BAB II PKI DAN HARIAN RAKJAT
B. Sejarah Singkat Harian Rakjat
Pada Januari 1951, Siauw Giok Tjhan – seorang jurnalis senior dan pendiri
Sunday Courier- menerbitkan majalah mingguan bernama Suara Rakjat. Pada
bulan Juli, majalah ini berubah menjadi surat kabar dengan nama Harian Rakjat.
Pada masa ini, Harian Rakjat belumlah menjadi organ propaganda dari PKI. Akan
tetapi, keterlibatan Njoto – salah satu petinggi PKI – dalam dewan redaksi koran
ini membuat berita-berita kegiatan PKI dimuat dalam koran ini.7
Harian Rakjat memiliki cakupan distribusi yang cukup luas di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra. Akan tetapi, luasnya distribusi koran ini tidak dapat membuat keuntungan yang besar bagi koran tersebut. Di tengah masalah kesulitan pendanaan, Siauw Giok Tjhan mulai berpikir untuk menjual perusahaan
penerbitan tersebut.8
6Ibid., hlm:502.
7 Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute. Hlm: 25-26.
Niatan Siauw Giok Tjhan untuk menjual Harian Rakjat dilihat PKI sebagai
sebuah kesempatan yang besar. PKI memang telah mengincar Harian Rakjat
untuk dijadikan media propaganda partai. Kebutuhan PKI akan media massa sebagai alat agitasi partai tidak dapat terlepas dari strategi partai saat itu. Fadrik Aziz Firdausi menyebutkan:
“… Pada dekade 1950an, PKI dibangun sebagai partai komunis berbasis massa. PKI memasifkan agitasi dan propagandanya kepada kaum proletar di kota dan kalangan petani miskin di daerah-daerah perkebunan. PKI juga membangun aliansi lebar yang menyatukan golongan buruh, petani, borjuasi kecil, dan borjuasi nasionalis. Dari komposisi yang demikian itu, aliansi ini jelas melebihi batas-batas partai dan ideologinya. Karena itu, dalam mengelola massa yang nisbi heterogen itu,
diperlukan suatu media untuk diseminasi ideologi dan penerangan politik.”9
Penggunaan media cetak untuk memperkuat organisasi dan ideologi partai
ini sebenarnya sudah dimulai dengan penerbitan kembali Bintang Merah pada 15
Agustus 1950. Bintang Merah merupakan sebuah majalah politik tempat para
pimpinan PKI menuangkan gagasan ideologi mereka. Akan tetapi, Bintang Merah
merupakan sebuah jurnal politik serius.10 PKI membutuhkan media massa lainnya
untuk memperluas pengaruh mereka ke berbagai golongan. Surat kabar merupakan media yang tepat untuk tujuan PKI tersebut.
PKI memanfaatkan kedekatan Njoto dan Siauw Giok Tjhan untuk memperlancar proses pembelian Harian Rakjat. Pada penghujung Oktober 1953,
Harian Rakjat secara resmi diakuisisi oleh partai komunis tersebut.11 PKI
9Ibid., hlm: 75.
10 Pembahasan mengenai Bintang Merah dapat dibaca di Rhoma Dwi Aria Yuliantri.
“Bintang Merah: Dengan Jurnal Kembali Ke Atas Panggung”. Dalam Taufik Rahzen, et. al. 2007. Seabad Pers Kebangsaan. Jakarta: I:Boekoe. Hlm: 518-520.
menempatkan Harian Rakjat di bawah Departemen Agitasi dan Propaganda partai. Pasca akuisisi ini, Njoto dipilih untuk menggantikan Siauw Giok Tjhan
untuk memimpin Harian Rakjat. Untuk menjalankan tugasnya mengelola surat
kabar ini, Njoto dibantu oleh Naibaho dan Supeno. Fungsi utama Harian Rakjat
bagi PKI adalah untuk membentuk opini publik supaya meyakini dan
mempraktikkan ide revolusi berbasiskan perjuangan kelas.12
Sebagai alat propaganda partai, Harian Rakjat mengembangkan gaya
jurnalisme yang bersifat agresif. Mereka tidak takut untuk menyerang dan memukul langsung lawan-lawan politiknya. Rhoma menyebut gaya jurnalisme
Harian Rakjat sebagai “jurnalisme konfrontasi dengan bahasa yang meledak,
tembak langsung, jambak, sikat, dan pukul di tempat”.13 Gaya jurnalisme dan bahasa yang digunakan oleh harian ini tidak terlepas dari target pembaca mereka. Surat kabar tersebut menargetkan pembacanya dari berbagai golongan, termasuk buruh dan petani yang tingkat pendidikannya cenderung rendah. Gaya bahasa yang lugas, tidak bertele-tele, dan terkadang cenderung kasar digunakan supaya para pembaca dapat dengan mudah memahami informasi yang hendak mereka sampaikan.
Konten dalam surat kabar Harian Rakjat cukup beragam, meliputi berita
nasional, berita daerah, berita internasional, editorial, kolom Komentar Ketjil,
kolom Bisikan, kolom kebudayaan, HR Muda, Ruangan Wanita, dan berita
12 Kerry William Groves. 1983. Harian Rakjat, Daily Newspaper of the Communist Party of Indonesia – Its History and Role. Tesis. Faculty of Asian Studies, Australia National University. Hlm: 31.
13 Rhoma Dwi Aria Yuliantri. “Harian Rakjat : Di Bawah Pukulan dan Sabetan Palu Arit”. Dalam Taufik Rahzen, et. al., op. cit., hlm: 700.
olahraga. Berita-berita yang disampaikan kebanyakan berupa berita politik dan
berita pergerakan buruh dan tani. Harian Rakjat juga memuat berita-berita
tentang kegiatan-kegiatan PKI maupun organisasi-organisasi yang berafiliasi
dengan partai tersebut, seperti SOBSI dan Gerwani. Setiap hari Sabtu Harian
Rakjat juga memuat kolom yang berisi rangkuman kejadian selama seminggu dalam bentuk karikatur yang dilengkapi dengan keterangan singkat di bawahnya. Tidak jarang kolom ini juga digunakan untuk propaganda dan menyindir musuh-musuh politik mereka.
Gambar 1. Kolom Ruangan Wanita Harian Rakjat
Sirkulasi Harian Rakjat juga terus membaik. Pada tahun 1951, tiras Harian Rakjat sebanyak 2.000 perhari.14 Pada tahun 1954, oplah surat kabar ini
berkembang menjadi 15.000 eksemplar.15 Akan tetapi, perkembangan oplah ini
nampaknya masih jauh dari harapan. Dalam artikel berjudul “Berjuang Dalam Pers” Njoto mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap oplah koran ini:
“….15.000! Memang angka ini boleh dibilang besar. Tetapi, besar dibandingkan
dengan mana! Dibandingkan dengan djumlah harian2lain, ja. Tetapi djika dibandingkan dengan Rakjat jang terorganisasi, belum apa2. Ambil sadjalah Sobsi. Anggotanja lebih dari 2.500.000. Djika tiap lima puluh anggota Sobsi berlengganan 1 lembar sadja Harian Rakjat, Harian Rakjat ini sudah harus beroplah 50.000! Kapan angka ini akan kita tjapai? Toh kita harus mentjapainja! Belum lagi terhitung anggota2 BTI, anggota2 Pemuda Rakjat, anggota2 organisasi2 demokratis lainnja, dan belum dihitung sama sekali orang2 jang tidak
terorganisasi.”16
Oplah Harian Rakjat sebesar 15.000 tidak menunjukkan jumlah pembaca
surat kabar tersebut. Menurut Njoto, setiap eksemplar Harian Rakjat dapat dibaca
oleh 5-7 orang17, yang berarti setidaknya ada 75.000 pembaca surat kabar ini.
Untuk meningkatkan jumlah pembaca dan oplah Harian Rakjat, surat kabar ini
juga melibatkan massa. Pada tanggal 18 Oktober 1955, dimuat artikel pengalaman
Herry – salah seorang pembaca – yang turut aktif dalam penyebaran informasi
14 Kerry William Groves, op. cit., hlm: 110.
15 Njoto. “Berjuang Dalam Pers”. Harian Rakjat 25 Februari 1954 dalam Fadrik Aziz Firdausi, op.cit., hlm:158.
16Ibid., hlm: 160.
17 Ibid. Hlm: 159. Menurut Kerry William Groves berdasarkan pada pernyataan Naibaho tahun 1963 mengenai jumlah pembaca dan dibandingkan dengan perkiraan jumlah oplah Harian Rakjat waktu itu, maka setiap koran hanya dibaca sebanyak 3 orang. Lihat Kerry William Groves, op. cit., hlm: 117.
Harian Rakjat. Herry menuliskan pengalamannya membawa dan menitipkan
Harian Rakjat miliknya ke kantin supaya koran itu dapat dibaca oleh orang lain.18
Contoh lain juga dapat dilihat dari tulisan Husin, seorang pelanggan Harian
Rakjat di Tanah Abang, yang diterbitkan pada tanggal 20 Oktober 1955. Ia
membawa Harian Rakjat ke tetangga-tetangganya supaya mereka dapat membaca
informasi yang diberitakan harian ini. Para tetangganya tertarik karena ingin mengikuti info mengenai hasil pemilu, akan tetapi mereka kemudian mulai
membeli Harian Rakjat, baik membelinya secara eceran maupun berlangganan.
Menariknya, Husin juga bercerita bahwa:
“Tetapi lama-kelamaan, merekaterus senang djuga membatja tulisan2 lainnja
dalam Harian Rakjat. Mereka senang, ‘tjotjok buat hati saja’, kata mereka. Saja
tidak tahu apa sebenarnja jang ditusuknja dalam pemungutan suara, sebab saja djuga tidak mau tanja. Tetapi, rupa2nja jang satu pilih Masjumi, jang satu lagi Partai Buruh, satu lagi PNI, dan menurut dugaan saja jang dua Palu Arit. Tetapi
semuanja setiap sore ikut membatja Harian Rakjat”.19
Pernyataan Husin tersebut mengindikasikan bahwa pembaca Harian Rakjat
tidak hanya terbatas pada kalangan anggota PKI atau simpatisan partai tersebut saja, melainkan juga simpatisan partai lainnya.
Organisasi-organisasi yang dekat dengan PKI juga berperan penting dalam
meningkatkan pembaca Harian Rakjat. Organisasi seperti Gerwani memiliki
program untuk memberantas buta huruf di masyarakat. Harian Rakjat menjadi
salah satu bahan bacaan yang digunakan dalam program ini.20
18 Pindjamkan HR Kita Kepada Orang2 JangTidak Berlangganan. Harian Rakjat 18 Oktober 1955. Hlm: 2.
19Tetangga Saja Djuga Langganan HR. Harian Rakjat 20 Oktober 1955. Hlm: 2.