 1975 rencana pelaksanaan disusun pada setiap
muatan pembelajaran sedangkan pada produk cukup satu RPPH yang yang
digunakan untuk semua muatan pembelajaran terkecuali Agama.
Ketujuh, Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
1975. Kurikulum ini berlaku berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomer 0461/ U/ 1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan
Kurikulum. Kurikulum 1984 memiliki 4 aspek yang disempurnakan, yaitu: (1)
pelaksanaan PSPB, (2) penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum, (3)
pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antara ranah
keruntutan belajar yang disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing
siswa (Suparlan, 2011:90). Posisi siswa pada kurikulum ini sebagai subyek belajar
dan mulai menerapkan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yaitu mengamati,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan (Trianto, 2009). Aspek
yang digunakan oleh peneliti hampir sama dengan aspek kurikulum 1984. Peneliti
juga memperhatikan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, hanya saja pada
ranah afektif dikembangkan menjadi 2 yaitu aspek spiritual dan sosial. Cara
belajar siswa pada produk penelti hampir sama dengan kurikulum ini pada aspek
empat, hanya saja produk peneliti menggunakan metode ilmiah yaitu berupa
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan. Secara umum hampir sama kurikulum 1984 dengan produk
penelti, hanya saja ada sedikit pengembangan.
Kedelapan, Kurikulum 1994. Pendidikan dasar pada kurikulum ini dipatok
menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kurikulum, kurikulum 1994
berusaha menyatukan kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum
1984 dengan tujuan pendekatan proses. Zahara Idris dan Lisma Jamal berpendapat
bahwa kurikulum ini memberlakukan muatan lokal serta penyempurnaan tiga
kemampuan dasar, membaca, menulis, dan menghitung yang fungsional (Trianto,
2009). Produk peneliti tidak lagi menggunakan pembelajaran muatan lokal, tetapi
muatan nasional. Tiga kemampuan dasar (membaca, menulis, menghitung) sudah
tertuang dalam setiap muatan pembelajaran namun ditekankan pada beberapa
muatan pembelajaran agar dapat memahami konsep lebih mendalam. Pendekatan
integratif atau pendekatan berbasis tema. Pendekatan ini siswa aktif, dan guru
hanya sebagai fasilitator.
Kesembilan, Kurikulum 2004. Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Kurikulum 2004 biasanya dipanggil menjadi kurikulum
“Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), sehingga pada kurikulum sudah
berbasis kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap dalam kebiasaan ketika berpikir dan bersikap
(Trianto, 2009). Kurikulum KBK memiliki empat komponen yaitu Kurikulum dan
Hasil Belajar (KHB), Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Trianto, 2009).
Produk yang dikembangkan juga menggunakan berbasis kompetensi, hampir
sama dengan kurikulum ini. Perbedaannya kompetensi yang digunakan adalah
terpadu, yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan beberapa kompetensi dari
beberapa muatan pembelajaran yang dipadukan. Pendekatan yang peneliti
gunakan adalah pendekatan saintifik atau metode ilmiah, pendekatan tematik
integrative atau berbasis tema, sedangkan penialaian yang digunakan adalah
penilaian auntentik atau penilaian aspek yang dikembangkan.
Kesepuluh, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara
publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi sasaran proyek.. Kurikulum ini
biasa dikenal dengan nama Kurikulum KTSP, yang mana tujuan pada pendidikan
dasar meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
2009). Standar kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan kurikulum ini yang dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan) (Sanjaya, 2010). Komponen produk yang peneliti
kembangkan hampir sama dengan kurikulum ini hanya saja ada sedikit perubahan,
yaitu produk menggunakan pembelajaran terpadu untuk semua mata
pelajarannya.
Paparan diatas menunjukkan bahwa perubahan kurikulum dari tahun ke
tahun dapat menjadi tolak ukur kekurangan dari kurikulum sebelumnya.
Perkembangan kurikulum diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan yang
dihadapi bangsa yaitu terkait arus globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan budaya, dan perkembagan pendidikan di tingkat
internasional. Adanya penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dimaksudkan
agar terwujudnya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
6. Kurikulum 2013
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun
2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum
sebelumnya (KTSP) yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
termasuk kurikulum terbaru yang mana masih menjadi perhatian para guru untuk
mendidik siswa. Peran guru sangat penting terkait pengajaran menggunakan
kurikulum 2013 ini. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
a. Pengertian kurikulum 2013
Kurikulum yang berlaku di dunia pendidikan saat ini adalah kurikulum
2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan pada kemampuan sikap dan pengetahuan
(soft skill), serta keterampilan (hard skill) (Fadlilah, 2014). Kompetensi yang
dikembangkan dari kurikulum 2013 ini mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan ketemapilan yang diaplikasikan secara terpadu (Kemdikbud, 2014).
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP dan tindak lanjut dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan di tahun 2004,
sehingga kurikulum 2013 tetap berbasis pada kompetensi (Mulyasa, 2013).
Kurikulum berbasis kompetensi diperlukan sebagai arahan siswa untuk menjadi
(1) manusia berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang berubah;
(2) manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandir; (3) menjadi warga negara yang
bertanggung jawab (Kemendikbud (2014:2). Ketiga hal tersebut merupakan poin
penting yang mendukung dalam tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan kurikulum yang berdasarkan potensi dari siswa sehingga
dapat menghasilkan manusia yang berkualitas akan mendukung terwujudnya
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 menganut pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan di masyarakat. Tak hanya itu kurikulum 2013 juga menganut
pengalaman belajar langsung oleh siswa sesuai dengan latar belakang,
kaitannya pada pola pikir yang dikembangkan dari Kurikulum 2013 yaitu: (1)
pembelajaran berpusat pada siswa; (2) pembelajaran interaktif dari
guru-siswa-sumber belajar; (3) pembelajaran secara jejaring; (4) pembelajaran aktif; (5) pola
belajar berbasis kelompok (tim); (6) pembelajaran berbasis multimedia; (7) pola
pembelajaran berbasis pengembang potensi khusus yang dimiliki siswa; (8)
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pembelajaran
kritis (Kunandar, 2014). Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang pada tahun 2014 baru
diterapkan secara serempak di Indonesia. Kurikulum 2013 sebagai
penyempurnaan dari KTSP dan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan di tahun 2004. Mengacu pada
penjelasan diatas produk yang peneliti kembangkan menggunakan pedoman pada
kurikulum ini, dikarenakan kurikulum yang digunakann saat ini adalah kurikulum
2013, dan para guru juga perlu mempelajari serta memahami lebih dalam
mengenai kurikulum 2013 ini.
b. Karakteristik Kurikulum 2013
Perkembangan kurikulum di Indonesia bukan tanpa dasar tertentu,
kurikulum yang dikembangkan tersebut mempunyai karakteristik-karakteristik
tersendiri yang berbeda-beda tak terkecuali pada kurikulum 2013. Kemendikbud
(2014:4) berpendapat karakteristik dalam kurikulum 2013 dapat dilihat pada
kompetensinya yaitu: (1) Isi atau konten kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) dan dirinci pada Kompetensi Dasar (KD). KI merupakan
kualitas yang harus dimiliki oleh siswa. KD merupakan kompetensi yang harus
dipelajari untuk satu tema. (2) KI dan KD pada pendidikan jenjang menengah
diutamakan pada aspek sikap; (3) KI sebagai organisasi untama untuk kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan dalam kompetensi pada kompetensi
inti; (4) KD dikembangkan untuk saling memperkuat dan memperkaya antar mata
pelajaran; (5) silabus dikembangkan untuk satu tema dan RPP dikembangkan
untuk setiap KD. Selain kelima karakteristik tersebut, terdapat pula dua aspek
pada kurikulum 2013 sebagai penyempurna yaitu pendekatan dan penilaian.
c. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik menerapkan kegiatan pembelajaran melalui
pemahaman kepada siswa untuk mengenal, dan memahami materi melalui
pendekatan ilmiah (Nirgiyantoro, 2011). Pendekatan saintifik merupakan sebuah
proses pembelajaran yang didalamnya memenuhi metode ilmiah Kemendikbud
(2014). Metode ilmiah adalah metode yang menggunakan teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik (Kemendikbud, 2014). Pendekatan
saintifik bertujuan untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2014 lampiran IV menyatakan bahwa
pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah pembelajaran yang memuat lima
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan atau
observasi melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, atau melihat; (2)
Menanya, yaitu proses kegiatan belajar yang memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya mengenai apa yang mereka tidak atau belum diketahui; (3)
Mengumpulkan informasi, yaitu proses kegiatan siswa dalam mencari dan
mengumpulkan sumber informai untuk mendukung jawaban dari pertanyaan yang
diajukan; (4) Mengasosiasi, yaitu proses kegiatan menarik kesimpulan dari
sumber-sumber yang sudah ditemukan; (5) Mengkomunikasikan, yaitu proses
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan ketika mencari
sumber-sumber, mengolah informasi yang didapat, hingga menemukan kesimpulan.
Pengalaman belajar yang telah disebutkan tersebut dapat membantu siswa
dalam megembangkan kemampuannya dalam hal untuk mencari tahu, berani,
jujur, bekerjasama, aktif, dan lain- lain. Keterangan diatas menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik membantu siswa belajar secara
aktif dan mengembangkan kemampuan siswa untuk melatih bertanya, jujur,
disiplin, danlain-lain. Siswa dituntut untuk mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengolah informasi kemudian mengkomunikasikan apa yang sudah
dipelajari. Siswa dapat menemukan suatu pengetahuan dari dirinya sendiri dan
guru hanya sebagai fasilitator. Pernyataan tersebut berarti menunjukkan bahwa
pendekatan saintifik sangat membantu dalam proses pembelajaran terutama agar
siswa terlibat aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan melalui logika atau
penalaran (Hosnan, 2014).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa materi yang diterapkan pada pendekatan
saintifik memiliki kesamaan dengan materi yang termuat dalam pembelajaran
kontekstual yaitu berbasis pada fakta atau nyata.
Nurhadi (2003) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata serta
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka. Pengetahuan baru dibangun sendiri oleh
siswa sendiri ketika ia belajar. Menurut Johnson (2002), CTL (Contextual
Teaching and Learning) adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen
berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif
untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Berdasarkan definisi-definisi dari kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran CTL adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan isi atau materi
memiliki beberapa karakteristik. Komalasari (2008) mengatakan bahwa
karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan:
1) Keterkaitan(relating)
Pembelajaran yang menerapkan keterkaitan (relating) adalah proses
pembelajaran yang memiliki keterkaitan (relevansi) dengan bekal
pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa dan
dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata siswa.
2) Pengalaman langsung(experiencing)
Pembalajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung
(ex-periencing) adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengontruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan
mengalami sendiri secara langsung.
3) Aplikasi(applying)
Proses pembalajaran yang menerapkan konsep aplikasi(applying)adalah
proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip
dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda
sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa.
4) Kerja sama(cooperating)
Pembalajaran yang menerapkan konsep kerja sama (cooperating)adalah
pembelajaran yang mendorong kerjasama diantara siswa, antara siswa dengan
5) Pengaturan diri(self-regulating)
Pembalajaran yang menerapkan konsep pengaturn diri (self-regulating)
adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan
pembelajarnnya secara mandiri.
6) Asesmen autentik(authentic assessment)
Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah
pembelajaran yang mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil
belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik
yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun
berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama
proses pembelajaran di dalam kelas ataupun diluar kelas. Denan demikian
penilaian pembelajaran utuh menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta dalam keseluruhan tahapan proses pembelajaran (di awal,
tengah dan akhir). Disamping itu, penilaian tidak hanya diserahkan pada
guru, tetapi siswa pun menilai siswa lain dan dirinya sendiri(self-evaluation)
dalam aktivitas pembelajaran dan pemahaman materi. Penilaian guru
dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis (pencil and paper test) dan
penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan
(project), produk(product), atau portofolio.
d. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik integratif di dalam kurikulum 2013 juga disebut
pendekatan tematik terpadu. Dikatakan terpadu karena didalam satu pembelajaran