• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senjata Pengusaha dalam Perselisihan Perburuhan

Dalam dokumen GERAKAN BURUH DI AMERIKA SERIKAT (Halaman 72-81)

PERANAN FEDERASI BURUH AMERIKA DALAM GERAKAN BURUH

3.3 Senjata Pengusaha dalam Perselisihan Perburuhan

Di dalam suatu perusahaan, kaum buruh berusaha menyatukan diri ke dalam serikat buruh, dengan tujuan untuk menghadapi kaum pengusaha dalam memperjuangkan perbaikan nasibnya melalui perjanjian kerja, hal ini berarti akan mengurangi atau menggoyahkan posisi kaum pengusaha untuk mendapatkan laba yang sebanyak-banyaknya sebagai tujuan utama. Kehadiran serikat buruh ini tidak disenangi oleh kaum pengusaha, karena mengurangi keuntungan yang akan diperoleh kaum pengusaha

141 Ibid., hlm. 348.

dalam suatu perusahaan, sehingga kaum pengusaha berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan atau mengurangi kekuatan serikat buruh. Di dalam perselisihan perburuhan, kaum pengusaha berusaha memperjuangkan nasibnya supaya jangan mengalami kerugian secara finansial, karena harus membayar upah besar kepada kaum buruh, jam kerja singkat, dan berjuang supaya jangan kehilangan kontrol terhadap para buruhnya serta kehilangan kuasa untuk mendisiplinkan mereka.143

Pihak pengusaha (Manajemen) mencoba mengembangkan taktik-taktik khusus dalam perselisihannya dengan kaum buruh. Seperti halnya dengan taktik-taktik buruh, taktik yang digunakan manajemen pun bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum tujuan manajemen adalah untuk membuat tindakan kolektif buruh menjadi tidak efektif atau sekurang-kurangnya membatasi kefektifannya. Jika tujuan tersebut tidak tercapai maka manajemen memperjuangkan supaya jangan sampai kehilangan kontrol atas para buruhnya dan kehilangan kuasa untuk mendisiplinkan mereka. Inilah tujuan umum manajemen; tujuan-tujuan khusus dalam suatu perselisihan tergantung pada situasinya, khususnya kekuatan serikat buruh. Jadi dalam suatu perselisihan dengan buruh, tujuan-tujuan manajemen berkisar dari menghancurkan serikat buruh sampai mengalahkannya dalam satu persoalan saja. Dalam kasus yang terakhir ini pihak manajemen juga berusaha mengurangi keefektifan serta militansi serikat buruh secara menyeluruh.

Pihak manajemen berusaha meyakinkan kaum buruhnya supaya mereka memihak manajemen. Dalam suatu pabrik kecil hal ini dapat dilakukan manajemen sama gampangnya seperti pihak manajemen mengingatkan kaum buruhnya tentang perlunya jalinan persahabatan pada masa lalu, tentang kebaikan hatinya di masa lalu, tentang asal-usul yang sama atau tentang ketidaksukaan bersama terhadap pihak luar yang mengeruhkan suasana. Bahkan di dalam pabrik yang ada serikat buruhnya pun, loyalitas banyak buruh terhadap majikan mereka entah secara rasional maupun tidak rasional memiliki arti penting untuk militansi dan keefektifan serikat buruh. Juga berbagai jenis sistem pembagian keuntungan misalnya pemilikan saham oleh para karyawan merupakan alat yang cenderung membuat buruh merasa ikut bertanggungjawab atas kesehatan keuangan pabrik dan menyebabkan berpihak kepada manajemen. Program pensiunan atau dana hari tua secara teoritis berfungsi sama yakni mengikat buruh kepada perusahaan dengan loyal kepada manajemen dan memperhatikan kepentingan ekonomi perusahaan.144

Pihak manajemen menggunakan taktik-taktik Machiavelli yaitu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Taktik semacam ini digunakan manajemen untuk menghentikan suatu gerakan pengorganisasian buruh. Jika manajemen mampu menemukan para pemimpin serikat buruh di pabrik, mereka segera dipecat. Dengan demikian dengan satu pukulan saja gerakan serikat buruh telah kehilangan

143 Eugene Schneider, op,. cit., hlm. 343-344.

pimpinannya dan buruh lainnya menjadi takut. Pihak manajemen untuk menghancurkan kekuatan serikat buruh melakukan propaganda anti serikat buruh. Melalui kontak pribadi, melalui pidato-pidato, melalui surat khabar pabrik atau melalui media massa, para buruh terus disuguhi propaganda anti serikat buruh. Kepada mereka dikatakan bahwa para pimpinan serikat buruh itu adalah “orang asing”, “pemeras” yang berusaha untuk menipu buruh, bahwa serikat buruh pasti gagal, bahwa gerakan serikat buruh itu “bukan kebudayaan Amerika.”145

Kadang-kadang pihak manajemen dengan mata-mata (informan) untuk menemukan biang keladi serikat buruh dengan menggaji agen mata-mata dari agen detektif. Pihak manajemen memanfaatkan agen detektif untuk menyebar desas-desus yang merugikan serikat buruh dengan tujuan-tujuannya, prospeknya dan moralnya. Kepada para buruh dikatakan bahwa keluhan mereka sebenarnya tidak beralasan. Berdasarkan data-data yang ada, keadaan mereka jauh lebih baik daripada keadaan buruh-buruh yang lain. Sewaktu serikat buruh masuk, mereka diberitahukan bahwa pilihan mereka hanya dua yaitu tetap mempunyai pekerjaan yang sekarang atau tidak mempunyai pekerjaan sama sekali.146 Taktik semacam ini sering digunakan manajemen sebelum atau selama aksi pemogokan pengorganisasian. Untuk memenangkan suatu pemogokan yang diselenggarakan oleh serikat buruh yang telah mapan, manajemen tentu harus menggunakan taktik yang berbeda. Tujuan pemogokan adalah untuk menghentikan produksi dan mencegah jangan dimulai aksi pemogokan. Pihak manajemen dapat bereaksi terhadap manufer ini dengan dua acara. Manajemen dapat menerima tantangan serikat buruh dan menunggu para pemogok di luar pabrik, bahkan “melarang masuk” semua buruh termasuk yang tidak mogok dengan maksud untuk member tekanan ekonomi secara maksimal pada para buruhnya. Jenis kebijakan ini sangat menguntungkan bagi manajemen. Banyak industri yang mempunyai sumber keuangan yang cukup besar untuk bekal Selama industri tidak berproduksi dalam jangka waktu yang lama. Personalia manajemen jarang sekali atau tidak pernah mengalami kerugian pribadi, sebaliknya buruh akan segera menjadi melarat dalam suatu pemogokan. Sentralisasi industry modern memungkinkan para majikan untuk berkomunikasi satu sama lain, mengkoordinasi kegiatan mereka dan saling memberi dukungan financial dan moril.147

Pada akhir abad XIX di Amerika Serikat telah terdapat dua perkumpulan detektif yaitu: Pinkerton Detective Agency,dan Burn Detective Agency.148 Kaum pengusaha menggunakan perkumpulan ini untuk memata-matai kaum buruh yang terlibat di dalam berbagai kegiatan yang dianggap

145 Ibid., hlm. 349-350.

146 Ibid.

147

Ibid.

membahayakan posisi kaum pengusaha berupa: kampanye propaganda, mogok, boikot, pidato, rapat buruh. Para detektif itu melaksanakan tugasnya sebagai mata-mata kaum buruh dengan bergabung ke dalam anggota serikat buruh yang militant, dengan demikian para detektif dapat menemukan para buruh yang mendukung atau cenderung kepada gerakan serikat buruh yang membahayakan posisi kaum pengusaha. Para detektif kadang-kadang menduduki jabatan tinggi dalam herarki serikat buruh, bermaksud untuk mengkianati serikat buruh dengan mengadakan pemogokan yang gegabah.149 Para detektif setelah berhasil menemukan para buruh yang membahayakan posisi kaum pengusaha, kemudian mereka mencatat nana-nama para buruh tersebut, dan diserahkan kepada kaum pengusaha sebagai blacklist. Pihak pengusaha kemudian menyodorkan blacklist itu kepada seluruh pengusaha yang tergabung ke dalam persatuan kaum pengusaha di Amerika Serikat, misal: pada National Association of Manufactures, yang berdiri sejak tahun 1890. Para buruh yang tercatat sebagai blacklist kemudian dipecat dari pekerjaannya, sehingga mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan150. Para detektif selain ditugaskan sebagai mata-mata kaum buruh, mereka juga digunakan tenaganya oleh kaum pengusaha untuk membubarkan aksi pemogokan dengan cara kekerasan, misal: Henry Clay Frick sebagai menejer Perusahaan Besi dan Baja di Homestead, yang menggunakan para detektif dari Pinkerton Detective Agency untuk membubarkan aksi pemogokan pada perusahaan tersebut.151

Usaha lainnya yang ditempuh kaum pengusaha untuk menghancurkan kekuatan pergerakan serikat buruh Amerika Serikat, dengan menggunakan kekuatan lembaga negara. Kaum pengusaha dengan modalnya dapat mempengaruhi dewan legialatif untuk memberikan perlindungan hukum kepada lembaga kepolisian maupun militer untuk memukul serikat buruh di Amerika Serikat, Pada tahun 1865 di setiap jawatan kereta api di Amerika Serikat, telah diijinkan untuk memperkerjakan polisi yang bertugas menjaga keamanan pada jawatan kereta api, dan polisi ini dikenal sebagai Railway Police. Demikian juga di berbagai pertambangan batubara maupun dipertambangan besi, kaum pengusaha telah diijinkan untuk memperkerjakan polisi, yang bertugas menjaga keamanan di pertambangan152.

Kaum pengusaha dengan modalnya dapat mempengaruhi dewan legialatif untuk menciptakan berbagai peraturan anti pergerakan serikat buruh, yang dapat digunakan untuk memukul serikat buruh dalam perselisihsai perburuhan. Tahun 1806-1814 di Philadelphia, New York, dan Pittsburgh, telah

149

Ibid.

150 David A. Shannon, op. cit. hlm. 80-81.

151

Ibid., hlm. 80.

berlaku undang-undang anti serikat buruh, misal: undang-undang larangan pemogokan dan boikot153. Kaum pengusaha menghancurkan atau mengurangi kekuatan pergerakan serikat buruh di Amerika Serikat dengan mengadakan kampanye-kampanye propaganda anti serikat buruh, dengan melalui: kontak nribadi, pidato-pidato, surat kabar, atau buletin perusahaan, dan bentuk media masaa lainnya. Materi kampanye propaganda tersebut, meliputi: bahwa para pemimpin serikat buruh itu adalah "orang asing" dan "pemeras", yang berusaha untuk menipu atau menjerumuskan kaum buruh, gerakan serikat buruh tidak akan berhasil, gerakan serikat buruh itu "bukan kebudayaan Amerika154.

Kaum pengusaha memperjuangkan suatu kemenangan dalam suatu pemogokan, maka biasanya mereka menerima tantangan serikat buruh dengan membiarkan pemogokan dan melarang kaum buruh yang tidak-mogok untuk bekerja, bermaksud untuk memberikan tekanan ekonomi secara maksimal pada para buruh. Jenis kebijaksanaan ini sangat menguntungkan bagi kaum pengusaha, karena mereka mempunyai sumber keuangan yang cukup besar untuk bekal selama perusahaan tidak dapat berproduksi dalam jangka waktu yang lama, sebaliknya kaum buruh segera akan menjadi miskin dalam suatu pemogokan155. Kaum pengusaha beriktiar memenangkan suatu pemogokan, maka mereka mempengaruhi pengadilan, untuk memukul kaum buruh dengan keras menangkap berbagai pimpinan pemogokan, kemudian mereka di masukkan ke dalam penjara, dengan tuduhan melakukan tindakan kejahatan, karena membuat kegaduhan-kegaduhan di masyarakat, mengganggu kestabilan keamanan maupun perekonomian negara. Hal ini misalnya pada peristiwa aksi pemogokan di Perusahaan Mesin Pengetam Chicago tahun 1886, aksi pemogokan di Perusahaan Besi dan Baja Homestead tahun 1892.156

Pihak manajemen berusaha membatasi aksi pemogokan dalam jangka waktu tertentu. Dari sudut pandang manajemen pada saat yang menguntungkan untuk suatu pemogokan adalah sewaktu bisnis lesu, sewaktu tidak banyak stok barang-barang yang lekas busuk, atau sewaktu ada banyak stok barang-barang jadi yang dapat dilempar ke pasar. Satu lagi pada saat menguntungkan untuk pemogokan, dari sudut pandang manajemen adalah selama masa pengangguran, sewaktu para buruh merasa tidak aman dan sulit mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Pemogokan diperangi sampai kalah dengan cara ini masih sangat umum. Reaksi manajemen yang lain terhadap suatu pemogokan adalah berusaha “menghentikannya” dan memulai lagi produksi. Pemogokan yang larut-larut sangat merugikan bagi manajemen, melarang buruh bekerja malah lebih merugikan lagi. Pada masa yang belum begitu lama

153

Maurice J. Tobin, op cit., hlm. 3.

154

Eugene Schneider, op. cit., hlm. 349.

155 Ibid., hlm. 350.

156

Peristiwa aksi pemogokan pada Perusahaan Mesin Pengetam Chicago tahun 1886 maupun pada Perusahaan Besi dan Baja di Homestead tahun 1892, nanti akan dijelaskan pada Sub. Bab. IV, mengenai keresahan-keresahan sosial.

berselang, cara penyelesaian ini sangat menarik bagi banyak majikan. Penghentian pemogokan tidak begitu berarti lagi sebagai senjata manajemen, karena dengan bertambahnya kekuasaan serikat buruh, sangat sulit menghentikan pemogokan. Akan tetapi taktik ini digunakan juga belakangan ini bahkan sekarang pun masih digunakan secara terbatas dalam bidang tertentu.

Ada dua jenis menghentikan pemogokan. Yang pertama dengan menggantikan buruh mogok dengan tenaga baru (pengganti) dan yang kedua dengan membujuk atau memaksa buruh yang mogok untuk kembali bekerja. Penghentian dengan cara mengganti buruh dengan tenaga baru telah mengurangi persediaan potensial “buruh pengkianat.” Kelas pekerja yang lebih menghayati nilai-nilai serikat buruh termasuk larangan terhadap “pengkhianatan”. Merekrut dan mendidik sejumlah besar tenaga pengganti serikat buruh seringkali memakan biaya besar dan menghabiskan banyak biaya. Kuatnya tenaga banyak serikat buruh modern tentu saja membuat pelaksanaan mencari tenaga pengganti tidak mungkin. Cara terpenting untuk menghentikan pemogokan adalah dengan membujuk atau memaksa buruh kembali kepada pekerjaannya. Untuk melaksanakannya maka pihak manajemen berusaha untuk memukul sumber moril pemogok yang menyangkut keyakinan keberhasilan pemogok, rasa persatuan di kalangan buruh dan kepercayaan terhadap pimpinan buruh. Misalnya manajemen berusaha memulai lagi produksi berapa pun biayanya. Jika produksi dapat dimulai lagi walaupun secara terbatas, maka tujuan utama pemogokan telah digagalkan atau mendapat pukulan berat dan rasa putus asa pun segera menyebar di kalangan para pemogok. Jika sumber utama moril pemogok adalah barisan picket maka hal ini harus menjadi titik fokus serangan manajemen. Di masa lalu dan bahkan masa sekarang lebih dari yang disadari secara umum, para majikan menggunakan suatu perintah dari pengadilan yang melarang seseorang atau suatu kelompok untuk mengadakan aksi yang bisa merugikan orang atau kelompok lain. Pengadilan bukan hanya mengeluarkan perintah tersebut, tetapi juga menentukan apakah perintah itu ditaati, menjatuhkan hukuman dengan alasan telah melanggar tata tertib pengadilan jika pengadilan mendapati bahwa surat perintahnya itu tidak diindahkan dan menentukan syarat-syarat hukuman. Di masa lalu pihak pengadilan acap kali berpihak kepada manajemen, misal banyak surat perintah yang dikeluarkan untuk melawan picketing secara keseluruhan atau terhadap perbuatan-perbuatan khusus. Misalnya seperti menghina tenaga kerja pengganti. Memang benar bahwa penggunaan surat perintah dibatasi secara drastik oleh Undang-Undang Norris-La Guardia, tetapi diperhatikan dua hal. Yang pertama, undang-undang ini berlaku hanya pada pengadilan federal dan tidak semua negara bagian merasa layak untuk mengendalikan peradilan mereka. , undang-undang ini berlaku hanya pada pengadilan federal dan tidak semua negara bagian merasa layak untuk mengendalikan peradilan mereka. Yang kedua, Undang-Undang Taft-Hartley menghidupkan lagi penggunbaan surat perintah pengadilan masih tetap sangat penting sebagai senjata manajemen.

Manajemen berusaha merusak moril para pemogok dengan cara yang lain lagi. Manajemen mungkin menghancurkan persatuan buruh, misalnya dengan member kelonggaran kepada kelompok buruh tertentu dengan syarat bahwa mereka segera kembali bekerja dengan mengadu domba kelompok ras, agama atau suku yang satu dengan suku yang lain dengan menyebarkan cerita-cerita kemurtadan dari pihak pemogok. Manajemen berusaha menghancurkan kepercayaan para pemogok kepada kekuatan serikat buruh dan kepada integritas para pimpinannya; desas-desus dan propaganda digunakan untuk menyebarkan cerita-cerita tentang kebejadan para pemimpin serikat buruh tentang keputusasaan mereka dan tentang hubungan mereka dengan “komunis”. Kadang-kala para pimpinan serikat buruh disuap dengan cara sedemikian rupa sehingga masyarakat mengetahui penyuapan itu; kadang-kadang mata-mata yang memegang jabatan tinggi pada herarki serikat buruh itu mengkianati serikat buruh itu pada suatu saat yang kritis. Buruh diingatkan tentang kelemahan ekonominya dengan dikatakan bahwa para pemogok akan dimasukkan ke dalam blacklist (daftar hitam) dan bahwa perusahaan akan meninggalkan komunitas . Diusahakan mempertanyakan dasar moral mereka melakukan aksi pemogokan. Pihak manajemen memngatakan kepada pihak pemogok bahwa aksi mogok bukan kebudayaan Amerika, mogok bukanlah tindakan seorang Amerika yang mempunyai rasa percaya diri yang mempunyai harapan akan “meningkatnya” kelas pekerja, tetapi itu tindakan seorang buruh yang berkecil hati yang “telah kena pengaruh Eropa.”157

Di masa lalu beberapa cabang manajemen ekstremis siap menghancurkan aksi pemogokan dengan menggunakan angkatan bersenjata. Pasukan federal atau negara bagian kadang-kadang digunakan untuk tujuan menghancurkan aksi pemogokan. Polisi swasta atau kesatuan keamanan dibentuk oleh beberapa pabrik seperti Komite La Follette sebagai barisan keamanan serta polisi ini kadang-kadang dipersenjatai dengan bom, air mata, senapan mesin dan senjata maut lainnya.

Metode penghancuran terhadap kaum buruh yang mogok dengan memobilisasi kekuatan-kekuatan komunitas tertentu untuk melawan serikat buruh. Metode ini mengalami perkembangan paling baik selama tahun 1930-an dan disebut “Mohak Valley formula” atau yang dikenal dengan Rumusan Lembah Mohawk. Menurut formula ini, untuk mengurangi kekuatan pemogok diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Para pemimpin serikat buruh disebut sebagai penghasut”. Pemungutan suara yang dibuat-buat diadakan dengan maksud untuk mengetahui dengan pasti kekuatan serikat buruh dan untuk membuat klaim bahwa para pemogok hanyalah sekelompok yang sangat kecil dari para buruh. Persoalan pemogokan itu diputarbalikkan dengan menuduh para pemogok hanyalah sekelompok yang sangat kecil dari para buruh. Persoalan pemogokan itu diputarbalikkan dengan menuduh para pemogok membuat tuntutan sewenang-wenang. Dibuat ancaman untuk memindahkan pabrik dengan bermaksud untuk membuat anggota-anggota yang berpengaruh dalam komunitas itu bersekutu dengan manajemen.

“Komite warga dan para pengusaha real-este yakni mereka yang akan paling banyak rugi jika pabrik itu harus pindah; (2) Dibuat klaim bahwa “hukum dan peraturan” dilanggar oleh para pemogok, dengan demikian “menyebabkan komunitas itu mengumpulkan senjata hukum dan polisi melawan para pemogok; (3) diadakan rapat besar-besaran komite warga kota dengan mmaksud untuk menekan para politisi lokal agar menentang pemogokan dan agar menyusun taktik “anggota panitia siap siaga;” (4) lebih ditingkatkan tuntutan untuk membentuk suatu angkatan kepolisian khusus yang terdiri dari polisi setempat, polisi atau pasukan negara bagian yang jika mungkin dan wakil-wakil khusus; (5) majikan secara rahasia mengorganisir gerakan “kembali ke tempat kerja” “bagi para karyawan yang loyal.” Gerakan ini dirancang untuk merusak moril para pemogok, meyakinkan masyarakat bahwa para pemogok itu banyak sekelompok minoritas, memberikan alasan untuk menghantam barisan picket dan membuka jalan untuk pemasukan tenaga kerja pengganti; (6) pada hari yang telah diumumkan kepada masyarakat, pabrik dibuka dengan gerakan “kembali ke tempat kerja” yang menyediakan buruh; (7) pembukakan itu disertai dengan barisan polisi untuk mengintimidasi para pemogok disertai dengan pidato-pidato, penaikan bendera, sanjungan terhadap warga setempat yang telah memungkinkan semua ini bisa terlaksana; (8) jika perlu diteruskaan unjuk kekuatan dan diusahakan memberlakukan undang-undang keadaan perang atau diumumkan keadaan darurat; (9) propaganda ini ditutup dengan suatu pernyataan bahwa hanya sejumlah kecil saja buruh masih di luar.158

Pemogokan dapat diperangi pada banyak front dengan berbagai jenis taktik dan kadang-kadang dengan banyak kegetiran serta kekerasan. Namun pemogokan yang paling lama pun pada suatu waktu pasti berakhir, produksi dimulai lagi dan kehidupan komunitas harus dilanjutkan. Lantas bagaimana cara mengakhiri pemogokan? Pada umumnya pemogokan dapat berakhir dengan kemenangan pada pihak yang satu atau pihak yang lain dengan kompromi atau dengan melalui penundaan. Kemenangan atau kompromi yang menguntungkan salah satu pihak terjadi apabila pihak majikan atau serikat buruh tidak mampu lagi menanggung biaya suatu pemogokan (Jika majikan terancam kehilangan bisnisnya, pemogokan terancam kemelaratan). Suatu pemogokan bisa juga berahir apabila suasana pendapat umum berubah dengan jelas sekali menjadi menentang salah satu kelompok sehingga dengan demikian jelas sia-sia saja meneruskan pemogokan itu atau apabila salah satu pihak berhasil mendemonstrasikan keunggulkan kekuatannya. Penundaan seringkali merupakan kekalahan tersembunyi bagi para pemogok, karena biasanya itu berarti kembali ke tempat kerja, sementara itu masalah pemogokan itu masih terkatung-katung. Kekalahan dalam pemogokan mempunyai arti yang berbeda bagi majikan maupun bagi buruh. Kekalahan bagi majikan dalam suatu pemogokan berarti pihak majikan kehilangan kekuasaan, kerugian finansial, dan bisa juga kehancuran bagi pabrik. Sedangkan kegagalan pemogokan berarti kekalahan kaum buruh, dan mereka

kehilangan lapangan pekerjaan dan sulit mencari pekerjaan yang baru karena masuk di dalam blacklist dan mereka hidup miskin bahkan terancam kelaparan.

BAB 4

Dalam dokumen GERAKAN BURUH DI AMERIKA SERIKAT (Halaman 72-81)