• Tidak ada hasil yang ditemukan

376. Sektor Lainnya

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 38-44)

37 6. Sektor Lainnya

Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan I – 2008, sektor industri pengolahan tumbuh 5,23% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,42% terhadap laju pertumbuhan umum Provinsi Sulawesi Utara. Pencapaian ini relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 4,24% (y.o.y). Membaiknya perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan non migas antara lain tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara selama triwulan laporan (periode Januari s.d. Februari 2008) yang mencapai 138 ribu ton dari sebelumnya (periode Januari s.d. Februari 2007) yang hanya sebesar 8 ribu ton. Salah satu faktor yang mendorong meningkatnya kegiatan ekspor ke luar negeri diantaranya adalah naiknya harga berbagai komoditas pangan dunia yang menyebabkan eksportir dan pelaku usaha tertarik untuk menambah volume ekspor khususnya untuk produk-produk pertanian.

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir triwulan laporan sebesar 36,04% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp169 milliar.

Grafik 1.18.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 J FM AM J J A S ON D J F MA M J J A S O ND J FM AM J J A S ON D J F (%) 2006 2005 2007 2008

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Di tengah-tengah keterbatasan pasokan listrik selama ini, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,28% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini

38

disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih masing-masing sebesar 6,36% (y.o.y) dan 5,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan I – 2008 mencapai 178 MW (Mega Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.20.

Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.12.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak

2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 -20.98 Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 -20.56

2006 2007

Y.o.Y

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

140 145 150 155 160 165 170 175 180 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2006 2007 2008

39

yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,72% (y.o.y) selama triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 0,4% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 5,86% (y.o.y) namun menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,25% (y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, perlambatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank, lembaga keuangan non bank dan jasa perusahaan sedangkan sub sektor sewa bangunan justru mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu

40

wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.

Tabel 1.13.

Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007

S E K T O R Sulawesi Selatan

Sulawesi

Utara Gorontalo Sulampua

Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80 Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62 Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13 Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68 Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50 Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05 Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76 Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84

T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00

Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing-masing-masing provinsi.

Tabel 1.14.

Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)

Lapangan Usaha Sulawesi Selatan

Sulawesi

Utara Gorontalo

Pertanian 1.04 0.75 1.08

Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84

Bangunan 0.71 2.42 1.15

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77

Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan

41

dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.

42 Pendahuluan

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama 2 (dua) tahun terakhir yang menunjukkan perkembangan yang cukup significant. Besarnya kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi yang telah menetapkan program Revitalisasi Pertanian sebagai program unggulan/prioritas pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2005 – 2010.

Tujuan Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara secara umum diharapkan mencapai tujuan sebagaimana amanat RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005 – 2010, sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian 2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani 3. Mengurangi kemiskinan

4. Membuka lapangan kerja baru 5. Meningkatkan ketahanan pangan 6. Meningkatkan daya saing ekonomi 7. Melestarikan lingkungan hidup. Agenda Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan mencapai tujuannya pada tahun 2010, dengan agenda:

1. Penataan infrastruktur pertanian/pedesaan

2. Pengembangan kelembagaan petani dan penyuluh pertanian 3. Pengembangan teknologi pertanian

4. Pembiayaan pertanian

5. Pemasaran hasil/produk pertanian

Sedangkan komoditas unggulan pertanian meliputi:

™ Tanaman Pangan : Padi, jagung dan kedelai

™ Hortilkultura : Kentang,cabe, bawang merah,tanaman hias,

™ Peternakan : Sapi potong, babi, ayam buras, kuda pacu dan itik.

Dukungan Pembiayaan Fiskal

1. Pagu APBN Tahun 2008 sebesar Rp146,14 milliar 2. APBD Provinsi sebesar Rp105 milliar

3. APBD Kabupaten/Kota (DAU) sebesar Rp15,07 milliar

4. Pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008 sebesar Rp46,94 milliar 5. Pembiayaan Deptan lainnya

™ LM3 dan DPM - LUEP

™ Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebanyak 214 desa @ Rp100 juta = Rp21,4 milliar

™ Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) sebesar Rp91,23 milliar terdiri dari :

- Pengembangan padi, jagung dan kedelai : Rp29,87 milliar

- Pengembangan ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sorgum : Rp11,82 milliar

- Pengembangan cabai, bawang merah, kentang, pisang dan jahe : Rp42,85 milliar

- Pengembangan pangan, gabah, jagung dan kedelai : Rp5,34 milliar

- Pengembangan peternakan : Rp1,34 milliar

BOKS. 1

REVITALISASI PERTANIAN & DUKUNGAN PEMBIAYAAN FISKAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA PERIODE TAHUN 2008

43

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 38-44)