• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAMPANYE PEMILU 1955 DI HARIAN RAKJAT

C. Masa Awal Kampanye

7. Tanda Gambar PKI

Pengenalan tanda gambar atau logo partai adalah salah satu hal yang penting dalam kampanye pemilu tahun 1955. Untuk pemilu 1955 ini, PKI mendaftarkan

tanda gambar Palu-Arit disertai dengan jargon PKI dan orang tak berpartai.

Jargon ini dipilih karena kebijakan PKI yang juga menerima orang-orang diluar partai mereka untuk ikut sebagai calon anggota legislatif dan konstituante PKI asalkan mereka setuju dengan program partai.

Menilik editorial bertajuk “Tjalon2 PKI danOrang Takberpartai” yang terbit

di Harian Rakjat tanggal 21 Desember 1954, pemilihan tanda gambar tersebut setidaknya memiliki dua arti khusus, yakni:

“…Wakil2 terbaik dari dunia intelektuil kita misalnja, seperti ir.

Purbodiningrat, dr. Tjokronegoro, Affandi, Basuki Reksobowo, dll., jang kesemuanja tidak berpartai, akan tidak mungkin turut tjampur dalam kemudi Republik kita, sekiranja PKI tidak membuka kesempatan untuk ikutsertanja

orang2 takberpartai didalam daftarnja…

…Arti chusus selandjutnja dari daftar PKI dan orang takberpartai ini jalah, bahwa PKI ternjata ber-sungguh2 di dalam usahanja menggalang usatu Pemerintah Rakjat, jang bukan setjara tidak langsung, tetapi setjara langsung

mewakili, memperhatikan, membela, dan sudah tentu djuga memenuhi kepentingan2 berbagai golongan jang hidup didalam masjarakat kita…”34

Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa daftar calon PKI dan

Orang Tak berpartai dibuat untuk menampilkan citra bahwa PKI membuka kesempatan bagi masyarakat yang tidak berpartai untuk ikut mencalonkan diri dalam pemilu dan ikut secara langsung dalam kegiatan pengelolaan negara. Akan tetapi, orang-orang yang tidak berpartai yang ikut dalam daftar ini harus memiliki persamaan visi dengan PKI. Maka dari itu, kebanyakan dari mereka merupakan anggota-anggota organisasi yang memiliki kedekatan secara ideologi dengan partai ini, seperti SOBSI dan Gerwani. Selain itu, daftar calon ini juga dibuat untuk mencitrakan PKI sebagai partai yang mewakili semua golongan masyarakat Indonesia.

Strategi PKI ini banyak diprotes oleh berbagai pihak. Dengan kebijakan tersebut, PKI dianggap menciderai kebebasan orang-orang tak berpartai dan

“mendefaktokan” orang-orang tak berpartai ke dalam satu golongan.35 Protes ini tidak hanya berasal dari pihak lawan saja, tetapi juga berasal dari kawan politik PKI, yakni NU. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diadakan pertemuan

segitiga antara PKI – NU – dan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI). Sebuah mosi

diajukan oleh salah satu anggota parlemen, Ameltz, sebagai salah satu bentuk protes terkait dengan permasalahan ini.

34 Editorial: Tjalon2 PKI dan Orang Takberpartai.Harian Rakjat 21 Desember 1954. Hlm: 1.

35 D.N. Aidit: Nama daftar “PKI dan orang tak berpartai” adalah demokratis dan

Dalam pembelaannya terhadap serangan-serangan dari partai lainnya, PKI

berdalih bahwa slogan “PKI dan Orang Tak Berpartai” tidak melanggar aturan

dan demokratis. Aidit menyebut bahwa “Dalam keterangan mengenai daftar -kumpulan tidak ada keterangan mengenai larangan anggota2 partai mengadjukan satu daftar-kumpulan ber-sama2 dengan orang2 tak berpartai. Oleh karena itu, djelas sekali bahwa undang2 memungkinkan adanja daftar-kumpulan daripada anggota2 suatu Partai dengan dengan orang2 tak berpartai, djadi djuga

memungkinkan daftar kumpulan, ‘PKI dan orang tak berpartai’.”36 Selain itu, Aidit juga menyebut bahwa tanda gambar tersebut juga tidak memperkosa kebebasan orang-orang tak berpartai, karena menurutnya mereka tidak hanya melihat dan memilih dari tanda gambar partai tertentu melainkan juga melihat program dan calon-calon dari partai tersebut. Aidit berpendapat bahwa banyak

partai lain yang melakukan hal seperti itu, contoh saja PNI dengan slogan “Front

Marhaenis” ataupun Murba dengan slogan “Murba pembela demokrasi”.37

Harian Rakjat juga ikut membela kebijakan PKI ini. Dalam kolom editorialnya, mereka menyatakan bahwa penolakan tersebut hanyalah akal-akalan PSI-Masjumi yang bertujuan untuk menghalang-halangi pengesahan daftar calon PKI. Menurut pendapatnya, secara formil kebijakan ini tidak melanggar aturan

apapun. Mereka justru mengajukan tantangan: “kalau mau mengalahkan kaum

Komunis, tjobalah menghadapi pemilihan umum j.a.d. menjusun daftar tjalon

36Ibid.

jang lebih baik dan lebih representatif daripada daftar PKI dan orang takberpartai

ini.”38

Pertemuan segitiga antara PPI – PKI – NU menghasilkan kesepakatan

bahwa PKI tidak lagi menggunakan daftar nama PKI dan Orang Tak Berpartai.

Pada editorial bertajuk Toleransi NU-PKI, Harian Rakjat menyebutkan bahwa

mereka bersedia menerima tuntutan NU demi memelihara kerjasama antara partai-partai demokratis. Akan tetapi, selanjutnya mereka menyatakan:

“Putusan ini sedikitpun tidak merubah daftar tjalon2 PKI dan orang takberpartai, sebagaimana ditegaskan didalam komunike bersama PPI-NU-PKI. Putusan ini djuga

tidak mengenai (…) propaganda PKI seperti poster2, spanduk2, papan2, dll., karena

sebagaimana ditegaskan didalam komunike itu jang diubah hanja namadaftar didalam

surat2 resmi.”39

Pernyataan ini kemudian memancing keributan baru. Surat kabar Abadi

milik Masjumi dalam tajuk rencananya menyerang PKI sebagai berikut:

“Oleh karena itu, berhubung dengan adanja sekarang interpretasi sendiri dari fihak PKI jang pada hakekatnja dapat diartikan sebagai tindakan – untuk memakai kata2

sangat lunak – membohongi N.U., maka dengan sendirinja mendjadi pertanjaan, bagaimanakan sikap NU. selandjutnja dalam hal ini. Hal inilah jang dinanti2kan oleh masjarakat ramai.

Dalam pada itu, setelah adanja kedjadian ini, maka kiranja N.U. akan lebih insjaf lagi, bagaimana sebenarnja tabiat dan sifat PKI jang sebetul2nja. Dengan tindakannja sekarang terhadap hasil keputusan pertemuan segi-tiga itu PKI telah menundjukkan bulunja jang asli. Buat kita, bulu itu sudah lama kita kenal. Tetapi bagaimana buat

N.U. sekarang…….?”40

Melalui pernyataan partai yang dimuat di dalam Harian Rakjat tanggal 3 Februari 1955, PKI akhirnya menyetujui saran dari PPI untuk tidak menggunakan

frasa dan orang tak berpartai dalam semua bentuk, mulai dari surat resmi hingga

spanduk. PKI menyebut bahwa tindakan ini dilakukan untuk memelihara

38 Harian Rakjat 21 Desember 1954. Loc. Cit.

39 Editorial:Toleransi NU-PKI. Harian Rakjat 25 Januari 1955. Hlm: 1.

persatuan dan menyelamatkan pemilihan umum. Akan tetapi, PKI meminta partai

lain juga melakukan hal yang sama dengan mereka.41

Sebagai media partai, Harian Rakjat turut aktif menyebarluaskan daftar calon-calon yang dajukan PKI. Contohnya pada tanggal 20 Desember 1954,

Harian Rakjat memuat daftar calon PKI dan Orang Tak Berpartai”untuk beberapa

daerah pemilihan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta Raya, dan Sumatera. Bahkan untuk sosialisasi ini memakan tempat hampir 1 halaman penuh.

Gambar 3. Pengumuman Daftar Calon PKI di dalam Harian Rakjat

(Sumber: Harian Rakjat 20 Desember 1954.)

41 PKI melaksanakan putusan Panitya Pemilihan Indonesia (PPI). Harian Rakjat 3 Februari 1955. Hlm: 1.

Dokumen terkait