• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku."

Copied!
346
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Latifa, Frida Rahma. (2014). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci:Metode penelitian dan pengembangan, RPPH, permainan anak.

Penelitian ini berawal dari adanya kebutuhan guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas I SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak dalam menyampaikan pembelajaran pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D).Prosedur pengembangan produk ini dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan hasil modifikasi langkah pengembangan menurut Sugiyono (2014) dan Borg&Gall (1989), yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumen uji coba terbatas, dan (5) uji coba terbatas. Subyek uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa kelas I SD KJB. Produk RPPH divalidasi oleh 12 pakar yang berkompeten di bidangnya yaitu, pakar pembelajaran tematik, pakar permainan anak, pakar pendidikan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKn, PJOK, dan SBDB, serta kepala sekolah dasar dan guru pembelajaran tematik SD.

▸ Baca selengkapnya: contoh rpph tema kendaraan

(2)

ABSTRACT

Latifa, Frida Rahma. (2014). Constructing Daily Lesson Plans (RPPH) Based on Children Games For the First Grade of Elementary School in Themed

“Diriku” Subtheme “Tubuhku”. Thesis. Yogyakarta: University of Sanata Dharma.

Keyword: research and development method, RPPH, children game.

This research originated from teachers need in the preparation or forming Daily Lesson Plan (in Bahasa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian – RPPH) in accordance with the characteristics of first grade elementary school students. The purpose of this study was to determine formulation model of game-based learning Daily Lesson Plan (RPPH) in conveying Myself theme and My body subtheme.

This study is Research and Development type. This product development procedure was done through five steps which are result of modification steps according to Sugiyono (2014) and Borg&Gall (1989), namely: (1) preliminary study, (2) product modeling, (3) product validation, (4) limited trial instrumentation, (5) Limited trial. Limited trial subjects in this study were 5 students KJB’s first grade elementary students. RPPH Product is validated by 12 experts who are competent in their field, thematic learning experts, kids games experts, Bahasa Indonesian experts, Mathematics, Science, Social Studies, PPKn, PJOK, and SBDP, elementary school principal and elementary thematic learning teacher as well.

▸ Baca selengkapnya: contoh rpph tema rekreasi

(3)

i

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN

ANAK KELAS I SD PADA TEMA DIRIKU SUBTEMA

TUBUHKU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Frida Rahma Latifa NIM : 111134003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PEDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini peneliti persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan, kemudahan, dan kelancaran disetiap langkah.

Bapak dan Ibu tercinta, Ibnu Antono Widodo dan Utami Wahyuningsih yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan cinta, serta semangat yang luar biasa.

Kedua kakak ku tercinta, Mohammad Ardhian Pratama dan Rifqi Fathurakhman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.

Dosen pembimbing, Ibu E. Catur Rismiati dan Ibu Elisabeth Desiana Mayasari yang telah rela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam membimbing dan mengarahkan peneliti selama proses penyusunan skripsi.

(7)

v

MOTTO

Kerjakanlah segala sesuatu dengan kesungguhan.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,18 Desember 2014 Peneliti,

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Frida Rahma Latifa

Nomor Mahasiswa : 111134003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta,18 Desember 2014

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Latifa, Frida Rahma. (2014). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci:Metode penelitian dan pengembangan, RPPH, permainan anak.

Penelitian ini berawal dari adanya kebutuhan guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas I SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak dalam menyampaikan pembelajaran pada Tema Diriku Subtema Tubuhku.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D).Prosedur pengembangan produk ini dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan hasil modifikasi langkah pengembangan menurut Sugiyono (2014) dan Borg&Gall (1989), yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumen uji coba terbatas, dan (5) uji coba terbatas. Subyek uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa kelas I SD KJB. Produk RPPH divalidasi oleh 12 pakar yang berkompeten di bidangnya yaitu, pakar pembelajaran tematik, pakar permainan anak, pakar pendidikan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKn, PJOK, dan SBDB, serta kepala sekolah dasar dan guru pembelajaran tematik SD.

(11)

ix

ABSTRACT

Latifa, Frida Rahma. (2014). Constructing Daily Lesson Plans (RPPH) Based on Children Games For the First Grade of Elementary School in Themed “Diriku” Subtheme “Tubuhku”. Thesis. Yogyakarta: University of Sanata Dharma.

Keyword: research and development method, RPPH, children game.

This research originated from teachers need in the preparation or forming Daily Lesson Plan (in Bahasa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian – RPPH) in accordance with the characteristics of first grade elementary school students. The purpose of this study was to determine formulation model of game-based learning Daily Lesson Plan (RPPH) in conveying Myself theme and My body subtheme.

This study is Research and Development type. This product development procedure was done through five steps which are result of modification steps according to Sugiyono (2014) and Borg&Gall (1989), namely: (1) preliminary study, (2) product modeling, (3) product validation, (4) limited trial instrumentation, (5) Limited trial. Limited trial subjects in this study were 5 students KJB’s first grade elementary students. RPPH Product is validated by 12 experts who are competent in their field, thematic learning experts, kids games experts, Bahasa Indonesian experts, Mathematics, Science, Social Studies, PPKn, PJOK, and SBDP, elementary school principal and elementary thematic learning teacher as well.

RPPH product has "good" quality based on 12 expert’s validation results. The results of the validation summary on the sixth RPPH get an average score of 84.80 in the category of "good". Validation summary results of the on the sixth RPPH get an average score of 84.80 with category "good". Looking from the results of limited trial, it can be concluded that the development of first grade elementary school children’s game based RPPH products on the theme Subtheme

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak

Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Tubuhku dapat peneliti selesaikan dengan

baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan,

dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.

Karena itu, dengan kesungguhan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., dosen pembimbing I, terimakasih atas

bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses

(13)

xi

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen pembimbing II, yang telah mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Dra. C. Bekti Susilowati, kepala sekolah SD KJB.

6. Monika Ayu Maharani, S.Pd., wali kelas I SD KJB yang selalu memberikan

bantuan kepada peneliti selama melakukan penelitian.

7. Seluruh validator yang tidak bisa peneliti sebutkan secara satu pertsatu.

8. Seluruh siswa kelas I SD KJB tahun ajaran 2014/2015yang telah memberikan

kerjasama dan waktu selama kegiatan penelitian.

9. Kedua orangtua peneliti, yaitu Ibnu Antono Widodo dan Utami Wahyuningsih

yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

10.Kedua kakak peneliti, yaitu Mohammad Ardhian Pratama dan Rifqi

Fathurakhman yang selalu memeberikan motivasi dan dukungan moril

maupun materi kepada peneliti.

11.Sahabatku Ari Widya Pertiwi, Marselus Sunardi, Rufina Merry Ardiyanti, dan

Andre Aditya Setiawan, yang selalu setia menemani, memberikan dukungan,

dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

12.Teman dekatku, Arfian Indra Maulana yang selalu memberikan motivasi dan

masukan kepada peneliti selama proses pembuatan sekripsi.

13.Teman-teman penelitian kolaboratif Permainan Anak, Boni, Dias, Cahya,

Evan, Mentari, Tere, Erlin, Vita, Cornel, Eka, Rini, dan Lely. Sebuah

kebanggaan bisa berjuang bersama kalian.

14.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 10

H. Definisi Operasional ... 11

BAB II ISI LANDASAN TEORI ... 13

A. Teori yang Mendukung ... 13

1. Pengertian Belajar... 13

2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 14

(15)

xiii

4. Kurikulum ... 21

5. Sejarah Kurikulum di Indonesia ... 26

6. Kurikulum 2013 ... 27

7. Pembagian Materi ... 33

8. Permainan Anak ... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 45

D. Pertanyaan Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Setting Penelitian ... 49

C. Prosedur Penelitian ... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Hasil Penelitian ... 77

B. Pembahasan ... 113

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Keterbatasan Penelitian ... 122

C. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

1.1 Masalah Terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 5

1.2 Masalah yang Dialami Siswa Kelas I SD Ketika Pembelajaran ... 6

3.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian RPPH dan Validasi Produk ... 61

3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Silabus ... 63

3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 64

3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 65

3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 65

3.6 Kisi-kisi Topik dalam Focus Group Discussion ... 66

3.7 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran ... 67

3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 68

3.9 Kriteria Penilaian RPPH ... 72

3.10 Kriteria Penilaian Hasil Observasi ... 73

3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas... 75

3.12 Jadwal Penelitian ... 76

4.1 Hasil Wawancara Guru ... 80

4.2 Hasil Wawancara Siswa ... 82

4.3 Hasil Penilaian Silabus dari Lima Sekolah Dasar di Yogyakarta ... 83

4.4 Hasil Penilaian RPPH dari Lima Sekolah Dasar di Yogyakarta ... 84

4.5 Hasil Observasi Pembelajaran Tematik pada Lima SD di Yogyakarta ... 85

4.6 Rekapitulasi Data Penilaian Silabus, RPPH, dan Observasi ... 87

4.7 Hasil Focus Group Discussion ... 89

4.8 Kriteria Penilaian RPPH ... 92

4.9 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 1 ... 92

4.10 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 1 ... 93

4.11 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 2 ... 94

4.12 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 2 ... 95

4.13 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 3 ... 96

4.14 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 3 ... 97

(17)

xv

4.16 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 4 ... 99

4.17 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 5 ... 100

4.18 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 5 ... 101

4.19 Rekapitulasi Data Kuantitatif Pembelajaran 6 ... 102

4.20 Rekapitulasi Data Kualitatif Pembelajaran 6 ... 103

4.21 Rekapitulasi Kualitas Produk RPPH Secara Keseluruhan ... 104

4.22 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Tes ... 106

4.23 Uji Reliabilitas ... 107

4.24 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas... 108

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Literature Map Penelitian ... .. 43

3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D Menurut Sugiyono ... 50

3.2 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D Menurut Borg&Gall... 52

3.3 Bagan Pengembangan RPPH Berbasis Permainan Anak... 54

4.1 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Jamuran ... 111

4.2 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Do Mi Ka Do ... 111

4.3 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Mengenai Permainan Lompat Karet ... 112

4.4 Komentar Pakar Pendidikan Bahasa Indonesia... 116

4.5 Komentar Guru Tematik Kelas I SD ... 117

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 129

2. Hasil Observasi Silabus dan RPPH Tahap Analisis Kebutuhan ... 132

3. Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Analisis Kebutuhan ... 143

4. Produk RPPH Sebelum Validasi Ahli ... 159

5. Contoh Hasil Validasi Produk RPPH Oleh Ahli ... 171

6. Produk RPPH Setelah Validasi Ahli ... 208

7. Soal Uji Coba Terbatas Sebelum Validasi ... 300

8. Hasil Output Data Validitas dan Reliabilitas Soal ... 304

9. Soal Uji Coba Terbatas Sesudah Validasi ... 307

10. Contoh Hasil Uji Prestest Siswa ... 311

11. Contoh Hasil Uji Posttest Siswa ... 315

12. Foto-foto Kegiatan ... 319

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan bagian pendahuluan dari penelitian, yaitu: latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan

definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan hal yang mendasar dalam pendidikan di sekolah.

Hidayat (2013) menyatakan bahwa kurikulum adalah salah satu instrumen input

dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis

sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti

yang terjadi di Indonesia, pergantian Kurikulum telah sering dilakukan demi

meningkatkan mutu dari pendidikan. Perubahan dan pengembangan dalam

Kurikulum harus dilakukan secara sistematis, memiliki visi dan arah yang jelas

(Mulyasa, 2013).

Dewasa ini, pemerintah Indonesia sedang gencar mensosialisasikan

perubahan Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013

dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran 2013 (Juli 2013)

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk SD,

kelas VII SMP, dan kelas IX SMA (Mulyasa, 2014). Berubahnya Kurikulum 2006

(KTSP) ke Kurikulum 2013 adalah bertujuan untuk memperbaiki sistem

(21)

Berkaitan dengan perubahan Kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan

melihat perlunya diterapkan Kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis

karakter (Mulyasa, 2014). Melihat hal tersebut, maka Kurikulum 2013 lebih

menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan

menjadi fondasi bagi tingkat selanjutnya. Pendidikan karakter dalam Kurikulum

2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang

mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada

setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014). Implementasi Kurikulum 2013

menuntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Kerjasama antar guru sangat

penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan yang

sangat pesat.

Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi memiliki berbagai

komponen, antara lain adalah: Kurikulum, rencana pembelajaran, proses

pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan

pembelajaran, pengelolaaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta

didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga

dan lingkungan sekolah/madrasah (Mulyasa, 2014). Pemerintah telah melakukan

upaya agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik yaitu

dengan mengadakan diklat/pelatihan kepada guru di setiap daerah. Kurikulum

2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan tematik terpadu.

Pendekatan saintifik adalah proses guna memberikan pemahaman bagi peserta

(22)

menggunakan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013). Tema digunakan untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006). Tema dalam Kurikulum 2013 terdiri

dari beberapa subtema, dan disetiap subtema terdapat enam pembelajaran.

Masing-masing pembelajaran dikembangkan dengan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).

Salah satu tugas guru dalam melakukan pembelajaran di kelas adalah

dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk

digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran. rencana pelaksanaan

pembelajaran harian (RPPH) mencerminkan apa yang akan dilakukan oleh guru

dalam memberikan kemudahan belajar peserta didik, dapat juga diartikan seperti

skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru (Mulyasa, 2008).

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran harian (RPPH) adalah menentukan kompetensi dasar, menentukan

indikator dan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi waktu, merumuskan

tujuan pembelajaran, memilih metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah

pembelajaran dan menentukan teknik penilaian (Muslich, 2007). Namun tidak

semua guru dapat dengan mudah menyusun sebuah perangkat pembelajaran

RPPH dengan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Guru memerlukan

waktu dan pelatihan yang cukup untuk dapat membuat sebuah perangkat

pembelajaran yaitu RPPH dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Selain itu guru

(23)

Seperti yang peneliti temui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SD KJB, beberapa guru mengeluh mengenai penyusunan

RPPH Kurikulum 2013. Guru tersebut mayoritas merupakan guru kelas I SD,

mereka beralasan karena untuk melakukan pembelajaran satu mata pelajaran saja

siswa kelas I SD cukup sulit untuk diberi pengarahan. Guru merasa kesulitan

untuk dapat mengkondisikan kelas dengan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

RPPH Kurikulum 2013. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di SD KJB saja,

namun juga terjadi di beberapa SD di Yogyakarta yaitu, SDN SB, SDN JK, SDN

NP, dan SD KGJ. Peneliti mendapati data tersebut berdasarkan hasil Focus Group

Discussion. Berdasarkan pengumpulan informasi yang di dapat dalam Focus

Group Discussion maka peneliti melakukan langkah lebih lanjut dengan

melakukan wawancara dan observasi terhadap lima sekolah dasar terebut.

Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap lima sekolah dasar

yang ada didaerah Yogyakarta untuk mengetahui secara langsung

pengimplementasian dan permasalahan Kurikulum 2013 yang ada di lapangan.

Kelima sekolah dasar tersebut adalah SD KJB, SDN SB, SDN JK, SDN NP, dan

SD KGJ. Peneliti mendapati ternyata pengimplementasian Kurikulum 2013

tidaklah berjalan dengan mudah. Beberapa guru masih kebingungan mengenai

implementasi Kurikulum 2013. Seperti pada wawancara yang peneliti lakukan

pada guru kelas I dilima sekolah dasar, kelima guru tersebut berpendapat bahwa

sosialisasi Kurikulum 2013 pada saat mereka mengikuti pelatihan masih dirasa

kurang jelas. Masalah yang peneliti temukan di lapangan terkait dengan

(24)

Tabel 1.1

Masalah Terkait Implementasi Kurikulum 2013 yang Ada di Lapangan

SD KJB SDN SB SDN JK SD NP SD KGJ

menerapkan pembelajaran tematik dengan mengacu Kurikulum 2013 terutama

pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Guru-guru

tersebut masih kebingungan dalam membuat perangkat pembelajaran pada

Kurikulum 2013. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

yang berganti dan harus memuat beberapa muatan pebelajaran menyebabkan guru

kesulitan dalam menyusunnya.

Peneliti juga melakukan observasi pembelajaran kepada lima sekolah

tersebut. Hasil observasi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di

sekolah tersebut, peneliti mendapati bahwa dalam proses belajar mengajar di

dalam kelas, guru jarang sekali menggunakan media sebagai penunjang

pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan kelima guru dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran masih cenderung klasikal, yaitu dengan menggunakan

model ceramah, diskusi dan penugasan. Model pembelajaran tersebut, membuat

peserta didik menjadi bosan dan minat dalam mengikuti pembelajaran berkurang.

Kebosanan dan kurangnya minat peserta didik terlihat ketika guru sedang

(25)

teman di kelasnya. Hal tersebut sangatlah wajar, karena pada usia kelas I SD

siswa masih cencerung senang bermain dan belum memahami apa tujuan mereka

datang ke sekolah. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap lima siswa

mengenai pembelajaran di kelas. Hasil wawancara terhadap kelima siswa tersbut

dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2

Masalah yang Dialami Siswa Kelas I SD Ketika Pembelajaran

Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5

sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran sesuai dengan tahap

perkembangan siswa. Piaget (dalam Majid, 2014) mengungkapkan bahwa anak

usia SD urung usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana

tahapan tersebut ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam, serta

mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Melalui kegiatan bermain

sambil belajar dapat membantu siswa dalam tahap perkembangan operasional

konkret. Tahap operasional konkret merupakan perkembangan yang dapat

memberikan jembatan peningkatan pemahaman anak-anak karena interaksi

(26)

Siswa melakukan kegiatan bermain dengan rasa senang, sehingga semua

kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada

anak (Mutiah, 2010). Oleh sebab itu, menerapkan pembelajaran bermain sambil

belajar terkadang memang perlu dilakukan agar anak tidak merasa bosan.

Permainan anak juga tidak memunculkan sifat egoisme tetapi lebih menekankan

pada harmoni atau keharmonisan hubungan sosial dalam kehidupan

bermasyarakat (Prihtiyani, 2010 dalam Sujarno, 2013). Selain itu, pada permainan

anak juga mendatangkan manfaat positif bagi perkembangan jiwa anak yang dapat

mengasah kecerdasan emosional dan karakter pada anak. Anak akan memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya

melalui permainan yang dilakukan (Sujiono, 2010).

Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat sebuah

permasalahan yang krusial dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar

terkait dengan pengimplementasian Kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut

maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai dokumen Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan mengambil sebuah judul

penelitian “Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Harian

(RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas 1 SD pada Tema Diriku Subtema

(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti,

maka dapat ditemukan beberapa identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru

kelas I SD dalam melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai berikut:

1. Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan Kurikulum 2013.

2. Guru masih mengalami kesulitan dalam mencari media yang sesuai untuk

pembelajaran.

3. Guru mengalami kesulitan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH) yang mengacu pada Kurikulum 2013.

4. Siswa mengalami kebosanan ketika proses belajar mengajar berlangsung.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar peneliti dapat melakukan penelitian

secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Penelitian ini

bertujuan untuk meneliti dokumen perangkat pembelajaran yaitu RPPH berbasis

permainan anak untuk siswa kelas I SD dalam Tema Diriku Subtema Tubuhku.

RPPH yang disusun meliputi pembelajaran 1 sampai dengan pembelajaran 6.

Pemilihan model belajar dengan menggunakan permainan Jamuran pada

pembelajaran 2, media permainan Do Mi Ka Do pada pembelajaran 5, dan media

(28)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada Tema

Diriku Subtema Tubuhku semester ganjil tahun ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mengembangkan model penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH) berbasis permainan anak kelas I SD pada tema Diriku subtema Tubuhku

semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian penyusunan perangkat pembelajaran rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan menambah referensi bagi peneliti

selanjutnya dalam penyusunan perangkat pembelajaran RPPH berbasis

permainan anak.

2. Bagi Guru

Dapat membantu guru menyampaikan pembelajaran pada subtema Tubuhku

(29)

3. Bagi Siswa

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis

permainan anak yang telah dikembangkan oleh peneliti, mampu menambah

ketertarikan siswa dalam belajar dan memperoleh pengalaman baru

khususnya dalam mengenal permainan anak Jamuran, Do Mi Ka Do, dan

Lompat Karet.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat

pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Adapun

spesifikasi produk ini adalah:

1. Produk RPPH disusun dengan memperhatikan perkembangan peserta didik

RPPH merupakan salah satu unsur dari perangkat pembelajaran yang

menjadi acuan bagi guru pada saat melakukan proses pembelajaran. Penyusunan

RPPH sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan dari peserta

didik. Peneliti mendapati bahwa kebutuhan untuk anak usia kelas I SD adalah

model pembelajaran bermain sambil belajar. Melihat hal tersebut maka peneliti

memilih untuk mengakomodasikan permainan anak pada kegiatan pembelajaran.

2. Produk RPPH disusun dengan mengacu pada Kurikulum 2013

RPPH dibuat mengacu pada Kurikulum 2013 yang di dalamnya

menggunakan pendekatan tematik terpadu dan pendekatan saintifik. Pendekatan

tematik terpadu merupakan kumpulan beberapa muatan pembelajaran yang

(30)

pelajaran sehingga memudahkan siswa dalam menerima setiap materi dalam

muatan mata pelajaran tanpa disadari oleh siswa. Sedangkan pendekatan saintifik

adalah dimana perpindahan antar muatan pembelajaran tidak disadari oleh siswa.

3. Produk RPPH disusun berbasis permainan anak

Permainan anak dipilih karena memiliki nilai untuk membentuk karakter

dan melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Hal tersebut sesuai

dengan basis dari Kurikulum 2013 yaitu Kurikulum yang berbasis kompetensi dan

pendidikan karakter. Peneliti memilih permainan anak sebagai dasar dalam

pengembangan RPPH karena mengingat pada tahap perkembangan karakteristik

siswa kelas I SD yang masih cenderung senang bermain.

H. Definisi Operasional

Definisi istilah yang perlu dijelaskan dalam penyusunan produk rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD pada

subtema tubuhku adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) merupakan acuan yang

disusun oleh guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Komponen dalam

RPPH antara lain adalah Kompetensi Inti (KI), Komptensi Dasar (KD), Indikator

yang hendak dicapai dalam pembelajaran, tujuan dari pembelajaran, kegiatan yang

hendak dilakukan selama kegiatan belajar mengajar, materi ajar, serta penilaian

(31)

2. Permainan Anak

Permainan anak merupakan kegiatan bermain yang biasa dilakukan oleh

anak usia 7-12 tahun (usia anak sekolah dasar). Jenis permainan yang dilakukan

anak biasanya sesuai dengan tahap perkembangannya. Permainan anak dalam

penelitian ini masuk pada metode pembelajaran.

3. Tema Diriku

Tema Diriku adalah tema pertama pada siswa kelas I semester satu. Dalam

tema Diriku terdapat 4 subtema yaitu Subtema Aku dan Teman Baruku, Tubuhku,

Aku Merawat Tubuhku, dan Aku Istimewa.

4. Subtema Tubuhku

Subtema Tubuhku merupakan subtema kedua dari tema Diriku. Dalam

subtema tubuhku terdapat 6 pembelajaran. Setiap satu pembelajaran adalah

kegiatan dalam 1 hari. Karena terdapat 6 pembelajaran maka setiap satu subtema

(32)

13

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II ini akan membahas landasan teori dalam penelitian yang terdiri dari

empat bagian, yaitu: (1) teori yang mendukung, (2) penelitian yang relevan,

(3) kerangka berpikir, dan (4) pertanyaan penelitian.

A. Teori yang Mendukung

Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori belajar, teori

belajar konstruktivisme, desain pembelajaran, kurikulum, perkembangan

kurikulum di Indonesia, Kurikulum 2013, dan permainan tradisional.

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan ilmu atau tujuan tertentu dan merupakan salah satu jalan atau proses

untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan. Kegiatan belajar tidak mengenal

usia, bahkan seumur hidup kita tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Salah satu

pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah

laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang

bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang

menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Siregar & Nara, 2011). Belajar adalah suatu

perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa

lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (Gagne, 1977 dalam

(33)

Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang telah dipaparkan di atas,

setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Siregar & Nara, 2011):

a) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut

bersifat pengalaman (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan

sikap (afektif).

b) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat

disimpan.

c) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berdasar teori para ahli seperti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang guna

mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan memperbaiki sikap

atau perilaku seseorang. Melalui belajar juga terdapat suatu proses perubahan

tingkah laku seseorang sebagai hasil dari kejadian-kejadian atau pengalaman yang

telah dialami seseorang di lingkungannya. Adanya perubahan tingkah laku

melalui belajar, dapat membentuk suatu kepribadian seseorang menjadi lebih baik

dan semakin terarah.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan setiap orang

untuk memperoleh suatu pengalaman atau ilmu. Adapun teori-teori belajar yang

(34)

behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Namun sampai saat ini, banyak

sumber yang cenderung mengelompokkannya hanya menjadi dua aliran besar,

yaitu behaviorisme dan konstruktivisme (Suyono, 2011). Alasannya adalah kedua

aliran besar tersebut banyak dikembangkan berbagai varian teori belajar, maka

dari itu kedua aliran tersebut banyak mempengaruhi para ahli dan pemikir

pendidikan untuk mengembangkan berbagai teori dan konsep pembelajaran

(Suyono, 2011: 55). Teori belajar yang akan dibahas pada penelitian ini hanya

sebatas pada teori konstruktivisme saja, karena Kurikulum 2013 lebih

menekankan pada penilaian proses belajar peserta didik dan menggunakan

penilaian autentik. Hal tersebut sejalan dengan teori belajar konstruktivisme.

Asumsi-asumsi dasar dari konstruktivisme seperti yang diungkap oleh

Merril (1991) dalam Suyono (2011: 106) adalah sebagai berikut:

a) Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman.

b) Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata.

c) Belajar adalah sebuah proses aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan

pengalaman.

d) Pertumbuhan konseptual berasal dari negoisasi makna, saling berbagi tentang

perspektif ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran

kolaboratif.

e) Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan dengan

(35)

Piaget dalam Suyono (2011) mengungkapkan bahwa perkembangan anak

bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya untuk memahami

dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan disekelilingnya. Lebih

lanjut, Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat sesuai dengan

perkembangan usianya, bergerak dari sekedar refleks-refleks awal seperti

menangis dan menyusun, menuju aktivitas mental yang kompleks. Melihat dari

teori konstruktivisme menurut Piaget, jika dikaitkan dalam konteks pelaksanaan

pembelajaran guru sebaiknya menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai

dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, membuat sebuah kegiatan yang

melibatkan aktivitas fisik seperti melakukan sebuah permainan juga dapat

membantu memberi stimulus kepada anak untuk mengasah kemampuan

kognitifnya.

Sedangkan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky, ia lebih suka

menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial. Vygotsky

beranggapan bahwa lingkungan sosial sebagai penentu perkembangan individu.

Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan

intelektual individu. Melihat dari cara pandang Vygotsky mengenai teori

konstruktivisme maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran akan

tercapai bila pendidikan yang diberikan sesuai dengan perkembangan peserta

didik. Tidak hanya melihat tahap perkembangan peserta didik, namun perlu juga

(36)

3. Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran merupakan perencanaan atau model yang akan

digunakan dalam pembelajaran agar dapat berjalan dengan terarah. Melalui suatu

desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan

suatu persoalan (Sanjaya, 2009: 65). Dalam desain pembelajaran terbentuk

rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program

pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji (Reiser, 2002 dalam

Prawiradilaga, 2008). Dalam desain pembelajaran terdapat perangkat

pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan dari desain yang dibuat.

Perangkat pembelajaran tersebut meliputi:

a. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Depdiknas, 2008). Silabus juga

merupakan acuan dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH).

Dalam pelaksanaannya, silabus dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri

atau kelompok dalam sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, Pusat Kerja Guru

(PKG), dan Dinas Pendidikan. Dengan demikian apa pun kurikulumnya, sekolah

dan guru-guru di sekolah tertentu perlu meningkatkan kemampuan dalam

penyusunan dan pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran (Akbar,

(37)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) merupakan suatu perencanaan

mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar. RPPH

umumnya dibuat sendiri oleh masing-masing guru sesuai dengan aturan

pembuatan RPPH. Dalam penyusunan RPPH terdapat enam prinsip, yaitu:

(1) memperhatikan perbedaan individu peserta didi, (2) mendorong partisipasi

aktif peserta didik, (3) mengembangkan budaya membaca dan menulis,

(4) memberikan umpan balik dan tindak lanjut, (5) keterkaitan dan keterpaduan,

dan (6) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (Akbar, 2013: 142).

Menurut Mulyasa (2008: 156) RPPH memiliki dua fungsi yaitu:

(1) Fungsi Perencanaan

RPPH hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan

pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan

melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan secara

tertulis maupun tidak tertulis.

(2) Fungsi Pelaksanaan

RPPH harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh,

dengan beberapa kemungkinan peneysuaian dalam situasi pembelajaran yang

aktual. Berdasar hal tersebut, maka RPPH berfungsi secara optimal untuk

mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Guru memiliiki kebebasan penuh untuk membuat perencanaan yang akan

dilakukan dalam proses pembelajaran. RPPH dapat dikembangkan sendiri

(38)

Adapun prinsip pengembangan RPPH menurut Mulyasa (2008: 157) adalah

sebagai berikut:

a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPPH harus jelas, sudah diamati dan

menggunakan lengkah-langkah kegiatan yang tepat guna membentuk

kompetensi dasar tersebut.

b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta

didik.

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPPH harus

menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

d. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di sekolah,

terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secata tim (team teaching.)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

dapat tercapainya tujuan pembelajaran, diperlukan sebuah perencanaan yang

baik. Jika tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka akan dihasilkan output

yang berkualitas.

c. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari

peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang

telah ditentukan, maka dalam bahan ajar harus memuat isi yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Prastowo, 2012). Sedangkan menurut

Majid (2009) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

(39)

kelas. Bahan atau materi yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun

bahan tidak tertulis.

Melihat dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

merupakan segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memuat isi

meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari peserta didik dalam

rangka mencapai kompetensi dasar.

d. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan materi ajar yang sudah dikemas

sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat memperlajari materi ajar secara

mandiri (Prastowo, 2014). Terdapat lembar kegiatan yang biasanya berupa

petunjuk atau langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dalam LKS. Tugas yang

terdapat pada lembar kegiatan harus menunjukkan kejelasan mengenai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

Komponen dalam LKS meliputi, materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan

tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa. Fungsi dari LKS sendiri

antara lain adalah: (1) LKS dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang bisa

meminimalkan peran guru namun lebih membuat siswa aktif. (2) LKS dapat

mempermudah peserta didik dalam memahami materi. (3) LKS merupakan bahan

ajar yang ringkas dan terdapat tugas-tugas untuk membantu siswa berlatih. (4)

LKS dapat mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Adapun

kegunaan LKS dalam pembelajaran tematik yaitu melalui LKS guru dapat

memiliki kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif ikut terlibat dalam

(40)

dapat disimpulkan bahwa guru perlu cermat dan memiliki pengetahuan serta

keterampilan yang memadai agar dapat menyusun LKS yang sesuai dengan

kompetensi dasar yang hendak dicapai.

4. Kurikulum

Setiap instansi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya

kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan

pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada

semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011). Istilah kurikulum dalam

pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan

peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Sedangkan pengertian

kurikulum dalam perspektif yuridis-formal, yaitu menurut UU no.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Kurikulum adalah seperangkat rencana

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Bab 1 Pasal 1 ayat 19). Berdasarkan

pengertian kurikulum yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kurikulum merupakan suatu perencanaan pada sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh dan diselesaikan oleh peserta didik dalam mengikuti proses

belajar di sekolah untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan.

Perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan kebutuhan yang ada di

masyarakat, karakteristik peserta didik, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki

keilmuan (Saylor, et al., 1981 dalam Hamalik, 2007). Adapun prinsip yang

terdapat dalam mengembangkan kurikulum antara lain adalah prinsip umum dan

(41)

a) Prinsip Berorientasi pada Tujuan dan Kompetensi

Prinsip berorientasi pada tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam

pendidikan. Tujuan dari pendidikan itu sendiri memiliki tingkatan tertentu,

mulai dari tujuan yang umum sampai yang khusus. Adapun tujuan-tujuan

yang dimaksud seperti, tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan

kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus.

Sedangkan prinsip berorientasi pada kompetensi adalah perpaduan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang ditunjukan melalui pola

pikir dan tindakan. Ciri utama dari prinsip ini adalah menggunakan pola

pemikiran yang sistematik dan sistemik. Oleh sebab itu, langkah pertama yang

harus dilakukan untuk mengembangkan kurikulum adalah mentapkan standar

kopetensi lulusan (SKL).

b) Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi terbagi atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi

internal. Relevansi eksternal merupakan relevansi antara kurikulum dengan

lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat, perkembangan kehidupan

masa sekarang dan masa yang akan datang, serta tuntutan dan kebutuhan

dunia pekerjaan. Sedangkan relevansi internal adalah adanya hubungan dan

konsistensi antar komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses, dan

evaluasi. Dari kedua prinsip tersebut, maka pengembang kurikulum harus

paham benar mengenai isi kurikulum, tujuan, proses pembelajaran, dan sistem

(42)

relevansi internal, hal tersbut tentu akan membawa keberhasilan untuk

tercapainya relevansi eksternal.

c) Prinsip Efisiensi

Pengembang kurikulum perlu memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi

tempat dimana kurikulum tersebut akan digunakan. Pemahaman mengenai

tempat dimana kurikulum akan digunakan dapat membantu pengembang

kurikulum untuk dapat memenuhi prinsip praktis. Salah satu kriteria praktis

itu adalah efisien, maksud dari efisien adalah sesuatu yang tidak memerlukan

biaya yang mahal tetapi bukan sesuatu yang dianggap murahan. Oleh sebab

itu, kurikulum harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, dan sesuai

dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Para pengembang juga perlu

memerhatikan aspek seperti sumber daya pendidikan yaitu tenaga, dana,

fasilitas, terutama pada daerah yang sangat terbatas.

d) Prinsip Keefektifan

Prinsip keefektifan dapat ditinjau dari hal, yaitu melalui proses dan produk.

Proses mengacu pada tingkat keefektifan proses pembelajaran yaitu cara guru

mengajar/menyampaikan materi dan keefektifan peserta didik selama

mengikuti pembelajaran. Sedangkan produk mengacu pada hasil yang ingin

dicapai dari proses pembelajaran. Kejelasan kompetensi yang ingin dicapai

dapat mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi, metode, dan sistem

evaluasi, serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Intinya, dalam

prinsip ini pengembang perlu mengusahakan agar kurikulum yang dijalankan

(43)

seefektif mungkin agar tidak ada kegiatan yang sia-sia atau tidak bermakna

bagi siswa.

e) Prinsip Fleksibilitas

Pengembang kurikulum perlu memperhatikan nilai fleksibilitas pada suatu

kurikulum. Fleksibilitas adalah suatu hal yang bersifat lentur (tidak kaku) dan

dapat berubah sesuai dengan keadaan yang ada. Kefleksibelan dalam

mengembangkan kurikulum yaitu fleksibel mengembangkan program

pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metode, media

pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Kurikulum sebaiknya

memiliki sistem tertentu yang mampu memberikan sebuah alternatif dalam

penguasaan kompetensi melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yang

sesuai dengan situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum tersebut

diterapkan. Berdasarkan hal diatas, maka pengembang kurikulum perlu

mengusahakan agar kgiatan kurikuler dapat bersifat fleksibel dan dapat

disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

f) Prinsip Integritas

Pengembang kurikulum perlu memperhatikan bahwa kurikulum harus

dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna

atau berstruktur. Bermakna adalah suatu keseluruan yang memiliki arti atau

makna, nilai, dan manfaat tertentu. Sedangkan keseluruhan merupakan sesuatu

yang totalitas dan memiliki maknanya sendiri. Prinsip integritas bermaksud

agar pengembang kurikulum memperhatikan dan mengusahakan agar

(44)

Hal tersebut dikarenakan pendidikan anak merupakan pendidikan yang

seutuhnya, pendidikan yang menyeuruh, dan pendidikan yang terpadu. Peserta

didik memiliki potensi yang dapat tumbuh dan berkembang.

g) Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan agar dalam

kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, seperti kesinambungan

antar mata pelajaran dan kesinambungan antar kelas ataupun antar jenjang.

h) Prinsip Sinkronasi

Kurikulum yang dikembangkan harus mengusahakan agar setiap aspek seperti

kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, dan pengalaman belajar yang lainnya

dapat berjalan dengan seimbang, searah, dan setujuan.

i) Prinsip Objektivitas

Semua kegiatan dalam kurikulum harus dijalankan dengan tatanan kebenaran

ilmiah serta menghindari pengaruh subjektivitas, emosional, dan irasional.

j) Prinsip Demokrasi

Prinsip demokrasi dalam pengembangan kurikulum ialah bertujuan agar

menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses

pembelajaran yang demokratis. Pengembangan kurikulum perlu dilandasi oleh

nilai demokrasi, yaitu berupa penghargaan kepada kemampuan peserta didik,

menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan

(45)

Pengertian kurikulum yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa kurikulum merupakan segala sesuatu yang sudah

direncanakan secara matang oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan acuan

dalam kegiatan belajar mengajar sampai dengan tujuan pembelajaran dan harus

memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Oleh sebab itu, tidak menutup

kemungkinan jika sering terjadi perubahan kurikulum yang berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman. Perkembangan kurikulum menjadi solusi terhadap

persoalan yang dihadapi bangsa, karena berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan

sangat tergantung pada kurikulum yang berlaku (Fadillah, 2014).Perkembangan

dan perubahan kurikulum sering terjadi karena pada prinsipnya pendidikan

bertujuan menyiapkan peserta didik agar dapat bersaing sesuai dengan keadaan

zaman.

5. Sejarah Kurikulum di Indonesia

Pergantian kurikulum di Indonesia sudah merupakan hal yang biasa dalam

dunia pendidikan. Menurut Widijanto dalam forum Mangunwijaya VII (2013) jika

dilihat dari sejarah perkembangan kurikulum, Indonesia sudah mengalami hingga

sepuluh kali pergantian kurikulum. Pada zaman Orde Lama terdapat tiga

kurikulum yaitu: tahun 1947, tahun 1952, dan tahun 1964. Di zaman Orde Baru

lahir empat kurikulum: tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, dan tahun 1994. Saat

masa reformasi lahir kembali dua kurikulum: tahun 2004 dan tahun 2006. Tidak

hanya berhenti pada kurikulum tahun 2006 atau yang sering didengar dengan

istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kini kurikulum di

(46)

kurikulum yang terjadi berulang kali adalah karena keinginan pemerintah untuk

mengevaluasi kurikulum pendidikan nasional. Evaluasi dimaksudkan agar

pembelajaran lebih efektif (Nuh, 2012 dalam Forum Mangunwijaya, 2013).

Penerapan Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai

tahun ajaran 2013 (Juli 2013) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,

dimulai di kelas I dan IV untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas IX SMA (Mulyasa,

2014: 9). Berubahnya Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 adalah

bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Melihat dari pergantian Kurikulum yang berulang kali dilakukan di

Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pergantian Kurikulum

sebenarnya bertujuan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik. Jika

kualitas pendidikan sudah baik, tentu masa depan bangsa ini akan menjadi lebih

baik lagi dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan

lulusan-lulusan yang berkompeten dan siap bersaing.

6. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang pernah diujikan pada tahun 2004 (Mulyasa, 2014).

Landasan yang digunakan sebagai pijakan pada pengembangan kurikulum 2013

secara eksplisit menganut pendekatan terintegrasi melalui pendekatan tematik

(Sundayana, 2014). Adapun keunggulan dari kurikulum 2013 menurut Mulyasa

(2014) adalah, pertama: kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat

alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat

(47)

potensinya masing-masing. Peserta didik merupakan subjek belajar dan proses

belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kerja dan mengalami

berdasarkan kompetensi tertentu.

Kedua: kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu

pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan

aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi

tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama

yang berkaitan dengan keterampilan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum 2013

menekankan pada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan

menggunakan pendekatan yang bersifat kontekstual, menekankan pendidikan

karakter pada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya.

a. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan model pembelajaran

terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik (Trianto, 2011).

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan

(48)

pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu

tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik

pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011).

Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran yang dilakukan lebih

menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Selain itu

pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil

melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh sebab itu, guru perlu membuat suatu

rancangan pembelajaran dan mengemas suatu pembelajaran agar dapat bermakna

bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual

menjadikan proses pembelajaran lebih efektif (Trianto, 2011). Penerapan

pembelajaran tematik di sekolah dasar dapat sangat membantu siswa, karena

sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sejalan dengan pengertian ahli di atas, menurut Majid (2013) menjelaskan

bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai pendekatan mengajar yang

melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna

kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan

memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung

dan menghubungkan dengan konsep yang telah mereka pahami.

Berdasar uraian beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(49)

pembelajaran yang dapat saling berkesinambungan antara satu muatan dengan

muatan lainnya.

b. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran

dapat dikaitkan dengan suatu proses yang ilmiah. Pendekatan saintifik dianggap

sebagai dasar perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didik (Kemendikbud, 2014). Pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran meliputi kegitan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolah informasi,

serta menyajikan atau mengkomunikasikan. Melihat dari pengertian mengenai

pembelajaran saintifik, maka pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang

lebih mengacu pada proses belajar peserta didik.

c. Penilaian Autentik

Penilaian yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah penilaian autentik.

Penilaian autentik sendiri sebenarnya merupakan suatu istilah untuk menjelaskan

berbagai metode penilaian yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan

kemampuannya dalam menyelsaikan tugas dan menyelesaikan masalah

(Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik berupaya memberikan tugas kepada

peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam

aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,

memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama

(Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud: 34). Penilaian autentik memiliki tiga jenis

(50)

keterampilan. Atas dasar itu, maka penilaian autentik sering digambarkan sebagai

penilaian atas perkembangan peserta didik. Guru perlu paham benar mengenai

penilaian autentik karena dalam penilaian autentik akan tampak segala proses

belajar siswa. Mulai dari menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

apa saja yang sudah atau belum diketahui oleh peserta didik, sehingga guru dapat

benar-benar mengetahui dimana letak kelebihan dan kelemahan dari

masing-masing peserta didik.

Menurut Sundayana (2014: 21-30) Kurikulum 2013 memiliki karakteristik

sebagai berikut:

a) Pendekatan

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan alamiah. Pendekatan alamiah

(scientific approach)dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013).

b) Kompetensi

Kurikulum 2013 dilihat dari sisi tujuan yang berbasis pada kompetensi

mencakup kompetensi yang memadukan sikap dan perilaku (karakter),

pengetahuan, dan keterampilan termasuk keterampilan berpikir. Sebagaimana

ditegaskan dalam Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah, rumusan kompetensi dijenjangkan berdasarkan: (1) Tingkat

perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi Kompetensi Indonesia, (3)

(51)

memperhatikan tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan

pendidikan dan keterpaduan antar jenjang yang relevan.

c) Isi Kurikulum

Sejalan denan pendekatan yang dianutnya,isi kurikulum 2013 menggunakan

tema sebagai perekat berbagai bidang studi. Untuk tingkat Sekolah Dasar

pemilihan isi kurikulum dengan thematic design. Isi kurikulum adalah berupa

tema yang dapat dikembangkan ke dalam anak tema atau biasa disebut dengan

subtema yang fungsinya adalah mengintegrasikan berbagai muatan pembelajaran

dalam struktur kurikulum SD.

d) Pembelajaran

Melihat dari sisi pembelajaran, kurikulum ini berpusat pada peserta didik

(student centered-active learning) dengan pembelajaran yang kontekstual,

khususnya terkait dengan pengembangan tema. Pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik terebut, dipandu oleh guru dengan menerapkan pembelajaran

berbasis penelitian (inquiry-based learning) dan pembelajaran berbasis projek

(project-based learning).

Menurut permendikbud nomor 65 tentang standar proses pendidikan dasar

dan menengah, kedua pendekatan dalam pembelajaran tersebut diterapkan untuk

membantu peserta didik mencapai Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD)

dan berimbas pada ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun

tahap pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu, mengamati (observing),

(52)

dan menghubungkan informasi (collecting and associating), dan

mengkomunikasikan (communicating).

e) Penilaian

Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang

mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas

pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,

memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama

mealui debat, dan sebagainya (Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud 2014: 34).

Penilaian autentik harus mampu menggammbarkan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik.

7. Pembagian Materi

Materi dalam penelitian ini adalah mengambil tema pertama semeter 1 pada

kelas I SD, yaitu tema Diriku. Terdapat empat subtema dalam tema Diriku yaitu

Aku dan teman Baruku, Tubuhku, Aku Merawat Tubuhku, dan Aku Istimewa.

Penelitian ini berfokus pada penyusunan perangkat pembelajaran RPPH subtema

Tubuhku.

a. Tema Diriku

Tema Diriku adalah tema pertama dari empat tema pada jenjang kelas I SD

semester 1. Tema Diriku terdiri atas empat subtema yaitu (1) Aku dan Teman

Baru, (2) Tubuhku, (3) Aku Merawat Tubuhku dan (4) Aku Istimewa, seperti

(53)

mengangkat topik tentang kehidupan dasar pada manusia yaitu mengenai

mengenal dan merawat anggota tubuh. (Sumber: Buku Guru SD/MI kelas I SD).

b. Subtema Tubuhku

Subtema tubuhku merupakan subtema kedua dari tema diriku. Subtema ini

berisikan mengenai pengenalan-pengenalan nama anggota tubuh kepada siswa.

Terdapat enam pembelajaran pada subtema ini. Adapun muatan yang ada pada

tema ini antara lain adalah: PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, PJOK, dan

SBDP. (Sumber: Buku Guru SD/MI kelas I SD)

8. Permainan Anak

Anak-anak umumnya menyukai bermain. Banyak permainan yang biasa

dilakukan oleh anak-anak. Menurut Huizinaga (1990) dalam permainan terdapat 3

ciri yaitu (1) bebas, kebebasan, (2) permainan bukanlah kehidupan yang “biasa” atau “yang seungguhnya”, dan (3) tertutup, terbatas. Ia “dimainkan” dalam batas

-batas waktu dan tempat tertentu. Ia berlangsung dan bermakna dalam dirinya sendiri. Permainan dimulai dan berakhir pada suatu saat tertentu. Ia “dimainkan

sampai selesai”. Selama permainan berlangsung, ada gerak, ada langkah, selingan,

giliran, jalinan cerita dan penguraian. Setiap permainan memiliki aturan-aturannya

sendiri dan aturan dalam permainan bersifat mengikat secara mutlak.

Bermula dari sebuah permainan yang biasa dimainkan dan terus menerus

diturunkan/diajarkan kepada generasi yang lebih muda, lama kelamaan permainan

tersebut menjadi membudaya. Berasal dari nilai budaya tersebut lah maka

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development
Gambar 3.2 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development
Gambar 3.3 Bagan Pengembangan RPPH Berbasis Permainan Anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Citra resolusi tinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Quickbird, citra satelit GeoEye-1 dan foto udara ultralight. Data tersebut dipilih

Komunikasi dalam Jaringan memang dapat mendatangkan suatu keutungan, namun kerugian yang kita rasakan juga antara lain, kecuali ... Penyebaran Virus di

*Guna : Gerakan ini bermanfaat untuk mengaktifkan spesialisasi otak kiri dan kanan serta lateralisasi yang tercermin dari kemampuan anak memakai baju sendiri, lempar-tangkap

PROGRAM STODI TtrKNIK KOMPUITR JURUSAN TE C{OLOCI INTORMA,SI POLITXKNTK UNIVERSITAS

Menurut Moursund (1997) dalam Made Wena (2009: 147) kelebihan dari metode proyek antara lain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan dalam

Mengenai hal ini, maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan atau indikator dalam merekrut guru-guru di Indonesia. Yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas tentang

Saran untuk calon guru PAI adalah untuk mendalami kompetensi. ini sebelum terjun menjadi seorang pengajar, karena