• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FIDDINI ALHAM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

pengolahan. Terjadi kerjasama dan praktek tidak jujur dalam proses pemasaran garam ini. Praktek tidak jujur ini terlihat dari (a) pedagang pengumpul masih meruapakn agen (kaki tangan) perusahaan, (b) penjualan garam tidak disertai dengan penimbangan akurat (c) penentuan harga dominan berada pada lembaga pemasaran ini.

3. Analisis kinerja pasar menunjukkan bahwa pemasaran belum efesien. Keuntungan yang tidak merata dengan balas jasa pada fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan, farmer’s share yang rendah pada seluruh saluran (≤20%), pasar tidak terintegrasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, sehingga kenaikan harga di tingkat retail tidak tertransmisikan di tingkat petani.

Saran Saran dari penelitian ini adalah :

1. Pendirian kelompok tani adalah solusi alternatif untuk meningkatkan posisi tawar petani.

2. Dukungan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan petani garam tidak lagi pada pemberian bantuan langsung ke petani. Bantuan sebaiknya diarahkan pada penguatan kapasitas kelembagaan petani dengan memfasilitasi kemudahan akses permodalan serta akses informasi pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Roni. 2009. Analisis Produksi dan Pemasaran Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Alhusniduki. 1991. Metode Penelitian [internet]. [diacu 2013 Juni 21].

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-153-5450044 bab%20iv.pdf

Asmarantaka, Ratna Winandi. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Departemen Agribisnis FEM-IPB. Jakarta.

_________________________. 2009. Pemasaran Produk-produk Pertanian. Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor (ID): IPB Pr.

Azizi A, Tikkyrino, Manadiyanto. 2011. Analisis Pemasaran Garam Rakyat di Kabupaten Pati Jawa tengah. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 541-552.

Besanko D, dranove D, Shanley M dan Schaefer S. 2010. Economics Of Strategy. Fifth Edition. International Student Version. Asia (US): J Wiley.

Baye, Michael. 2010. Managerial Economics and Business Strategy. Seventh Edition. McGraw-Hill/Irwin. Singapore.

____________. 2010. Managerial Economics adn Business Strategy. Fourth Edition. Edition. McGraw-Hill. New York.

Bosena DT, Bekabil F, Berhanu G, Dirk H. 2011. Structure Conduct Performance of Cotton Market: The case of Metema District, Ethiopia. Journal of Agriculture, Biotechnology & Ecology. 4(1):1-12.

Carlton dan Perlof. 2001. Structure, Conduct and Performance [internet]. [diacu

2012 Februari 1]. Tersedia dari :

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46704/2011kar_tinj auan%20Pustaka%20%28bab%20II%29.pdf?sequence=15.

Dahl DC dan Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis. Newyork (US): McGraw-Hill.

[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumenep. 2013. Laporan Pergaraman Rakyat. Jawa Timur (ID).

Firdaus M adn Gunawan I. 2012. Integration Among Regional Vegetable Markets in Indonesia. Journal of ISAAS, 8(2): 96-16.

Funke O, Raphel B, Kabir S. 2012. Market Structure, Conduct and Performance of Gari Processing Industry in South Wstern Nigeria. European Journal of Business and Management. 4(2):99-112.

Hudson, Darren. 2007. Agricultural Market and Prices. Blackwell Publishing. United Kingdom.

Irawan dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinisp dan Kasus. Edisi Kedua. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Unoversitas Gajah Mada. Yogyakarta (ID). Jaya, Wihana Kirana. 2001. Ekonomi Industri, Ed ke-2. BPFE-Yogyakarta.

Yogyakarta.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2011. Industrialisasi Usaha Garam Rakyat. Jakarta (ID): KKP.

____________________________________________________________. 2012. Garam dalam Angka. Jakarta (ID): KKP.

[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2012. Profil Komiditas Garam. Jakarta (ID): Kemendag.

________________________________. 2013. Harga Garam di Tingkat Retail 2012 di Indonesia. Jakarta (ID): Kemendag.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2010. Pemetaan Potensi Lahan Pegaraman dan kebutuhan Garam Nasional. Jakarta (ID): Kemenperin. ___________________________________. 2012. Garam Dalam Angka 2012.

Jakarta (ID): Kemenperin.

[KPPU] Komisi Perlindungan Persaingan Usaha. 2006. Tuntutan Persaingan Usaha Tiga Perusahaan Garam. Jakarta (ID): KPPU.

Kohls dan Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition. New jersey (US): Prentice Hall.

Kudhova D, Chladkova H. 2008. Barriers to Entry Into the Fruit Producing Industry in thr Czech Republic. Agric Econ. 54(9): 413-418.

Kuncoro, M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru 2030. ANDI. Yogyakarta.

[LP IPB] Lembaga Penelitian IPB, Badan Urusan Logistik Republik Indonesia. 1996. Studi Analisis Keterpaduan Pasar pada Sistem Pemasaran Komoditas Pangan Strategis [internet]. [diacu 2013 Juni 24]. Tersedia dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42010/STUDI%20 ANALISIS%20KETERPADUAN%20PASAR%20PADA%20SISTEM%2 0PEMASARAN%20KOMODITAS%20PANGAN%20STRATEGIS%20. soft%20copy.pdf;jsessionid=0F0874D90E781B8DD69645C7FE3C6C9A? sequence=1

Mmasa J, Msuya E, Mlambiti M. 2013. Performance of Various Marketing Channels for Sweet Potato Value Added Products. Journal of Agricultural Economics and Development. 2(2):65-78.

Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakrta (ID).

Purcell WD. 1979. Agricultural Marketing : System, Coordination, Cash, and Futures Prices. Aprentice-Hall Company, Virginia.

Ravallion. 1986. Testing Market Integration. American Journal of Agricultural Economics. 68(1): 102-109.

Rosiana, Nia. 2012. Sistem Pemasaran Gula Tebu (Cane Sugar) dengan Pendekatan Structure, Conduct, Performance (SCP). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Petanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta (ID).

Sudiyono, Armand. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang (ID).

Suherman T, Fauziyah E, Hasan F. 2011. Analisa Pemasaran Garam Rakyat (Studi Kasus Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kbaupaten Sumenep). Embryo. 8(2):73-81.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta (ID).

Syafi‟i, Ahmad. 2006. Potret Pemberdayaan Petani Garam, Implementasi Konsep dan Strategi. Surabaya (ID) : Untag Press.

Tatiek. 2012. Pemasaran Komoditas Pertanian. [internet]. [diacu 2012 Februari 1]. Tersedia dari : http://tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/bab2.pdf

Teguh, Muhammad. 2006. Ekonomi Industri. Raja Graffindo, Jakarta (ID).

Tracey, John. 1999. Market Infrastructure Planning. FAO Agricultural Services Bulletin.

Waldman DE dan Jensen EJ. 2007. Industrial Organization. Theory and Practice. Third Edition. United States of America (US): Perason education.

Lampiran 1 Analisis marjin pemasaran dan farmer’s share garam di Kabupaten Sumenep

N o

Uraian Saluran Pemasaran

1 % 2 % 3 % 4 % 1 Petani a. Harga Jual 537 13.43 325 13.00 260 13.00 470 11.75 2 Pedagang Pengumpul a. Harga Beli 537 13.43 325 13.00 260 13.00 470 11.75 b. Biaya Pengemasan 10 0.25 20 0.80 20 1.00 20 0.50

c. Biaya Bongkar Muat 20 0.50 50 2.00 50 2.50 20 0.50

d. Biaya Transportasi 10 0.25 50 2.00 50 2.50 50 1.25 e. Harga Jual 650 16.25 560 22.40 450 22.50 600 15.00 f. Keuntungan 73 1.83 115 4.60 70 3.50 40 1.00 g. Marjin Pedagang 113 2.83 235 9.40 190 9.50 130 3.25 3 Pabrik a. Harga Beli 650 16.25 560 22.40 450 22.50 600 15.00 b. Biaya Pencucian 30 0.75 54 2.16 54 2.70 30 0.75 c. Biaya Pengovenan 133 3.33 178 7.12 178 8.90 133 3.33 d. Biaya Penggilingan 133 3.33 72 2.88 72 3.60 133 3.33 e. Biaya Iodisasi 35 0.88 35 1.40 35 1.75 35 0.88 f. Biaya Pengemasan 25 0.63 25 1.00 25 1.25 25 0.63 g. Biaya Transportasi 173 4.33 158 6.32 158 7.90 173 4.33

h. Biaya Bongkar Muat 50 1.25 55 2.20 55 2.75 50 1.25

i. Biaya Susut 20 0.50 14 0.56 10 0.50 20 0.50 j. Harga Jual 2 600 65.00 2 000 80.00 2 000 100 2 600 65.00 k. Keuntungan 1 351 33.78 849 33.96 963 48.15 1 401 35.03 l. Marjin Pabrik 1 950 48.75 1 440 57.60 1 550 77.50 2 000 50.00 4 Distributor a. Harga Beli 2 600 65.00 2 600 65.00 b. Biaya Transportasi 75 1.88 75 1.87

c. Biaya Bongkar Muat 40 1.00 40 1.00

d. Harga Jual 3 250 81.25 3 250 81.25 e. Keuntungan 535 13.38 535 13.38 f. Marjin Distributor 650 16.25 650 16.25 5 Retail a. Harga Beli 3 250 81.25 2 000 80.00 3 250 81.25 b. Biaya Transportasi 150 3.75 150 6.00 150 3.75

c. Biaya Bongkar Muat 100 2.50 100 4.00 100 2.50

d. Harga Jual 4 000 100 2 500 100 4 000 100

e. Keuntungan 500 12.50 250 10.00 500 12.50

f. Marjin Retail 750 18.75 500 20.00 750 18.75

Total Biaya Pemasaran 1 004 961 707 1 054

Total Keuntungan 2 459 1 214 1 033 2 476

Lampiran 2 Hasil output analisis integrasi pasar vertikal

1. Harga pada tingkat petani yang menghasilkan kualitas garam KP1 sebagai pasar lokal dan harga retail pada tingkat pedagang pengecer

a. Analisis regresi : Dependent Variable: PFQ1 Method: Least Squares

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PF1Q1 0.781441 0.640888 1.219310 0.2771 FDPR -0.025171 0.067093 -0.375165 0.7229

PR1 0.033868 0.048943 0.691987 0.5198

C 44.86711 87.92963 0.510262 0.6316

R-squared 0.852871 Mean dependent var 305.0000 F-statistic 9.661257 Durbin-Watson stat 2.528001

Uji asumsi-asumsi klasik dalam regresi : (1) Autokorelasi

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan membadingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel, yaitu :

i. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi ditolak

ii. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi diterima

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 11.93752 Prob. F(2,3) 0.0373 Obs*R-squared 7.995350 Prob. Chi-Square(2) 0.0184 Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.0184 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model.

(2) Uji Heteroskedatisitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.678260 Prob. F(3,5) 0.1579 Obs*R-squared 5.547698 Prob. Chi-Square(3) 0.1358 Scaled explained SS 0.659662 Prob. Chi-Square(3) 0.8826

Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.1358 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

2. Harga pada tingkat petani yang menghasilkan kualitas garam KP2 sebagai pasar lokal dan harga retail pada tingkat pedagang pengecer

a. Analisis regresi : Dependent Variable: PFQ2 Method: Least Squares

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PF2Q2 1.400104 0.573608 2.440871 0.0586 FDPR -0.056053 0.043846 -1.278407 0.2572 PR2 -0.014740 0.031254 -0.471630 0.6571 C -13.53707 56.90853 -0.237874 0.8214 R-squared 0.897452 Mean dependent var 223.8889 F-statistic 14.58583 Durbin-Watson stat 2.880994

Uji Asumsi-asumsi klasik dalam regresi : (1) Autokorelasi

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan membadingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel, yaitu :

i. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi ditolak

ii. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi diterima

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 5.031199 Prob. F(2,3) 0.1101 Obs*R-squared 6.932998 Prob. Chi-Square(2) 0.0312

Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.0312 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model.

(2) Uji Heteroskedatisitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.907095 Prob. F(3,5) 0.1403 Obs*R-squared 5.720424 Prob. Chi-Square(3) 0.1260 Scaled explained SS 0.847034 Prob. Chi-Square(3) 0.8382 Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.1260 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

3. Harga pada tingkat petani yang menghasilkan kualitas garam KP3 sebagai pasar lokal dan harga retail pada tingkat pedagang pengecer

a. Analisis regresi : Dependent Variable: PFQ3 Method: Least Squares

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PF3Q3 1.342336 0.656380 2.045060 0.0962 FDPR -0.051744 0.048998 -1.056047 0.3393 PR3 -0.009838 0.035302 -0.278683 0.7916

C 11.11483 27.74992 0.400536 0.7053

R-squared 0.882458 Mean dependent var 155.5556 F-statistic 12.51263 Durbin-Watson stat 2.676183

Uji Asumsi-asumsi klasik dalam regresi : (1) Autokorelasi

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan membadingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel, yaitu :

i. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi ditolak

ii. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi diterima

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 11.15293 Prob. F(2,3) 0.0408 Obs*R-squared 7.933054 Prob. Chi-Square(2) 0.0189

Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.018 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model.

(2) Uji Heteroskedatisitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 3.848462 Prob. F(3,5) 0.0905 Obs*R-squared 6.280209 Prob. Chi-Square(3) 0.0987 Scaled explained SS 0.812231 Prob. Chi-Square(3) 0.8465

Analisis hasil output, jika Obs*R-squared 0.0987 lebih besar dari α 0.01 maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

Timur Dibimbing oleh SUHARNO dan AMZUL RIFIN.

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia. Garam mempunyai peranan penting hampir dalam seluruh proses produksi dan industri, karena garam tidak memiliki barang pengganti, sehingga garam menjadi komoditi yang strategis. Selama ini mata rantai tata niaga garam dikuasai oleh segelintir perusahaan, kegiatan hilir didominasi oleh industri skala besar dengan jaringan yang kuat sedangkan kegiatan hulu didominasi oleh kegiatan pengelolaan garam dengan teknologi sederhana (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). Dalam proses pemasarannya, petani dikondisikan hanya sebagai produsen garam, tidak memiliki andil dalam penentuan harga, maupun penentuan teknis kualitas garam yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan tertutupnya akses petani terhadap informasi mutu dan perkembangan harga yang menyebabkan mayoritas petani memiliki daya tawar atau bergining position lemah dalam penentuan harga dan cendrung sebagai penerima harga (price taker). Kondisi ini semakin diperparah oleh keterbatasan sarana dan prasarana, akses pemodalan, serta akses untuk masuk pasar yang menyebabkan terbatasnya pilihan saluran pemasaran bagi petani. Dari kondisi di atas penulis menduga bahwa pemasaran garam yang terjadi saat ini di Kabupaten Sumenep tidak efisien. Dibutuhkan analisis mengenai pemasaran garam dengan menggunakan pendekatan structure, conduct dan performance (SCP). Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja pasar garam di Kabupaten Sumenep. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), sedangkan responden dalam penelitian dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) melalui penelusuran rantai pemasarannya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemasaran garam di Kabupaten Sumenep tidak efisien, tidak adil, serta tidak transparan. Hal ini disimpulkan dengan pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja pasar garam yaitu, analisis struktur pasar industri garam di Kabupaten Sumenep cenderung oligopsoni, hal ini disimpulkan dari berbagai indikator: (a) jumlah partisipan dalam pasar yang tidak seimbang antara penjual dan pembeli, (b) konsentrasi pasar tinggi, didominasi oleh sedikit pesaing, (c) adanya hambatan masuk pasar mulai dari modal, jaringan kerjasama, lisensi, teknologi. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa terdapat lembaga yang dominan dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran. Lembaga tersebut adalah perusahaan pengolahan. Terjadi kerjasama dan praktek tidak jujur dalam proses pemasaran garam ini. Praktek tidak jujur ini terlihat dari (a) pedagang pengumpul masih merupakan agen (kaki tangan) perusahaan, (b) penjualan garam tidak disertai dengan penimbangan akurat (c) penentuan harga dominan berada pada lembaga pemasaran ini. Analisis kinerja pasar menunjukkan bahwa pemasaran belum efesien. Keuntungan yang tidak merata dengan balas jasa pada fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan, farmer’s share yang rendah pada seluruh saluran (≤20%), pasar tidak terintegrasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, sehingga kenaikan harga di tingkat retail tidak tertransmisikan di tingkat petani.

Supervised by SUHARNO and AMZUL RIFIN.

Sumenep District is one of salt producing areas in Indonesia. Salt plays an important role in almost all industrial processes and production because salt does not have a substitute good, therefore salt becomes a strategic commodity. So far, the link of the salt chain trade system is controlled by several companies, where downstream activities are dominated by large -scale industry with strong network while upstream activities are dominated by salt management activities with simple technology (Ministry of Marine and Fisheries, 2012). In the marketing process, farmers are conditioned as marginal salt producers which cannot contribute, both in price determination and the technical determination of the quality of the salt produced. This is due to the limited access for farmer to get the information about quality and price developments that make the majority of farmers to have weak bargaining position then finally have the tendency to be the price taker. This condition then becomes worse because of other factors such as limited facility and infrastructure, limited access to capital, and limited access to enter the market that lead farmers to limitation choice for marketing channels. Based on the condition above, author expects that the salt marketing in Sumenep today is inefficient. Therefore, Analysis of salt marketing by using structure, conduct and performance (SCP) approach is needed. This study aims to analyze the structure, conduct and performance of salt market in Sumenep. Research locations were selected intentionally (purposive), while respondents were randomly selected (simple random sampling) through their marketing chain.

The analysis showed that the salt marketing in Sumenep is inefficient, unfair and not transparent. It is concluded by structure, conduct, and performance approach of the salt market. Structure analysis indicated that the market structure of the salt industry in Sumenep tends to be oligopsonistic. It is inferred from several indicators: (a) the unbalanced number of participants (between sellers and buyers) in the market, (b) high market concentration which dominated by few competitors, (c) the existence of barriers to entry the market, from the capital, networks, licensing to technology. Conduct analysis for the market suggested that there is a dominant institution for marketing activities; the processing company. Cooperation and dishonest practices also occur in the marketing process. Dishonest practices can be seen from (a) the collective traders are also agents (accomplices) of a company, ( b) the salt sale does not accompanied by accurate weighing (c) dominant price is determined by these marketing agencies. Market performance analysis showed that the salt marketing is not yet efficient. Uneven profit with the remuneration in the marketing functions performed, the low farmer share in all channels (≤20%), and also the unintegrated market, both in the short run and long run become the causal factor why the increasing price in the retail level can not be transmitted to the farm level.

Dokumen terkait