ABSTRAK
Latifa, Frida Rahma. (2014). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci:Metode penelitian dan pengembangan, RPPH, permainan anak.
Penelitian ini berawal dari adanya kebutuhan guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas I SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak dalam menyampaikan pembelajaran pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D).Prosedur pengembangan produk ini dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan hasil modifikasi langkah pengembangan menurut Sugiyono (2014) dan Borg&Gall (1989), yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumen uji coba terbatas, dan (5) uji coba terbatas. Subyek uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa kelas I SD KJB. Produk RPPH divalidasi oleh 12 pakar yang berkompeten di bidangnya yaitu, pakar pembelajaran tematik, pakar permainan anak, pakar pendidikan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKn, PJOK, dan SBDB, serta kepala sekolah dasar dan guru pembelajaran tematik SD.
▸ Baca selengkapnya: contoh rpph tema kendaraan
(2)ABSTRACT
Latifa, Frida Rahma. (2014). Constructing Daily Lesson Plans (RPPH) Based on Children Games For the First Grade of Elementary School in Themed
“Diriku” Subtheme “Tubuhku”. Thesis. Yogyakarta: University of Sanata Dharma.
Keyword: research and development method, RPPH, children game.
This research originated from teachers need in the preparation or forming Daily Lesson Plan (in Bahasa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian – RPPH) in accordance with the characteristics of first grade elementary school students. The purpose of this study was to determine formulation model of game-based learning Daily Lesson Plan (RPPH) in conveying Myself theme and My body subtheme.
This study is Research and Development type. This product development procedure was done through five steps which are result of modification steps according to Sugiyono (2014) and Borg&Gall (1989), namely: (1) preliminary study, (2) product modeling, (3) product validation, (4) limited trial instrumentation, (5) Limited trial. Limited trial subjects in this study were 5 students KJB’s first grade elementary students. RPPH Product is validated by 12 experts who are competent in their field, thematic learning experts, kids games experts, Bahasa Indonesian experts, Mathematics, Science, Social Studies, PPKn, PJOK, and SBDP, elementary school principal and elementary thematic learning teacher as well.
▸ Baca selengkapnya: contoh rpph tema rekreasi
(3)i
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN
ANAK KELAS I SD PADA TEMA DIRIKU SUBTEMA
TUBUHKU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Frida Rahma Latifa NIM : 111134003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PEDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini peneliti persembahkan kepada:
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan, kemudahan, dan kelancaran disetiap langkah.
Bapak dan Ibu tercinta, Ibnu Antono Widodo dan Utami Wahyuningsih yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan cinta, serta semangat yang luar biasa.
Kedua kakak ku tercinta, Mohammad Ardhian Pratama dan Rifqi Fathurakhman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
Dosen pembimbing, Ibu E. Catur Rismiati dan Ibu Elisabeth Desiana Mayasari yang telah rela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam membimbing dan mengarahkan peneliti selama proses penyusunan skripsi.
v
MOTTO
Kerjakanlah segala sesuatu dengan kesungguhan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,18 Desember 2014 Peneliti,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Frida Rahma Latifa
Nomor Mahasiswa : 111134003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta,18 Desember 2014
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Latifa, Frida Rahma. (2014). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci:Metode penelitian dan pengembangan, RPPH, permainan anak.
Penelitian ini berawal dari adanya kebutuhan guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas I SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak dalam menyampaikan pembelajaran pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D).Prosedur pengembangan produk ini dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan hasil modifikasi langkah pengembangan menurut Sugiyono (2014) dan Borg&Gall (1989), yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumen uji coba terbatas, dan (5) uji coba terbatas. Subyek uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa kelas I SD KJB. Produk RPPH divalidasi oleh 12 pakar yang berkompeten di bidangnya yaitu, pakar pembelajaran tematik, pakar permainan anak, pakar pendidikan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKn, PJOK, dan SBDB, serta kepala sekolah dasar dan guru pembelajaran tematik SD.
ix
ABSTRACT
Latifa, Frida Rahma. (2014). Constructing Daily Lesson Plans (RPPH) Based on Children Games For the First Grade of Elementary School in Themed “Diriku” Subtheme “Tubuhku”. Thesis. Yogyakarta: University of Sanata Dharma.
Keyword: research and development method, RPPH, children game.
This research originated from teachers need in the preparation or forming Daily Lesson Plan (in Bahasa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian – RPPH) in accordance with the characteristics of first grade elementary school students. The purpose of this study was to determine formulation model of game-based learning Daily Lesson Plan (RPPH) in conveying Myself theme and My body subtheme.
This study is Research and Development type. This product development procedure was done through five steps which are result of modification steps according to Sugiyono (2014) and Borg&Gall (1989), namely: (1) preliminary study, (2) product modeling, (3) product validation, (4) limited trial instrumentation, (5) Limited trial. Limited trial subjects in this study were 5 students KJB’s first grade elementary students. RPPH Product is validated by 12 experts who are competent in their field, thematic learning experts, kids games experts, Bahasa Indonesian experts, Mathematics, Science, Social Studies, PPKn, PJOK, and SBDP, elementary school principal and elementary thematic learning teacher as well.
RPPH product has "good" quality based on 12 expert’s validation results. The results of the validation summary on the sixth RPPH get an average score of 84.80 in the category of "good". Validation summary results of the on the sixth RPPH get an average score of 84.80 with category "good". Looking from the results of limited trial, it can be concluded that the development of first grade elementary school children’s game based RPPH products on the theme Subtheme
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak
Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku dapat peneliti selesaikan dengan
baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan,
dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.
Karena itu, dengan kesungguhan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., dosen pembimbing I, terimakasih atas
bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses
xi
4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen pembimbing II, yang telah mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Dra. C. Bekti Susilowati, kepala sekolah SD KJB.
6. Monika Ayu Maharani, S.Pd., wali kelas I SD KJB yang selalu memberikan
bantuan kepada peneliti selama melakukan penelitian.
7. Seluruh validator yang tidak bisa peneliti sebutkan secara satu pertsatu.
8. Seluruh siswa kelas I SD KJB tahun ajaran 2014/2015yang telah memberikan
kerjasama dan waktu selama kegiatan penelitian.
9. Kedua orangtua peneliti, yaitu Ibnu Antono Widodo dan Utami Wahyuningsih
yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
10.Kedua kakak peneliti, yaitu Mohammad Ardhian Pratama dan Rifqi
Fathurakhman yang selalu memeberikan motivasi dan dukungan moril
maupun materi kepada peneliti.
11.Sahabatku Ari Widya Pertiwi, Marselus Sunardi, Rufina Merry Ardiyanti, dan
Andre Aditya Setiawan, yang selalu setia menemani, memberikan dukungan,
dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
12.Teman dekatku, Arfian Indra Maulana yang selalu memberikan motivasi dan
masukan kepada peneliti selama proses pembuatan sekripsi.
13.Teman-teman penelitian kolaboratif Permainan Anak, Boni, Dias, Cahya,
Evan, Mentari, Tere, Erlin, Vita, Cornel, Eka, Rini, dan Lely. Sebuah
kebanggaan bisa berjuang bersama kalian.
14.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 10
H. Definisi Operasional ... 11
BAB II ISI LANDASAN TEORI ... 13
A. Teori yang Mendukung ... 13
1. Pengertian Belajar... 13
2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 14
xiii
4. Kurikulum ... 21
5. Sejarah Kurikulum di Indonesia ... 26
6. Kurikulum 2013 ... 27
7. Pembagian Materi ... 33
8. Permainan Anak ... 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
C. Kerangka Berpikir ... 45
D. Pertanyaan Penelitian ... 47
BAB III METODE PENELITIAN... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
B. Setting Penelitian ... 49
C. Prosedur Penelitian ... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ... 58
E. Instrumen Penelitian ... 60
F. Teknik Analisis Data ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77
A. Hasil Penelitian ... 77
B. Pembahasan ... 113
BAB V PENUTUP ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Keterbatasan Penelitian ... 122
C. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Masalah Terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 5
1.2 Masalah yang Dialami Siswa Kelas I SD Ketika Pembelajaran ... 6
3.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian RPPH dan Validasi Produk ... 61
3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Silabus ... 63
3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 64
3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 65
3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 65
3.6 Kisi-kisi Topik dalam Focus Group Discussion ... 66
3.7 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran ... 67
3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 68
3.9 Kriteria Penilaian RPPH ... 72
3.10 Kriteria Penilaian Hasil Observasi ... 73
3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas... 75
3.12 Jadwal Penelitian ... 76
4.1 Hasil Wawancara Guru ... 80
4.2 Hasil Wawancara Siswa ... 82
4.3 Hasil Penilaian Silabus dari Lima Sekolah Dasar di Yogyakarta ... 83
4.4 Hasil Penilaian RPPH dari Lima Sekolah Dasar di Yogyakarta ... 84
4.5 Hasil Observasi Pembelajaran Tematik pada Lima SD di Yogyakarta ... 85
4.6 Rekapitulasi Data Penilaian Silabus, RPPH, dan Observasi ... 87
4.7 Hasil Focus Group Discussion ... 89
4.8 Kriteria Penilaian RPPH ... 92
4.9 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 1 ... 92
4.10 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 1 ... 93
4.11 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 2 ... 94
4.12 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 2 ... 95
4.13 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 3 ... 96
4.14 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 3 ... 97
xv
4.16 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 4 ... 99
4.17 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 5 ... 100
4.18 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 5 ... 101
4.19 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 6 ... 102
4.20 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 6 ... 103
4.21 Rekapitulasi Kualitas Produk RPPH Secara Keseluruhan ... 104
4.22 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Tes ... 106
4.23 Uji Reliabilitas ... 107
4.24 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas... 108
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan Literature Map Penelitian ... .. 43
3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D Menurut Sugiyono ... 50
3.2 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D Menurut Borg&Gall... 52
3.3 Bagan Pengembangan RPPH Berbasis Permainan Anak... 54
4.1 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Jamuran ... 111
4.2 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Do Mi Ka Do ... 111
4.3 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Lompat Karet ... 112
4.4 Komentar Pakar Pendidikan Bahasa Indonesia... 116
4.5 Komentar Guru Tematik Kelas I SD ... 117
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 129
2. Hasil Observasi Silabus dan RPPH Tahap Analisis Kebutuhan ... 132
3. Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Analisis Kebutuhan ... 143
4. Produk RPPH Sebelum Validasi Ahli ... 159
5. Contoh Hasil Validasi Produk RPPH Oleh Ahli ... 171
6. Produk RPPH Setelah Validasi Ahli ... 208
7. Soal Uji Coba Terbatas Sebelum Validasi ... 300
8. Hasil Output Data Validitas dan Reliabilitas Soal ... 304
9. Soal Uji Coba Terbatas Sesudah Validasi ... 307
10. Contoh Hasil Uji Prestest Siswa ... 311
11. Contoh Hasil Uji Posttest Siswa ... 315
12. Foto-foto Kegiatan ... 319
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menguraikan bagian pendahuluan dari penelitian, yaitu: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan hal yang mendasar dalam pendidikan di sekolah.
Hidayat (2013) menyatakan bahwa kurikulum adalah salah satu instrumen input
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti
yang terjadi di Indonesia, pergantian Kurikulum telah sering dilakukan demi
meningkatkan mutu dari pendidikan. Perubahan dan pengembangan dalam
Kurikulum harus dilakukan secara sistematis, memiliki visi dan arah yang jelas
(Mulyasa, 2013).
Dewasa ini, pemerintah Indonesia sedang gencar mensosialisasikan
perubahan Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran 2013 (Juli 2013)
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk SD,
kelas VII SMP, dan kelas IX SMA (Mulyasa, 2014). Berubahnya Kurikulum 2006
(KTSP) ke Kurikulum 2013 adalah bertujuan untuk memperbaiki sistem
Berkaitan dengan perubahan Kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan
melihat perlunya diterapkan Kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter (Mulyasa, 2014). Melihat hal tersebut, maka Kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan
menjadi fondasi bagi tingkat selanjutnya. Pendidikan karakter dalam Kurikulum
2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014). Implementasi Kurikulum 2013
menuntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Kerjasama antar guru sangat
penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan yang
sangat pesat.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi memiliki berbagai
komponen, antara lain adalah: Kurikulum, rencana pembelajaran, proses
pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan
pembelajaran, pengelolaaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta
didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah/madrasah (Mulyasa, 2014). Pemerintah telah melakukan
upaya agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik yaitu
dengan mengadakan diklat/pelatihan kepada guru di setiap daerah. Kurikulum
2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan tematik terpadu.
Pendekatan saintifik adalah proses guna memberikan pemahaman bagi peserta
menggunakan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013). Tema digunakan untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006). Tema dalam Kurikulum 2013 terdiri
dari beberapa subtema, dan disetiap subtema terdapat enam pembelajaran.
Masing-masing pembelajaran dikembangkan dengan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).
Salah satu tugas guru dalam melakukan pembelajaran di kelas adalah
dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk
digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran. rencana pelaksanaan
pembelajaran harian (RPPH) mencerminkan apa yang akan dilakukan oleh guru
dalam memberikan kemudahan belajar peserta didik, dapat juga diartikan seperti
skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru (Mulyasa, 2008).
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran harian (RPPH) adalah menentukan kompetensi dasar, menentukan
indikator dan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi waktu, merumuskan
tujuan pembelajaran, memilih metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah
pembelajaran dan menentukan teknik penilaian (Muslich, 2007). Namun tidak
semua guru dapat dengan mudah menyusun sebuah perangkat pembelajaran
RPPH dengan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Guru memerlukan
waktu dan pelatihan yang cukup untuk dapat membuat sebuah perangkat
pembelajaran yaitu RPPH dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Selain itu guru
Seperti yang peneliti temui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SD KJB, beberapa guru mengeluh mengenai penyusunan
RPPH Kurikulum 2013. Guru tersebut mayoritas merupakan guru kelas I SD,
mereka beralasan karena untuk melakukan pembelajaran satu mata pelajaran saja
siswa kelas I SD cukup sulit untuk diberi pengarahan. Guru merasa kesulitan
untuk dapat mengkondisikan kelas dengan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
RPPH Kurikulum 2013. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di SD KJB saja,
namun juga terjadi di beberapa SD di Yogyakarta yaitu, SDN SB, SDN JK, SDN
NP, dan SD KGJ. Peneliti mendapati data tersebut berdasarkan hasil Focus Group
Discussion. Berdasarkan pengumpulan informasi yang di dapat dalam Focus
Group Discussion maka peneliti melakukan langkah lebih lanjut dengan
melakukan wawancara dan observasi terhadap lima sekolah dasar terebut.
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap lima sekolah dasar
yang ada didaerah Yogyakarta untuk mengetahui secara langsung
pengimplementasian dan permasalahan Kurikulum 2013 yang ada di lapangan.
Kelima sekolah dasar tersebut adalah SD KJB, SDN SB, SDN JK, SDN NP, dan
SD KGJ. Peneliti mendapati ternyata pengimplementasian Kurikulum 2013
tidaklah berjalan dengan mudah. Beberapa guru masih kebingungan mengenai
implementasi Kurikulum 2013. Seperti pada wawancara yang peneliti lakukan
pada guru kelas I dilima sekolah dasar, kelima guru tersebut berpendapat bahwa
sosialisasi Kurikulum 2013 pada saat mereka mengikuti pelatihan masih dirasa
kurang jelas. Masalah yang peneliti temukan di lapangan terkait dengan
Tabel 1.1
Masalah Terkait Implementasi Kurikulum 2013 yang Ada di Lapangan
SD KJB SDN SB SDN JK SD NP SD KGJ
menerapkan pembelajaran tematik dengan mengacu Kurikulum 2013 terutama
pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Guru-guru
tersebut masih kebingungan dalam membuat perangkat pembelajaran pada
Kurikulum 2013. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
yang berganti dan harus memuat beberapa muatan pebelajaran menyebabkan guru
kesulitan dalam menyusunnya.
Peneliti juga melakukan observasi pembelajaran kepada lima sekolah
tersebut. Hasil observasi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah tersebut, peneliti mendapati bahwa dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas, guru jarang sekali menggunakan media sebagai penunjang
pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan kelima guru dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran masih cenderung klasikal, yaitu dengan menggunakan
model ceramah, diskusi dan penugasan. Model pembelajaran tersebut, membuat
peserta didik menjadi bosan dan minat dalam mengikuti pembelajaran berkurang.
Kebosanan dan kurangnya minat peserta didik terlihat ketika guru sedang
teman di kelasnya. Hal tersebut sangatlah wajar, karena pada usia kelas I SD
siswa masih cencerung senang bermain dan belum memahami apa tujuan mereka
datang ke sekolah. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap lima siswa
mengenai pembelajaran di kelas. Hasil wawancara terhadap kelima siswa tersbut
dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2
Masalah yang Dialami Siswa Kelas I SD Ketika Pembelajaran
Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5
sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan siswa. Piaget (dalam Majid, 2014) mengungkapkan bahwa anak
usia SD urung usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana
tahapan tersebut ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam, serta
mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Melalui kegiatan bermain
sambil belajar dapat membantu siswa dalam tahap perkembangan operasional
konkret. Tahap operasional konkret merupakan perkembangan yang dapat
memberikan jembatan peningkatan pemahaman anak-anak karena interaksi
Siswa melakukan kegiatan bermain dengan rasa senang, sehingga semua
kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada
anak (Mutiah, 2010). Oleh sebab itu, menerapkan pembelajaran bermain sambil
belajar terkadang memang perlu dilakukan agar anak tidak merasa bosan.
Permainan anak juga tidak memunculkan sifat egoisme tetapi lebih menekankan
pada harmoni atau keharmonisan hubungan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat (Prihtiyani, 2010 dalam Sujarno, 2013). Selain itu, pada permainan
anak juga mendatangkan manfaat positif bagi perkembangan jiwa anak yang dapat
mengasah kecerdasan emosional dan karakter pada anak. Anak akan memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya
melalui permainan yang dilakukan (Sujiono, 2010).
Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat sebuah
permasalahan yang krusial dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar
terkait dengan pengimplementasian Kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai dokumen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan mengambil sebuah judul
penelitian “Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Harian
(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas 1 SD pada Tema Diriku Subtema
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti,
maka dapat ditemukan beberapa identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru
kelas I SD dalam melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan Kurikulum 2013.
2. Guru masih mengalami kesulitan dalam mencari media yang sesuai untuk
pembelajaran.
3. Guru mengalami kesulitan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) yang mengacu pada Kurikulum 2013.
4. Siswa mengalami kebosanan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan agar peneliti dapat melakukan penelitian
secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti dokumen perangkat pembelajaran yaitu RPPH berbasis
permainan anak untuk siswa kelas I SD dalam Tema Diriku Subtema Tubuhku.
RPPH yang disusun meliputi pembelajaran 1 sampai dengan pembelajaran 6.
Pemilihan model belajar dengan menggunakan permainan Jamuran pada
pembelajaran 2, media permainan Do Mi Ka Do pada pembelajaran 5, dan media
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada Tema
Diriku Subtema Tubuhku semester ganjil tahun ajaran 2014/2015?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengembangkan model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada tema Diriku subtema Tubuhku
semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian penyusunan perangkat pembelajaran rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan menambah referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam penyusunan perangkat pembelajaran RPPH berbasis
permainan anak.
2. Bagi Guru
Dapat membantu guru menyampaikan pembelajaran pada subtema Tubuhku
3. Bagi Siswa
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis
permainan anak yang telah dikembangkan oleh peneliti, mampu menambah
ketertarikan siswa dalam belajar dan memperoleh pengalaman baru
khususnya dalam mengenal permainan anak Jamuran, Do Mi Ka Do, dan
Lompat Karet.
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Adapun
spesifikasi produk ini adalah:
1. Produk RPPH disusun dengan memperhatikan perkembangan peserta didik
RPPH merupakan salah satu unsur dari perangkat pembelajaran yang
menjadi acuan bagi guru pada saat melakukan proses pembelajaran. Penyusunan
RPPH sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan dari peserta
didik. Peneliti mendapati bahwa kebutuhan untuk anak usia kelas I SD adalah
model pembelajaran bermain sambil belajar. Melihat hal tersebut maka peneliti
memilih untuk mengakomodasikan permainan anak pada kegiatan pembelajaran.
2. Produk RPPH disusun dengan mengacu pada Kurikulum 2013
RPPH dibuat mengacu pada Kurikulum 2013 yang di dalamnya
menggunakan pendekatan tematik terpadu dan pendekatan saintifik. Pendekatan
tematik terpadu merupakan kumpulan beberapa muatan pembelajaran yang
pelajaran sehingga memudahkan siswa dalam menerima setiap materi dalam
muatan mata pelajaran tanpa disadari oleh siswa. Sedangkan pendekatan saintifik
adalah dimana perpindahan antar muatan pembelajaran tidak disadari oleh siswa.
3. Produk RPPH disusun berbasis permainan anak
Permainan anak dipilih karena memiliki nilai untuk membentuk karakter
dan melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Hal tersebut sesuai
dengan basis dari Kurikulum 2013 yaitu Kurikulum yang berbasis kompetensi dan
pendidikan karakter. Peneliti memilih permainan anak sebagai dasar dalam
pengembangan RPPH karena mengingat pada tahap perkembangan karakteristik
siswa kelas I SD yang masih cenderung senang bermain.
H. Definisi Operasional
Definisi istilah yang perlu dijelaskan dalam penyusunan produk rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD pada
subtema tubuhku adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) merupakan acuan yang
disusun oleh guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Komponen dalam
RPPH antara lain adalah Kompetensi Inti (KI), Komptensi Dasar (KD), Indikator
yang hendak dicapai dalam pembelajaran, tujuan dari pembelajaran, kegiatan yang
hendak dilakukan selama kegiatan belajar mengajar, materi ajar, serta penilaian
2. Permainan Anak
Permainan anak merupakan kegiatan bermain yang biasa dilakukan oleh
anak usia 7-12 tahun (usia anak sekolah dasar). Jenis permainan yang dilakukan
anak biasanya sesuai dengan tahap perkembangannya. Permainan anak dalam
penelitian ini masuk pada metode pembelajaran.
3. Tema Diriku
Tema Diriku adalah tema pertama pada siswa kelas I semester satu. Dalam
tema Diriku terdapat 4 subtema yaitu Subtema Aku dan Teman Baruku, Tubuhku,
Aku Merawat Tubuhku, dan Aku Istimewa.
4. Subtema Tubuhku
Subtema Tubuhku merupakan subtema kedua dari tema Diriku. Dalam
subtema tubuhku terdapat 6 pembelajaran. Setiap satu pembelajaran adalah
kegiatan dalam 1 hari. Karena terdapat 6 pembelajaran maka setiap satu subtema
13
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini akan membahas landasan teori dalam penelitian yang terdiri dari
empat bagian, yaitu: (1) teori yang mendukung, (2) penelitian yang relevan,
(3) kerangka berpikir, dan (4) pertanyaan penelitian.
A. Teori yang Mendukung
Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori belajar, teori
belajar konstruktivisme, desain pembelajaran, kurikulum, perkembangan
kurikulum di Indonesia, Kurikulum 2013, dan permainan tradisional.
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan ilmu atau tujuan tertentu dan merupakan salah satu jalan atau proses
untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan. Kegiatan belajar tidak mengenal
usia, bahkan seumur hidup kita tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Siregar & Nara, 2011). Belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa
lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (Gagne, 1977 dalam
Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang telah dipaparkan di atas,
setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Siregar & Nara, 2011):
a) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut
bersifat pengalaman (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan
sikap (afektif).
b) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat
disimpan.
c) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berdasar teori para ahli seperti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang guna
mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan memperbaiki sikap
atau perilaku seseorang. Melalui belajar juga terdapat suatu proses perubahan
tingkah laku seseorang sebagai hasil dari kejadian-kejadian atau pengalaman yang
telah dialami seseorang di lingkungannya. Adanya perubahan tingkah laku
melalui belajar, dapat membentuk suatu kepribadian seseorang menjadi lebih baik
dan semakin terarah.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan setiap orang
untuk memperoleh suatu pengalaman atau ilmu. Adapun teori-teori belajar yang
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Namun sampai saat ini, banyak
sumber yang cenderung mengelompokkannya hanya menjadi dua aliran besar,
yaitu behaviorisme dan konstruktivisme (Suyono, 2011). Alasannya adalah kedua
aliran besar tersebut banyak dikembangkan berbagai varian teori belajar, maka
dari itu kedua aliran tersebut banyak mempengaruhi para ahli dan pemikir
pendidikan untuk mengembangkan berbagai teori dan konsep pembelajaran
(Suyono, 2011: 55). Teori belajar yang akan dibahas pada penelitian ini hanya
sebatas pada teori konstruktivisme saja, karena Kurikulum 2013 lebih
menekankan pada penilaian proses belajar peserta didik dan menggunakan
penilaian autentik. Hal tersebut sejalan dengan teori belajar konstruktivisme.
Asumsi-asumsi dasar dari konstruktivisme seperti yang diungkap oleh
Merril (1991) dalam Suyono (2011: 106) adalah sebagai berikut:
a) Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman.
b) Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata.
c) Belajar adalah sebuah proses aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman.
d) Pertumbuhan konseptual berasal dari negoisasi makna, saling berbagi tentang
perspektif ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran
kolaboratif.
e) Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan dengan
Piaget dalam Suyono (2011) mengungkapkan bahwa perkembangan anak
bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya untuk memahami
dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan disekelilingnya. Lebih
lanjut, Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat sesuai dengan
perkembangan usianya, bergerak dari sekedar refleks-refleks awal seperti
menangis dan menyusun, menuju aktivitas mental yang kompleks. Melihat dari
teori konstruktivisme menurut Piaget, jika dikaitkan dalam konteks pelaksanaan
pembelajaran guru sebaiknya menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, membuat sebuah kegiatan yang
melibatkan aktivitas fisik seperti melakukan sebuah permainan juga dapat
membantu memberi stimulus kepada anak untuk mengasah kemampuan
kognitifnya.
Sedangkan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky, ia lebih suka
menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial. Vygotsky
beranggapan bahwa lingkungan sosial sebagai penentu perkembangan individu.
Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan
intelektual individu. Melihat dari cara pandang Vygotsky mengenai teori
konstruktivisme maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran akan
tercapai bila pendidikan yang diberikan sesuai dengan perkembangan peserta
didik. Tidak hanya melihat tahap perkembangan peserta didik, namun perlu juga
3. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran merupakan perencanaan atau model yang akan
digunakan dalam pembelajaran agar dapat berjalan dengan terarah. Melalui suatu
desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan
suatu persoalan (Sanjaya, 2009: 65). Dalam desain pembelajaran terbentuk
rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program
pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji (Reiser, 2002 dalam
Prawiradilaga, 2008). Dalam desain pembelajaran terdapat perangkat
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan dari desain yang dibuat.
Perangkat pembelajaran tersebut meliputi:
a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Depdiknas, 2008). Silabus juga
merupakan acuan dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH).
Dalam pelaksanaannya, silabus dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri
atau kelompok dalam sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, Pusat Kerja Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan. Dengan demikian apa pun kurikulumnya, sekolah
dan guru-guru di sekolah tertentu perlu meningkatkan kemampuan dalam
penyusunan dan pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran (Akbar,
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) merupakan suatu perencanaan
mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar. RPPH
umumnya dibuat sendiri oleh masing-masing guru sesuai dengan aturan
pembuatan RPPH. Dalam penyusunan RPPH terdapat enam prinsip, yaitu:
(1) memperhatikan perbedaan individu peserta didi, (2) mendorong partisipasi
aktif peserta didik, (3) mengembangkan budaya membaca dan menulis,
(4) memberikan umpan balik dan tindak lanjut, (5) keterkaitan dan keterpaduan,
dan (6) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (Akbar, 2013: 142).
Menurut Mulyasa (2008: 156) RPPH memiliki dua fungsi yaitu:
(1) Fungsi Perencanaan
RPPH hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan
pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan
melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan secara
tertulis maupun tidak tertulis.
(2) Fungsi Pelaksanaan
RPPH harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh,
dengan beberapa kemungkinan peneysuaian dalam situasi pembelajaran yang
aktual. Berdasar hal tersebut, maka RPPH berfungsi secara optimal untuk
mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.
Guru memiliiki kebebasan penuh untuk membuat perencanaan yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran. RPPH dapat dikembangkan sendiri
Adapun prinsip pengembangan RPPH menurut Mulyasa (2008: 157) adalah
sebagai berikut:
a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPPH harus jelas, sudah diamati dan
menggunakan lengkah-langkah kegiatan yang tepat guna membentuk
kompetensi dasar tersebut.
b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta
didik.
c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPPH harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secata tim (team teaching.)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
dapat tercapainya tujuan pembelajaran, diperlukan sebuah perencanaan yang
baik. Jika tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka akan dihasilkan output
yang berkualitas.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan, maka dalam bahan ajar harus memuat isi yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Prastowo, 2012). Sedangkan menurut
Majid (2009) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
kelas. Bahan atau materi yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis.
Melihat dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memuat isi
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai kompetensi dasar.
d. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat memperlajari materi ajar secara
mandiri (Prastowo, 2014). Terdapat lembar kegiatan yang biasanya berupa
petunjuk atau langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dalam LKS. Tugas yang
terdapat pada lembar kegiatan harus menunjukkan kejelasan mengenai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Komponen dalam LKS meliputi, materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan
tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa. Fungsi dari LKS sendiri
antara lain adalah: (1) LKS dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang bisa
meminimalkan peran guru namun lebih membuat siswa aktif. (2) LKS dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami materi. (3) LKS merupakan bahan
ajar yang ringkas dan terdapat tugas-tugas untuk membantu siswa berlatih. (4)
LKS dapat mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Adapun
kegunaan LKS dalam pembelajaran tematik yaitu melalui LKS guru dapat
memiliki kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif ikut terlibat dalam
dapat disimpulkan bahwa guru perlu cermat dan memiliki pengetahuan serta
keterampilan yang memadai agar dapat menyusun LKS yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang hendak dicapai.
4. Kurikulum
Setiap instansi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada
semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011). Istilah kurikulum dalam
pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan
peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Sedangkan pengertian
kurikulum dalam perspektif yuridis-formal, yaitu menurut UU no.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Kurikulum adalah seperangkat rencana
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Bab 1 Pasal 1 ayat 19). Berdasarkan
pengertian kurikulum yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kurikulum merupakan suatu perencanaan pada sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh dan diselesaikan oleh peserta didik dalam mengikuti proses
belajar di sekolah untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan.
Perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan kebutuhan yang ada di
masyarakat, karakteristik peserta didik, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki
keilmuan (Saylor, et al., 1981 dalam Hamalik, 2007). Adapun prinsip yang
terdapat dalam mengembangkan kurikulum antara lain adalah prinsip umum dan
a) Prinsip Berorientasi pada Tujuan dan Kompetensi
Prinsip berorientasi pada tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam
pendidikan. Tujuan dari pendidikan itu sendiri memiliki tingkatan tertentu,
mulai dari tujuan yang umum sampai yang khusus. Adapun tujuan-tujuan
yang dimaksud seperti, tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus.
Sedangkan prinsip berorientasi pada kompetensi adalah perpaduan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang ditunjukan melalui pola
pikir dan tindakan. Ciri utama dari prinsip ini adalah menggunakan pola
pemikiran yang sistematik dan sistemik. Oleh sebab itu, langkah pertama yang
harus dilakukan untuk mengembangkan kurikulum adalah mentapkan standar
kopetensi lulusan (SKL).
b) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi terbagi atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi
internal. Relevansi eksternal merupakan relevansi antara kurikulum dengan
lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat, perkembangan kehidupan
masa sekarang dan masa yang akan datang, serta tuntutan dan kebutuhan
dunia pekerjaan. Sedangkan relevansi internal adalah adanya hubungan dan
konsistensi antar komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses, dan
evaluasi. Dari kedua prinsip tersebut, maka pengembang kurikulum harus
paham benar mengenai isi kurikulum, tujuan, proses pembelajaran, dan sistem
relevansi internal, hal tersbut tentu akan membawa keberhasilan untuk
tercapainya relevansi eksternal.
c) Prinsip Efisiensi
Pengembang kurikulum perlu memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi
tempat dimana kurikulum tersebut akan digunakan. Pemahaman mengenai
tempat dimana kurikulum akan digunakan dapat membantu pengembang
kurikulum untuk dapat memenuhi prinsip praktis. Salah satu kriteria praktis
itu adalah efisien, maksud dari efisien adalah sesuatu yang tidak memerlukan
biaya yang mahal tetapi bukan sesuatu yang dianggap murahan. Oleh sebab
itu, kurikulum harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, dan sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Para pengembang juga perlu
memerhatikan aspek seperti sumber daya pendidikan yaitu tenaga, dana,
fasilitas, terutama pada daerah yang sangat terbatas.
d) Prinsip Keefektifan
Prinsip keefektifan dapat ditinjau dari hal, yaitu melalui proses dan produk.
Proses mengacu pada tingkat keefektifan proses pembelajaran yaitu cara guru
mengajar/menyampaikan materi dan keefektifan peserta didik selama
mengikuti pembelajaran. Sedangkan produk mengacu pada hasil yang ingin
dicapai dari proses pembelajaran. Kejelasan kompetensi yang ingin dicapai
dapat mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi, metode, dan sistem
evaluasi, serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Intinya, dalam
prinsip ini pengembang perlu mengusahakan agar kurikulum yang dijalankan
seefektif mungkin agar tidak ada kegiatan yang sia-sia atau tidak bermakna
bagi siswa.
e) Prinsip Fleksibilitas
Pengembang kurikulum perlu memperhatikan nilai fleksibilitas pada suatu
kurikulum. Fleksibilitas adalah suatu hal yang bersifat lentur (tidak kaku) dan
dapat berubah sesuai dengan keadaan yang ada. Kefleksibelan dalam
mengembangkan kurikulum yaitu fleksibel mengembangkan program
pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metode, media
pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Kurikulum sebaiknya
memiliki sistem tertentu yang mampu memberikan sebuah alternatif dalam
penguasaan kompetensi melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yang
sesuai dengan situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum tersebut
diterapkan. Berdasarkan hal diatas, maka pengembang kurikulum perlu
mengusahakan agar kgiatan kurikuler dapat bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
f) Prinsip Integritas
Pengembang kurikulum perlu memperhatikan bahwa kurikulum harus
dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna
atau berstruktur. Bermakna adalah suatu keseluruan yang memiliki arti atau
makna, nilai, dan manfaat tertentu. Sedangkan keseluruhan merupakan sesuatu
yang totalitas dan memiliki maknanya sendiri. Prinsip integritas bermaksud
agar pengembang kurikulum memperhatikan dan mengusahakan agar
Hal tersebut dikarenakan pendidikan anak merupakan pendidikan yang
seutuhnya, pendidikan yang menyeuruh, dan pendidikan yang terpadu. Peserta
didik memiliki potensi yang dapat tumbuh dan berkembang.
g) Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan agar dalam
kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, seperti kesinambungan
antar mata pelajaran dan kesinambungan antar kelas ataupun antar jenjang.
h) Prinsip Sinkronasi
Kurikulum yang dikembangkan harus mengusahakan agar setiap aspek seperti
kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, dan pengalaman belajar yang lainnya
dapat berjalan dengan seimbang, searah, dan setujuan.
i) Prinsip Objektivitas
Semua kegiatan dalam kurikulum harus dijalankan dengan tatanan kebenaran
ilmiah serta menghindari pengaruh subjektivitas, emosional, dan irasional.
j) Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dalam pengembangan kurikulum ialah bertujuan agar
menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses
pembelajaran yang demokratis. Pengembangan kurikulum perlu dilandasi oleh
nilai demokrasi, yaitu berupa penghargaan kepada kemampuan peserta didik,
menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan
Pengertian kurikulum yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa kurikulum merupakan segala sesuatu yang sudah
direncanakan secara matang oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan acuan
dalam kegiatan belajar mengajar sampai dengan tujuan pembelajaran dan harus
memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Oleh sebab itu, tidak menutup
kemungkinan jika sering terjadi perubahan kurikulum yang berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman. Perkembangan kurikulum menjadi solusi terhadap
persoalan yang dihadapi bangsa, karena berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan
sangat tergantung pada kurikulum yang berlaku (Fadillah, 2014).Perkembangan
dan perubahan kurikulum sering terjadi karena pada prinsipnya pendidikan
bertujuan menyiapkan peserta didik agar dapat bersaing sesuai dengan keadaan
zaman.
5. Sejarah Kurikulum di Indonesia
Pergantian kurikulum di Indonesia sudah merupakan hal yang biasa dalam
dunia pendidikan. Menurut Widijanto dalam forum Mangunwijaya VII (2013) jika
dilihat dari sejarah perkembangan kurikulum, Indonesia sudah mengalami hingga
sepuluh kali pergantian kurikulum. Pada zaman Orde Lama terdapat tiga
kurikulum yaitu: tahun 1947, tahun 1952, dan tahun 1964. Di zaman Orde Baru
lahir empat kurikulum: tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, dan tahun 1994. Saat
masa reformasi lahir kembali dua kurikulum: tahun 2004 dan tahun 2006. Tidak
hanya berhenti pada kurikulum tahun 2006 atau yang sering didengar dengan
istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kini kurikulum di
kurikulum yang terjadi berulang kali adalah karena keinginan pemerintah untuk
mengevaluasi kurikulum pendidikan nasional. Evaluasi dimaksudkan agar
pembelajaran lebih efektif (Nuh, 2012 dalam Forum Mangunwijaya, 2013).
Penerapan Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai
tahun ajaran 2013 (Juli 2013) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
dimulai di kelas I dan IV untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas IX SMA (Mulyasa,
2014: 9). Berubahnya Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 adalah
bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Melihat dari pergantian Kurikulum yang berulang kali dilakukan di
Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pergantian Kurikulum
sebenarnya bertujuan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik. Jika
kualitas pendidikan sudah baik, tentu masa depan bangsa ini akan menjadi lebih
baik lagi dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan
lulusan-lulusan yang berkompeten dan siap bersaing.
6. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang pernah diujikan pada tahun 2004 (Mulyasa, 2014).
Landasan yang digunakan sebagai pijakan pada pengembangan kurikulum 2013
secara eksplisit menganut pendekatan terintegrasi melalui pendekatan tematik
(Sundayana, 2014). Adapun keunggulan dari kurikulum 2013 menurut Mulyasa
(2014) adalah, pertama: kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat
alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
potensinya masing-masing. Peserta didik merupakan subjek belajar dan proses
belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kerja dan mengalami
berdasarkan kompetensi tertentu.
Kedua: kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu
pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan
aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum 2013
menekankan pada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan
menggunakan pendekatan yang bersifat kontekstual, menekankan pendidikan
karakter pada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
a. Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan model pembelajaran
terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik (Trianto, 2011).
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu
tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik
pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011).
Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran yang dilakukan lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Selain itu
pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh sebab itu, guru perlu membuat suatu
rancangan pembelajaran dan mengemas suatu pembelajaran agar dapat bermakna
bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif (Trianto, 2011). Penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar dapat sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sejalan dengan pengertian ahli di atas, menurut Majid (2013) menjelaskan
bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai pendekatan mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkan dengan konsep yang telah mereka pahami.
Berdasar uraian beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dapat saling berkesinambungan antara satu muatan dengan
muatan lainnya.
b. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
dapat dikaitkan dengan suatu proses yang ilmiah. Pendekatan saintifik dianggap
sebagai dasar perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik (Kemendikbud, 2014). Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran meliputi kegitan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolah informasi,
serta menyajikan atau mengkomunikasikan. Melihat dari pengertian mengenai
pembelajaran saintifik, maka pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang
lebih mengacu pada proses belajar peserta didik.
c. Penilaian Autentik
Penilaian yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah penilaian autentik.
Penilaian autentik sendiri sebenarnya merupakan suatu istilah untuk menjelaskan
berbagai metode penilaian yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan
kemampuannya dalam menyelsaikan tugas dan menyelesaikan masalah
(Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik berupaya memberikan tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama
(Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud: 34). Penilaian autentik memiliki tiga jenis
keterampilan. Atas dasar itu, maka penilaian autentik sering digambarkan sebagai
penilaian atas perkembangan peserta didik. Guru perlu paham benar mengenai
penilaian autentik karena dalam penilaian autentik akan tampak segala proses
belajar siswa. Mulai dari menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
apa saja yang sudah atau belum diketahui oleh peserta didik, sehingga guru dapat
benar-benar mengetahui dimana letak kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing peserta didik.
Menurut Sundayana (2014: 21-30) Kurikulum 2013 memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Pendekatan
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan alamiah. Pendekatan alamiah
(scientific approach)dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013).
b) Kompetensi
Kurikulum 2013 dilihat dari sisi tujuan yang berbasis pada kompetensi
mencakup kompetensi yang memadukan sikap dan perilaku (karakter),
pengetahuan, dan keterampilan termasuk keterampilan berpikir. Sebagaimana
ditegaskan dalam Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah, rumusan kompetensi dijenjangkan berdasarkan: (1) Tingkat
perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi Kompetensi Indonesia, (3)
memperhatikan tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan
pendidikan dan keterpaduan antar jenjang yang relevan.
c) Isi Kurikulum
Sejalan denan pendekatan yang dianutnya,isi kurikulum 2013 menggunakan
tema sebagai perekat berbagai bidang studi. Untuk tingkat Sekolah Dasar
pemilihan isi kurikulum dengan thematic design. Isi kurikulum adalah berupa
tema yang dapat dikembangkan ke dalam anak tema atau biasa disebut dengan
subtema yang fungsinya adalah mengintegrasikan berbagai muatan pembelajaran
dalam struktur kurikulum SD.
d) Pembelajaran
Melihat dari sisi pembelajaran, kurikulum ini berpusat pada peserta didik
(student centered-active learning) dengan pembelajaran yang kontekstual,
khususnya terkait dengan pengembangan tema. Pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik terebut, dipandu oleh guru dengan menerapkan pembelajaran
berbasis penelitian (inquiry-based learning) dan pembelajaran berbasis projek
(project-based learning).
Menurut permendikbud nomor 65 tentang standar proses pendidikan dasar
dan menengah, kedua pendekatan dalam pembelajaran tersebut diterapkan untuk
membantu peserta didik mencapai Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD)
dan berimbas pada ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun
tahap pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu, mengamati (observing),
dan menghubungkan informasi (collecting and associating), dan
mengkomunikasikan (communicating).
e) Penilaian
Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada penilaian autentik.
Penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama
mealui debat, dan sebagainya (Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud 2014: 34).
Penilaian autentik harus mampu menggammbarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik.
7. Pembagian Materi
Materi dalam penelitian ini adalah mengambil tema pertama semeter 1 pada
kelas I SD, yaitu tema Diriku. Terdapat empat subtema dalam tema Diriku yaitu
Aku dan teman Baruku, Tubuhku, Aku Merawat Tubuhku, dan Aku Istimewa.
Penelitian ini berfokus pada penyusunan perangkat pembelajaran RPPH subtema
Tubuhku.
a. Tema Diriku
Tema Diriku adalah tema pertama dari empat tema pada jenjang kelas I SD
semester 1. Tema Diriku terdiri atas empat subtema yaitu (1) Aku dan Teman
Baru, (2) Tubuhku, (3) Aku Merawat Tubuhku dan (4) Aku Istimewa, seperti
mengangkat topik tentang kehidupan dasar pada manusia yaitu mengenai
mengenal dan merawat anggota tubuh. (Sumber: Buku Guru SD/MI kelas I SD).
b. Subtema Tubuhku
Subtema tubuhku merupakan subtema kedua dari tema diriku. Subtema ini
berisikan mengenai pengenalan-pengenalan nama anggota tubuh kepada siswa.
Terdapat enam pembelajaran pada subtema ini. Adapun muatan yang ada pada
tema ini antara lain adalah: PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, PJOK, dan
SBDP. (Sumber: Buku Guru SD/MI kelas I SD)
8. Permainan Anak
Anak-anak umumnya menyukai bermain. Banyak permainan yang biasa
dilakukan oleh anak-anak. Menurut Huizinaga (1990) dalam permainan terdapat 3
ciri yaitu (1) bebas, kebebasan, (2) permainan bukanlah kehidupan yang “biasa” atau “yang seungguhnya”, dan (3) tertutup, terbatas. Ia “dimainkan” dalam batas
-batas waktu dan tempat tertentu. Ia berlangsung dan bermakna dalam dirinya sendiri. Permainan dimulai dan berakhir pada suatu saat tertentu. Ia “dimainkan
sampai selesai”. Selama permainan berlangsung, ada gerak, ada langkah, selingan,
giliran, jalinan cerita dan penguraian. Setiap permainan memiliki aturan-aturannya
sendiri dan aturan dalam permainan bersifat mengikat secara mutlak.
Bermula dari sebuah permainan yang biasa dimainkan dan terus menerus
diturunkan/diajarkan kepada generasi yang lebih muda, lama kelamaan permainan
tersebut menjadi membudaya. Berasal dari nilai budaya tersebut lah maka