• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

B. Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara

Perusahaan kelistrikan sudah muncul di tahun 1880-an sampai dengan tahun 1900 dengan munculnya perusahaan-perusahaan listrik di kota-kota besar di Amerika Serikat dan Eropa yang melaksanakan kompetisi secara bebas tanpa aturan yang jelas yang menyebabkan pengelolaan listrik dengan konsep monopoli alamiah dan persaingan tidak sehat. Munculnya perusahaan-perusahaan listrik di Amerika dan Eropa tersebut kemudian menyebar ke Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan Afrika. Paradigma listrik sebagai infrastruktur ekonomi semakin menguat pada tahun 1930- an ketika Presiden Rossevelt (AS) membangun pembangkit listrik Tennesse Valley

Authority (TVA).75

Kemudian di Indonesia pasca perang dunia II (tahun 1945-1947) terjadi nasionalisasi perusahaan listrik swasta menjadi perusahaan negara.76

75

Imam Kukuh Pribadi (Tim Penyusun: Imam Kuku Pribadi, Bambang Heryawan, Budi Setianto, Dodo Dwi Sukmono, Kunto Herwin Bono, Rza Fauzi, dan Achmad Fauzi), Liberalisasi Kelistrikan: Menguntungka atau Merugikan, (Jakarta: Serikat Pekerja PT. PLN-Persero, tanpa tahun), hal. 4.

Hal itu berarti pengusahaan kelistrikan di Indonesia telah ada pada awal abad ke 19 ketika beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang industri gula dan teh mendirikan pembangkitan listrik untuk keperluan pabriknya sendiri. Pada tahun 1942 sampai tahun 1945 terjadi pengalihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda kepada pihak sekutu, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Kemudian Presiden Soekarno membentuk PLN sebagai Perusahaan Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan

76

kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW yang dibentuk pada tanggal 27 Oktober 1945.77

Secara singkat rentetan tahun peristiwa penting dalam sejarah perkembangan perubahan status PLN sebagai berikut:

1. Pada tahun 1942 sampai tahun 1945: Perusahaan Jawatan (Perjan). Pembentukan Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga oleh Presiden Soekarno terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945.

2. Pada tahun 1945 sampai tahun 1949: sebagian besar pengusahaan tenaga listrik dikuasai oleh swasta asing seperti NV.OGEM di Medan dengan pusatnya di Jakarta, ANIEM di Surabaya, NV.GEBEO di Bandung dan NV.EMBP di Balikpapan

3. Pada tahun 1953 sampai dengan tahun 1958: seluruh pengelolaan kelistrikan milik swasta dinasionalisasikan. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1953.

4. Pada tahun 1960 sampai dengan 1965: Perusahaan Negara Jawatan Listrik dan Gas di ubah menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN). Berdasarkan UU No.19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. 5. Pada tanggal 1 Januari 1965: Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik

Negara (BPU-PLN) dibubarkan dan diganti menjadi 2 (dua) perusahaan

77

Laporan PT. PLN (Persero), Bekerja Secara Berkelanjutan, (Jakarta: Yayasan Pertambangan dan Energi, 2011), hal. 13.

negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai mengelola gas.

6. Pada tahun 1965 sampai dengan tahun 1967: Perusahaan Negara disederhanakan ke dalam tiga bentuk usaha Negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), dan Perseroan (Persero). Berdasarkan Inpres Nomor 17 Tahun 1967 tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam Tiga Bentuk Usaha Negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), dan Perseroan (Persero).

7. Pada tahun 1968: pemerintah mengalihkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Tenaga dan Listrik (Ditjen Gatrik) dari Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga ke Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1968.

8. Pada tahun 1969: Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kelompokan menjadi tiga bentuk yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan) untuk usaha murni

public service dalam artian tidak mencari keuntungan/laba, Perusahaan Umum

(Perum) untuk usaha pelayanan umum tidak memperoleh keuntungan/laba, dan Persero adalah perusahaan negara yang mencari keuntungan/laba. Berdasarkan UU No.9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang.

9. Tahun 1972: status PLN diubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1972 dan ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

10.Tahun 1978: struktur organisasi Departemen Pertambangan diubah menjadi Departemen Pertambangan dan Energi. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1978 sehingga kedudukan Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara dipindahkan dari jajaran Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik masuk kedalam jajaran Departemen Pertambangan dan Energi.

11.Tahun 1979: kemudian Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1979 tentang Pengusahaan Kelistrikan, menetapkan bahwa pengusahaan ketenagalistrikan tidak hanya dilakukan oleh PLN tetapi dapat juga dilakukan oleh swasta dan koperasi.

12.Tahun 1981: Menteri Pertambangan dan Energi mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 11/PM/Pertamben/1981 tentang Ijin Usaha Ketenagalistrikan (IUK) yang semula dikeluarkan oleh PLN diambilalih menjadi kewenangan Departemen Pertambangan dan Energi. 13.Tahun 1994: Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara diubah

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

14.Tahun 2003: dengan keluarnya UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) mengamanatkan PLN masuk dalam kategori sebagai satu satu bentuk BUMN.

15.Tahun 2009: Berdasarkan UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan status PLN tidak lagi sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) melainkan ditetapkan sebagai BUMN dengan tugas menyediakan listrik bagi kepentingan umum.

Sesudah penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, sebagian besar pengusahaan tenaga listrik dikuasai oleh swasta asing seperti NV.OGEM di Medan dengan pusatnya di Jakarta, ANIEM di Surabaya, NV.GEBEO di Bandung dan NV.EMBP di Balikpapan. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1953 seluruh pengelolaan kelistrikan milik swasta dinasionalisasikan.

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda tersebut didasarkan pada UU No.86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan atau Gas Milik Belanda yang Dikenakan Nasionalisasi. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1961 dikeluarkan UU No.19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, maka Perusahaan Jawatan Listrik dan Gas di ubah statusnya menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN) yang bergerak di bidang listrik dan

gas. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1965 BPU-PLN dibubarkan, dan diganti menjadi 2 (dua) model perusahaan negara yaitu:78

1. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik; dan 2. Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai mengelola gas.

Tujuh tahun kemudian (dari tahun 1960-1967) pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 17 Tahun 1967 tentang pengarahan dan penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam tiga bentuk usaha Negara yakni: Perusahaan Jawatan (Perjan); Perusahaan Umum (Perum); dan Perusahaan Perseroan (Persero).

Dalam rangka peningkatan pembangunan khususnya di bidang ketenagalistrikan, pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1968, mengalihkan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tenaga dan Listrik (Ditjen Gatrik) dari Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga kedalam Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Dep.PUTL).79

Kemudian berdasarkan UU No.9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang, maka Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia juga dikelompokan menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu:

1. Perusahaan Jawatan (Perjan) untuk usaha murni public service dalam artian

tidak mencari keuntungan/laba;

78

Ibid., hal. 14.

79

Syukri, Analisis Terhadap Perlindungan Hukum Konsumen Listrik: Studi Pada PT. PLN Ranting Dewantara di Kabupaten Aceh Utara, Tesis, (Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 41-44.

2. Perusahaan Umum (Perum) untuk usaha pelayanan umum tidak memperoleh keuntungan/laba;

3. Perusahaan Perseroan (Persero) yaitu perusahaan negara yang murni mencari keuntungan/laba.

Status PLN dari Perusahaan Listrik Negara diubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara pada tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, sehingga berdasarkan PP ini PLN ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.80

Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1978, struktur organisasi Departemen Pertambangan diubah menjadi Departemen Pertambangan dan Energi, kedudukan Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara dipindahkan dari jajaran Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik masuk kedalam jajaran Departemen Pertambangan dan Energi.

Tugas-tugas PLN yang semula bersifat pembinaan, pengawasan, dan perencanaan kebijaksanaan umum di bidang ketenagalistrikan secara bertahap diambil alih kembali oleh Pemerintah yakni berada di bawah Kementerian Pertambangan dan Energi. Kemudian Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1979 tentang Pengusahaan Kelistrikan, sekaligus menetapkan pengusahaan ketenagalistrikan tidak hanya dilakukan oleh PLN tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak swasta dan koperasi.

80

Selanjutnya Menteri Pertambangan dan Energi mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 11/PM/Pertamben/1981 tentang Ijin Usaha Ketenagalistrikan (IUK) yang semula dikeluarkan oleh PLN, diambil alih menjadi kewenangan Departemen Pertambangan dan Energi. Satus yang terakhir disandang oleh PLN adalah Perusahaan Perseroan (Persero) didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Pada tahun 1994 status PLN beralih dari Perum menjadi Persero dan juga masih tetap sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum.81

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf c dan Pasal 66 ayat (1) UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN ditugaskan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum. Adanya ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf c dan Pasal 66 ayat (1) UU BUMN ini berarti PT. PLN (Persero) tetap ditugaskan untuk melaksanakan kewajiban pelayanan umum dan kewajiban melaksanakan fungsi sosial kendatipun statusnya sebagai Persero saat ini. Kewajiban pelaksanaan pelayanan umum tersebut sangat populer saat ini disebut dengan istilah Public Service Obligation (PSO).

Dengan status PT. PLN (Persero) berdasarkan UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) mengkategorikan PT. PLN (Persero) sebagai salah satu BUMN.

82

81

Ibid., hal. 14.

82

Sehingga di tahun 2009 dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan yang dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan keadaan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, maka berdasarkan UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan status PLN tidak lagi sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) melainkan ditetapkan sebagai BUMN dengan tugas menyediakan listrik bagi kepentingan umum.83

C. Alasan-Alasan yang Menjadi Dasar Perubahan Status PLN dari Perusahaan

Dokumen terkait