• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Radio DI Medan

Dalam dokumen Radio Budaya Karo (1983-1997) (Halaman 29-35)

GAMBARAN UMUM RADIO 2.1 Sejarah Radio

2.3 Sejarah Radio DI Medan

2.3 Sejarah Radio DI Medan

10

Pada masa itu di Sumatera Timur sudah berdiri banyak perusahaan perrkebunan besar milik Belanda, usaha Meyer itu menarik beberapa pengusaha perkebunan bangsa Belanda, sehingga mereka mengikuti jejak Meyer mendirikan radio swasta untuk kepentingan perusahaan mereka, setelah pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda mendirikan radio siaran swasta di Medan, maka terbentuklah sebuah organisasi radio bernama ”Algemeene

Vereniging Radio Omroep Medan” (AVROM) yang juga dipelopori oleh

pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda11

9

Ibid., hal. 156-170 10

RRI Nusantara1 Medan (tampa penerbit), Sejarak Singkat RRI Nusantara 1 Medan, Medan: 1977, hal. 24

11

Ibid., hal. 28

. Setelah beberapa tahun berdirinya MOVA dan AVROM di Medan, barulah menyusul berdirinya NIROM. Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui

dengan jelas bahwa siaran radio di Medan sekitar tahun 1930-an didominasi oleh pengusaha-pengusaha Belanda dengan sendirinya siaran radio di Medan pada masa itu ditujukan untuk kepentingan siaran radio dalam bidang komersial.

Pada tanggal 13 maret 1942 tentara Jepang sudah mulai menduduki kota Medan. Sejak saat itu, mereka tidak mengijinkan penduduk mendengarkan siaran radio luar negeri, sebab menurut pandangan jepang siaran tersebut dapat mempengaruhi sikap rakyat Indonesia terhadap Jepang. Oleh sebab itu mereka segera menyita pesawat radio kepunyaan penduduk.

Dipihak lain Jepang memerlukan siaran Radio untuk kepentingan propaganda mereka, tentara pendudukan jepang menyelenggarakan siaran Radio sendiri, radio Jepang di daerah-daerah penting yang mereka duduki bernama Hoso Kyoku, stasion radio Hoso Kyoku

di Medan Baru, berdiri lebih kurang setahun setelah tentara Jepang menduduki kota Medan. Alat-alat radio milik NIROM sebahagian tidak dapat dipergunakan lagi dan alat-alat pemancar, sebahagian besar sudah dirusak oleh Belanda menjelang masuknya Jepang, hal inilah yang membuat tertundanya siaran radio tersebut.

Menjelang akhir tahun 1942, tiba di Medan orang-orang Jepang yang akan meminpin radio Jepang Hoso Kyoku, pada mulanya terletak di Jalan Balai Kota sekarang. Jepang kemudian mempergunakan sebuah gedung, bekas milik perusahaan Deli Maatschappy yang terletak di Sei Kambing, Jalan Binjai Medan. untuk menjalankan administrasi pemerintah Jepang tetap mempekerjakan bekas pegawai kantor Belanda, tetapi untuk kegiatan Medan

Hoso Kyoku tidak demikian halnya. Penyelenggaraan administrasi dan siaran serta bidang

tehnik, pimpinan Medan Hoso Kyoku segera membuka lowongan pekerjaan bagi para peminat bangsa Indonesia, ternyata lebih dari 400 orang mendaftarkan diri sebagai pelamaran

untuk bekerja pada Medan Hoso Kyoku. Mereka terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia. Setelah melalui seleksi yang cukup ketat akhirnya yang dapat diterima hanya 7 orang saja12

12

Chairul Arif, “RRI Nusantara III Medan Sejarah dan Perkembangannya 1955-1997”, Skripsi, Medan: Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, 1996, hal. 24-25

. Pada masa pendudukan Jepang, rasa kebangsaan Indonesia yang sejak lama mendambakan kemerdekaan makin menyala-nyaala, oleh sebab itu di antara para pegawai bangsa Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, ada yang bekerja secara diam-diam dan rahasia berusaha memanfaatkan siaran Medan Hoso Kyoku untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia, seperti misalnya menyiarkan sebanyak mungkin lagu-lagu Nasional yang diciptakan komponis-komponis Indonesia.

Bagi orang-orang Indoesia bekerja pada radio Jepang Hoso Kyoku, bukan sesuatu yang enak karena mereka selalu diawasisehingga tidak punya kebebasan. Selain mengamat-amati, orang jepang tidak segan-segan melakukan tindakan kejam terhadap pegawai-pegawai Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, mereka mendapat berbagai pengalaman dalam bidang keradioan, ternyata kelak sangat berguna ketika mereka melakukan kegiatan radio untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan do Proklamasikan.

Pengumuman secara resmi mengenai kemerdekaan Indonesia di lakukan di Medan, pada tanggal 30 september 1945. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Gubernur Mr. T. Hasan, setelah bulan Agustus 1945 bertemu dengan Bung Karno dan Bung Hatta di Jakarta. Setelah pengumuman itu, para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat di Medan terus menerus melakukan kegiatan, untuk mengujudkan kekuasaan Republik Indonesia di Medan atau Sumatera Timur umumnya, sebelum tentara sekutu menduduki Kota Medan.

Pada saat pasukan sekutu telah berada di Medan, maka alat pemancar dicoba pada malam hari serta dilakukan hubungan dengan Jakarta. Dalam siaran percobaan ini mereka menggunakan “Stasiun Call”: “Inilah Radio Negara Indonesia di Medan”. alat pemancar tersebut berkekuatan 300 watt, dengan demikian siaran hanya menjangkau daerah Medan dan sekitanya.

Kehadiran pasukan sekutu dan Netherlands Indies Civil Administration (Nica) di Medan sejak bulan Oktober 1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu, tetapi juga mendukung kepentingan Belanda yang ingin kembali mengsejak bulan Oktober 1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu, tetapi juga mendukung kepentingan Belanda yang ingin kembali menguasai daerah Sumatera Timur. Banyak terdapat perusahaan perkebunan milik Belanda. Pasukan sekutu ternyata memberi dukungan untuk kepentingan penjajahan Belanda.Oleh karena kehadiran mereka dari semula menang sudah tidak di sukai rakyat, maka suasana permusuhan dari hari ke hari semakin terasa antara pihak Indonesia dan pasukan sekutu maupun Nica13

Kenyataan ini menunjukkan, betapa liciknya cara-cara yang dipergunakan oleh NICA untuk mencapai tujuannya. Gelombang siaran radio Indonesia yang telah popular di tengah masyarakat, sengaja di pergunakann untuk kepentingan propaganda penjajah. Pada bulan

.

Pada tahun 1947 NICA berhasil menduduki kota Medan. mereka mulai menyelenggarakan siaran radio yang dikelola oleh Dienst Voor Lager Contacten (DLC) yaitu dinas yang menghubungi tentara Belanda. Siaran radio yang diselenggarakan oleh DLC tersebut menggunakan call: Radio Sumatera”.

13

November 1947, Radio Sumatera kepunyaan Nica di Medan mulai memperluas siaran dengan acara yang mempergunakan bahasa Indonesia.

Namun demikian ternyata rakyat Indonesia di Sumatera tidak pernah lemah semangatnya, dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, malah sebaliknya Belanda sendiri yang semakin terdesak, hingga harus menyerahkan kedaulatan ketangan bangsa Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Dari sejak berdirinya pada tanggal 11 September 1945 di Jakarta, RRI senantiasa seirama dengan gerak perjuangan bangsa Indonesia dan perkembangan politik Republik Indonesia. Oleh karena itu dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), maka seluruh siaran-siaran radio, baik RRI maupun radio Belanda Radio Omroep In Overgangstijd

(ROIO) di satukan menjadi Radio Republik Indonesia Serikat. Dengan demikian, maka sejak awal tahun 1950 radio Belanda ROIO yang berkedudukan di Medan dibentuk menjadi Radio Republik Indonesia Serikat.

Pada awal tahun 1950 Radio Republik Indonesia Serikat di Medan mempergunakan “stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. tetapi setelah bulan Februari “stasiun call” tersebut diubah menjadi Radio Republik Indonesia Serikat14

Sejalan dengan perubahan yang terjadi, maka atas keputusan pemerintah Republik Indonesia, sejak tahun 1950 seluruh stasiun radio kepunyaan pemerintah kembali menjadi Radio Republik Indonesia (RRI). Oleh karena itu maka sejak bulan Oktober 1950, Radio Republik Indonesia Serikat di Medan berubah pula kedudukannya menjadi Radio Republik Indonesia dengan “stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. pimpinan RRI

.

14

M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Terj. Dharmo Hardjowidjono, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1991, hal. 350

Medan pada waktu itu adalah Soeratno yang kemudian diganti oleh Loetan Soetan Toenaro pada bulan November yaitu pimpinan RRI Padang yang dipindahkan ke Medan.

Setelah dua tahun RRI Medan berkumandang diudara, maka terjadilah peristiwa penting dimana RRI diuji kemampuannya yaitu harus meliput peristiwa bersejarah, dengan menyelenggarakan PON ke-III di Medan dan pemberontakan DII/TII di Aceh.

Pada tanggal 20-27 September 1953, tibalah saatnya RRI Medan menghadapi suatu tugas yang cukup berat, yang belum pernah dilaksanakan RRI Medan sebelumnya. Pada tahun itu Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-III di selenggarakan di Medan. PON tersebut merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia karena selain mengandung aspek persatuan, juga untuk pembinaan olah raga (atlit) maka seluruh kegiatan itu harus diliput oleh RRI Medan, agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, bukan saja di daerah Sumatera Utara tetapi juga di seluruh Indonesia. Untuk kegiatan penyiaran PON ke III selain mendapat tambahan sebuah alat pemancar juga di datangkan tenaga dari RRI Jakarta, untuk bekerja sama dengan RRI Medan.

Setelah di selenggarakannya PON ke III di Medan, terjadi suatu perubahan bagi perkembangan kota Medan sebab terjadi kota utama di Sumatera. Prospek yang demikian itu melahirkan gagasan untuk membangun suatu studio baru bagi RRI Medan, untuk menggantikan studio sederhana yang terletak di jalan serdang, karena kota medan terus berkembang menjadi kota besar, di perkirakan memerlukan satu stasiun radio yang lebih sempurna.

Di Sumatera terdapat lima stasiun RRI yaitu RRI Medan, Banda Aceh, Bukit Tinggi, Padang dan Palembang. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Jawatan Radio Maladi, pada tanggal 1 Agustus 1945, presentase antara siaran kata dan music RRI adalah,

20% untuk siaran berita, 10% untuk siaran pemeritahan dan penerangan umun, 5% untuk siaran pendidikan, 53% untuk siaran music, 25% untuk meliputi kesenian daerah, 15 % untuk kesenian Indonesia baru, 5% untuk variasi, 8% untuk kesenian asing. RRI merupakan primadona di angkasa Sumatera Utara, bahkan di Pulau Sumatera15

Radio amatir adalah komunikasi dua arah melalui radio dengan status amatir yang telah diakui. Kegiatan Amatir Radio adalah kegiatan melatih diri dengan saling komunikasi dan penyelidikan teknik radio yang diselenggarakan oleh para amatir radio. Para amatir radio merupakan orang yang memiliki hobi dan bakat dibidang teknik elektronika radio dan

.

Musik merupakan salah satu cabang kesenian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan kegiatan RRI dimanapun juga. Sejak munculnya RRI Medan pada tahun 1950, kelompok-kelompok musik yang terdapat di Medan seperti Orkes Rayuan Kencana pimpinan lily Suheiry, Orkes Terang Bulan Pimpinan B.J. Supardi dan Orkes Rayuan Kesuma pimpinan T. Sahdan ikut aktif mengisi acara siaran music di RRI Medan.

Sejalan dengan perkembangan RRI Medan yang dilakukan pada tahun 1950-an, maka pada bulan Desember 1954 didirikan Orkes Studio Medan (OSM) di bawah pimpinan komponis Lily Suheiry. Puluhan musisi terkemuka di Medan ikut menjadi anggotanya, sehingga pada tahun 1950-an Orkes Studio Medan muncul sebagai salah satu kelompok musik atau orkes terkemuka di Indonesia. Untuk menjamin mutu musisi yang ikut menjadi anggota Orkes Studio Medan, dari Jakarta sengaja didatangkan komponis dan musisi nasional terkenal seperti Saiful Bahri, Iskandar Suwandi dan Gito Martoyo, untuk menguji para musisi yang akan menjadi anggota orkes tersebut.

Dalam dokumen Radio Budaya Karo (1983-1997) (Halaman 29-35)

Dokumen terkait