• Tidak ada hasil yang ditemukan

Radio Budaya Karo (1983-1997)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Radio Budaya Karo (1983-1997)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

RADIO BUDAYA KARO (1983-1997) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : YUNI VIKTORIA BR SEMBIRING Nim : 080706004

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

RADIO BUDAYA KARO (1983-1997) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : YUNI VIKTORIA BR SEMBIRING Nim : 080706004

Pembimbing,

Dra. Ratna, M.S.

NIP. 131415907

Skripsi ini diajukan kepada panitia Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

RADIO BUDAYA KARO (1983-1997)

Yang diajukan oleh:

Nama : Yuni Viktoria Br Sembiring

Nim : 080706004

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing, Tanggal, 5 April 2013

Dra. Ratna, M.S

NIP. 131415907

Ketua Departeman Sejarah Tanggal, 5 April 2013

Drs. Edi Sumarno, M. Hum

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum.

NIP 196409221989031001

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN:

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya

Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal : 11 April 2013

Hari : Kamis

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan,

Dr. Syahron Lubis. MA

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum ( )

2. Drs. Nurhabsyah, M.Si ( )

3. Dra. Ratna, M.S ( )

4. Dra. Penina Simanjuntak, M.S ( )

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

anugerah, kasih dan penyertaanNya yang selalu Penulis terima, termasuk sepanjang proses

perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar

sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “RADIO BUDAYA KARO (1983-1997)” , sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya

Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, Penulis menyadari adanya

keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Akan tetapi, Penulis merasakan banyak

memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf

pengajar Departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta

rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa

penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua

pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama

kedepannya.

Medan, April 2013 Penulis,

NIM: 080706004

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras

penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk

dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk

mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr. Syahron Lubis,

M. A

2. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen

Sejarah, Drs. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan dan arahan kepada

penulis

3. Dra. Ratna, M.S. selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran

dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. selaku Dosen wali dan selalu memberi semangat

selama masa perkuliahan

5. Dosen Departemen sejarah yang telah memberikan amal ilmunya kepada penulis

selama masa kuliah.

6. Soliana Tarigan selaku pimpinan Radio Budaya Karo, Indra pradipta Bangun atas

bantuannya memberikan informasi penulisan skripsi ini

7. Seluruh responden dan pihak yang telah memberikan data untuk penulisan skripsi ini

yang namanya tidak bisa penulis tuliskan secara satu persatu.

8. Kepada kedua orang tua saya tersayang, T. S.Kembaren dan S. Br .Brahmana yang

(8)

selalu mendoakan dan memberikan semangat, motivasi kepada Penulis. Penulis

menyadari tanpa kasih sayang mereka dan materi yang diberikan, penulis tidak bisa

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari tanpa kerja keras mereka penulis

tidak akan bisa kuliah.

9. Kepada kakak saya tersayang Eka Verawati Sembiring yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan doa kepada penulis setiap harinya. Buat adik-adik saya

Desi Nimia Sembiring, Ratika Sembiring terima kasih buat dukungan dan doanya.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang dikejar deadline skripsi Hotman

Siagian, Evi Christina, Wenny, Yhanie, Resty, Husein, Glorika, Fahmi, Azis.

Teristimewa sahabat terbaik penulis Riana H. Hutagaol .

11. Christian Tarigan sebagai teman berbagi, selalu mendengar setiap keluhan yang ada

dan tetap memberikan perhatian dan semangat.

12. Buat stambuk 2009, 2010 terimakasih selalu mengingatkan “kapan wisuda kak”

Akhirnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,

semoga segala amal baik mereka mendapatkan balasan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Terima Kasih dan skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2013

Penulis

(9)

ABSTRAK

Radio adalah satu media penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio atau televisi. Objek dari organisasi penyiaran adalah siaran. Siaran ditujukan kepada khalayak yang dapat menerima siaran melalui sarana komunikasi massa yang lahir di dunia berkat perkembangan teknologi elektronika, yaitu pesawat radio atau televisi.

Radio Budaya Karo merupakan salah satu radio swasta yang berada di kota Kabanjahe. Radio Budaya Karo kebanyakan menyajikan acara-acara dalam siarannya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan budaya Karo. Misalnya lagu-lagu Karo, informasi tentang Taneh Karo dan yang lain sebagainya. Sehingga pendengar dari radio ini secara keseluruhan merupakan masyarakat masyarakat Karo.

Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran. Dalam hal ini, menejemen yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana radio Budaya Karo di dalam mengelola penyiarannya.

Metode penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Radio Budaya Karo didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

(10)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMAKASIH ii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 5

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 6

1.4Tinjauan Pustaka 6

1.5Metode Penelitian 8

BAB II GAMBARAN UMUM RADIO

2.1 Sejarah Radi 10

2.2 Sejarah Radio di Indonesia………...11

2.3 Sejarah Radio di Medan………16

2.4 Radio Siaran Swasta dan Keunggulannya 22

BAB III SEJARAH BERDIRINYA RADIO BUDAYA KARO

3.1 Terbentuknya Radio Budaya Karo...30

BAB IV PERKEMBANGAN RADIO BUDAYA KARO

4.1 Manajemen dan Struktur Organisasi……….36

4.2 Rekrutman Penyiar...……….………...42

(11)

4.4 Sumber Materi Siaran dan Acara Siaran………..….47

4.5 Frekuensi Gelombang Radio………52

4.6 Audiens...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Saran 58

DAFTAR PUSTAKA ……….….60

DAFTAR ILFORMAN ………...62

(12)

ABSTRAK

Radio adalah satu media penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio atau televisi. Objek dari organisasi penyiaran adalah siaran. Siaran ditujukan kepada khalayak yang dapat menerima siaran melalui sarana komunikasi massa yang lahir di dunia berkat perkembangan teknologi elektronika, yaitu pesawat radio atau televisi.

Radio Budaya Karo merupakan salah satu radio swasta yang berada di kota Kabanjahe. Radio Budaya Karo kebanyakan menyajikan acara-acara dalam siarannya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan budaya Karo. Misalnya lagu-lagu Karo, informasi tentang Taneh Karo dan yang lain sebagainya. Sehingga pendengar dari radio ini secara keseluruhan merupakan masyarakat masyarakat Karo.

Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran. Dalam hal ini, menejemen yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana radio Budaya Karo di dalam mengelola penyiarannya.

Metode penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Radio Budaya Karo didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Radio merupakan salah satu media yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya

yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan masyarakat1

Penemuan radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa awalnya

diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Selanjutnya Le De Forrest melalui

eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat

pada tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.

. Radio juga disebut sebagai

”sahabat” yang dapat menemani kegiatan sehari-hari para pendengarnya, karena berfungsi

sebagai alat penghibur, penyampai informasi, dan melaksanakan fungsi pendidikan bagi

masyarakat.

Sejarah penemuannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald Mc.

Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang

angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan

dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.

Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, di antaranya adalah

James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia dijuluki scientific father of

wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang

elegtromagnetik, yaknigelombang yang digunakan radio dan televisi.

2

1

Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal.60. 2

(14)

Radio siaran pertama di Indonesia dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, bernama

Bataviase Radio siaran Vereniging (BRV). Radio siaran ini didirikan pada tanggal 16 Juni

1925 di Batavia dan berstatus sebagai radio swasta. Ketika Belanda menyerah pada Jepang 8

Maret 1942, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan

diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku (HKK). HKK merupakan pusat

radio siaran yang berkedudukan di Jakarta dan menyebarkan cabang-cabang di Bandung,

Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang dengan nama Hoso

Kyoku. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku

saja.

Sampai pada masa Awal Kemerdekaan RI, radio siaran masih dikuasai oleh Jepang

hingga ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia berita

ini tidak dapat disiarkan secara langsung melalui radio siaran. Akan tetapi akhirnya berita

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat dikumandangkan di udara melalui radio siaran

stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

Sejarah Radio Republik Indonesia dimulai sejak pendiriannya secara resmi pada

tanggal 11 September 1945. Abdulrahman Saleh adalah salah satu tokoh yang mendirikan

Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, jln

Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia

dengan memilih Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama

Sampai akhir tahun 1966 Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya radio

siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran

ditingkatkan. Sebagai media massa, RRI mempunyai fungsi menghibur, mendidik dan

(15)

masyarakat, menjalankan misi (tujuan) mulia yang dapat dipertanggung jawabkan. Fungsi

pendidikan artinya RRI merupakan sarana untuk menyiarkan acara pendidikan kepada

pendengar yang jumlahnya begitu banyak. Fungsi pendidikan mengandung maksud bahwa

siaran yang disajikan berusaha menambah pengetahuan masyarakat. Fungsi hiburan

mengandung pengertian, RRI memberikan hiburan bagi pendengar, sehingga pendengar

merasa senang dan terhibur. Fungsi pendengaran mengandung arti bahwasanya RRI mampu

menyiarkan informasi kepada masyarakat sehingga mereka tahu peristiwaa apa saja yang

terjadi di dalam maupun di luar negeri.

RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang siarannya

ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang

independen, netral dan tidak komersial, RRI berfungsi memberikan pelayanan siaran

informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa

di dunia internasional.3

3

Ibid., hal. 104-144

Di samping RRI, pada tahun 1966 muncul radio-radio swasta di Indonesia. Radio

swasta pertama di medan mulai ada pada tahun 1968. Pada tahun 1970 radio swasta disahkan

oleh pemerintah. Pada tahun 1990 jumlah stasiun radio yang ada di Indonesia meningkat,

karena pihak swasta banyak yang mendirikan stasiun radio untuk kepentingan mereka. Di

Kabanjahe keberadaan radio swasta dimulai pada tahun 1980, dan radio swasta pertamanya

bernama Radio Budaya Karo. Disebut Radio Budaya Karo karena dulu lagu-lagu yang

diputar kebanyakan lagu Karo dan tema acaranya pun banyak membicarakan tentang budaya

(16)

Radio Budaya Karo didirikan pada tanggal 3 Mei 1983. Radio Budaya yang bermula

dari ide dan keinginan para pemuda di Kabanjahe untuk mendirikan radio siaran dengan

peralatan yang masih sangat minim dan sederhana. Pada masa itu, peran media lain sangat

terbatas dari jangkauan berbagai lapisan masyarakat, sehingga radio menjadi begitu penting

dalam hal penyebaran informasi dan hiburan bagi masyarakat. Sebagai radio swasta pertama

di Kabanjahe, radio ini menjadi pilihan karena dalam dalam siarannya Radio Budaya Karo

kerap menampilkan lagu-lagu Karo dan sering membahas tentang Kebudayaan Karo,

sehingga radio ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar setianya dan radio ini dapat

mengalahkan RRI.

Pada tahun itu juga, Radio Budaya Karo menjadi PT (Perseroan Terbatas) untuk

memenuhi peraturan pemerintah RI, dan 6 tahun kemudian (1983) resmi memperoleh izin

siaran dari Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia dengan Coll

sign PM 3 CEH. Kemudian, pada tahun 1997 Radio Budaya Karo berubah nama menjadi

Radio Bahana Kusuma (RBK)4

Setelah perubahan nama ini, maka Gelombang Amplitudo Mudulation (AM) yang

digunakan selama ini yang lebih mementingkan jangkauanya siaran, diubah ke Frekuensi . Perubahan nama ini dilakukan karena Radio Bahana

Kusuma dianggap dapat menjadi wadah bagi kaum muda dalam menggunakan waktunya

secara maksimal dan positif dalam suasana yang santai, menghibur, mendidik / edukatif,

serta ikut mencerdaskan generasi muda bangsa dalam keadaan santai dan menghibur, juga

menyebarluaskan informasi ke khalayak pendengar.

4

(17)

Modulation (FM) , yaitu 99,5 FM. Gelombang FM lebih jernih dan jangkauan siarannya

lebih luas. 5

Radio RBK FM selalu berusaha menyajikan program-program yang berkualitas

untuk menarik minat pendengar dan mencari strategi-strategi baru dalam meningkatkan

siaran radio tersebut. RBK FM memiliki ciri khas lain yang dapat menarik minat dengar

khalayak Kabanjahe, yaitu RBK FM selalu menyajikan informasi seputar tanah karo setiap

sore. Adapun waktu yang diangkat dalam penelitian ini adalah tahun 1983-1997. Tahun 1983 Dalam bidang siaran RBK FM lebih mendominasi acara hiburan. Hal ini semakin

meningkatkan jumlah pendengar RBK, terutama dari kalangan muda. Pola penyesuaian acara

dengan kelompok umur adalah teknik yang sering digunakan oleh kelompok radio swasta

untuk meningkatkan kuantitas pendengar dari kelompok umur tertentu.

Hal yang menarik dari semua stasiun radio swasta yang ada di Kabanjahe adalah

Radio Bahana Kusuma FM atau yang lebih akrab dengan sebutan RBK FM ini

mengkhususkan siaran radio bagi anak muda. Akhirnya RBK FM dirancang khusus untuk

anak muda. RBK FM menyajikan hal-hal yang up to date bagi anak muda masa kini.

Misalnya saja musik yang sedang hits, gosip anak muda, trend, hingga lifestyle. RBK FM

juga memiliki acara khusus anak muda, seperti nongkrong anak band dan acara curhat.

Walaupun demikian RBK FMtidak hanya dikomsumsi oleh kalangan anak muda tetapi juga

dikonsumsi oleh kalangan ibu rumah tangga, buruh, dan lain-lain. Hal ini menjadi kelebihan,

sekaligus dijadikan daya tarik minat dengar khalayak, khususnya anak muda kota

kabanjahe.oleh karena itu radio ini menjadi radio swasta yang sukses dan mampu bertahan

sampai saat ini di Kabanjahe ditinjau dari segi pendengarannya dan aktivitas siarannya.

5

(18)

diambil sebagai periode awal penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan Radio

Budaya Karo menjadi Radio Bahana Kusuma FM.

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin penulis kaji yaitu:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Radio Budaya Karo?

2. Bagaimana perkembangan Radio Budaya Karo?

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang sudah

terlebih dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah. Sehingga harus relevan dengan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian penulis.

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini antara lain untuk:

1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Radio Budaya Karo.

2. Menje perkembangan Radio Budaya Karo dari tahun 1983-1997.

Manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk;

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian

tentang radio, khususnya di sumatera utara

2. Untuk dijadikan referensi.

3. Dapat menjadi landasan evaluasi bagi Radio Budaya Karo untuk lebih

meningkatkan peran dan fungsinya di dalam masyarakat.

1.4Tinjauan pustaka

Adapun salah satu buku yang digunakan sebagai Tinjauan Pustaka adalah buku

(19)

menjelaskan perbedaan antara siaran radio yang dikelola oleh pemerintah, dengan radio yang

dikelola oleh swasta. Buku ini menjelaskan bahwa siaran radio pemerintah berorientasi pada

kepentingan pemerintah dan dominan bersifat informatif. Hal ini berbeda dengan siaran radio

swasta seperti Radio Budaya Karo yang berorientasi sesuai dengan selera masyarakat. Radio

swasta harus memenuhi permintaan ini sebab siaran ini memperoleh biaya periklanan yang

disampaikan kepada masyarakat. Ciri ini yang membuat siaran radio swasta lebih banyak

diminati oleh masyarakat dari pada siaran radio yang dikelolo oleh pemerintah.

Buku kedua yang digunakan penulis adalah Teknik Dan Komunikasi Penyiar Televisi-

Radio- Mc oleh M. Hamid Bari (1995). Buku ini berisi tentang seorang Penyiar Radio itu

harus memiliki kemampuan untuk secara langsung dapat menumbuhkan kepercayaan

pendengarnya terhadap segala informasi yang disampaikannya. Buku ini menjelaskan bahwa

peranan penyiar sangat penting dalam suatu acara di radio, kadang pendengar gemar

mendengarkan radio karena sikap dan tutur bahasa penyiarnya yang bagus dan memiliki ciri

khas tersendiri. Penulis menggunakan buku ini sebagai tinjauan pustaka karena

perkembangan Radio Budaya Karo juga tidak terlepas dari peranan penyiarannya. Radio

Budaya Karo memiliki sikap dan tutur bahasa yang baik dan memiliki pendekatan emosional

dengan pendengarannya.

Buku ketiga yang digunakan penulis adalah Komusikasi Massa oleh Elvinaro

Ardianto, dkk. (2004) Buku ini menjelaskan pengertian tentang komunikasi massa dan fungsi

komunikasi massa bagi masyarakat. Buku ini digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka

Karena buku ini menjelaskan tentang komunikasi massa dan ini berhubungan dengan judul

(20)

Jernita Simanjuntak dalam skripsinya (2007) Sejarah Stasiun Radio Pt Echo Lima 41

Medan (1968-1992), menjelaskan bahwa Radio Echo Lima 41 Medan radio yang dikelola

oleh pihak swasta. Radio yang dikelola oleh pihak pengusaha atau swasta pada dasarnya

disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan permintaan pasar. Echo lima sangat terbuka

terhadap pendengar dan menerima saran dan kritik dari para pendengarnya yang dijadikan

sebagai bahan evaluasi demi peningkatan Radio Echo Lima 41. Hal ini yang membuat Echo

Lima 41 dapat tetap bertahan dan semakin berkembang karena selalu terbuka terhadap

pendengar dan mengikuti perkembangan teknologi serta mampu menyesuaikan siarannya

sesuai selera pendengar dan tidak melupakan jiwa jamannya. Skripsi ini dijadikan sebagai

bahan perbandingan antara radio swasta yang ada di Medan dengan radio swasta yang ada di

Kabanjahe yang hampir mempunyai kemiripan, misalnya dari segi pengelolaannya, yaitu

sama-sama dikelola oleh pihak pengusaha atau swasta. Radio ini juga sama-sama lebih

mengutamakan acara hiburan.

1.5Metode penelitian

Di dalam melakukan penelitian ini, maka diperlukan metode penelitian, dalam hal ini

adalah metode sejarah. Adapun metode sejarah terbagi dalam empat langkah yaitu heuristik,

kritik, interpretasi, dan historiografi.

Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu heuristik. Heuristik adalah

pengumpulan sumber-sumber atau data yang terkait dengan objek penelitian penulis. Dalam

hal ini penulis akan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) yaitu

pengumpulan berbagai sumber tertulis seperti buku, arsip, dokumen, koran, artikel yang

dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan.

(21)

perpustakaan Universitas Sumatera Utara seperti, Teknik Dan Komunikasi Penyiar Televisi-

Radio-Mc oleh M. Hamid Bari (1995), buku karangan Onong Uchjana Efendy (1986) yang

berjudul Radio Siaran Teori Dan Praktek. Dokumen, arsip dan poto-poto didapat dari Radio

Budaya Karo. Field research (penelitian lapangan) yaitu mencari informasi melalui metode

sejarah lisan dan teknik yang digunakan adalah wawancara. Penulis melakukan wawancara

dengan berbagai pihak, seperti wawancara dengan pimpinan Radio Budaya Karo, beberapa

karyawan dan pendengar. Sesuai dengan rencana penulis yang ingin mewawancarai para

pendiri ternyata tidak bisa dilakukan karena mereka sudah meninggal dunia.

Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi). Setelah sumber sejarah yang

dibutuhkan terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh keabsahan atau keaslian sumber yang di dapat. Dalam melakukan kritik

sumber atau penyeleksian penulis akan melakukan kritik dalam bentuk kritik intern dan

ektern . Dalam kritik intern yang maka harus dilakukan adalah menelaah dan memferifikasi

kebenaran isi atau fakta sumber baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan, dan arsip)

maupun sumber lisan (wawancara). Kritik ektstern yang dilakukan dengan cara

memverifikasi untuk menentukan keaslian sumber baik sumber lisan maupun sumber

tulisan. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang benar-benar

objektif yang berasal dari data yang terjaga keasliannya dan keobjektifannya tanpa ada unsur

subjektifitasan yang mempengaruhi hasil penulisan.

Langkah ketiga yang dilakukan yaitu interpretasi, metode ini akan dilakukan untuk

memastikan hasil penelitian ini dengan cara memaparkan dengan hasil penelitian yang

(22)

Langkah selanjutnya dan yang terakhir yaitu historiografi, yaitu tahap akhir dari

penulisan, atau dapat juga dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM RADIO 2.1 Sejarah Radio

Radio sudah mengalami perkembangan dari masa ke masa dan membuat sejarah

perkembangan radio itu sendiri. Berikut, penulis akan membuat sejarah perkembangan radio

baik itu secara mendunia dan sejarah radio di Indonesia6. Pada tahun 1860, Duke of

Devonshire menghadiahkan sebuah institut riset baru dalam bidang eksperimental kepada

Universitas Camridge dan James Clerk Maxwel terpilih sebagai ketua pertama. Laboratorium

itu disebut Cavendish. Dari hasil penelitian nya, Maxwel kemudian menghasilkan sebuah

teori yang mengatakan bahwa gelombang elektromaknetis merambat dari ujung yang satu ke

ujung yang lain dengan kecepatan cahaya. Ketika gelombang ini dilepaskan dari keping

metal pada induktor, kedua bola pada celah ressonator dihubungkan dengan bunga api. Untuk

pertama kalinya gelombang elektro magnetis telah dibuat secara sistematis. Namun

demikian, tidak semua ahli dan ilmuan yang percaya akan teori yang dikemukakan oleh

Maxwel tersebut. Baru setelah sepuluh tahun Maxwel meninggal dunia, teori nya dibuktikan

kebenarananya oleh seorang ahli fisika bangsa Jerman, Heinrich Hertz. Pada tahun 1887,

Hertz menyusun suatu mesin induksi di salah satu sudut laboratoriumnya. Di sudut lainya, ia

membuat suatu resonator, yang terbuat dari cincin kawat konduktor yang berbentuk bola

dengan jarak celah kira-kira beberapa milimeter7

6

Onong Uchyana Efendi, Ilmu, Teori dan Filsafat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 156-170 7

Ibid., hal. 146-147

. Penggunaan awal radio adalah maritim,

untuk mengirimkan pesan telegraf dengan menggunakan kode morse antara kapal dan darat.

Salah satu pengguna awal adalah Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia

(24)

dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut dikedua belah pihak pada perang

dunia 11. Jerman menggunakan komunikasi radio untuk menyamapikan pesan diplomatik

kepada AS ketika perang berlangsung.

Setelah perang dunia 11 selesai dan setiap negara kembali menumpahkan perhatianya

kepada pembangunan di dalam negeri masing-masing, radio siaran pun mulai mengalami

kemajuan yang pesat. Perang dunia tersebut telah menghasilkan penemuan-penemuan baru

dalam bidang teknologi radio, mulai dari mikrofone dan pesawat penerima sampai pemancar

tampak pengembangan yang jauh lebih maju daripada tahun-tahun sebelum perang.

Mikrofon semakin peka, dan pemancar mempunyai daya jangkau yang lebih jauh.

Kemajuan teknologi bidang radio ini mengundang perhatian para pemimpin di

berbagai negara untuk mencegah terjadinya pengaruh mempengaruhi antara satu negara

dengan negara yang lain yang bias memimbulkan kerugian 8

Radio pertama di Indonesi (pada waktu itu bernama Nederland Hindia Belanda) ialah

Bataviase Radio Vereningin (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan

tanggal 16 Juni 1925. Radio siaran di Indonesia selama penjajahan belanda dahulu

mempunyai status swasta. Setelah munculnya BRV, maka muncul pula stasiun-stasiun radio

yang lain yang bersifat ketimuran seperti Nederlansch Indische Radio Omroeap Mij (Nirom)

di Jakarta, Bandung dan Medan, Solosche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse

Vereniging Voor Oosterse Radio Omroep Luisteraars (VOLR) di Bandung, Vereniging Voor

Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chieneese en Inheemse Radio Luisteraars

Vereniging Oos Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di

.

2.2 Sejarah Radio di Indonesia

8

(25)

Madiun, dan lain-lain. Radi sekian banyak radio itu, yang paling besar adalah NIROM karena

mendapatkan bantuan dari pemerintahan Belanda yang lebih bersifat mencari keuntungan

finasial dan membantu kukuhnya penjajahan Belanda menghadapi semangat kebangsaan

kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah tahun 1928.

Sebagai pelopor lahirnya radio usaha Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging

(SRV) yang didirikan pada tanggal 1 april 1933 yang didirikan oleh Mangkunegoro V11

seorang bangsawan Solo dan seorang insinyur bernama Ir. Sarsito Mangunkusumo.

Banyaknya siaran radio yang munucul membuat NIROM. NIROM yang pada

awalnya adalah radio yang mensubsidi radio yang bersifat ketimuran diatas menarik dan

mengurangi subsidinya. Hal tersebut dilakukan untuk mematikan radio-radio yang bersifaat

ketimuran. Hal tersebut menjadi berita yang sangat mengejutkan bagi radio-radio yang

bersifat ketimuran diatas.

Pada tanggal 29 maret 1937, atas usaha Volksraad M. Sutarjo Karthohadikusuma dan

Ir. Sarsito Mangunkusumo diselenggarakan sebuah pertemuan diantara radio-radio yang

bersifat ketimuran yang bertempat di Bandung dan hasil dari pertemuan itu melahirkan badan

baru bernama Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) dan yang menjadi ketua

adalah Sutardho Kartohadikusumo.

Sejak saat itu, PPRK berusaha agar dapat berjalan sepenuhnya tanpa bantuan dari

NIROM. Pada saat bersamaan, situasi semakin panas karena api perang di Eropa yang

menyebabkan Negeri Belanda berada dalam situasi sulit dan membutuhkan bantuan dari

negara jajahannya. Hal tersebut membuat pemerintahan Belanda menjadi lunak. Pada tanggal

(26)

Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Sejak itu, bekas kawasan Hindia

Belanda beralih ke pemerintahan Jepang. Radio yang tadinya berstatus perkumpulan swasta

dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku yang merupakan

pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya bernama Hoso Kyoku

terdapat di bandung, Purwokerto, Yokya, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Di

samping stasiun-stasiun tadi, setiap Hoso Kyoku memiliki cabang disetiap

kabupaten-kabupaten. Semua pesawat disegel, agar masyarakat tidak bisa mendengarkan siaran luar

negeri selain radio yang dimiliki pemerintah jepang. Dalam pemerintahan Jepang ini,

kebudayaan dan kesenian mendapat kemajuan yang pesat, jauh sekali dibandingkan ketika

pemerintahan Belanda.

Tanggal 14 Agustus 1945, terdengar berita bahwa Jepang telah menyerah kalah tanpa

syarat kepada tentara sekutu, setelah Jepang mengalami serangan bom atom yang hebat di

Hirosiman dan Nagasaki. Seperti yang disebutkan diatas, rakyat tidak diperbolehkan

mendengarkan siaran luar negeri. Namun, di kalangan pemuda terdapat orang yang dengan

resiko kehilangan nyawa tetap mendengarkan radio siaran luar negeri dan mengetahui bahwa

Jepang telah menyerah.

Tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno

dan Bung Hatta. Pada awalnya, teks proklamasikan akan disiarkan secara live, namun karena

sejak tanggal 15 Agustus stasiun radio dijaga ketat oleh tentara Jepang, maka proklamasi itu

baru boleh disiarkan pada malam harinya, tepanya pukul 19.00 dan hanya dapat didengar

oleh penduduk sekitar Jakarta. Namun, atas usaha Sachrudin, seorang wartawan kantor berita

Domei dan para penyiar Hoso Kanri Kyoku, Jusuf Ronodipuro dan Bachtiar Lubis serta para

(27)

bersejarah itu dapat dikumandangkan di luar batas tanah air dengan resiko para petugas nya

diberondong oleh tentara Jepang. Siaran ini mengudara dengan gelombang-gelombang

pendek yaitu 16 meter, 19 meter, 24 meter, 24 meter, dan 45 meter PMH. Namun, walaupun

pemerintah Jepang sudah kalah, mereka tetap memerintahkan kepada orang-orang radio agar

menghentikan siarannya. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam. Sebuah pemancar gelap telah

diusahakan dan tidak lama kemudian berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call

Radio Indonesia Merdeka.

Pada tanggal 15 Agustus 1950 jam 08.05, presiden Soekarno menyatakan bahwa

seluruh Indonesia sejak hari itu menjadi Negara Kesatuan dengan nama Republik Indonesia

berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945. sejak itu pula, radio siaran di

Indonesia meliputi 22 studio kembali ke call: Di sini Radio Republik Indonesia.

Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang

dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada tahun itu, terjadi banyak perubahan dalam

masyakarat akibat pergolakan politik, yakni beralihnya pemerintahan Soekarno ke

pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal dengan sebutan perubahan orde lama ke orde

baru. Situasi peralihan ini merupakan kesempatan baik bagi mereka yang mempunyai hobi

radio amatiran untuk mengadakan radio siaran.

Radio amatiran adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang

penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Sifatnya “two way traffic

communication” dalam bentuk percakapan. Radio ini tidak mengadakan program acara

seperti kesenian, sandiwara, warta berita, dan lain sebagainya. Seorang amatir adalah seorang

pemraktek teknik radio yang melakukan komunikasi dengan rekannya untuk menguji

(28)

Berdasarkan UU no. 5/TH.1964 dalam rangka usaha penertiban dan pengarahan

kepada hal-hal yang positif, maka pada tahun 1970, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah no. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non pemerintah yang mengatakan bahwa

radio non pemerintah berfungsi sosial sebagai alat pendidik, alat penerangan dan alat

hiburan, dan bukan untuk kegiatan politik. Dalam peraturan itu ditentukan bahwa radio siaran

non pemerintah harus berfungsi sosial sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat

hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.

Meskipun bidang radio siaran adalah pendidikan, penerangan dan hiburan, namun

operasinya tidak menutup kemungkinan untuk siaran-siaran yang bersifat komersial. Namun

demikian, dalam pelaksanaannya mengikuti ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang

berlaku mengenai usaha-usaha bersifat komersial, antara lain dalam bidang perpajakan.

Sampai dengan tahun 1980, jumlah stasiun radio non RRI tercatat 948 buah yang

terdiri dari 379 stasiun komersial, 26 stasiun non komersial, dan 136 stasiun radio pemerintah

daerah. Badan radio non pemerintahan tersebut terhimpun dalam satu wadah yaitu Persatuan

Radio Siaran Swasta Niaga Indonesi (PRSSNI). Organisasi yang didirikan pada tanggal 17

Desember 1974 berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.

RRI sendiri sejak tahun 1975 telah mengembangkan diri terutama dalam sarana fisik

dan mencatat bahwa tahun ini adalah tahun terbentuk suatu sistem jaringan yang dapat

menghubungkan pusat dengan daerah dan daerah dengan daerah. Pada tahun 1974, RRI

memiliki stasiun radio sebanyak 47 buah dengan jumlah pemancar 118 yang meliputi

1.113,75 KW, pada tahun 1975 ditambah dengan sebuah stasiun dengan jumlah 130

pemancar dengan kapasitas 1.132,75 KW. Jumlah pemancar pada tahun 1979-1980 tercatat

(29)

Dalam bidang elektronika, pada tanggal 17 Agustus 1976 mempunyai arti yang

sangat penting bagi Indonesia dengan diluncurkannya satelit Komunikasi Palapa. Sistem

Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa ini merupakan media yang sangat ampuh bagi

siaran (radio, televisi, telepon, teleks dan lain-lain) guna mencapai 147 penduduk Indonesia

yang menghuni 13.677 pulau di Nusantara9

Sejarah perkembangan radio di Medan dimulai pada zaman penjajahan Belanda, sama

seperti perkembang radio di Jakarta (Batavia) pada sekitar tahun 1930-an. Di Jakarta pendiri

siaran radio swasta dipelopori oleh orang belanda , hal yang sama terjadi juga di Medan yang

tercatat sebagai perdiri pertama radio swasta di Medan adalah seorang Belanda bernama

Meyer. Ia adalah seorang direktur perusahaan bioskop Nibem yang merasa tertarik juga

kepada bidang radio. Pada tahun 1930, Meyer pertama kali mendirikan radio swasta yang

bernama “Meyer Omroep Voor Allen” (MOVE)

2.3 Sejarah Radio DI Medan

10

Pada masa itu di Sumatera Timur sudah berdiri banyak perusahaan perrkebunan besar

milik Belanda, usaha Meyer itu menarik beberapa pengusaha perkebunan bangsa Belanda,

sehingga mereka mengikuti jejak Meyer mendirikan radio swasta untuk kepentingan

perusahaan mereka, setelah pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda mendirikan radio

siaran swasta di Medan, maka terbentuklah sebuah organisasi radio bernama ”Algemeene

Vereniging Radio Omroep Medan” (AVROM) yang juga dipelopori oleh

pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda11

9

Ibid., hal. 156-170 10

RRI Nusantara1 Medan (tampa penerbit), Sejarak Singkat RRI Nusantara 1 Medan, Medan: 1977, hal. 24

11

Ibid., hal. 28

. Setelah beberapa tahun berdirinya MOVA dan AVROM di

(30)

dengan jelas bahwa siaran radio di Medan sekitar tahun 1930-an didominasi oleh

pengusaha-pengusaha Belanda dengan sendirinya siaran radio di Medan pada masa itu ditujukan untuk

kepentingan siaran radio dalam bidang komersial.

Pada tanggal 13 maret 1942 tentara Jepang sudah mulai menduduki kota Medan.

Sejak saat itu, mereka tidak mengijinkan penduduk mendengarkan siaran radio luar negeri,

sebab menurut pandangan jepang siaran tersebut dapat mempengaruhi sikap rakyat Indonesia

terhadap Jepang. Oleh sebab itu mereka segera menyita pesawat radio kepunyaan penduduk.

Dipihak lain Jepang memerlukan siaran Radio untuk kepentingan propaganda

mereka, tentara pendudukan jepang menyelenggarakan siaran Radio sendiri, radio Jepang di

daerah-daerah penting yang mereka duduki bernama Hoso Kyoku, stasion radio Hoso Kyoku

di Medan Baru, berdiri lebih kurang setahun setelah tentara Jepang menduduki kota Medan.

Alat-alat radio milik NIROM sebahagian tidak dapat dipergunakan lagi dan alat-alat

pemancar, sebahagian besar sudah dirusak oleh Belanda menjelang masuknya Jepang, hal

inilah yang membuat tertundanya siaran radio tersebut.

Menjelang akhir tahun 1942, tiba di Medan orang-orang Jepang yang akan meminpin

radio Jepang Hoso Kyoku, pada mulanya terletak di Jalan Balai Kota sekarang. Jepang

kemudian mempergunakan sebuah gedung, bekas milik perusahaan Deli Maatschappy yang

terletak di Sei Kambing, Jalan Binjai Medan. untuk menjalankan administrasi pemerintah

Jepang tetap mempekerjakan bekas pegawai kantor Belanda, tetapi untuk kegiatan Medan

Hoso Kyoku tidak demikian halnya. Penyelenggaraan administrasi dan siaran serta bidang

tehnik, pimpinan Medan Hoso Kyoku segera membuka lowongan pekerjaan bagi para

(31)

untuk bekerja pada Medan Hoso Kyoku. Mereka terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia.

Setelah melalui seleksi yang cukup ketat akhirnya yang dapat diterima hanya 7 orang saja12

12

Chairul Arif, “RRI Nusantara III Medan Sejarah dan Perkembangannya 1955-1997”, Skripsi, Medan: Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, 1996, hal. 24-25

.

Pada masa pendudukan Jepang, rasa kebangsaan Indonesia yang sejak lama

mendambakan kemerdekaan makin menyala-nyaala, oleh sebab itu di antara para pegawai

bangsa Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, ada yang bekerja secara diam-diam

dan rahasia berusaha memanfaatkan siaran Medan Hoso Kyoku untuk kepentingan

perjuangan bangsa Indonesia, seperti misalnya menyiarkan sebanyak mungkin lagu-lagu

Nasional yang diciptakan komponis-komponis Indonesia.

Bagi orang-orang Indoesia bekerja pada radio Jepang Hoso Kyoku, bukan sesuatu

yang enak karena mereka selalu diawasisehingga tidak punya kebebasan. Selain

mengamat-amati, orang jepang tidak segan-segan melakukan tindakan kejam terhadap pegawai-pegawai

Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, mereka mendapat berbagai pengalaman

dalam bidang keradioan, ternyata kelak sangat berguna ketika mereka melakukan kegiatan

radio untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan do

Proklamasikan.

Pengumuman secara resmi mengenai kemerdekaan Indonesia di lakukan di Medan,

pada tanggal 30 september 1945. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Gubernur Mr. T.

Hasan, setelah bulan Agustus 1945 bertemu dengan Bung Karno dan Bung Hatta di Jakarta.

Setelah pengumuman itu, para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat di Medan terus menerus

melakukan kegiatan, untuk mengujudkan kekuasaan Republik Indonesia di Medan atau

(32)

Pada saat pasukan sekutu telah berada di Medan, maka alat pemancar dicoba pada

malam hari serta dilakukan hubungan dengan Jakarta. Dalam siaran percobaan ini mereka

menggunakan “Stasiun Call”: “Inilah Radio Negara Indonesia di Medan”. alat pemancar

tersebut berkekuatan 300 watt, dengan demikian siaran hanya menjangkau daerah Medan dan

sekitanya.

Kehadiran pasukan sekutu dan Netherlands Indies Civil Administration (Nica) di

Medan sejak bulan Oktober 1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu,

tetapi juga mendukung kepentingan Belanda yang ingin kembali mengsejak bulan Oktober

1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu, tetapi juga mendukung

kepentingan Belanda yang ingin kembali menguasai daerah Sumatera Timur. Banyak

terdapat perusahaan perkebunan milik Belanda. Pasukan sekutu ternyata memberi dukungan

untuk kepentingan penjajahan Belanda.Oleh karena kehadiran mereka dari semula menang

sudah tidak di sukai rakyat, maka suasana permusuhan dari hari ke hari semakin terasa antara

pihak Indonesia dan pasukan sekutu maupun Nica13

Kenyataan ini menunjukkan, betapa liciknya cara-cara yang dipergunakan oleh NICA

untuk mencapai tujuannya. Gelombang siaran radio Indonesia yang telah popular di tengah

masyarakat, sengaja di pergunakann untuk kepentingan propaganda penjajah. Pada bulan .

Pada tahun 1947 NICA berhasil menduduki kota Medan. mereka mulai

menyelenggarakan siaran radio yang dikelola oleh Dienst Voor Lager Contacten (DLC) yaitu

dinas yang menghubungi tentara Belanda. Siaran radio yang diselenggarakan oleh DLC

tersebut menggunakan call: Radio Sumatera”.

13

(33)

November 1947, Radio Sumatera kepunyaan Nica di Medan mulai memperluas siaran

dengan acara yang mempergunakan bahasa Indonesia.

Namun demikian ternyata rakyat Indonesia di Sumatera tidak pernah lemah

semangatnya, dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, malah sebaliknya Belanda

sendiri yang semakin terdesak, hingga harus menyerahkan kedaulatan ketangan bangsa

Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Dari sejak berdirinya pada tanggal 11 September 1945 di Jakarta, RRI senantiasa

seirama dengan gerak perjuangan bangsa Indonesia dan perkembangan politik Republik

Indonesia. Oleh karena itu dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), maka

seluruh siaran-siaran radio, baik RRI maupun radio Belanda Radio Omroep In Overgangstijd

(ROIO) di satukan menjadi Radio Republik Indonesia Serikat. Dengan demikian, maka sejak

awal tahun 1950 radio Belanda ROIO yang berkedudukan di Medan dibentuk menjadi Radio

Republik Indonesia Serikat.

Pada awal tahun 1950 Radio Republik Indonesia Serikat di Medan mempergunakan

“stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. tetapi setelah bulan Februari

“stasiun call” tersebut diubah menjadi Radio Republik Indonesia Serikat14

Sejalan dengan perubahan yang terjadi, maka atas keputusan pemerintah Republik

Indonesia, sejak tahun 1950 seluruh stasiun radio kepunyaan pemerintah kembali menjadi

Radio Republik Indonesia (RRI). Oleh karena itu maka sejak bulan Oktober 1950, Radio

Republik Indonesia Serikat di Medan berubah pula kedudukannya menjadi Radio Republik

Indonesia dengan “stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. pimpinan RRI .

14

(34)

Medan pada waktu itu adalah Soeratno yang kemudian diganti oleh Loetan Soetan Toenaro

pada bulan November yaitu pimpinan RRI Padang yang dipindahkan ke Medan.

Setelah dua tahun RRI Medan berkumandang diudara, maka terjadilah peristiwa

penting dimana RRI diuji kemampuannya yaitu harus meliput peristiwa bersejarah, dengan

menyelenggarakan PON ke-III di Medan dan pemberontakan DII/TII di Aceh.

Pada tanggal 20-27 September 1953, tibalah saatnya RRI Medan menghadapi suatu

tugas yang cukup berat, yang belum pernah dilaksanakan RRI Medan sebelumnya. Pada

tahun itu Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-III di selenggarakan di Medan. PON tersebut

merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia karena selain mengandung aspek

persatuan, juga untuk pembinaan olah raga (atlit) maka seluruh kegiatan itu harus diliput oleh

RRI Medan, agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, bukan saja di daerah Sumatera Utara

tetapi juga di seluruh Indonesia. Untuk kegiatan penyiaran PON ke III selain mendapat

tambahan sebuah alat pemancar juga di datangkan tenaga dari RRI Jakarta, untuk bekerja

sama dengan RRI Medan.

Setelah di selenggarakannya PON ke III di Medan, terjadi suatu perubahan bagi

perkembangan kota Medan sebab terjadi kota utama di Sumatera. Prospek yang demikian itu

melahirkan gagasan untuk membangun suatu studio baru bagi RRI Medan, untuk

menggantikan studio sederhana yang terletak di jalan serdang, karena kota medan terus

berkembang menjadi kota besar, di perkirakan memerlukan satu stasiun radio yang lebih

sempurna.

Di Sumatera terdapat lima stasiun RRI yaitu RRI Medan, Banda Aceh, Bukit Tinggi,

Padang dan Palembang. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Jawatan Radio

(35)

20% untuk siaran berita, 10% untuk siaran pemeritahan dan penerangan umun, 5% untuk

siaran pendidikan, 53% untuk siaran music, 25% untuk meliputi kesenian daerah, 15 % untuk

kesenian Indonesia baru, 5% untuk variasi, 8% untuk kesenian asing. RRI merupakan

primadona di angkasa Sumatera Utara, bahkan di Pulau Sumatera15

Radio amatir adalah komunikasi dua arah melalui radio dengan status amatir yang

telah diakui. Kegiatan Amatir Radio adalah kegiatan melatih diri dengan saling komunikasi

dan penyelidikan teknik radio yang diselenggarakan oleh para amatir radio. Para amatir radio

merupakan orang yang memiliki hobi dan bakat dibidang teknik elektronika radio dan .

Musik merupakan salah satu cabang kesenian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

dan kegiatan RRI dimanapun juga. Sejak munculnya RRI Medan pada tahun 1950,

kelompok-kelompok musik yang terdapat di Medan seperti Orkes Rayuan Kencana pimpinan

lily Suheiry, Orkes Terang Bulan Pimpinan B.J. Supardi dan Orkes Rayuan Kesuma

pimpinan T. Sahdan ikut aktif mengisi acara siaran music di RRI Medan.

Sejalan dengan perkembangan RRI Medan yang dilakukan pada tahun 1950-an, maka

pada bulan Desember 1954 didirikan Orkes Studio Medan (OSM) di bawah pimpinan

komponis Lily Suheiry. Puluhan musisi terkemuka di Medan ikut menjadi anggotanya,

sehingga pada tahun 1950-an Orkes Studio Medan muncul sebagai salah satu kelompok

musik atau orkes terkemuka di Indonesia. Untuk menjamin mutu musisi yang ikut menjadi

anggota Orkes Studio Medan, dari Jakarta sengaja didatangkan komponis dan musisi

nasional terkenal seperti Saiful Bahri, Iskandar Suwandi dan Gito Martoyo, untuk menguji

para musisi yang akan menjadi anggota orkes tersebut.

2.4 Radio Siaran Swasta dan Keunggulannya

15

(36)

komunikasi tanpa maksud komersial. Selain itu para amatir radio menggunakan radio

amatirisme sebagai wadah dengan tujuan pribadi tanpa mencari keuntungan keuangan serta

mendapat izin untuk mengoperasikan pesawat amatir radio. Makna amatir itu adalah

seseorang yang menekuni suatu hobi tanpa dibayar, ia tidak dibayar untuk melakukan

komunikasi, mempelajari lebih dalam lagi di bidang itu, dan tidak dibayar demi kepuasan

dan kesenangan hatinya sendiri.

Kegiatan radio amatir di Indonesia diwadahi oleh organisasi-organisasi seperti

Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Organisasi Radio Amatir Republik

Indonesia berdiri pada 8 April 1968 dan berubah namanya pada kongres pada tahun 1975

menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan sama yaitu ORARI . Pada

tahun 1977 ORARI resmi menjadi anggota IARU. ORARI adalah salah satu organisasi

amatir radio yang diakui oleh Republik Indonesia. Sejak tahun 1970-an ORARI berkembang

karena semakin banyaknya penggemar radio amatir di Indonesia mengunakan radio sebagai

alat berkomunikasi sehingga terjalin komunikasi antar perorangan atau komunitas radio

amatir Selain ORARI pada akhir akhir ini muncul pula beberapa Organisasi yang Resmi

maupun tidak resmi16

Semakin maraknya radio amatir milik warga Medan, membuat pemerintah

mengeluarkan peraturan sebagai upaya penertiban dan mengkoordinasi radio-radio yang

tidak memiliki izin resmi menyiar. Akhirnya, pada tahun 1970 dikeluarkan peraturan

pemerintah untuk memisahkan radio Amatir dengan propesional yaitu PP No 55/1970. Pada

tahun 1960an bermunculanlah radio- radio swasta di Medan. adanya radio swasta membuat .

16

(37)

para pengusaha menyadari bahwa stasiun radio bisa menjadi lahan bisnis dan semakin

banyaknya para pengusaha lain yang ingin bersaing di dunia penyiaran.

Secara historis radio siaran swasta telah melalui rangkaian perjalanan panjang penuh

dinamika yang terlepas dari bagian sejarah perjalanan politik bangsa sejak berakhirnya

pemerintahan orde lama. Pada awal kelahirannya, radio siaran swasta merupakan intensitas

komunikasi bagi perjuangan mahasiswa dan pelajar ketika turut berperan melawan rezim

orde lama. Pada masa itu radio siaran swasta masih disebut dan berstatus amatir bertebar

dalam bentuk komunitas kampus. Sepanjang pemerintahan Orde Baru kehidupan Radio

Siaran Swasta (RSS) walaupun berkembang tetapi penuh dengan keresahan karena sewaktu

siaran sering ada razia penggerebekan dan dilarang mengudara karena dianggap mengganggu

aktifitas penerbangan pesawat atau siaran Radio pemerintah dan tidak pernah mendapat

perlindungan hukum karena undang-undang tentang penyiaran belum ada.

Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan

profesionalisme radio amatir yang dimotori kaum muda diawal Orde Baru tahun 1966.

Secara yudiris keberadaan radio siaran swasta akhirnya diakui, dengan persyaratan,

penyelenggaraan ber-Badan hukum dan dapat menyesuaikan dan ketentuan Peraturan

Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur

fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan,

perizinan serta pengawasan. Stasiun radio mencari, mengumpulkan, mengolah, dan

menyajikan acara siaran unntuk disampaikan kepada pendengar. RSS pada masa lalunya

hanya berdasarkan PP No. 55 tahun 1970, yang semula dimaksudkan hanya sebagai pengatur

kesemrawutan penggunaan frekuensi radio. Pada masa Orde Baru, radio siaran swasta juga

(38)

Dari data tahun 1980 yang terdaftar dibalai monitor Ditjen Postel Kelas II Medan

jumlah RSS di Sumatera Utara sekarang ini tercatat : 103 Stasiun (tidak termasuk RRI)

dengan pertumbuhan sebagai berikut:

1. Tahun 1980 :Medan : 17 sts Dati II : 3 sts

2. Tahun 1990 :Medan : 19 sts Dati II : 23 sts

3. Tahun 2000 :Medan : 20 sts Dati II : 35 sts

4. Tahun 2003 : Medan :19 sts Dati II :73 sts

Sebagai media elektronika, radio mempunyai sifat yang dapat dijadikan sebagai

kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat.

Lambang komunikasi radio bersifat auditif, terbatas pada rangkaian suara/bunyi yang hanya

menerpa indera telinga. Radio tidak menuntut khalayaknya untuk memiliki kemampuan

membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar.

Begitu sederhananya persyarakat yang dituntut radio. Dengan keterbatasan itu, radio

memiliki keunggulan. Sejalan dengan kemajuan teknologi, generasi pesawat radio kini amat

canggih. Banyak radio transitor berukuran kecil dengan kemampuan daya tangkap yang

tinggi, serta harganya yang relative murah. Orang dapat membawanya kemana-mana. Jadi

siapa saja, kapan saja, mengenai apa saja, orang bias mendengarkan acara siaran radio.

Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari kalangan paling bawah sampai

kalangan paling atas.

Penggunaan radio amat peraktis, seseorang hanya menghidupkan pesawat radionya,

lalu mendengarkan. Apabila tidak mengenai program yang didengar, ia tinggal mengatur dan

menekan tuning pengubah gelombangdan mencari siaran yang memenuhiseleranya.

(39)

untuk mencari program yang disukai. Ketika mendengar siaran radio, seseorang bisa sambil

mengerjakan aktifitas lainya. Hal ini sulit dipenuhi oleh media lainnya. Sambil memasak,

atau mengerjakan pekerjaan lain dirumah, ibu-ibu dapat mendengar radio. Saat bertugas di

kantor, seorang karyawan bisa menyimak informasi atau menikmati hiburan melalui pesawat

radio. Saat berjalan atau mengendarai kendaraan, radio banyak digunakan sebagai penghibur,

atau sebagai penambah pengetahuan.

Sebagai media massa, radio siaran swasta mempunyai karakteristik yang tidak

dipunyai oleh media lain yaitu:

1. Auditori, radio adalah suara, untuk didengar karena isi siarannya bersifat

sepintas lalu dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin menoleh

kebelakang sebagaimana pembaca koran yang bisa kembali pada tulisan yang

sudah dibaca atau mengulang bacaan.

2. Transmisi, proses penyebarluasan atau penyampaian pesan kepada pendengar

dengan melalui pemancar.

3. Mengandung gangguan, seperti timbul tenggelam dan gangguan tehnis

chanel noise factor”

4. Theater of mind, karena radio dapat menciptakan gambar dalam imajinasi

pendengar dengan kekuatan kata atau suara. Pendengar hanya bisa

membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan

tentang sosok penyiarannya sendiri.

5. Identik dengan musik, karena radio adalah sarana hiburan termurah dan

tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan music. Dalam

(40)

karena pendengar biasanya tidak tau lagu-lagu apa yang disajikan, berbeda

dengan memutar kaset yang sudah bisa ditebak urutan lagunya.

6. Media siaran sangat fleksibel, murah dan tidak terbatas pada gerak, ruangan,

serta waktu

7. Memiliki kecepatan dan ketepatan didalam mencapai khalayak.

8. Kemampuan yang tinggi di dalam menghimpun dan membentuk opini massa

9. Dapat dengan cepat menyesuikan format siaran menurut kondisi serta situasi.

10.Pendengar radio mencakup wilayah sangat luas dengan jumlah khalayak

melampui media manapun.

Di samping itu radio siaran mempunyai peran dan dituntut untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada masyarakat dalam bidang:

1. Informasi

Dengan mendengar radio masyarakat dapat mengetahui informasi yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sumber informasi dengan keunggulannya yang cepat

dan dengan daya jangkauannya yang mampu diperdengarkan terhadap masyarakat luas

secara seksama. Informasi yang disampaikan selintas melalui radio menjadi pengetahuan

tentang suatu kejadian atau peristiwa atau tentang pendapat seseorang, setidaknya tentang

pokok-pokoknya.

2. Pendidikan

Radio tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga berfungsi sebagai alat pendidikan yang

mana sangat berguna bagi masyarakat umum untuk menambah pengetahuan seperti siaran

agama, bahasa, dan lain-lain. Fungsi pendidikan dapat didengarkan bisa dalam bentuk dialog,

(41)

jadi disamping masyarakat dapat terhibur juga mendapat pengetahuan tentang bahaya

Narkoba dan HIV.

3. Hiburan

Fungsi radio sebagai hiburan sudah sangat dirasakan oleh masyarakat dan ini

merupakan fungsi yang lebih dominan yang dirasakan oleh masyarakat dari radio. Siaran

radio menyajikan acara-acara berupa lagu-lagu, olah raga dan lain sebagainya, yang dapat

didengarkan oleh siapa pun tanpa adanya klasifikasi.

Sebagai media komunikasi, radio juga memiliki keunggulan dibandingkan media

komunikasi lainnya, yaitu:

1. Cepat dan langsung. Sarana cepat, lebih cepat dari koran ataupun tv, dalam

menyampaikan informasi kepada publik tampa melalui proses yang rumit dan

butuh waktu yang banyak seperti tv atau sajian media cetak. Hanya dengan

melalui telefon, reporter radio dapat secaralangsung menyampaikan berita atau

melaporkan peristiwa yang ada dilapangan.

2. Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya sekali. Orang

mendengarkan radio dalam secara berkelompok tetapi biasanya mendengarkannya

sendirian, seperti di mobil, di dapur, di kamar tidur, dan sebagainya.

3. Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengarnya. Pembicaraannya

langsung menyentuh aspek pribadi.

4. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu

mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan suara

(42)

5. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografi, demografis, SARA

(suku, agama, ras, antargolongan), dan kelas sosial. Hanya tunarunggu yang tak

mampu mengkonsumsi atau menikmati radio.

6. Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga media

pesawat televise, pesawat radio relatif jauh lebih murah, pendengarpun tidak

dipungut bayaran sepersenpun untuk mendengarkan radio.

7. Bisa mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami sehingga berkemampuan

mengulang informasi yang sudah disampaikan secara cepat

8. Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa

mengganggu aktivitas yang lain, seperti memasak, mengemudi, belajar, dan

(43)

BAB III

Sejarah Berdirinya Radio Budaya Karo

3.1 Terbentuknya Radio Budaya Karo

Seperti yang telah disebutkan terdahulu bahwa perkembangan radio swasta di Medan

pada tahun 1980 sudah mencapai 17 stasiun radio. DI Kabanjahe keberadaan radio swasta

dimulai pada tahun 1983, dan radio swasta pertama bernama Radio Budaya Karo. Awal radio

ini berdiri hanya sekedar hobi saja. Barulah pada tanggal 3 Mei 1983 Radio Budaya Karo

resmi didirikan oleh Hendri Bangun, Rahmat Bangun, dan Makmur Bangun, dengan

menggunakan AM (Amplitudo Modulation). Peresmian Radio Budaya Karo tanggal 3 Mei

1983. Pada hari selasa mereka menghadap kepada Raskami Sembiring, Serjana Hukum,

Notaris di Medan, dengan dihadiri para saksi. Adapun yang berkepentingan membuat akte

ini adalah

1. Tuan Hendry Bangun, partikulir, bertempat tinggal di Kabanjahe, Jl Veteran,

Gang Kembang No 6

2. Tuan Rahmat Bangun, partikulir, bertempat tinggal Kabanjahe, Jl Veteran, Gang

Kembang No 6

3. Tuan Makmur Bangun, partikulir, bertempat tinggal di Medan, Jl Kapiten

Pattimura No 595-A

Akte itu menerangkan bahwa mereka secara bersama-sama mendirikan suatu

perseroan terbatas. Perseroan ini diberi nama “P.T. Radio Budaya Karo”, berkedudukan dan

berkantor pusat di Kabanjahe, Jl Veteran, Gang Kembang nomor 6. Maksud dan tujuan

pendirian perseroan ini adalah menjalankan usaha penyelenggaraan radio siaran (pancaran

(44)

usaha-usaha penerangan, pendidikan, hiburan dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam

peraturan pemerintah nomor 55 Tahun 1970 dan surat keputusan Menteri Penerangan nomor

39/KEP/MEMPEN/1971.

Modal perseroan ini berjumlah Rp 5.000.000, (lima juta rupian), terbagi atas 100

(seratus) saham, masing-masing atas permohonan direksi. Semua saham dikeluarkan atas

nama pemiliknya. Nama pemiliknya dicatat pada surat-surat saham oleh direksi.

Radio ini didirikan untuk memperkenalkan budaya karo dan menghibur masyarakat.

Pada awal Radio Budaya Karo didirikan dengan peralatannya masih sangat minim dan

sederhana, karena pada saat itu, peran media lain sangat terbatas dari jangkauan berbagai

lapisan masyarakat. Peralatan yang hanya ada pada waktu itu adalah mikrofon dan kabel

antenna sebagai pemancar radio. pada saat itu. Sebagai radio swasta pertama di Kabajahe,

radio ini menjadi pilihan karena dalam siarannya Radio Budaya Karo kerap nenampilkan

lagu-lagu karo, informasi seputar Taneh Karo dan membahas tentang kebudayaan karo,

sehingga radio ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar setianya.17

Sebagai radio siaran swasta yang baru lahir dan radio ini didirikan dari sekedar hobi

ke 3 pendiri. Radio ini belum memiliki manajemen dan struktur organisasi yang baik. Dalam

hal ini para pendiri dapat bertindak sebagai penyiar, artinya rekrutmen penyiar termasuk

penggajian belum dilakukan oleh Radio Budaya Karo. Bila ketiga pendiri berhalangan,

mereka mempercayakan penyiaran radio kepada keluarga atau teman yang mereka kenal dan

memiliki hobi yang sama untuk menyiar di Radio Budaya Karo. Dengan demikian, pada

masa itu jadwal siaran di Radio Budaya Karo pun belum teratur. Disamping itu sumber

17

(45)

materi siaran masih tertumpu pada fungsi tunggal yaitu untuk hiburan saja, dengan

pendengar tampa batas umur/ mencakup semua usia..

Pada tanggal 1 Desember 1984 Hendry Bangun dan Makmur Bangun mengundurkan

diri dan berhenti sebagai para pesero maupun dalam jabatan mereka sebagai direktur utama

dan komisaris dari perseroan terbatas tersebut. Pengunduran diri Hendy Bangun dan Makmur

Bangun disebabkan karena mereka merasa dengan usaha radio tersebut tidak mendapatkan

keuntungan yang banyak.

Dengan keluarnya Hendry Bangun dan Makmur Bangun maka sebagai penerus

perseroan terbatas tersebut adalah Djauhari Bangun, Andri Yansen Bangun dan Rahmat

Bangun. Terhitung sejak 1 Desember 1984.

Pada tanggal 29 Mei 1991 Djauhari Bangun mengundurkan diri dari jabatannya

sebagai Direktur Utama. Ada pun alasan Djauhari Bangun mengundurkan diri karena faktor

kesehatan. Sejak tanggal 29 Mei 1991 Direktur utama di PT Radio Budaya Karo adalah

Andri Yansen Bangun hingga saat ini18

Semenjak Andri Yansen Bangun menjadi direktur utama di PT Radio Budaya Karo,

Radio Budaya Karo mengalami perubahan secara berarti. Radio Budaya Karo mulai

mempunyai struktur organisasi, manajemen, dan mempunyai visi misi serta menjalin kerja

sama dengan berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena Radio Budaya Karo mulai menyadari

dengan semakin banyak muncul radio-radio swasta lainnya di kabupaten Karo, seperti radio

PT. Radio Turang, PT. Radio Bayu, Radio Ersena FM, dan PT. Radio Gray FM. Untuk

menghadapi persaingan inilah Radio Budaya Karo melakukan berbagai cara dan strategi

agar dapat menarik perhatian para pendengar. .

(46)

Secara bertahap Radio Budaya Karo memasuki babak baru dengan ciri profesional

menuju indusrti media radio. Bila sebelumnya radio siaran bertumpu pada fungsi tunggal

yaitu hiburan kini mulai mengkristalkan, berfungsi untuk hiburan, informasi, penerangan,

pendidikan dan komersial. Era industry radio ini dikenal sebagai paradigm baru radio-radio

siaran.

Adapun visi dan misi Radio Budaya Karo adalah sebagai berikut:

Visi Radio Budaya Karo

1. Menyampaikan informasi kepada pendengar tentang perkembangan yang

berkaitan dengan lokal, nasional, internasional secara positif.

2. Ikut menjaga/ melestarikan dan mewujudkan budaya nasional.

3. Informasi bisnis dan perkembangan perekonomian daerah khususnya daerah

Sumatera Utara.

Misi Radio Budaya Karo:

1. Memberikan alternatif kepada pendengar dalam bentuk hiburan, edukasi, dan

informasi secara positif dalam bentuk audio yang sesuai dengan

perkembangan tehnologi.

2. Menjadikan radio sebagai sarana promosi bagi produk secara profesional

dengan program-program yang berkualitas dan layak juan.

3. Menciptakan lapangan pekerjaan

4. Bersaing sehat secara bisnis sehingga mampu memberikan pelayanan dengan

semangat, bertanggungjawab dan profesional.

5. Tetap menjadi diri sendiri agar tetap menjadi radio terkemuka dan terdepan

(47)

Disamping itu Radio Budaya Karo berusaha semaksimal mungkin memenuhi

tugasnya sesuai dengan ketetapan dari pemerintah tentang peraturan pemerintah mengenai

radio siaran non pemerintah, yaitu:

Pada dasal 1, yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah ini adalah:

a. Radio siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam

bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.

b. Penyelenggaraan radio siaran non-pemerintah adalah suatu badan hukum yang

memiliki perangkat tehnis elektronika yang lazimnya disebut sebagai pemancar

radio.

Fungsi dan peran, hak, kewajiban, dan tanggungjawab radio siaran

Pasal 2

a. Radio siaran harus berfungsi sosial yaitu sebagai alat pendidik, alat penerangan,

dan alat hiburan.

b. Radio siaran tidak dipergunakan sebagai alat untuk kegiatan politik.

c. Setiap Warga Negara Republik Indonesia dapat mengadakan usaha radio siaran

dengan mendirikan badan penyelenggara Radio Siaran yang berbentuk badan

hukum.

d. Anggaran dasar badan penyelenggara radio siaran harus mendapat pengesahan

dari Departemen Kehakiman, setelah mendengarkan pertimbangan dari

Departemen Penerangan.

e. Dalam menjalankan fungsi sosialnya badan penyelenggara Radio Siaran

(48)

1. Membela, mendukung dan menegakkan pancasila serta Undang- Undang

Dasar 1945.

2. Memperjuangkan pendapat yang dihayati oleh moral dan etika pancasila.

f. Badan penyelenggara Radio Siaran bertanggungjawab atas:

1. Segala isi siaran-siarannya

2. Pematuhan dan penyelenggaraan dari ketentuan-ketentuan yang tercantup

dalam peraturan pemerintah ini19

Berangkat dari kondisi radio siaran swasta yang kurang menguntungkan akibat

kebijakan politis masa lalu, kini radio siaran swasta menyadari kelemahannya dan berupaya

untuk bangkit dan berkembang mengatasi ketertinggalan. .

19

Gambar

 Tabel 1 Tarif Iklan Sponsor Program
 Tabel II Tarif Iklan Per-spot
Tabel III  Program acara tetap
 Tabel IV Program Acara Spesial
+5

Referensi

Dokumen terkait

Neste ponto pode diminuir-se ou aumentar-se a temperatura na parte superior do aparelho através dos botões “seta para cima e seta para baixo”.. A temperatura pode ser regulada entre 8

Pada sapi perah, penerapan MOET untuk peningkatan mutu genetik hanya dapat dicapai dengan adopsi inovasi program pemulian ( breeding program ) yang lebih detail terutama

Perpajakan, Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, dan Sanksi Atas Kelalaian Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak PBB di Kabupaten Bangka .”. 1.2

:NUROKHMATTEGUHPRASETYA : 500004076 : Magister Pendidikan Matematika : Model Pembelajaran CIRC dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi

Setelah itu dilakukan Uji Paired Sample T Test dengan tingkat signifikansi 5%, menunjukkan bahwa pada rasio Net Profit Margin (NPM) pada periode 1 tahun sebelum dan 2 tahun

Wade (2007) terdapat beberapa aspek dari pengelolaan marah, yaitu:.. 1) Mengenali emosi marah, emosi marah merupakan kemampuan untuk mengendalikan perasaan marah sewaktu

Bahkan doktrin ulama Kufah itu agak mencerminkan ajaran resmi yang berkembang pada masa Hammad Ibn Abi Sulayman (w. 120/736), yakni seorang ahli hukum Kufah yang pertama

Kaitannya dengan relasi agama dan budaya, salah satu pendapat Charles Kurzman menarik untuk dijadikan refrensi dan klarifikasi yaitu dia berpendapat bahwa setiap