• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangga

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Umum 2014 (Halaman 88-101)

VI. EKOLOGI DAN ESTETIKA SATWA

6.5 Serangga

6.5.1 Kekayaan Jenis

Pengamatan serangga dilakukan pada satu lokasi saja. Pengamatan serangga terbagi atas jenis-jenis kupu-kupu dan serangga lainnya. Pengamatan dilakukan di kawasan Agrowisata dengan membuat enam plot. Ukuran panjang plot yaitu 100 meter dan lebar 20 meter.

Pada pengamatan, ditemukan sembilan jenis kupu-kupu dan tujuh jenis serangga lain. Ketujuh serangga lain tersebut di antaranya jenis capung, lebah, dan tawon. Kemudian, pengambian data dimasukkan ke dalam daftar jenis yang dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 13 Daftar Jenis Kupu-Kupu dan Serangga

No Ordo/ Suku/ Jenis Nama Lokal Jumlah

Individu 1. Nymphalidae : Biblidinae - 1 2. Delias belisama - 1 3. Nymphalidae : Danainae - 1 4. Phaedyma columella - 1 5. Papilie Memnon - 4 6. Pierrdae - 2 7. Melanitis zitenius - 1 8. Junonia orithya - 1 9. Euploea mulaber - 1

10. Ictinogomphus decorates Capung hijau 1

11. Tramea transmarine Capung merah muda 2

12. Orthetrum testaceum Capung biru 2

13. Potamarca congener Capung kuning 1

14. Praying mantis Belalang sembah 1

15. Vespula vulgaris Tawon 1

16. Vespa velutina Nigrithorax Lebah hitam 1

Jumlah 22

Sumber: Analisis Grup A, 2014

Keterangan : Lokasi : Kawasan Agrowisata

Data yang tersaji dalam Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat 16 jenis serangga yang ditemukan dari satu lokasi pengamatan. Jenis serangga yang paling dominan ditemukan, yaitu Phaedyma columella atau sejenis kupu-kupu dengan empat ekor banyaknya. Jenis ini ditemukan pada plot kedua. Jadi, dapat diketahui bahwa kawasan Agrowisata sebagai lokasi pengamatan memiliki kekayaan jenis serangga. Keadaan seperti inilah yang dapat dimangfaatkan sebagai wisata pecinta serangga bagi wisatawan domestic maupun mancanegara.

6.5.2 Indeks Keanekaragaman Jenis

Makna keanekaragaman jenis dalam ekologi telah melibatkan informasi secara kuantitatif. Data kuantitatif serangga dianalisa ke dalam indeks keanekaragaman jenisnya. Pada indeks keanekaeagaman jenis serangga, informasi akan dimuat secara pemaparan. Tidak menyajikan grafik karena pengamatan serangga hanya dilakukan sekali pada satu lokasi. Penyajian grafik dibutuhkan apabila terdapat dua lokasi pengamatan agar bisa membandingkan kelimpahan di antara dua lokasi tersebut. Berdasarkan pengamatan, nilai keanekaragaman jenis serangga pada Kawasan Agrowisata mencapai angka 2,94 yang berarti cukup melimpah. Hal ini terjadi pada beberapa jumlah dan jenis serangga yang ditemui, seperti kupu-kupu, capung, belalang, lebah, dan tawon.

6.5.3 Penyebaran dan Penemuan Jenis

Penyebaran jenis serangga disajikan secara dua bentuk, yaitu penyebaran vertikal dan penyebaran horizontal. Penyebaran vertikal yaitu penyebaran berdasarkan ketinggian dari permukaan tanah (bukan permukaan laut) untuk setiap jenisserangga yang dijumpai. Penyebaran vertikal terhadap jenis serangga digambarkan secara relevan termasuk setiap jenis yang dijumpai dan keadaan lingkungan pada setiap plot.

Penyebaran horizontal yaitu berdasarkan lokasi di wilayah pengamatan. Penggambaran penyebaran horizontal cukup menggambarkan setiap plot. Penyebaran horizontal ini juga menyajikan berbagai ukuran luas, jarak, dan sudut pada setiap plot.

6.6 Pembahasan

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sedangkan, estetika satwa adalah nilai keindahan yang terdapat dalam satwa tersebut. Nilai keindahan dapat berasal dari fisik maupun ekologinya, bentuk dan warna bagian-bagian tumbuhan dapat merupakan obyek estetika yang menarik untuk dijadikan potensi sumberdaya wisata.

Mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut, dan tubuh yang endoterm atau berdarah panas.

Kelelawar adalah mamalia yang dapat terbang yang berasal dari ordo

Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap. Berdasarkan pengamatan pertama, kelelawar hanya dijumpai pada plot ketujuh di kawasan Agrowisata. Kelelawar yang dijumpai, dominan sedang bergelantungan dalam kelompoknya di tajuk pohon. Sedangkan, kelelawar lainnya ditemukan saat terbang. Tidak banyak aktivitas yang diamati dari mamalia nokturnal ini.

Nilai estetika dari kelelawar ini yaitu tubuh kelelawar yang berwarna serba abu-abu kehitaman dan sayapnya memiliki bentuk yang khas. Berbeda dengan sayap kalong yang tipis dan lebar, sayap kelelawar cenderung agak tebal namun tidak begitu lebar. Hal ini dikarenakan kelelawar memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada kalong. Selain itu, bentuk tubuh kelelawar cukup unik. Hal ini juga dapat dilihat jika kelelawar dengan hewan terbang lainnya. Namun, tidak banyak estetika yang dapat dilihat dari kelelawar ini. Kelelawar dapat dimanfaatkan sebagai nilai ekonomi. Kulit kelelawar dapat dijadikan bahan baku pembuatan jaket kulit dan tubuh kelelawar dapat dikonsumsi karena sebagian orang mengatakan khasiat akan daging kelelawar untuk mengobati penyakit asma. Jadi, jika diukur dengan satuan angka estetika, kelelawar bernilai empat atau biasa saja.

Tupai merupakan jenis mamalia yang dijumpai di kedua pengamatan. Tupai ini dominan dijumpai saat sedang melompat di batang pohon. Selain itu, beberapa lainnya juga ada yang sedang memakan biji. Tupai yang dijumpai juga dominan dalam individu.

Nilai estetika dari tupai ini yaitu tingkahnya yang lucu dipandang dan ekor yang cenderung besar berbulu. Tubuh tupai berwarna abu kecoklatan. Tupai seringkali disamakan dengan bajing. Namun, kedua jenis ini berbeda. Perbedaan dapat dilihat pada mulut bajing yang lebih maju daripada tupai. Tupai kurang memiliki nilai ekonomi pada kehidupan manusia. Nilai ekonomi tupai tidak lebih dari penjualannya untuk dipelihara di sekitar halaman tempat tinggal. Jadi, jika diukur dengan angka, nilai estetika sebesar tiga atau kurang.

Bajing seringkali disamakan dengan tupai. Padahal, keduanya berbeda jenis. Bajing memiliki mulut yang lebih maju. Bajing juga merupakan mamalia seperti tupai. Namun, bajing hanya dijumpai di lokasi pengamatan kedua saja, tepatnya di plot kedua. Bajing ini ditemukan dalam jumlah individu saja. Aktivitas yang dilakukannya yaitu berlari-lari di dahan pohon yang tinggi. Bajing kelapa yang dijumpai saat pengamatan ini dapat dilihat pada Gambar 31.

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014

Gambar 31 Bajing Kelapa

Nilai estetika dari bajing ini tidak berbeda jauh daripada tupai. Nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan pun kurang menguntungkan. Jadi, nilai estetika nya pun sama sebesar tiga atau kurang.

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800-10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Sebagian besar burung menempati berbagai lokasi dalam ekologi. Sementara beberapa burung umum yang lain menempati tempat yang sangat khusus di habitatnya atau berdasarkan dimana letak jenis makanannya berada. Bahkan di dalam sebuah habitat tunggal, seperti hutan, area ini bisa ditempati oleh berbagai jenis burung yang bervariasi, dengan beberapa spesies hidup dalam hutan kanopi, beberapa di bawah kanopi itu sendiri, serta beberapa yang lainnya dalam dalam hutan itu sendiri. Burung yang hidup di sekitar perairan umumnya mencari makanan

dengan memancing, memakan tanaman, dan membajak makanan hewan lain. Burung pemangsa mengkhususkan diri pada berburu hewan atau burung lain.

Cucak kutilang dapat hidup di Pepohonan terbuka, semak, tepi hutan, vegetasi sekunder, taman, pedesaan, perkotaan, dan tersebar sampai ketinggian 1.500 mdpl. Penyebarannya dijumpai hampir di semua lokasi. Misalnya, kebun, tegalan, daerah suburban, Pemukiman, daerah urban, Kawasan lahan basah, selain tepi laut, Hutan sekunder, contoh kawasan Gunung Gede Pangrango. Burung ini dijumpai di plot pertama dan kedelapan pada pengamatan di Kawasan Agrowisata. Posisi dijumpai berada pada tajuk pohon dengan aktivitas mengibaskan ekor dan bertengger pada batang pohon. Jumlah yang dijumpai cenderung dalam kelompok kecil. Burung ini memiliki ciritunggir keputih-putihan, tungging kuning jingga. Dagu dan kepala atas hitam, kerah, tunggir, dada, dan perut putih. Sayapnya hitam, Ekor coklat dengan iris merah, paruh hitam dan kaki hitam.Tubuh memiliki ukuran sedang sekitar 20 cm. Nilai estetika dari burung ini yaitu hanya di bagian kepalanya yang memiliki jambul hitam sebagai topi kecilnya. Jadi, jika diukur dengan angka, nilai estetika sebesar empat atau biasa saja.

Walet linchi dapat hidup di semua tipe hutan, lahan pertanian, dan perkotaan. Penyebarannya dijumpai hampir di semua lokasi. Burung ini memiliki ciri tubuh yang berwarna hitam biru mengkilat, ekor sedikit bertakik, dagu abu-abu, dan perut putih mencolok. Tubuhnya berukuran kecil sekitar sembilan sentimeter. Nilai estetika dari burung ini yaitu pada saat aktivitasnya terbang menukik ke bawah untuk meminum air sungai atau kolam. Selain itu, burung ini jarang sekali bertengger. Namun, tidak ada nilai-nilai lain yang menarik ditemukan dari bentuk maupun warna pada burung ini. Sehingga, burung ini memiliki nilai estetika sebesar tiga atau kurang.

Burung gereja erasia berasosiasi dekat dengan manusia. Misalnya, lahan pertanian, kebun, tegalan, sawah, pedesaan, dan perkotaan. Burung ini tersebar sampai ketinggian 1.500 mdpl. Burung ini dijumpai hampir di semua lokasi, seperti kawasan lahan basah, sampai dekat pantai, kebun, tegalan, daerah suburban, sampai ke pemukiman daerah urban. Berdasarkan pengamatan, ciri yang dimiliki burung ini yaitu tubuhnya berukuran sedang atau sekitar 14 cm. Mahkota di kepalanya berwarna coklat berangan. Dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata warna hitam. Tubuh

bagian bawah kuning tua keabu-abuan. Sedangkan, tubuh bagian atas berbintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Nilai estetika dari burung ini yaitu cara berjalannya yang terlihat melompat-lompat dengan khasnya. Tetapi, tidak ada nilai yang mencolok terlihat pada bentuk atau warnanya karena burung ini selalu dijumpai orang-orang dimana saja. Jadi, jika diukur dengan angka, nilai estetika sebesar dua atau tidak indah.

Habitat burung ini berada di tepi hutan, hutan sekunder, dan perkebunan. Burung ini tersebar sampai ketinggain 1.200 mdpl. Penyebaran lokalnya terletak di hutan primer maupun sekunder. Berdasarkan pengamatan, ciri yang dimiliki burung ini yaitu tubuhnya berukuran sedang sekitar 15 cm. Tubuh bagian atas coklat keabu- abuan. Tungging dan ekor tersapu merah karat. Dagu dan tenggorokan keputihan. Garis tebal melintang di dada kuning kecoklatan. Perut dan ekor bawah keputihan.Iris coklat, paruh hitam, dan kaki berwarna merahjambu. Nilai estetika dari burung ini yaitu terletak pada paruhnya yang agak panjang namun berbentuk kecil dan jika diukur dengan angka, nilai estetika burung ini sebesar lima atau agak indah.

Habitat burung ini berada di hutan, tepi hutan, vegetasi sekunder, perkebunan, pedesaan. Tersebar sampai ketinggian 1.300 m dpl. Penyebaran lokalnya tersebar di kebun, tegalan, hutan sekunder, sampai ke hutan primer. Berdasarkan pengamatan, ciri yang dimiliki burung ini yaitu tubuh berukuran kecil (23 cm). Kepala abu-abu. Punggung, sayap, dan ekor coklat keabu-abuan. Tubuh bagian bawah merah karat. Mirip wiwik kelabu tapi lebih gelap. Ditemukan saat bertengger di pohon. Nilai estetika dari burung ini adalah warna yang khas dengan campuran warna terang di bagian bawah tubuhnya. Jika diukur dengan angka, nilai estetika burung ini sebesar lima atau agak indah.

Habitat burung ini berada di hutan terbuka, hutan sekunder, kebun, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.300 m dpl. Tepi kawasan lahan basah, kebun, tegalan, hutan sekunder. Berdasarkan pengamatan, ciri dari burung ini yaitu tubuh berukuran kecil sekitar 21 cm. Kepala abu-abu, punggung coklat, perut dan ekor merah sawo matang. Tubuh bagian atas coklat bergaris-garis hitam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis halus. Menyerupai wiwik lurik tapi tanpa garis mata. Mirip wiwik uncuing, tetapi lebih pucat dan kicauannya berbeda.

Iris merah padam, paruh atas kehitaman, paruh bawah kuning, kaki kuning. Nilai estetika dari burung ini yaitu warna pada tubuh burung yang bervariasi. Sehingga saat diamati, membuat penglihatan indera mata menjadi menyenangkan. Dalam skala angka, nilai burung ini sebesar empat atau biasa saja.

Burung Sikatan cacing mudah dijumpai di dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl. Mengunjungi daerah terbuka yang teduh pada tumbuhan bawah di hutan primer dan hutan sekunder pada semua ketinggian. Berdasarkan pengamatan, burung ini dijumpai saat sedang bertengger di pohon. Tubuhnya rata-rata berukuran 15 cm, dengan kombinasi warna biru (jantan) atau coklat (betina), jingga, dan putih. Tubuh bagian atas burung jantan berwarna biru-tua, dengan kekang, daerah sekitar mata, pipi-depan, dan bintik pada dagu berwarna hitam, dahi dan alis-pendek berwarna biru-muda. Tenggorokan, dada, dan sisi tubuhnya berwarna jingga, sementara bagian perut berwarna putih. Tubuh bagian atas burung betina berwarna coklat, dengan lingkar-mata kuning-tua, tubuh bagian bawahnya seperti burung jantan, dengan warna lebih pucat. Pada tubuh bagian atas burung muda yang berwarna coklat, terdapat bintik-bintik berwarna jingga dan kuning-tua. Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat. Jika diukur dengan angka, nilai estetika burung ini sebesar lima atau agak indah.

Elang ini hidup di habitat berupa dataran rendah dan hutan perbukitan. Tersebar sampai ketinggian 1.400 mdpl (khusus untuk Jawa 3.000 mdpl). Penyebaran lokalnya di kebun, sepanjang jurang, tegalan, hutan sekunder. Berdasarkan pengamatan, ciri dari burung ini yaitu tubuh berukuran besar sekitar 70 cm. Tubuh berwarna hitam. Sayap dan ekor panjang, tampak sangat besar saat terbang. Terdapat bercak warna pucat pada bagian pangkal bulu primer dan garis- garis samar pada ekor. Pada waktu terbang atau beristirahat, penampakan umum seluruhnya hitam. Berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan mudah di sisi-sisi bukit berhutan dan sela-sela pepohonan. Nilai estetika dari elang hitam ini yaitu ukuran tubuh yang besar, sayap yang membentang lebar, dan suara yang melengking pendek. Jika diukur dengan angka, nilai estetika burung ini sebesar enam atau indah.

Burung ini hidup di habitat hutan pegunungan atau lantai hutan. Tersebar pada ketinggian 900-3.000 mdpl. Penyebaran lokalnya yaitu pada hutan primer.

Berdasarkan pengamatan, ciri yang dimiliki burung ini yaitu tubuh berukuran sangat kecil sekitar 9 cm. Ukuran kecil hampir tanpa ekor, coklat merah karat gelap, tanpa alis mata. Tubuh bagian bawah lebih pucat. Burung ini dijumpai di sekitar kerimbunan semak seperti tikus, pemalu dan tidak menonjolkan diri kecuali saat bersuara. Nilai estetika dari burung ini yaitu pada ukurannya yang kecil dan bentuk tubuh yang unik. Jika diukur dengan skala angka, nilai estetika burung ini sebesar lima atau agak indah.

6.6.1.1Cinenen pisang (Orthotomus sutorius)

Habitat dari burung ini yaitu hutan terbuka, hutan sekunder, kebun, pekarangan, dan semak. Tersebar luas sampai ketinggian 1.500 mdpl. Umumnya dijumpai di banyak tempat, seperti kebun, tegalan, hutan sekunder, sampai ke tepi hutan. Berdasarkan pengamatan, burung ini berukuran kecil sekitar 10 cm. Ciri lain dari burung ini yaitu dahi dan mahkota merah karat, perut putih, ekor panjang dan sering ditegakkan. Alisnya kekuningtuaan, kekang dan sisi kepala keputihan. Tengkuk keabu-abuan, punggung, sayap, serta ekor hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih dan sisi tubuh abu-abu. Burung ini begitu lincah dan selalu bergerak hingga membuat pengamatan agak sulit. Burung ini dijumpai di semak bawah dan bersembunyi dalam rerimbunan. Nilai estetika dari burung ini terdapat pada mahkota merah karat di kepalanya. Jika dalam skala angka, burung ini memiliki nilai sebesar empat atau biasa saja.

Habitat burung ini berada pada hutan primer, dataran rendah, dan perbukitan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 mdpl dengan penyebaran sampai ke hutan primer, hutan sekunder, serta pinus. Berdasarkan pengamatan, ciri yang ditemukan dari burung ini yaitu tubuhnya berukuran sedang kurang lebih 19 cm. Jenis yang ditemui yaitu jantan yang berwarna hitam-biru. Dada dan perut merah. Tungging, sisi luar bulu ekor merah. Dua bercak merah pada sayap. Hidup berpasangan atau dalam kelompok. Aktivitas yang diamati sedang berlompatan di antara puncak pohon berdaun halus. Nilai estetika yang menonjol dari burung ini adalah warna tubuhnya. Burung ini bernilai enam atau indah dalam skala angka.

Habitat burung ini berada di hutan terbuka, tepi hutan, perbukitan, dan gunung. Tersebar pada ketinggian 600-2.500 mdpl dengan penyebaran hingga ke hutan pinus, hutan sekunder, serta hutan primer. Berdasarkan pengamatan, ciri yang ditemukan

dari burung ini yaitu tubuhnya berukuran sedang 29 cm, berwarna abu-abu, dan ekor panjang menggarpu dalam. Ras bervariasi dalam kepucatan warna. Iris merah, paruh hitam abu-abu, serta kaki hitam. Dijumpai saat individu, hinggap pada cabang terbuka atau tanaman merambat di tempat terbuka. Terbang naik atau menukik untuk menangkap mangsa yang terbang. Nilai estetika yang menonojol dari burung ini adalah ekornya yang berbentuk khas. Jika dinilai dalam skala agka, burung ini bernilai lima atau agak indah.

Habitat burung ini berada di hutan pegunungan, hutan cemara, dan hutan lumut. Tersebar pada ketinggian 1.000-2.600 mdpl dengan penyebaran lokal sampai ke hutan primer. Berdasarkan pengamatan, ciri yang diamati dari burung ini yaitu tubuh berukuran kecil sekitar 11 cm dan berkelamin jantan. Ciri lain yaitu garis pada sayap, pinggir pangkal ekor, dan tubuh bagian bawah putih. Sedangkan, tubuh bagian atas hitam. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Aktivitas yang diamati, burung ini sedang mencari makan pada tajuk dan bergabung dalam kelompok campuran. Nilai estetika dari burung ini adalah warna tubuh bagian atas hitam dan bawah putih sebagai gambaran namanya yang belang. Dalam skala angka, burung bernilai sebesar empat atau biasa saja.

Habitat burung ini berada pada hutan terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove, sampai ke taman. Tersebar sampai ketinggian 1.000 mdpl dengan penyebaran lokalnya kebun, tegalan, dan hutan sekunder. Berdasarkan pengamatan, ciri yang diamati dari burung ini yaitu tubuhnya berukuran kecil sekitar 14 cm. Berwarna hijau dan kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap. Tubuh bagian atas hijau zaitun. Sayap kehitaman dan sisi bulu sayap putih. Lingkar mata kuning, tubuh bagian bawah kuning, dan diketahui ras masing-masing pulau bervariasi warna hijaunya. Iris putih keabu-abuan, paruh hitam kebiruan, serta kaki hitam kebiruan. Dijumpai saat individu dan sedang berlompatan di cabang-cabang pohon kecil. Nilai estetika yang menonjol dari burung ini adalah warna hijau dan kuning pada tubuhnya. Dalam skala angka, burung ini benilai sebesar enam atau indah.

Habitat burung ini berada pada hutan perbukitan, pegunungan, serta pinggir hutan. Tersebar antara 800-2.400 mdpl dengan penyebaran lokal sampai ke hutan sekunder dan perkebunan the. Berdasarkan pengamatan, jenis yang ditemui

berkelamin jantan. Tubuhnya berukuran sangat kecil sekitar 8 cm. Tubuh bagian atas biru tua. Perut dan tenggorokan kuning tua. Dada merah padam dibatasi garis hitam yang tidak rapi. Iris biru atau coklat, paruh hitam, serta kaki abu-abu tua. Dijumpai saat terbang diantara puncak pohon. Nilai estetika dari burung ini adalah warna tubuhnya yang cenderung bewarna terang. Dalam skala angka, nilai yang dimiliki burung ini sebesar enam atau indah.

Reptil adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran enam meter dan mencapai berat satu ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Berdasarkan pengamatan, tidak ada ditemukannya seekor reptil. Hal ini disebabkan pada pengamatan pertama, hujan deras mengguyur lokasi pengamatan. Sedangkan pengamatan kedua, tidak terjadi hujan namun tetap saja tidak ditemukan seekorpun reptil yang beraktivitas di malam hari tersebut.

Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam, yakni di air dan di daratan. Amfibia mempunyai ciri-ciri:

1. Tubuh diselubungi kulit yang berlendir

2. Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)

3. Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik

4. Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang

5. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang

sangat berfungsi waktu menyelam

6. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam

7. Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).

a. Kongkang kolam (Hylarana chalconata)

Katak ini berukuran kecil dan sedang. Kakinya panjang dan ramping, berselaput sepenuhnya sampai ke ujung jari. Jari-jari kaki dan tangan dengan ujung yang melebar dan jelas. Kulit kasar dan berkelenjar, selalu tertutup oleh bintil-bintil kecil. Ukuran sekitar 30-65 mm. Contoh pengukuran panjang tubuh dari kongkang kolam dapat dilihat pada Gambar 27.

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014

Gambar 32 Pengukuran Tubuh Kongkang Kolam

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Umum 2014 (Halaman 88-101)