• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORETIS

A. Siswa tunarungu

3. Sekolah Luar Biasa bagian B non-negeri (SLB-B Swasta)

Sekolah Luar Biasa bagian B non-negeri (SLB-B swasta) adalah sekolah yang didirikan oleh lembaga perseorangan atau yayasan diluar pemerintah, khusus mendidik siswa–siswi yang memiliki keterbatasan

fisik dalam hal pendengaran. Pada kenyataannya, SLB-B swasta terbentuk karena adanya desakan keprihatinan orang tua dan segelintir pemerhati ketimbang merupakan aksi nyata dari para profesional dan pemerintah (Meadow, 1980). Hal tersebut bukan hanya terjadi di Negara Indonesia sebagai negara berkembang saja, tetapi juga negara-negara maju seperti Amerika. SLB yang khusus menangani tunarungu di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta jumlahnya melebihi 43 sekolah, namun hanya sebagian kecil yang siap menggunakan metode komunikasi Maternal Reflektif sebagai metode pengajaran bahasa. Seorang tokoh pendidikan siswa tunarungu dari Belanda yang bernama Dr. A. Van Uden mengungkapkan bahwa siswa-siswi tunarungu harus sedini mungkin diperkenalkan dan dilatih dalam kemampuan bahasanya. Metode yang tepat dalam memperkenalkan siswa-siswa ini adalah dengan cara seperti seorang ibu ketika mengajarkan siswanya berbicara, yaitu metode Maternal Reflektif (Sumarwati, 2008). Sampai saat ini metode ini dianggap paling efektif dalam melatih siswa tunarungu berbicara karena dengan metode ini perkenalan bahasa pada siswa-siswa tunarungu usia dini menjadi lebih mudah dan tidak memaksa untuk segera dapat berbicara (Bunawan & Yuwati, 2000).

Moores menemukan 5 elemen penting yang mengarah kepada kesuksesan pendidikan tunarungu, yaitu memiliki orientasi kognitif dan akademik, penggunaan metode komunikasi oral dan bahasa isyarat yang berimbang, aktifitas di kelas dilaksanakan secara terarah dan terstruktur,

pelatihan auditori tidak hanya dilakukan di dalam ruangan tetapi juga dalam situasi nyata di luar sekolah, orang tua sejalan dengan metode pengajaran bahasa yang digunakan para guru (Meadow, 1980).

Metode pengenalan bahasa yang tepat dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam berinteraksi bukan hanya dengan sesama tunarungu tetapi juga dengan individu berpendengaran normal (Bunawan, 1997). Tercapainya kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif merupakan indikator dari kesuksesan pendidikan tunarungu. Hal tersebut ditandai dengan dikuasainya kecakapan hidup dalam bentuk kemampuan menyesuaikan diri di dalam diri siswa tunarungu baik dengan dirinya sendiri maupun dengan individu disekitarnya (Iswari, 2007). Hasil pencapaian ini akan menghindarkan siswa tunarungu dari problem penyesuaian diri yang sering diidentikan dengan permasalahan tunarungu.

SLB-B Swasta bermetode Maternal Reflektif yang menjadi sasaran penelitian yaitu :

a. SLB-B Wiyata Dharma I Sleman

SLB-B Wiyata Dharma I Sleman merupakan Sekolah Luar Biasa swasta yang berlokasi di Jl. Magelang KM.17 Sleman Yogakarta. Letaknya tepat berada di pinggir jalan Magelang. Siswa tunarungu yang bersekolah di SLB-B Wiyata Dharma ini umumnya berasal dari latar belakang ekonomi menengah kebawah. Siswa – siswi yang bersekolah di SLB-B ini tidak hanya berasal dari sekitar kota Sleman saja, tetapi ada pula yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Jumlah siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa berjumlah 48 siswa dengan jumlah guru sebanyak 26 orang. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Salah satu sumber bantuan dana dari sekolah ini berasal dari yayasan penyandang anak cacat di Jepang. Selain kegiatan akademik, kegiatan non akademik yang terdapat disekolah ini yaitu Pramuka yang bersifat wajib. Sarana dan prasarana di SLB-B ini dipandang cukup baik, antara lain ruang latih wicara, ruang latih irama dan lagu, ruang olah raga, ruang bengkel, ruang menjahit, asrama, toilet, ruang guru, ruang pertemuan,

ruang kepala sekolah, ruang olah raga indoor.

Kondisi ketunarunguan siswa–siswi SMPLB dan SMALB di SLB-B ini diatas 90 dB, namun di SDLB beberapa siswa memiliki tingkat ketunarunguan dibawah 75dB. Penggunaan metode pengajaran bahasa yang diterapkan di SLB-B ini adalah metode Maternal Reflektif, namun sayangnya penggunaan metode ini belum menunjukkan kemampuan berbicara yang signifikan. Hal ini dikarenakan pihak sekolah kurang tegas menerapkan peraturan yang mengharuskan menggunakan bahasa oral yang berguna melatih kemampuan berkomunikasi siswa.

b. SLB-B YRTRW Surakarta

SLB-B YRTRW Surakarta terletak diGumunggung RT1/II Gillingan Banjarsari Surakarta. Letak SLB-B ini tidak jauh dari SLB Negeri Surakarta dan Terminal Tirtonadi. Orangtua murid dari siswa tunarungu di SLB-B ini berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah. Siswa–siswi di SLB-B ini tidak hanya berasal dari sekitar daerah Surakarta tetapi juga dari luar daerah Surakarta.

Siswa–siswi di SLB-B ini berjumlah kurang 60 orang dengan jumlah guru sebanyak 22 orang. Tingkat pendidikan yang diselenggarakan di SLB-B ini mulai dari tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Sekolah ini memiliki kerjasama dengan Fakultas Psikologi dan Fakultas Keguruan Universitas Muhamadiyah Surakarta. Setiap semester, Universitas Muhamadiyah Surakarta akan mengirimkan mahasiswanya untuk melaksanakan praktek kerja lapangan mendampingi guru mengajar di SLB-B YRTRW. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan non-akademik yang dilaksanakan di SLB-B ini antara lain Pramuka dan rekreasi bersama. Sarana dan prasarana di SLB-B antara lain; toilet, ruang guru, ruang menjahit, ruang komputer, ruang bina suara dan persepsi bunyi, perpustakaan, dan asrama. Kondisi ketunarunguan para siswa di SLB-B YRTRW rata-rata lebih dari 75dB. Metode pengajaran bahasa yang digunakan di SLB-B ini adalah metode komunikasi Maternal Reflektif.

c. SLB-B Santi Rama Jakarta

SLB-B Santi Rama terbagi menjadi dua lokasi yaitu bagian SDLB sampai dengan SMALB berada di Jl. RS. Fatmawati Cipete Jakarta Selatan, sedangkan Taman Latihan Observasi dan TKLB terletak di Jl. Kramat Jakarta Timur. Latar belakang ekonomi orangtua murid siswa tnarungu di SLB-B ini berasal dari kalangan kelas menengah ke atas.

Jumlah murid mulai dari jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa sampai dengan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa adalah sebesar 146 siswa dengan jumlah guru sebanyak 33 orang. SLB-B ini bekerja sama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Fakultas Keguruan Universitas Negeri Jakarta, dll. SLB-B ini dijadikan berbagai percontohan metode pendidikan karena dinilai kemampuan berbahasa dari siswa SLB-B Santi Rama cukup baik. Selain kegiatan akademik, kegiatan non-akademik di SLB-B ini yang wajib diikuti yaitu

Pramuka. Selain itu, kegiatan ekstrakulikuler lain yang ada yaitu:

sepak bola, basket, modelling dan menari.

Sarana dan prasarana di SLB-B ini terbilang lengkap, yaitu ruang menjahit, toilet, ruang menjahit, ruang kursus tata kecantikan salon, ruang bengkel otomotif, ruang guru, ruang perpustakaan, mushola, ruang observasi pengajaran guru, ruang perbaikan lata bantu mendengar, dan lapangan olah raga.

Metode pengajaran bahasa yang digunakan adalah Maternal Reflektif (Oral-Aural). Tingkat ketunarunguan siswa SLB-B Santi Rama sangat beragam,namun rata-rata berada pada tingkat diatas 95dB. Visi SMPLB & SMALB Santi Rama Jakarta yaitu membimbing siswa menjadi seorang tunarungu dewasa, mandiri, produktif, memiliki bekal hidup sesuai dengan keterampilan kerja yang dimiliki, bertanggung jawab, berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

d. SLB-B Pangudi Luhur

SLB-B Pangudi Luhur terletak di Jl. Pesanggrahan 125 Kembangan Jakarta Barat. Orang tua siswa tunarungu di SLB-B ini berasal dari tingkat ekonomi menengah keatas. Metode pengajaran bahasa di SLB-B Pangudi Luhur yaitu metode Maternal Reflektif (Oral-Aural) dimana setiap siswa wajib menggunakan alat bantu dengar.

Jumlah siswa di SLB-B Pangudi Luhur mulai dari TKLB sampai dengan SMALB berjumlah kurang lebih 300 orang, dengan jumlah guru sebanyak 76 guru dan 6 karyawan. Selain kegiatan akademik, kegiatan non-akademik di SLB-B ini antara lain Basket, Sepak Bola, Berenang, Melukis dan Menari. Sarana dan prasarana di SLB-B ini terbilang cukup lengkap, yaitu; ruang menjahit, toilet, ruang showroom karya batik, ruang perbaikan alat bantu mendendengar,

ruang tata boga, kapel, ruang presentasi, ruang serbaguna, perpustakaan, ruang komputer dan laboratorium.

B. Problem Penyesuaian Diri Siswa tunarungu