• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : HAK PILIH SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA

KEDUDUKAN HAK PILH SEBAGAI BAGIAN DARI HAK ASASI MANUSIA

A. Sejarah Singkat Hak Asasi Manusia

Secara umum Hak Asasi Manusia (HAM) dapat diartikan sebagai hak-hak dasar yang dimiliki seseorang karena semata mata kedudukannya sebagai manusia. HAM bersifat universal (berlaku dimana-mana) dan egaliter (berlaku untuk semua orang). HAM diperoleh secara alamiah (otomatis) sejak manusia lahir tanpa harus meminta atau diberikan. Konsep awal HAM berasal dari ide tentang hak alamiah yang berasal dari konsep hukum alam40. Secara khusus Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak kodrati).

Sebenarnya sudah dari zaman dulu masalah hak dikenal dibanyak kawasan dunia41. HAM (pengakuan/pengaturan terhadap HAM) lahir dari pada sifat absoloutisme penguasa atau Raja terhadap rakyatnya. Tinjauan histori perjuangan HAM serta menurut para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dari lahirnya Magna Charta di Inggris pada tahun 1215. Magna Charta mencanangkan bahwa Raja John yang sebelumnya memiliki kekuasaan yang absolute (Raja menciptakan hukum, tetapi ia tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggung jawabannya dimuka

40 Triyanto, “Regulasi Perlindungan Hak Asasi Manusia di Tingkat Internasional”, Jurnal PPKn, Vol.1. No.1, Januari 2013,hlm 1

41 Miriam budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), hal.211

umum. Sejak saat itu, apabila raja melanggar hukum, ia harus diadili dan harus mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya terhadap parlemen.

Pada intinya Magna Charta memaksa Raja untuk tidak melakukan pengambilan hasil bumi begitu saja tanpa persetujuan mereka (bangsawan), untuk tidak menuduh, menangkap menahan seseorang tanpa pengadilan yang dapat dipercaya, apabila seseorang telah ditahan atau dirampas miliknya akan segera mendapatkan ganti rugi dan rehabilitasi, rumusan ini bertujuan untuk membatasi tindakan kesewenang-wenang dari Raja42.

Jadi dapat dikatakan Raja bertanggug jawab terhadap rakyat. Lahirnya Magna Charta dengan hak yang dijamin mencakup hak politik dan sipil yang mendasar, seperti hak diperiksa dimuka hakim. Sampai sekarang Magna Charta dianggap sebagai tonggak sejarah Hak asasi manusia, walaupun hak asasi yang dimaksud bukanlah hak asasi yang dikenal dewasa ini. Magna Charta tak lebih dari jaminan perlindungan terhadap kaum bangsawan dan Raja. Magna Charta menjadi suatu awal bangkitnya semangat memperjuangkan hak asasi manusia . Sekalipun hanya berlaku untuk bangsawan dan tidak begitu berarti bagi penduduk umum, namun hak-hak itu menjadi bagian dari sistem konstitusioal Inggris Bill of Rights yang berlaku bagi semua warga negara43. Bill of Rights lahir pada masa kepemimpinan Raja William tahun 168944 , yang berisi ketentuan bahwa Raja harus memrintah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Parlemen hak individu diakui

42 Baher Johan Nasution, “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia”, (Bandung, CV: Mandar Maju) hlm 134

43 Ibid

44 ibid

seperti hak mengajukan petisi, hak untuk berdebat bebas dalam parlemen, dan larangan terhadap hukuman yang berlebihan.

Perkembangan yang terjadi di Inggris kemudian diikuti oleh bangsa Amerika dengan merumuskan Viginia Bill Of Rights dan Declaration Of Independent pada tahun 1776. Dalam perkembangannya gerakan dan pemikiran HAM memperoleh inspirasi yang sangat kuat karena semangat Hak Asasi dan perlindungannya dinyatakan dengan jelas dalam Viginia Bill Of Rights dan Declaration Of Independent pada tahun 1776. Deklarasi ini memuat antar lain:

.... Kami percaya bahwa semua kebenaran ini adalah bukti nyata, bahwa semua orang diciptakan sama, dikaruniai oleh Pecipta mereka hak-hak tertentu yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diantaranya ialah hak hidup, kebebasan dan pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-hak ini,dibentuk pemerintahan diantara orang-orang, yang memperoleh kekuasaan mereka yang adil dengan izin mereka dari pemerintah

Declartiaon of Independent lahir sebagai akibat dari perjuangan HAM dari rakyat Amerika Serikat yang kala itu berstatus sebagai Imigran dari Eropa yang merasa tertindas oleh penjajahan pemerintahan Inggris melahirkan Declaration of Independent.

Perkembangan selanjutnya pada di Perancis berkembang pemerintahan raja absolute yang melahirkan Declaration Des Droit De I’homme Et Du Citoyen ( 26 Agustus 1789) yang pada pokoknya berisi penghapusan pemerintahan feodal dan penindasan terhadap hak asasi manusia. Proses selanjutnya setelah berakhir perang dunia ke-II negara-negara yang menang secara bersama-sama mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperjuangkan apa yang dimaksud sebagai Hak Asasi Manusia dan hak kebebasan dasar “respect for human rigaht and for fundamental freedom” yang harus dimiliki oleh setiap Iindividu dan harus

dihormati oleh individu lainnya dan serta dilindungi oleh negara. Lahirnya PBB menjadi tonggak sejarah atau puncak dari perjuangan HAM sedunia yang melahirkan “The Universal Declaration of Human Rights” yaitu pernyataan tentang hak asasi manusia sedunia yang sifatnya Universal dan diterima secara aklamasi oleh negara-negara anggota dalam persidangan Majelsi Umum PBB paa tahun 1948.

Hak- hak yang dirumuskan dalam abad 17 dan 18, sangat dipengaruhi oleh gagasan hukum alam (Natural Law) oleh John Locke (1632-1714) dan J.J Rosseau (1712-1778), yang hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dan sebagainya45.

Dalam perkembangan selanjutnya Hak Asasi Manusia pada abad ke 20-21 ini terjadi pergeseran pemikiran terhadap HAM. HAM yang diperjuangkan ialah hak-hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak-hak atas perdamaian dan hak-hak atas pembangunan. Perkembangan pada abad ini, disebut oleh Mirriam Budiardjo sebagai perjuanagn HAM oleh Generasi Kedua dan Generasi Ketiga. Dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik Miriam Budiardjo, membedakan tiga generasi hak asasi. Generasi yang pertama adalah hak sipil dan politik yang sudah lama dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran negara-negara Barat. Generasi ini adalah generasi pada abad ke 17-18. Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang gigih diperjuangakan oleh negara-negara komunis dalam masa Perang Dingin (1945-awal tahun 1970-an) sering dinamakan Dunia Kedua.

Kemudian hak ini didukung negara-negara yang baru membebaskan diri dari

45 Dwi Suliswor dan Tri Wahyu Ningsih dan Dikdik Baehaqi Arif, “Hak Azazi Manusia”, http://eprints.uad.ac.id (Selasa, 06 Agustus 2019)

penjajahan kolonial, dan yang sering disebut Dunia Ketiga. Generasi Ketiga adalah hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan (development), yang tertama diperjuangkan oleh negara Dunia Ketiga46, dewasa ini