• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

C. APLIKASI JENIS DAN KONSENTRASI EKSTRAK TERPILIH KE DALAM ADONAN MIE

7. Uji Sensor

Uji sensori yang dilakukan adalah uji hedonik, dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata antar sampel mie basah, baik mentah, matang atau mentah yang dimatangkan. Sampel yang diujikan adalah mie basah dengan ekstrak segar, mie basah kontrol dan mie basah pasar yang diperoleh dari Pasar Merdeka. Parameter yang diujikan adalah warna, aroma, tekstur, keseluruhan, dan rasa, khusus untuk mie basah matang.

Keseluruhan terdapat 12 sampel yang diujikan, empat sampel mie basah mentah, empat sampel mie basah matang dan empat sampel mie mentah yang dimatangkan. Keempat jenis mie dari tiap kelompok tersebut adalah mie yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1, mie yang dibuat

dengan 100% ekstrak segar 2:1, mie kontrol (tanpa penambahan ekstrak), dan mie basah pasar.

a. Warna

Warna pada mie basah, baik matang ataupun mentah, disebabkan oleh kombinasi antara pigmen terigu dan penambahan garam alkali. Perubahan warna pada mie mentah lebih drastis dibandingkan dengan mie matang karena adanya enzim polifenol oksidase. Pada mie matang perubahan warna tidak terlalu tajam karena enzim tersebut sudah inaktif akibat perebusan.

Berdasarkan hasil uji sensori terhadap mie mentah (Gambar 17a), mie mentah kontrol memiliki warna yang paling disukai dan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 memiliki warna yang paling tidak disukai. Mie mentah kontrol dan mie mentah pasar memiliki skor kesukaan warna yang hampir sama. Menurut Hoseney (1998), untuk penerimaan konsumen yang baik, mie basah harus berwarna putih atau kuning muda.

(a) (b)

Gambar 17. Hasil uji hedonik terhadap warna mie mentah (a), dan mie mentah yang dimatangkan (b)

Dari uji ragam didapatkan bahwa atribut warna pada mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1 tidak berbeda nyata dengan ketiga sampel mie mentah yang lain. Mie mentah yang dibuat

3.93 4.20 4.43 4.40 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 w arna n ilai kes u k a a n

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% Mie mentah kontrol

Mie mentah pasar

4.13 4.30 4.20 4.57 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 w arna n il a i kesu kaan

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% dimatangkan Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% dimatangkan Mie mentah kontrol dimatangkan

dengan 100% ekstrak segar 1:1 berbeda nyata terhadap mie mentah kontrol dan mie mentah pasar (Lampiran 31). Tidak adanya perbedaan nyata antara warna mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 menunjukkan jumlah ekstrak segar yang ditambahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesukaan warna mie mentah. Meskipun tidak berbeda nyata, mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1 memiliki skor kesukaan rata-rata 3.93 (netral), sedangkan mie mentah dengan ekstrak 2:1 memiliki skor kesukaan rata-rata 4.20 (suka).

Gambar 17b menunjukkan bahwa untuk mie mentah yang dimatangkan, atribut warna yang paling disukai panelis adalah warna mie mentah pasar yang dimatangkan. Uji hedonik lainnya menunjukkan skor kesukaan atribut warna dari mie mentah pasar yang dimatangkan berkisar antara 3.93-4.57. Skor kesukaan warna tersebut termasuk kategori suka hingga sangat suka. Skor tersebut juga menunjukkan bahwa warna mie mentah pasar yang dimatangkan memiliki tingkat kesukaan yang cukup tinggi.

Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1 yang dimatangkan dan mie mentah kontrol yang dimatangkan memiliki warna yang paling kurang disukai. Keempat mie mentah yang dimatangkan tersebut memiliki nilai kesukaan yang tergolong nilai suka.

Uji ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata antara warna mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar, baik 1:1 dan 2:1, yang dimatangkan dengan warna dari mie mentah pasar yang dimatangkan. Di antara mie mentah yang dibuat dengan ekstrak segar yang dimatangkan tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 48). Hal tersebut menunjukkan penambahan jumlah ekstrak tidak berpengaruh terhadap tingkat kesukaan warna mie mentah yang dimatangkan.

Gambar 18 menunjukkan hasil uji hedonik terhadap atribut warna mie matang, dimana mie matang kontrol adalah yang paling disukai warnanya. Tingkat kesukaan terendah adalah warna dari mie matang pasar. Dilihat dari penampakannya, warna mie matang pasar

terkesan terlalu kuning dan mengkilap sehingga dapat menimbulkan kesan bahwa mie matang pasar menggunakan pewarna tambahan.

4.30 4.10 4.50 4.03 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 w arna n il ai ke su ka an

Mie matang ekstrak segar 1:1, 100% Mie matang ekstrak segar 2:1, 100% Mie matang kontrol

Mie matang pasar

Gambar 18. Hasil uji hedonik terhadap warna mie matang

Berdasarkan uji ragam, perbedaan nyata terdapat antara sampel mie matang pasar dengan mie matang kontrol. Mie mentah yang dibut dengan 100% ekstrak 1:1 dan 2:1 tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan mie matang kontrol dan mie matang pasar. Tidak adanya perbedaan nyata antara mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1 dan 2:1 berarti jumlah ekstrak yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap warna mie matang (Lampiran 39). Keempat sampel mie matang memiliki nilai kesukaan yang termasuk suka.

Perbedaan antara mie matang dengan mie mentah yang dimatangkan adalah pada mie mentah yang dimatangkan terdapat tepung tapioka sebagai pupur pada mie untuk mencegah lembaran mie saling lengket. Mie matang tidak diberi pupur tapioka melainkan minyak kelapa.

b. Aroma

Aroma mie basah umumnya adalah aroma tepung terigu yang digunakan. Penambahan ekstrak segar bawang putih menimbulkan aroma bawang putih yang menyengat pada mie basah. Intensitas aroma terigu dan bawang putih lebih rendah pada mie matang dibandingkan pada mie mentah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya proses

perebusan mie matang dimana senyawa-senyawa volatil dan aromatik menjadi rusak.

Hasil uji hedonik pada Gambar 19a menunjukkan aroma mie mentah yang paling disukai adalah aroma mie mentah kontrol (tanpa penambahan ekstrak bawang). Sementara aroma mie yang paling tidak disukai adalah mie mentah pasar. Secara keseluruhan, mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 dan mie mentah kontrol tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Aroma mie mentah pasar adalah yang terendah disebabkan kemasannya yang kurang baik sehingga mudah terkontaminasi aroma dari produk lain selama di pasar atau karena mie mentah pasar tersebut sudah tidak dalam keadaan segar.

(a) (b)

Gambar 19. Hasil uji hedonik terhadap aroma mie mentah (a), dan mie mentah yang dimatangkan (b)

Berdasarkan uji ragam didapatkan hasil bahwa aroma mie mentah pasar berbeda nyata dengan mie mentah kontrol. Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1, serta mie mentah kontrol tidak terdapat perbedaan nyata. Begitu juga antara mie mentah pasar dengan mie mentah yang ditambahkan ekstrak segar tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 32). Penambahan ekstrak segar bawang putih tidak menimbulkan pengaruh signifikan terhadap tingkat kesukaan aroma mie mentah.

3.70 3.67 3.77 3.13 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 aroma n il a i kesu k aan

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% Mie mentah kontrol

Mie mentah pasar

3.67 3.70 3.77 3.93 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 aroma n ilai k es u k aan

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% dimatangkan Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% dimatangkan Mie mentah kontrol dimatangkan

Aroma mie mentah yang dimatangkan yang paling disukai menurut uji hedonik (Gambar 19b) adalah aroma mie mentah pasar yang dimatangkan. Sementara mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1 yang dimatangkan memiliki aroma yang paling tidak disukai. Hasil uji hedonik lain menunjukkan kisaran skor kesukaan untuk atribut aroma mie mentah pasar yang dimatangkan berkisar antara 3.33-4.07.

Secara keseluruhan, skor rata-rata untuk aroma mie mentah yang dimatangkan tidak berbeda jauh, dengan kisaran 3.67-3.85. Kisaran nilai tersebut menyatakan aroma mie mentah yang dimatangkan termasuk kategori suka. Berdasarkan hasil uji ragam, aroma dari empat sampel mie mentah yang dimatangkan tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 48).

Untuk mie matang, aroma yang paling disukai adalah aroma dari mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1, sedangkan aroma yang paling kurang disukai adalah aroma mie matang pasar. Gambar 20 menunjukkan bahwa tingkat kesukaan aroma dari mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1 dan 2:1 serta mie matang kontrol tidak berbeda jauh. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan ekstrak segar bawang putih tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tingkat kesukaan aroma mie basah matang.

3.63 3.70 3.30 2.07 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 aroma n ilai ke su k aan

Mie matang ekstrak segar 1:1, 100% Mie matang ekstrak segar 2:1, 100% Mie matang kontrol

Mie matang pasar

Gambar 20. Hasil uji hedonik terhadap aroma mie matang

Aroma mie matang pasar yang tidak disukai dapat disebabkan beberapa kemungkinan, antara lain mie sudah tidak segar, penyimpanan

yang tidak baik dan penambahan bahan tambahan lain. Aroma khas yang tercium dari mie matang pasar adalah aroma minyak kacang. Pada pelumuran mie matang pasar digunakan minyak kacang, bukan minyak kelapa seperti yang digunakan dalam pembuatan mie matang pada laboratorium.

Uji ragam terhadap atribut aroma mie matang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara mie matang pasar dengan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1, 2:1 dan mie matang kontrol. Diantara mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak 1:1, 2:1 dan mie matang kontrol tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 40). Hal tersebut berarti jumlah penambahan ekstrak segar tidak berpengaruh terhadap nilai kesukaan aroma mie matang.

c. Tekstur

Tekstur mie basah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis tepung yang digunakan, penambahan alkali dan bahan tambahan lain, serta proses pembuatan mie. Penambahan alkali memberikan karakteristik aroma dan flavor pada mie basah, dan juga memberikan warna kuning mie, tekstur yang kuat dan elastis (Miskelly, 1996).

Kemampuan unik dari tepung terigu (gandum), yaitu kemampuan membentuk adonan yang kohesif, elastis dan lentur, adalah akibat protein gluten yang terkandung dalam tepung terigu. Kandungan dan kualitas protein merupakan faktor penting dalam pembuatan mie. Protein kuat dalam jumlah tinggi (10-14%) menghasilkan mie dengan tekstur yang kenyal dan elastis. Tepung dengan kandungan protein yang terlalu rendah menghasilkan mie dengan mudah rusak saat dimasak. Ketika mie dimasak terlalu lama, teksturnya akan lembek dan lengket (Hoseney, 1998).

Menurut Hou dan Kruk (1998), ciri-ciri mie basah mentah yang memenuhi syarat adalah yang bersifat mudah digigit, elastis, memiliki mouthfeel yang baik, serta teksturnya stabil dalam air panas.

Mie basah matang dikatakan memenuhi syarat apabila bersifat mudah digigit, kenyal dan elastis, tidak terlalu lengket, dan memiliki tekstur yang stabil dalam air panas.

Gambar 21a menunjukkan hasil uji hedonik terhadap parameter tekstur mie basah mentah. Berdasarkan gambar tersebut tekstur mie mentah kontrol adalah yang paling disukai, sementara mie mentah pasar memiliki tekstur yang paling tidak disukai. Mie mentah dengan ekstrak segar, baik dengan perbandingan 1:1 dan 2:1, teksturnya dinilai tidak terlalu berbeda jauh.

Tekstur mie mentah pasar cenderung lebih kering dibandingkan dengan mie basah yang dibuat di laboratorium. Hal tersebut dikarenakan mie mentah pasaran keadaannya sudah tidak segar seperti mie yang dibuat di laboratorium. Mie mentah yang dijual di pasar dapat berumur lebih dari satu hari hingga dua hari. Mie mentah yang menjadi kering disebabkan kelembaban relatif mie lebih tinggi daripada lingkungan, sehingga terjadi perpindahan uap air dari mie mentah ke lingkungan.

(a) (b)

Gambar 21. Hasil uji hedonik terhadap tekstur mie mentah (a), dan mie mentah yang dimatangkan (b)

Uji ragam menunjukkan bahwa tekstur mie mentah kontrol berbeda nyata dengan tekstur mie mentah dengan ekstrak segar bawang dan mie mentah pasar. Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak

3.07 2.83 4.03 2.80 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 tekstur n ila i k e s u ka an

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% Mie mentah kontrol

Mie mentah pasar

2.53 2.87 3.57 4.17 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 tekstur n ilai k esu kaa n

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% dimatangkan Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% dimatangkan Mie mentah kontrol dimatangkan

segar bawang 1:1 dan 2:1 tidak menunjukkan perbedaan nyata (Lampiran 33). Hal tersebut menunjukkan jumlah ekstrak segar tidak berpengaruh signifikan terhadap tekstur mie mentah.

Berdasarkan Gambar 21b, tekstur mie mentah yang dimatangkan yang paling disukai adalah tekstur mie mentah pasar yang dimatangkan. Skor kesukaan atribut tekstur untuk mie mentah pasar yang dimatangkan berkisar antara 3.53-4.17. Skor tersebut memiliki tingkat kesukaan antara suka hingga sangat suka. Sementara, tekstur yang paling tidak disukai adalah tekstur mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 yang dimatangkan, dengan skor rata-rata sebesar 2.53.

Hasil uji ragam menunjukkan tekstur mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 yang dimatangkan berbeda nyata dengan tekstur mie mentah kontrol dan pasar yang dimatangkan. Tekstur mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 yang dimatangkan tidak berbeda nyata, serta mie mentah kontrol dan pasar teksturnya tidak berbeda nyata (Lampiran 49). Tidak adanya perbedaan nyata antara tekstur mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 yang dimatangkan berarti penambahan jumlah ekstrak segar tidak mempengaruhi tekstur mie mentah yang dimatangkan.

Tekstur mie matang sangat berbeda dengan tekstur mie mentah. Minyak kelapa yang digunakan untuk pelumuran menyebabkan permukaan mie matang tampak licin dan mengkilap. Mie matang juga lebih lembek atau kenyal karena sebelumnya telah direbus.

Gambar 22 menunjukkan hasil uji hedonik terhadap atribut tekstur mie basah matang. Grafik menunjukkan bahwa mie matang kontrol memiliki tekstur yang paling disukai dengan mie matang pasar memiliki tekstur yang paling tidak disukai. Tekstur mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 sedikit lebih disukai dibandingkan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1.

3.57 3.27 3.97 2.10 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 tekstur n il a i k e s u ka an

Mie matang ekstrak segar 1:1, 100% Mie matang ekstrak segar 2:1, 100% Mie matang kontrol

Mie matang pasar

Gambar 22. Hasil uji hedonik terhadap tekstur mie matang

Uji ragam memberikan hasil bahwa tekstur mie matang kontrol berbeda nyata dengan mie matang pasar dan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1. Mie matang pasar berbeda nyata dengan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar, baik 1:1 dan 2:1, serta mie matang kontrol. Tekstur mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 berbeda nyata dengan tekstur mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1 (Lampiran 41). Tekstur mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 yang berbeda nyata menunjukkan jumlah ekstrak segar bawang putih berpengaruh terhadap tekstur mie matang.

d. Rasa

Uji hedonik mengindikasikan bahwa mie matang pasar memiliki rasa yang paling tidak disukai, sementara mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 mempunyai rasa yang paling disukai (Gambar 23a). Mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1, 2:1 dan mie matang kontrol memiliki tingkat kesukaan yang tidak terlalu berbeda jauh.

Berdasarkan uji ragam, terdapat perbedaan nyata antara mie matang pasar dengan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1, 2:1 dan mie matang kontrol. Di antara mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar, baik 1:1 dan 2:1, dan mie matang

kontrol tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 42). Uji ragam tersebut juga menunjukkan tidak adanya pengaruh berarti dari jumlah ekstrak bawang yang ditambahkan dalam adonan terhadap rasa mie matang.

(a) (b) Gambar 23. Hasil uji hedonik terhadap rasa mie matang (a), dan mie

mentah yang dimatangkan (b)

Gambar 23b menunjukkan hasil uji hedonik terhadap rasa mie mentah yang dimatangkan, dimana mie mentah pasar yang dimatangkan memiliki skor tertinggi dan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1 memiliki rasa yang paling tidak disukai. Hasil uji hedonik lainnya terhadap rasa mie mentah yang dimatangkan didapatkan kisaran skor 2.80-4.27. Tingkat kesukaanya beragam, mulai dari tidak suka hingga sangat suka. Mie mentah dengan ekstrak segar yang dimatangkan umumnya memiliki rasa yang kurang disukai dibandingkan dengan mie kontrol dan mie pasar yang dimatangkan.

Uji ragam memberikan hasil bahwa rasa mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1 yang dimatangkan berbeda nyata dengan mie mentah pasar dan kontrol yang dimatangkan. Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 memiliki rasa yang berbeda nyata dengan mie mentah pasar yang dimatangkan. Mie mentah pasar dan mie mentah kontrol yang dimatangkan tidak terdapat perbedaan nyata. Antara mie mentah dengan ekstrak segar yang dimatangkan juga

3.73 3.50 3.63 1.93 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 rasa n il a i kesu ka an

Mie matang ekstrak segar 1:1, 100% Mie matang ekstrak segar 2:1, 100% Mie matang kontrol

Mie matang pasar

3.43 3.07 3.83 4.27 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 rasa n il a i ke su k a a n

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% dimatangkan Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% dimatangkan Mie mentah kontrol dimatangkan

tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 50). Hal tersebut berarti perbedaan jumlah ekstrak yang ditambahkan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan rasa mie mentah yang dimatangkan.

e. Keseluruhan (overall)

Penilaian keseluruhan sampel mie adalah penilaian yang mencakup semua atribut terdahulu, seperti warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hasil uji hedonik terhadap parameter keseluruhan (overall) dari mie basah mentah dapat dilihat pada Gambar 24a. Menurut Gambar 24a, mie mentah yang paling disukai adalah mie mentah kontrol, dengan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak 2:1 dan mie mentah pasar sebagai yang paling tidak disukai. Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 lebih disukai dibandingkan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak 2:1, namun perbedaan tersebut tidak terlalu jauh.

(a) (b)

Gambar 24. Hasil uji hedonik terhadap keseluruhan mie mentah (a), dan mie mentah yang dimatangkan (b)

Berdasarkan uji ragam didapatkan hasil bahwa mie mentah pasar dan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar (1:1 dan 2:1) berbeda nyata dengan mie mentah kontrol. Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 tidak berbeda nyata (Lampiran 34). Pengaruh penambahan ekstrak segar bawang putih ke dalam adonan

3.53 3.33 4.20 3.33 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 keseluruhan n il ai kes u k aa n

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% Mie mentah kontrol

Mie mentah pasar

3.30 3.23 4.10 4.27 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 keseluruhan n il a i k esu kaa n

Mie mentah ekstrak segar 1:1, 100% dimatangkan Mie mentah ekstrak segar 2:1, 100% dimatangkan Mie mentah kontrol dimatangkan

ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan dalam atribut keseluruhan mie mentah. Mie tanpa penambahan ekstrak bawang (mie kontrol) masih lebih disukai dibandingkan dengan mie mentah yang ditambah ekstrak segar bawang.

Mie mentah yang dimatangkan yang mempunyai tingkat kesukaan tertinggi adalah mie mentah pasar yang dimatangkan, seperti terlihat pada Gambar 24b. Hasil lain menunjukkan kisaran skor untuk keseluruhan mie mentah pasar yang dimatangkan antara 3.87-4.27. Kisaran skor tersebut mengindikasikan bahwa atribut keseluruhan mie mentah pasar yang dimatangkan disukai dan sangat disukai.

Mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 2:1 yang dimatangkan mempunyai tingkat kesukaan paling rendah. Mie mentah dengan ekstrak bawang yang dimatangkan cenderung kurang disukai jika dibandingkan dengan mie mentah tanpa ekstrak bawang (pasar dan kontrol) yang dimatangkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang tidak berpengaruh dalam meningkatkan atribut keseluruhan mie mentah yang dimatangkan.

Hasil uji ragam menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak bawang (1:1 dan 2:1) yang dimatangkan dengan mie mentah pasar dan kontrol yang dimatangkan. Antara mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak bawang, baik 1:1 dan 2:1 tidak terdapat perbedaan nyata. Mie mentah kontrol dan mie mentah pasar yang dimatangkan juga tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 51). Tidak adanya perbedaan nyata dalam atribut keseluruhan mie mentah yang dibuat dengan 100% ekstrak bawang 1:1 dan 2:1 dapat dikatakan tidak adanya pengaruh signifikan jumlah ekstrak bawang yang ditambahkan.

Uji hedonik terhadap atribut keseluruhan mie matang, seperti tercantum pada Gambar 25, menunjukkan bahwa mie matang yang paling disukai adalah mie matang kontrol. Mie matang pasar adalah yang paling tidak disukai. Mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak

segar 1:1 lebih disukai dibandingkan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak 2:1, namun perbedaannya tidak terlalu jauh.

Berdasarkan uji ragam didapatkan bahwa secara keseluruhan, mie matang pasar berbeda nyata dengan mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar (1:1 dan 2:1) dan mie matang kontrol. Sementara diantara mie matang kontrol, mie matang yang dibuat dengan 100% ekstrak segar 1:1 dan 2:1 tidak terdapat perbedaan nyata (Lampiran 43).

3.80 3.67 3.83 1.93 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 keseluruhan n ila i ke su k a a n

Mie matang ekstrak segar 1:1, 100% Mie matang ekstrak segar 2:1, 100% Mie matang kontrol

Mie matang pasar

Gambar 25. Hasil uji hedonik terhadap keseluruhan mie matang

Dokumen terkait